DISUSUN OLEH
1. JON KENEDI
2. TITI TRISNAWATI
3. DEWI SUSANTI
4. ANI SURYANI
5. HANAFI
DOSEN :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Bab I Pendahuluan......................................................................................
1. Penyakit Menular....................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................
3.2 Saran..........................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
semua orang yang terlibat dalam dunia usaha dan dunia kerja. Adanya Kesehatan
dan Keselamatan Kerja ini bertujuan untuk melindungi pekerja dan orang lain dari
cidera atau penyakit akibat resiko dari setiap tindakan pekerjaan yang dilakukan.
Pada dasarnya setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan selamat dan tanpa
menimbulkan cidera apabila bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dan
apabila terjadi sebuah kecelakaan, pasti ada suatu hal yang menyebabkan
kecelakaan itu terjadi. Dengan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ini,
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan pada semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang memiliki resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit, atau yang memiliki karyawan paling sedikit 10 orang.
Berdasarkan penjelasan dari pasal diatas maka rumah sakit termasuk didalamnya,
dimana rumah sakit adalah sebuah tempat untuk pengobatan berbagai jenis penyakit
yang beresiko terjadinya penularan bagi semua orang khususnya tenaga kerja yang
Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan pekerja
rumah sakit mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja
industri lain untuk terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja
(Departemen Kesehatan, 2010). Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
bekerja di Rumah Sakit tentunya beresiko mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK)
penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO (2013) mencatat, dari 39,47
perawat juga merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di
rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien
secara langsung (Depkes RI, 2014). Berdasarkan data dari World Health
mengenai K3RS, diketahui bahwa dari 35 juta tenaga kesehatan, 3 juta terpajan
patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan HBC dan 170.000
terpajan virus HIV/AIDS. Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada makalah ini
pada perawat.
PEMBAHASAN
1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang
biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,
bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah
dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya
akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius
dan spesimen secara benar
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek,
jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan
mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain)
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress
dan ketulian
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan
kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e. Pelindung mata untuk sinar laser
f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup
mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan
dan keramahan-tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.Hubungan kerja yang
kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban
mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal
tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja
(PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan
ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan. Ada banyak faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit dan
cidera akibat kerja, mulai dari faktor biologi, kimia, ergonomi, fisik hingga
psikososial yang ada dapat mengantarkan perawat beresiko terkena penyakit
menular, penyakit yang tidak menular dan kecelakaan kerja pada perawat
3.2 Saran
Upaya pengendalian risiko kesehatan dan keselamatan kerja pada perawat
dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah hierarchy of control K3 yang disesuaikan
dengan jenis tindakan keperawatan yang dilakukan (Iwan M. Ramdan dan Abd.
Rahman, 2017). Mulai dari pengendalian faktor biologis seperti lingkungan, faktor
kimia, faktor fisik, faktor ergonomi hingga faktor psikososial, serta setiap bekerja
perawat harus selalu mengggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2005. Seri kesehatan umum: penyakit akibat kerja. Elex media komputindo. Jakarta
Candrawati, Erlisa; Joko, Wiyono; Silvia, Maria, P. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja
Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care Vol 3 No. 2 Australian Standard.
Standard.
(http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakita kibat-kerja-
Iwan M. Ramdan, Abd. Rahman. 2017. Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan