Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT”

DISUSUN OLEH

1. JON KENEDI
2. TITI TRISNAWATI
3. DEWI SUSANTI
4. ANI SURYANI
5. HANAFI

DOSEN :

Ns. MUTIA KOSSASI, M. Kep

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang  Maha Esa yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat”
ini dengan baik tanpa ada halangan.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1.      Ibu Ns. Mutia Kossasi, M. Kep. yang sudah membimbing penulis supaya penulis
bisa membuat makalah ini dengan baik dan benar.
2.      Orangtua penulis yang senantiasa selalu memberikan motivasi.
3.      Teman-teman di Fakultas Keperawatan maupun teman-teman lain yang turut serta
membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, penulis mohon maaf bila ada penulisan kata atau tata bahasa yang masih salah dan
kurang berkenan. Saran, tanggapan, dan kritik anda yang membangun sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan makalah ini.

Sungai Penuh, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

Bab I Pendahuluan......................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................

1.2 Rumusan Masalah......................................................................

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................

Bab II Pembahasan ......................................................................................

2.1 Pengertian Penyakit Akibat Kerja ........................................... 

2.2 Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat.......................................    

1. Penyakit Menular....................................................................

2. Penyakit Tidak Menular.........................................................

3. Kecelakaan Kerja Pada Perawat............................................

2.3 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat......

Bab III Penutup ............................................................................................ 

3.1 Kesimpulan...............................................................................   

3.2 Saran..........................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) mutlak harus dilaksanakan pada

semua orang yang terlibat dalam dunia usaha dan dunia kerja. Adanya Kesehatan

dan Keselamatan Kerja ini bertujuan untuk melindungi pekerja dan orang lain dari

cidera atau penyakit akibat resiko dari setiap tindakan pekerjaan yang dilakukan.

Pada dasarnya setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan selamat dan tanpa

menimbulkan cidera apabila bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dan

apabila terjadi sebuah kecelakaan, pasti ada suatu hal yang menyebabkan

kecelakaan itu terjadi. Dengan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ini,

penyebab dari kecelakan harus dikurangi, dicegah hingga ditiadakan. Dalam

Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 pasal 64 tentang kesehatan, dijelaskan bahwa

upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan pada semua

tempat kerja, khususnya tempat kerja yang memiliki resiko bahaya kesehatan,

mudah terjangkit penyakit, atau yang memiliki karyawan paling sedikit 10 orang.

Berdasarkan penjelasan dari pasal diatas maka rumah sakit termasuk didalamnya,

dimana rumah sakit adalah sebuah tempat untuk pengobatan berbagai jenis penyakit

yang beresiko terjadinya penularan bagi semua orang khususnya tenaga kerja yang

bekerja didalamnya. Rumah sakit merupakan tempat yang berisiko terjadinya

Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan pekerja

rumah sakit mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja
industri lain untuk terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja

(Departemen Kesehatan, 2010). Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang

bekerja di Rumah Sakit tentunya beresiko mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK)

serta Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), karena perawatlah yang mempunyai

frekuensi terbanyak dengan berkontak secara langsung dengan pasien. Perawat 2

merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan

penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO (2013) mencatat, dari 39,47

juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Di Indonesia,

perawat juga merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di

rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien

secara langsung (Depkes RI, 2014). Berdasarkan data dari World Health

Organization (WHO) dalam Kepmenkes Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2016

mengenai K3RS, diketahui bahwa dari 35 juta tenaga kesehatan, 3 juta terpajan

patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan HBC dan 170.000

terpajan virus HIV/AIDS. Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada makalah ini

kami akan membahas tentang “Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang terbentuk adalah:

1. Bagaimana pengertian Penyakit Akibat Kerja pada Perawat?

2. Apa saja macam-macam Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat?

3. Bagaimana upaya pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat?


1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami pengertian Penyakit Akibat Kerja

2. Mengetahui dan memahami macam-macam Penyakit Akibat Kerja (PAK)

pada perawat.

3. Menjelaskan upaya pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada perawat.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
yang dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang memiliki asosiasi ubungan
cukup kuat dengan linkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial
atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita
berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut.Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit
yang disebabkan oleh  pekerjaan,alat kerja , bahan, proses maupun lingkungan
kerja.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) di
Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang
mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah
diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease
adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working
Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa
adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
2.2 Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat : Penyakit Menular, Tidak Menular
dan Kecelakaan kerja Pada Perawat:
1. Penyakit Menular Akibat Kerja Pada Perawat
Penyakit menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti : TBC,
Influenza, Flu burung, SARS.
b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti : Kudis Kurap,
Herpes.
c. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti : AIDS,
Hepatitis B.

Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya penyakit menular:


1) TBC:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC
b) Memakai masker
c) Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan bergizi,
lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
d) Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat)
2) Influenza:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Memakai masker
c) Vaksinasi influenza
3) Flu Burung :
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Mengonsumsi obat antivirus
c) Memakai masker
d) Mengonsumsi makanan sehat
4) SARS :
a) Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang terserang SARS
b) Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung tangan untuk
mengurangi penularan melalui cairan dan udara (debu)
c) Jaga kebersihan tubuh, misalnya segera mencuci tangan setelah berada
ditempat umum
5) AIDS :
a) Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien
b) Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh yang sedang
luka
c) Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita

2. Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada Perawat


Penyakit tidak menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak sempurna,
seperti : penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.
b. Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi (hypertension) dan
tekanan darah rendah (hypotension).
c. Penyakit alergi, seperti : astma gidu / kaligata.
d. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunan makanan
atau minuman.
e. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo, patah tulang,
luka tersayat, geger otak, dll.

3. Kecelakaan Kerja Pada Perawat


Beberapa faktor yang merupakan salah satu penyebab penyakit atau
cedera pada perawat di tempat kerjanya sebagai berikut:
1. Akibat kelalaian perawat seperti tertusuk jarum atau tergores jarum, jika
perawat terkena tusukan atau goresan jarum dari pasien yang menderita HIV
dan Hepatitis B maka risiko perawat akan tertular penyakitnya.
2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau menggunakan
sarung tangan serta masker jika berada pada ruang paru.
3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat – obatan
kontak kerja tersebut yang pada umumnya dapat menyebabkan iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan
toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian.

Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien,


memindahkan pasien, memandikan pasien dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan fisik dapat mengakibatkan risiko seperti keluhan yang paling sering adalah
nyeri pinggang kerja (low back pain). Pada perawat berhubungan langsung
dengan radiasi karena pada pemeriksaan – pemeriksaan tertentu memerlukan
radiasi jika perawat terkena radiasi dapat membahayakan tenaga kesehatan yang
menangangani seperti gangguan reproduksi dan jika terpapar terlalu sering dapat
mengakibatkan kanker.

Penyakit atau cedera akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya


berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari
pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti
antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati;, faktor
ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam
dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.);
faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat,
karantina dll.)

1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang
biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,
bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang
terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah
dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya
akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk
jarum yang terkontaminasi virus.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius
dan spesimen secara benar
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas.

2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh
iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek,
jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. 
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan
mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain)

4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress
dan ketulian
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan
kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e. Pelindung mata untuk sinar laser
f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah 

5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup
mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan
dan keramahan-tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.Hubungan kerja yang
kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban
mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.

2.3 Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat

Pemeriksaan Kesehatan Pekerja, dilakukan:

1. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja = saat seleksi calon pekerja


Jenis pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja yang dilakukan:
1) Anamnesa
a) Riwayat Penyakit Umum: TB, DM, Jantung, Asthma, Kulit, Perut
b) Riwayat Penyakit di RS: pernah/ belum dirawat di RS, alasan dirawat
c) Riwayat Kecelakaan Kerja di tempat kerja yang lama
d) Riwayat Operasi: pernah/belum di operasi?, operasi di RS mana,
berapa lama perawatan
e) Riwayat Pekerjaan: apakah sebelumnya pernah bekerja, di
perusahaan apa, bekerja di bagian apa
2) Pemeriksaan Mental
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan Kesegaran Jasmani
5) Pemeriksaan Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan rumah
sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit
sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety officer)
atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi petugasnya.
Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih
diperdebatkan.
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB dan virus
Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi
untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai sarung tangan
karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan memulai dan setelah
bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu ditinggal di
dalam laboratorium.
7) Pemeriksaan lainnya

2. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan)


Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism
dari bahan mentah ikan, daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di
bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas
penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur
suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat
berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang akan membunuh
salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal
diliburkan dan diobati sampai sembuh.
3. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja
4. Membuat SOP dan Instruksi Kerja
5. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, poster, leaflet, pemasangan
rambu-2 K3): seperti memberi penyuluhan kesehatan
6. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja
7. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)
8. Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh
perawat agar tidak terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit.
Macam-macam APD yang dapat digunakan oleh perawat adalah :
1) Sarung Tangan Steril
2) Gaun (Celemek) Pelindung
3) Masker
4) Alat pelindung mata
5) Topi
6) Pelindung kaki
7) Kepatuhan pada aturan RS
8) Mencuci Tangan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal
tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja
(PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan
ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan. Ada banyak faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit dan
cidera akibat kerja, mulai dari faktor biologi, kimia, ergonomi, fisik hingga
psikososial yang ada dapat mengantarkan perawat beresiko terkena penyakit
menular, penyakit yang tidak menular dan kecelakaan kerja pada perawat

3.2 Saran
Upaya pengendalian risiko kesehatan dan keselamatan kerja pada perawat
dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah hierarchy of control K3 yang disesuaikan
dengan jenis tindakan keperawatan yang dilakukan (Iwan M. Ramdan dan Abd.
Rahman, 2017). Mulai dari pengendalian faktor biologis seperti lingkungan, faktor
kimia, faktor fisik, faktor ergonomi hingga faktor psikososial, serta setiap bekerja
perawat harus selalu mengggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA

Evryanti.2012.Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kesehatan

dan Petugas Kebersihan Klinik X Tahun 2012. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Anies. 2005. Seri kesehatan umum: penyakit akibat kerja. Elex media komputindo. Jakarta

Tukatman; Sulistiawati; Puwaningsih; Nursalam. 2015. Analysis of Nurse’s

Occupational Health in Managing Patients in Benyamin Guluh Hospital Kolaka Regency.

Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 (343–347)

Candrawati, Erlisa; Joko, Wiyono; Silvia, Maria, P. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja

Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care Vol 3 No. 2 Australian Standard.

(1990). Australian Standard AS 1885.1-1990: Workplace Injury and Disease Recording

Standard.

Adzim, HI. (2013). Penyakit Akibat Kerja.

(http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakita kibat-kerja-

pak.html . 11.24. 7.39)

Iwan M. Ramdan, Abd. Rahman. 2017. Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) pada Perawat. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5, 239-240.

Anda mungkin juga menyukai