Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan komunitas di dalamnya terdapat banyak komunitas ataupun
kelompok-kelompok yang memiliki resiko terhadap penyakit, seperti
halnya dengan pekerja kantor.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko terjadinya penyakit akibat
kerja ialah golongan fisik, kimiawi, biologis ataupun psikososial di tempat
kerja. Banyak orang berpikir pekerjaan di kantor adalah pekerjaan yang
paling rendah resiko terjadinya penyakit. Ada banyak resiko penyakit
akibat pekerjaan kantor, apalagi saat Negara Indonesia menerapkan
bekerja di rumah untuk memutus rantai penularan covid-19 pada cluster
perkantoran.
Masalah yang sering terjadi pada pekerja kantor adalah sakit
pungung, CVS (Computer Vision Syndrome), CTS (Carpal Tunnel
Syndrome), Stress, dll. Terlepas dari gangguan fisik, gangguan pada
mental juga dapat terjadi pada pekerja kantor. Hal inilah yang
melatarbelakangi kelompok kami untuk melihat lebih jauh isu kesehatan
komunitas pekerja kantor.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi dari pekerja kantor?
1.2.2 Apa sajakah strategi pencegahan penyakit pada komunitas pekerja kantor?
1.2.3 Bagaimanakah data epidemiologi isu kesehatan pada komunitas pekerja
kantor?
1.2.4 Apa sajakah program kebijakan pemerintah yang terkait?
1.2.5 Bagaimanakah konsep dasar penyakit CTS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah dapat mengetahui dan
mempelajari tentang keperawatan komunitas pekerja kantor dengan isu
penyakit CTS (Carpal Tunnel Syndrome).
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari pekerja kantor
2. Untuk menegetahui dan memahami strategi pencegahan penyakit
pada komunitas pekerja kantor
3. Untuk mengetahui dan memahami data epidemiologi isu kesehatan
pada komunitas pekerja kantor
4. Untuk mengetahui dan memahami program kebijakan pemerintah
yang terkait
5. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit CTS
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Penulis
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi penulis adalah dapat
menambah wawasan pengetahuan serta mampu dalam memahami
keperawatan komunitas pekerja kantor dengan isu penyakit CTS (Carpal
Tunnel Syndrome).
1.4.2 Untuk Pembaca
Manfaat bagi pembaca adalah dapat menjadi sumber bacaan atau
untuk meningkatkan wawasan pengetahuan dalam keperawatan komunitas
pekerja kantor dengan isu penyakit CTS (Carpal Tunnel Syndrome).
1.4.3 Untuk Instansi
Manfaat bagi instansi dapat menjadi referensi ataupun sumber
bacaan dalam meningkatkan pengetahuan di bidang keperawatan
khususnya keperawatan komunitas pekerja kantor dengan isu penyakit
CTS (Carpal Tunnel Syndrome).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Pekerja Kantor

Pekerjaan kantor adalah pekerjaan penunjang tugas utama atau pokok,


yang berkaitan dengan perkerjaan di bidang menulis dan mencatat yang
berhubungan dengan pekerjaan kertas maupun pelayanan. Fungsi dari pekerjaan
kantor pada prinsipnya adalah memberikan pelayanan informasi dan perekaman.

George R. Terry merumuskan pengertian pekerjaan kantor sebagai


berikut :“Office work includes verbal transmission of information and the
producing of written records and report providing the means by which many
items may be summarized quickly to supply a factual basis for manajerial
control.” yang artinya pekerjaan perkantoran meliputi penyampaian keterangan
secara lisan dan pembuatan warkat-warkat tertulis dan laporan-laporan sebagai
cara untuk meringkaskan banyak hal dengan cepat guna menyediakan suatu
landasan fakta bagi tindakan control dari pimpinan.

2.2 Strategi Pencegahan Penyakit pada Komunitas Pekerja Kantor

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan


dan lingkungan kerja. Pencegahan berikut ini adalah penerapan konsep lima
tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention disease) pada penyakit
akibat kerja, yakni :

1. Peningkatan kesehatan (health promotion).


Misalnya: penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan
kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi
tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali para pekerja yang
menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai. Upaya yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah
Bagi para pekerja kantor ataupun bagi setiap orang yang menghabiskan
banyak waktu di depan layar monitor komputer, dapat meningkatkan resiko
terkena CTS (Carpal Tunnel Syndrome). CTS atau dalam bahasa Indonesia
disebut sindrom lorong karpal memiliki gejala seperti kesemutan, mati rasa
bahkan nyeri. Dalam mencegah CTS umumnya kita harus mengurangi tekanan
pada pergelangan tangan. Inilah beberapa strategi pencegahan penyakit CTS :
1. Perhatikan Postur Tubuh
Postur yang buruk saat duduk di depan layar computer bagi pekerja
kantor dapat menyebabkan CTS dengan memberikan tekanan yang lebih
pada syaraf median, sehingga syaraf median terhimpit atau terjepit dan
menimbulkan mati rasa. Inilah beberapa contoh postur yang baik bagi
pekerja kantor, yaitu :
a) Tulang belakang harus menempel sampai ke belakang kuri, bahu
rileks
b) Rilekskan siku di sisi tubuh dengan pergelangan tangan lurus
c) Telapak kaki harus datar dan lurus baik di lantai ataupun tempat
peristirahatan kaki
d) Ketika melihat layar monitor sambil mengetik, layar Komputer
harus lurus dengan level mata
e) Usahakan agar leher tetap lentur dan tidak kaku
2. Lakukan istirahat sejenak
Istirahat sangat penting untuh pencegahan terjadinya radang pada
tendon. Gunakan waktu istirahat untuk meregangkan pergelangan tangan.
Hindari melakukan kegiatan seperti bermain smartphone atau memegang
buku untuk membaca buku yang otomatis akan membebani pergelangan
tangan. Beberapa cara yang dapat dilakukan saat waktu istirahat :
a) Goyangkan anggota tubuhmu
b) Bersandar pada kursi
c) Pijat bahu
d) Tarik nafas yang dalam agar relax
3. Kurangi tekanan
Peradangan pada pergelangan tangan dapat memburuk dengan
melakukan kegiatan yang berulang, seperti ketika menekan tombol yang
rusak pada keyboardmu yang sudah tua. Setiap usaha yang dilakukan
haruslah mengurangi tenaga pada saat kita menggunakan pergelangan
tangan. Beberapa cara untuk melakukan hal ini adalah :
a) Pilih keyboard yang memerlukan tekanan minimal dalam menekan
tombol
b) Ganti maouse dengan trackball yang memerlukan sedikit tekanan
c) Pilih pena yang mudah dipegang dan dengan tinta yang bagus
Dengan mengurangi tekanan pada ligamen pergelangan tangan
maka peradangan akan berkurang dan mencegah memperburuknya
masalah demikian juga rasa sakit yang terjadi.
2.3 Data Epidemiologi Isu Kesehatan pada Komunitas Pekerja Kantor

Epidemiologi carpal tunnel syndrome, atau sindrom terowongan karpal,


sebagai salah satu neuropati yang paling sering ditemui, dengan prevalensi pada
populasi dewasa sekitar 2,7-5,8 persen. Rata-rata insidensi carpal tunnel
syndrome ditemukan 329 kasus per 100.000 populasi setiap tahunnya, dengan
lebih dari 50% kasus adalah carpal tunnel syndrome bilateral.
1. Global

Carpal tunnel syndrome diperkirakan ditemukan pada 3,8%


populasi umum. Laju insidensi mencapai 276 dari 100.000
populasi per tahun dengan prevalensi mencapai 9,2% pada
perempuan dan 6% pada laki-laki. Carpal tunnel syndrome paling
banyak terjadi bilateral pada usia sekitar 40-60 tahun; walaupun
dapat terjadi pada setiap usia. Di Inggris, prevalensi carpal tunnel
syndrome sekitar 7-16% lebih tinggi dibandingkan Amerika
Serikat yang memiliki prevalensi 5%. Di Eropa pada tahun 1998,
lebih dari 60% gangguan muskuloskeletal ekstremitas atas
disebabkan oleh carpal tunnel syndrome.[5,10]

2. Indonesia

Di Jakarta, prevalensi carpal tunnel syndrome pada pekerja


industri garmen mencapai 20,3%. Pada studi yang dilakukan di
Karanganyar, Jawa Tengah, 62% penderita carpal tunnel
syndrome pada sebuah industri pabrik saus dan kecap adalah
perempuan

Prevalensi CTS
Pada Pekerja Industri
70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%

Perempuan Laki-Laki

Penelitian lain pada karyawan Bank BJB Cabang Kota


Subang yang mempergunakan komputer sebanyak 54 orang
ditemukan terdapat hubungan masa kerja dengan keluhan CTS.
Kelompok yang memiliki masa kerja ≥4 tahun mempunyai
proporsi CTS lebih besar dibanding dengan kelompok yang
mempunyai masa kerja Data nasional tidak ditemukan.

2.4 Program Kebijakan Pemerintah yang Terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program


pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang
terjadi ditempat kerja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun
keluarga pekerja. Karena frekuensi kecelakaan kerja tidak begitu banyak, maka
banyak yang memandang sebelah mata pada program ini. Pengusaha bilang, ini
cost atau buang buang biaya. Bagi pekerja, jika sudah terkena cidera atau fatality,
tentu tidak akan berani berkata lagi kalau K3 itu hanya memperlambat pekerjaan.
Undang Undang dibidang K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu UU no. 1
tahun 1970 yang mulai diundangkan tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan
hari lahirnya K3. Namun, hingga tahun 2000 K3 baru mulai banyak dikenal.
belum ada kesadaran baik dari pihak pengusaha, pekerja bahkan dari pihak
Depnakertrans sendiri sebagai pengawas. Depnakertrans bertindak tegas, bergerak
cepat, tentu kemajuan implementasi K3, sudah lebih maju daripada yang ada
sekarang ini. K3 bertujuan agar para pekerja di lingkungan kerjanya masing-
masing selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat dan terutama bekerja secara
produktif dalam meningkatkan kinerja perusahaan serta meningkatkan
kesejahteraan karyawan perusahaan.
2.5 Konsep Dasar Penyakit CTS

2.5.1 Definisi CTS (Carpal Tunnel Syndrome)

Sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome adalah kondisi yang
membuat tangan mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, nyeri, atau lemah.
Sindrom ini terjadi ketika saraf di dalam pergelangan tangan terhimpit atau
tertekan.

Lorong karpal adalah lorong sempit di dalam pergelangan tangan yang


dibentuk oleh tulang pergelangan tangan (tulang karpal) dan jaringan penghubung
antar tulang (ligamen). Di dalam lorong karpal ini terdapat saraf median, yang
berfungsi untuk mengendalikan otot jari tangan dan menerima rangsangan dari
kulit di daerah tangan. Carpal tunnel syndrome (CTS) terjadi saat lorong karpal
menjadi sempit akibat jaringan yang mengelilinginya membengkak, sehingga
menekan saraf median. CTS merupakan kombinasi dari kelainan jari, tangan dan
lengan dengan gejala yang mencerminkan kompresi sensoris atau motoris, paling
sering terjadi pada orang dewasa di atas 30 tahun, khususnya perempuan.

Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah kelainan nyeri pada ekstremitas atas
yang disebabkan oleh kompresi saraf medianus di terowongan karpal, dengan
prevalensi berkisar antara 6,3% hingga 11,7% (Fernández-De-Las Peñas et al.,
2015).

2.5.2 Etiologi CTS (Carpal Tunnel Syndrome)

Carpal tunel syndrome (CTS) di sebabkan oleh terhimpitnya saraf yang


ada di pergelangan tangan, yang di namakan saraf median dan berada di dalam
lorong karpal yang ada di pergelangan tangan.

Terhimpitnya saraf median ini dapat di sebabkan oleh berbagai hal,


misalnya karena keretakan tulang pergelangan tangan yang membuat jaringan di
sekitarnya membengkak, sehingga mempersempit lorong karpal atau karena
peradangan dan pembengkakan yang di sebabkan oleh rheumatoid arthritis.
2.5.3 Manifestasi Klinis CTS (Carpal Tunnel Syndrome)

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.


Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada
jari dan setengah sisi radial jari walupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari. Keluhan parestesi biasanya lebih menonjol di malam hari.

Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri
ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan
yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus
terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di
daerah distal pergelangan tangan.

Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan,


dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah
penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipestesia dapat dijumpai pada
daerah yang impuls sensoriknya di inervasi oleh nervus medianus.

Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi


kurang terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Pada
penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot
thenar dan otot-otot lainnya yang di inervasi oleh saraf medianus.

2.5.4 Penatalaksanaan Medis CTS (Carpal Tunnel Syndrome)

Untuk mencegah bertambah parahnya CTS, penderita perlu menghindari


kegiatan yang banyak melibatkan gerakan jari dan tangan. Apabila gejala CTS
tidak juga membaik setelah beberapa minggu, ada beberapa pengobatan yang bisa
diberikan oleh dokter, yaitu:

1. Penggunaan penyangga pergelangan tangan (wrist support)


Wrist support bertujuan untuk menempatkan pergelangan tangan
agar selalu berada di posisi lurus dan tidak menekuk.

2. Obat

Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) membantu meredakan


rasa nyeri, Contohnya adalah ibuprofen atau diclofenac. Obat
kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan pembengkakan pada
lorong karpal, sehingga mengurangi tekanan pada saraf yang
menyebabkan rasa sakit

3. Pembedahan

Prosedur ini dilakukan apabila teknik pengobatan lainnya tidak


berhasil. Operasi untuk CTS dikenal dengan nama dekompresi lorong
karpal. Pembedahan dapat dilakukan dengan operasi terbuka atau operasi
lubang kunci

2.5.5 Asuhan Keperawatan CTS (Carpal Tunnel Syndrome)


1. Pengkajian Keperawatan
1.) Riwayat Keperawatan
Data Subjektif ( Barbara, 1996 & Sari Mulyati, 1997)
Gejala-gejala yang diungkapkan pasien sehubungan dengan compresi
syaraf median antara lain :
a. Nyeri seperi diungkapkan secara episodik dan kesemutan pada
tangan, dan adanya pernyataan dari pasien biasanya nyeri
berkurang dengan mengguncang tangan atau menggerakan tangan.
b. Hipoestesia pada ibu jari, telunjuk dan jari manis, telunjuk dan jari
manis, khususnya setelah fleksi yang lama atau fleksi yang dipaksa,
misal waktu memegang buku.
c. Perasaan bengkak pada area yang terkena.
d. Sulit memegang benda – benda kecil.
Data Objektif ( Barbara, 1996 & Sari Mulyati, 1997 )
a. Tidak ada bengkak pada tangan, pergelangan tangan dan jari-jari.
b. Sulit untuk abduksi ibu jari atau mempertemukan ibu jari dengan
jari telunjuk (oleh karena kelemahan pada bagian thenar).
c. Terlihat bagian yang melekuk atau tertekan dari jaringan lunak
pada sebelah bawah ibu jari pada telapak tangan ( bagian telapak
tangan).
2) Pemeriksaan fisik ( Depkes, 1995 )
a. Tidak ada bengkak pada tangan, pergelangan tangan dan jari-jari.
b. Telapak tangan dibawah ibu jari nampak melemah (otot-otot
thenar).
c. Sulit untuk abduksi ibu jari atau mempertemukan ibu jari dengan
jari telunjuk (oleh karena kelemahan pada otot-otot thenar).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul adalah :
a. Menurunnnya kemampuan untuk menggunakan tangan dan jari-jari.
( Sari Mulyati, 1996 ).
b. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang informasi.( Sari
Mulyati, 1996 ).
c. Nyeri yang berkaitan dengan inflamsi dan pembengkakan.( Brunner
& Suddarth, 1997 ).
d. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan balutan pada
tangan. ( Brunner & Suddarth, 1997 ).
e. Risiko infeksi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
( Brunner & Suddarth, 1997 ).
3. Perencanaan
a.Perencanaan Hasil Yang Diharapkan : ( Sari Mulyati, 1997 )
- Tangan klien dapat berfungsi maksimal, ibu jari dan jari-jari.
- Pasien bebas dari ketidak nyamanan.
- Pasien bebas dari infeksi diseluruh daerah yang dioperasi.
- Pengetahuan klien meningkat.
b. Rencana atau implementasi ( Sari Mulyati, 1997 )
Membantu mencapai tujuan pengobatan
- Istirahat.
- Splinting pergelangan tangan.
- Injeksi lokal kortikosteroid oleh tim medis.
c. Pasien memiliki fungsi maksimum dari tangan, ibu jari dan jari-jari
lain. ( Barbara, 1996 ).
d. Pasien bebas dari ketidak nyamanan. ( Barbara, 1996 ).
e. Pasien bebas dari infeksi diseluruh daerah yang di operasi. ( Barbara,
1996 ).
4. Intervensi Keperawatan ( Brunner & Suddarth, 1997 )
a. Meredakan nyeri. Untuk mengontrol pembengkakan yang dapat
meningkatkan nyeri dan ketidaknyamanan pasien, tangan ditinggikan
setinggi jantung dengan bantal. Bila dianjurkan peninggian yang lebih
tinggi, dapat dipasang saling yang digantungkan ke tiang penggantung
infus atau bingkai diatas tempat tidur. Bila pasien dirawat jalan, lengan
di naikkan dengan saling konvensioanal.
Pemberian kompres es intermiten ditempat operasi selam 24 sampai 48
jam pertama dapat dianjurkan untuk mengontrol pembengkakan.
Ekstensi dan fleksi aktif jari-jari dapat memperbaiki peredaran darah
dan sebaiknya dianjurkan, namun demikian gerakan akan terbatas oleh
balutan yang tebal.
Pengkajian neurovaskuler jari yang terbuka setiap jam selama 24 jam
pertama sangat penting untuk memantau fungsi saraf dan perfusi
tangan. Pasien diminta menjelaskan sensasi pada tangan dan
memperagakan mobilitas jari-jari. Fungsi saraf pasien diperhatikan
dengan hati-hati pascaoperasi karena informasi ini diperlukan untuk
menerangkan fungsinya setelah pembedahan. Kerusakan fungsi
neurovaskuler dapat menyebabkan nyeri.
Secara umum, ketidaknyamanan dapat dikontrol dengan analgetika oral.
Perawat mengevaluasi respon pasien terhadap analgetika dan terhadap
upaya pengontrolan nyeri lainnya. Pendididkan pasien mengenai
analgetika sangat penting.
b. Memperbaiki Perawatan diri. Selama beberapa hari pertama setelah
pembedahan, pasien akan memerlukan bantuan yang berkaitan dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari karena salah satu tangannya dibalut dan
perawatan mandiri akan terganggu. Pasien mungkin perlu mengatur
untuk bantuan dalam hal makan, mandi, berpakaian, berdandan, dan
toileting. Dalam beberapa hari pasien akan mampu mengembangkan
keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan satu tangan dan
biasanya mampu berfungsi dengan bantuan minimal. Penggunaan
tangan yang sakit dalam batas rasa nyaman dianjurkan untuk dilakukan.
Dengan berkembangnya rehabilitasi, pasien akan mampu kembali
menggunakan tangan yang cedera. Dianjurkan melakukan latihan yang
didasarkan fisioterapi. Kepatuhan terhadap program terapi perlu
ditekankan.
c. Mencegah infeksi. Seperti pada semua pembedahan, terdapat potensial
infeksi. Pasien diajarkan untuk memantau suhu dan denyut nadi bila
meningkat menunjukan kemungkinan terjadi infeksi. Pasien juga
diminta untuk menjaga agar balutan tetap kering dan bersih. Setiap
adanya cairan yang keluar, bau busuk karena balutan atau peningkatan
nyeri dan pembengkakan harus dilaporkan. Luka dilihat untuk
mengetahui adanya tanda infeksi. Pendidikan pasien meliputi perawatan
luka aseptik diasamping pendidikan yang berkaitan dengan pemberian
antibiotika profilaktik.
Pembedahan
Decompresion dengan pembedahan, mengurangi kompresi syaraf
median dari ligamen carval tarnsversal dan jaringan. ( Sari Mulyati,
1997 ).
5. Perencanaan dan implementasi ( Brunner & Suddarth, 1997 ).
Sasaran. Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan perawatan
diri, dan tidak adanya infeksi.
6. Evaluasi Keperawatan
Kemampuan untuk menggunakan tangan kembali norma. ( Depkes,
1995 )
Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana masalah-masalah
klien teratasi dengan melihat/memperhatikan apakah rasa nyeri klien
berkurang/menghilang, apakah klien dapat melakukan aktifitas seoptimal
mungkin, bila terjadi peningkatan suhu, sejauhmana sudah terjadi
penurunan suhu.
Bila terjadi masalah kurang pengetahuan tentang penyakit dan
perawatannnya maka dalam evaluasi perlu dikaji apakah pasien telah
meningkat pemahamannya terhadap penyakit dan perawatannya. ( Sari
Mulyati, 1997 ).
Evaluasi atas dasar yang diharapkan dari pasien pertanyaan-
pertanyaan adalah : ( Barbara, 1996 ).
1) Apakah pasien mampu menggunakan tangan dan jari-jari dengan
tingkat gerakan yang normal ?
2) Apakah pasien terbebas dari ketidaknyamanan pada tangan ?
3) Apakah pasien terbebas dari infeksi ?

Evaluasi yang diharapkan : ( Brunner & Suddarth, 1997 ).


1. Mencapai peredaran nyeri
- Melaporkan peningkatan rasa nyaman
- Terkontrolnya edema dengan peninggian badan
- Tidak merasa tidak nyaman pada gerakan
2. Menunjukan perawatan mandiri
- Menerima bantuan untuk aktivitas hidup sehari-hari selama
beberapa hari pertama pascaoperasi.
- Beradaptasi dengan aktivitas sehari-hari dengan satu tangan.
- Menggunakan tangan yang cedera secara fungsional.
3. Tidak menunjukan adanya infeksi luka operasi
- Mematuhi protokol penanganan dan strategi pencegahan
- Suhu dan denyut nadi dalam batas normal
- Tidak mengalami keluarnya cairan bernanah dari luka operasi
- Tidak mengalami inflamasi luka operasi
2.5.6 Penyuluhsn Kesehatan
1. Pengertian CTS (Carpal Tunnel Syndrome)

Sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome adalah


kondisi yang membuat tangan mengalami sensasi kesemutan, mati
rasa, nyeri, atau lemah. Sindrom ini terjadi ketika saraf di dalam
pergelangan tangan terhimpit atau tertekan.

Lorong karpal adalah lorong sempit di dalam pergelangan


tangan yang dibentuk oleh tulang pergelangan tangan (tulang karpal)
dan jaringan penghubung antar tulang (ligamen). Di dalam lorong
karpal ini terdapat saraf median, yang berfungsi untuk mengendalikan
otot jari tangan dan menerima rangsangan dari kulit di daerah tangan.
Carpal tunnel syndrome (CTS) terjadi saat lorong karpal menjadi
sempit akibat jaringan yang mengelilinginya membengkak, sehingga
menekan saraf median.

2. Gejala CTS (Carpal Tunnel Syndrome)


Gejala awal biasanya berupa parestesia, hilangnya sensasi
atau rasa seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial
jari walupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.
Keluhan parestesi biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan
lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan
penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila
penderita memijat atau menggerak-gerakan tangannya atau dengan
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya.
Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan
frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap.
Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus terasa sampai ke lengan atas
dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada
jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala
ini akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan
tangannya. Hipestesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls
sensoriknya di inervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-
jarinya menjadi kurang terampil misalnya saat menyulam atau
memungut benda-benda kecil. Pada penderita carpal tunnel syndrome
pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot
lainnya yang di inervasi oleh saraf medianus.
3. Pencegahan CTS
Dalam mencegah CTS umumnya kita harus mengurangi tekanan pada
pergelangan tangan. Inilah beberapa strategi pencegahan penyakit
CTS :
1) Perhatikan Postur Tubuh
Postur yang buruk saat duduk di depan layar
computer bagi pekerja kantor dapat menyebabkan CTS
dengan memberikan tekanan yang lebih pada syaraf median,
sehingga syaraf median terhimpit atau terjepit dan
menimbulkan mati rasa. Inilah beberapa contoh postur yang
baik bagi pekerja kantor, yaitu :
 Tulang belakang harus menempel sampai ke belakang
kuri, bahu rileks
 Rilekskan siku di sisi tubuh dengan pergelangan
tangan lurus
 Telapak kaki harus datar dan lurus baik di lantai
ataupun tempat peristirahatan kaki
 Ketika melihat layar monitor sambil mengetik, layar
Komputer harus lurus dengan level mata
 Usahakan agar leher tetap lentur dan tidak kaku

2) Lakukan istirahat sejenak


Istirahat sangat penting untuh pencegahan
terjadinya radang pada tendon. Gunakan waktu istirahat untuk
meregangkan pergelangan tangan. Hindari melakukan
kegiatan seperti bermain smartphone atau memegang buku
untuk membaca buku yang otomatis akan membebani
pergelangan tangan. Beberapa cara yang dapat dilakukan saat
waktu istirahat :
 Goyangkan anggota tubuhmu
 Bersandar pada kursi
 Pijat bahu
 Tarik nafas yang dalam agar relax
3) Kurangi memaksakan kekuatan tangan
Peradangan pada pergelangan tangan dapat
memburuk dengan melakukan kegiatan yang berulang, seperti
ketika menekan tombol yang rusak pada keyboardmu yang
sudah tua. Setiap usaha yang dilakukan haruslah mengurangi
tenaga pada saat kita menggunakan pergelangan tangan.
Beberapa cara untuk melakukan hal ini adalah :
 Pilih keyboard yang memerlukan tekanan minimal
dalam menekan tombol
 Ganti mouse dengan trackball yang memerlukan
sedikit tekanan
 Pilih pena yang mudah dipegang dan dengan tinta
yang bagus
Dengan mengurangi tekanan pada ligamen
pergelangan tangan maka peradangan akan berkurang dan
mencegah memperburuknya masalah demikian juga rasa
sakit yang terjadi.
4. Cara Peregangan Tangan
1) Luruskan tangan anda kemudian dengan pelan tariklah jari-
jari tangan anda ke belakang, rasakan peregangan yang terjadi
di telapak tangan, pergelangan tangan, dan lengan
2) Dengan pelan tekuk pergelangan tangan anda ke depan, dan
rasakan peregangan yang terjadi di pergelangan tangan dan
lengan
3) Dengan pelan tariklah ibu jari anda ke belakang diikuti
pergelangan tangan, rasakan peregangan pada pergelangan
tangan dan telapak tangan
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pekerjaan kantor adalah pekerjaan penunjang tugas utama atau pokok,


yang berkaitan dengan perkerjaan di bidang menulis dan mencatat yang
berhubungan dengan pekerjaan kertas maupun pelayanan. Fungsi dari pekerjaan
kantor pada prinsipnya adalah memberikan pelayanan informasi dan perekaman

Strategi pencegahan pada penyakit akibat kerja menggunakan penerapan


konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention disease).
Strategi pencegahan CTS (Carpal Tunnel Syndrome) pada komunitas pekerja
kantor umumnya kita harus mengurangi tekanan pada pergelangan tangan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program


pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang
terjadi ditempat kerja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun
keluarga pekerja. Maka ada banyak kebijakan pemerintah yang sudah tertulis di
undang-undang.
Sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome adalah kondisi yang
membuat tangan mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, nyeri, atau lemah.
Sindrom ini terjadi ketika saraf di dalam pergelangan tangan terhimpit atau
tertekan.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis dapat memahami materi dan


menambah wawasan pengetahuan tentang keperawatan komunitas pekerja kantor
dengan isu penyakit CTS (Carpal Tunnel Syndrome). Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Alfonso C, Jann S, Massa R, Torreggiani A. Diagnosis, treatment and follow-


up of the carpal tunnel syndrome: A review. Neurol Sci.
2010;31(3):243–52.

Ibrahim I, Khan WS, Goddard N, Smitham P. Carpal tunnel syndrome: a review of the
recent literature. Open Orthop J. 2012;6:69–76. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22470412%5Cnhttp://www.pubmedcentral.
nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC3314870

Nafasa, Kintan, dkk. 2019. Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Carpal
Tunnel Syndrome pada Karyawan Pengguna Komputer di Bank BJB
Cabang Subang. Jural Integrasi Kesehatan & Sains, Vol. 1 No. 1

Salawati, Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan.


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwip54fe85fsAh
X8yjgGHRP9Cx4QFjAAegQIAxAC&url=http%3A%2F
%2Fwww.jurnal.unsyiah.ac.id%2FJKS%2Farticle%2FviewFile
%2F3260%2F3083&usg=AOvVaw01gNNbCkNEeSAPA1QBPMeW. Di
akses pada tanggal 03 oktober 2020, Pada Pukul 10.00 WITA.

Setyawan H. Risk factors od carpal tunnel syndrome among food-packing workers in


Karanganyar. Kesmas: National Public Health Journal. 2017; 11 (3): 123-126

Suparman, Hl.2017. Pentingnya Penerapan Program K3 Perkantoran Dalam


Meningkatkan Kualitas Kinerja Sekertaris.https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjqi7DV1ZXsA
hWd6XMBHdOYBbcQFjADegQIBxAC&url=https%3A%2F
%2Fseminar.bsi.ac.id%2Fknist%2Findex.php%2FUnivBSI%2Farticle
%2Fview%2F221%2F210&usg=AOvVaw1qH1oGx95jyt9lyvsTvKxP. Di
akses pada tanggal 03 oktober 2020, Pada pukul 11.00 WITA.

Willy,Tjin.2019. (CTS) Carpal Tunnel Syndrome. https://www.alodokter.com/cts-


carpal-tunnel-syndrome. Di Akses Pada Tanggal 03 Oktober 2020, Pada
pukul 11.30 WITA.

Yosia, Mikhael dan Risky Candra Swari.2020. Carpal Tunnel


Syndrome.https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/carpal-tunnel-
syndrome/#gref. Di akses pada tanggal 03 Oktober 2020, Pada pukul,
14.00WITA

Anda mungkin juga menyukai