Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Distosia
Distosia adalah perlambatan pada saat persalinan atau dikenal dengan istilah
partus macet.
2.1.1 Etiologi Distosia
Etiologi distosia secara umum di bagi menjadi tiga kelompok yang di
kenal dengan singkatan 3P yaitu:
1. Power : Power merupakan konraksi uterus yang tidak adekuat.
2. Passage : Passage adalah abnormalitas jalan lahir.
3. Passenger : Kondisi janin yang tidak normal.
- Ibu kelelahan atau dehidrasi
Penyebab distosia bisa multifaktorial dari kondisi abnormal
tersebut.
Untuk dapat memilih penanganan, penyebab distosia dapat di
A. Etiologi ibu hamil
Penyebab distosia dari faktor ibu termasuk lemahnya kontraksi
uterus dan kelainan jalan lahir. Inersia uteri atau tidak adekuatnya
kontraksi uterus bisa primer maupun sekunder. Inersia uteri primer
biasanya karena overdistensi uterus akibat kehamilan gemelli atau
pada polihidramnion. Sedangkan Inersia uteri sekunder disebabkan
kelelahan miometrium akibat obstruksi persalinan.
Kelainan jalan lahir termasuk disproporsi kepala janin dengan
rongga pelvis ibu, deformitas pelvis, torsio uteri, dilatasi inkomplit
serviks, atau adanya massa pada seperti keganasan yang dapat
menutupi jalan lahir. Kondisi stenosis vulva dan vestibulum pada ibu
hamil usia belia juga dapat menyebabkan distosia.
B. Distosia janin
Penyebab distosia dari faktor janin biasanya karena malposisi,
malpresentasi, atau disproporsi kepala panggul (cephal pelvic
disproportion / CPD). Janin yang relatif lebih besar daripada pelvis ibu
(fetopelvic disproportion) akan menyebabkan distosia, jadi malposisi
dan malpresentasi janin tidak akan menjadi masalah bila besar bayi
tidak terlalu besar.
Malposisi yang paling sering ditemukan adalah posisi
oksipitoposterior. Janin biasanya akan berputar menjadi
oksipitoanterior saat sebelum persalinan, namun sekitar 2 – 7% janin
pada kehamilan pertama akan tetap pada posisi oksipitoposterior.
2.2.2 Faktor resiko distosia
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko distosia, yaitu:
- Usia ibu >35 tahun
- Tinggi ibu < 150 cm
- Primipara
- Ansietas ibu hamil
- Kehamilan multipel
- Usia kehamilan > 41 minggu
- Panggul ibu sempit
- Infeksi intrauterin
- Penggunaan analgesia epidural
- Berat badan janin lebih dari 4.000 gram (makrosomia)
- Posisi kepala tinggi saat dilatasi serviks maksimal (>2 cm)
- Posisi janin oksipitoanterior
- Polihidramnion atau oligohidramnion
- Ketuban pecah dini
- Faktor maternal yang lain, seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat
kematian perinatal sebelumnya, penggunaan obat fertilitas, dan riwayat
distosia pada keluarga.
2.2.3 Komplikasi distosia
Komplikasi pada bayi seperti tidak mendapatkan oksigen yang cukup
hingga menyebabkan kematian. Hal ini meningkatkan ibu terkena infeksi,
ruptur uteri, atau perdarahan pasca persalinan. Komplikasi jangka panjang
pada ibu yaitu terbentuknya fistula obstetri.
Sebuah studi kohort retrospektif pada lebih dari 50.000 wanita dengan
kehamilan lebih dari 37 minggu dan tidak memiliki riwayat sectio caesarea,
untuk melihat komplikasi distosia pada ibu dan anak. Pasien yang
melakukan dorongan aktif lebih dari 1 jam memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami sectio caesarea, persalinan vaginal operatif, perdarahan
pasca persalinan, dan laserasi derajat 3 dan 4 pada perineum.
Luthfiyani, Shofa Nisrina.Tt. Distosia.
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-
ginekologi/distosia/prognosis . Di akses pada tanggal 21 September
2020, Pada Pukul 13.00 WITA.
2.2.4 Klasifikasi distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang
menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan
pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan penurunan
(kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang
dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus sebagai
berikut:
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi
yangberlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c) Kelainan bentuk dan posisi janin
d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e) Overstimulasi oxytocin
f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

2. Distosia karena Kelainan struktur Pelvis


a. Jenis-jenis panggul:
- Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih
panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul
tengah dan pintu bawah panggul yang cukup luas.
- Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter
transversa dengan arkus pubis menyempit sedikit
- Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan
dengan penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol
kedalam dan arkus pubis menyempit.
- Panggul Platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada
diameter transversa pada pintu atas panggul dengan arkus pubis yang
luas.
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis
yang mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet
(pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,pelvis outlet (pintu bawah
panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia.
Kontraktur pelvis mungkin disebabkan oleh ketidak normalan
kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan tulang
belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis pada
beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
b. Kesempitan pada pintu atas panggul
Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata
kurang dari 11,5 cm. Insiden pada bentuk wajah dan bahu
meningkat.Karena bentuk interfere dengan engagement dan bayi turun,
sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.
c. Kesempitan panggul tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi
oksipitalis posterior persisten atau posisi kepaladalam posisi lintang
tetap.
d. Kesempitan pintu bawah panggul
Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar
pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan distansi tuberum
bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang dari 15 cm, timbul
kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.
e. Penanganan
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kemajuan
pembukaan serviks, apakah gangguan pembukaan seperti: pemanjangan
fase laten; pemanjangan fase aktif; sekunder arrest, bagaimana
kemajuan penurunan bagian terbawah janin (belakang kepala), apakah
ada tanda-tanda klinis dari ibu atau janin yang menunjukkan adanya
bahaya bagi ibu atau anak (seperti: gawat janin, rupture uteri).
Apabila ada salah satu gangguan diatas, maka menandakan bahwa
persalinan pervaginam tidak mungkin dan harus dilaksanakan seksio
sesaria. Bila ada kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan
lancer, maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan.
3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
A. Kelainan letak, presentasi atau posisi
- Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun
melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau
miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang,
kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan
belakang. Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi
kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin
dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran
normal. Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah
usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
- Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi
dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput)
terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar
berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang
kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
- Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal
sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul
sempit atau janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan
faktor yang menyebabkan persentasi muka.
- Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat,
sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini
merupakan kedudukan yang bersifat sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab
terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
- Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah
cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
a.) Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua
kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba
bokong.
b.) Presentasi bokong kaki sempurna
Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
c.) Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang
lain terangkat keatas.

d.) Presentasi kaki


Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
- Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang
di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada
pada pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di
belakang, di atas, atau di bawah.
- Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga
panggul dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana
disamping bokong janin dijumpai tangan.
B. Kelainan bentuk janin
- Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari
4000 gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis,
selain itu distensi uterus oleh janin yang besar mengurangi kekuatan
kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal,
janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
- Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar
sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus
akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic.
- Kelainan bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus (pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat
yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau
tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.
- Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi
kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat
tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir
dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh
gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu
atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
4. Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan,
dimana efek gravitasi dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting
untuk kemajuan proses persalinan. Misalnya posisi tangan dan lutut,
posisi oksiput posterior lebih efektif dari pada posisi lintang. Posisi
duduk dan jongkok membantu mendorong janin turun dan
memperpendek proses kala II (Terry et al, 2006). Posisi recumbent dan
litotomy bisa membantu pergerakan janin ke arah bawah. Apabila
distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus segera
dilakukan pada proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.
5. Distosia karena respon psikologis
Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti
catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap
wanita bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang
merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara
normal, persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga
menyebabkan peningkatan level strees yang berkaitan dengan hormon
(seperti: β endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine).
Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena penurunan kontraksi
uterus.
6. Pola persalinan tidak normal
Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan diklasifikasikan
oleh Riedman (1989) berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan
janin.
7. Distosia karena kelainan traktus genitalis
a.) Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,
stenosis, dan tumor. Edema biasanya timbul sebagai gejala
preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi. Pada persalinan jika
ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan
edema. Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan peradangan
yang menyebabkan ulkus dan sembuh dengan parut-parut yang
menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang ditemukan.
Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses
glandula bartholin.
b.) Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana
septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam
bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak
menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup
lebar, baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak
lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan
dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan
halangan untuk lahirnya bayi, perlu dipertimbangkan seksio sesaria.
Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin per vaginam
c) Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada
kala I servik uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi,
sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma
servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.
d) Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan
distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam,
adanya kelainan letak janin yang berhubungan dengan mioma uteri, dan
inersia uteri yang berhubungan dengan mioma uteri.
e) Varium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi
lahirnya janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum
douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandung bahaya
pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
Oktafiyy.2019. Klasifikasi Distosia.
https://www.scribd.com/document/407240274/Klasifikasi-Distosia-docx. Di
akses pada tanggal 17 september 2020, pada pukul 13.00 WITA.
2.2.5 Asuhan keperawatan pada resiko persalinan distosia
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
B. Riwayat kesehatan
a.) RKD
Mengkaji pada klien yang biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti
hipertensi, anemia,panggu sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya
ada riwayat kembar dll.
b.) RKS
Biasanya dalam kehamilan sekarag ada kelainan seperti kelainan letak
janin (lintang, sungsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c.) RKK
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,DM,
eklamsi dan preeklamsi.
d.) Pemeriksaan fisik
- Kepala :
Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
- Mata :
Biasanya Konjungtiva anemis
- Thorak :
Inpeksi pernapasan : Frekuensi, kedalam , jenis pernafasan, biasanya
ada bagian paru yang tertinggal saat pernapasan
- Abdomen :
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama) biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak,
presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau
lembek,biasanya anak kembar atau tidak, lakukan perabaan pada
simpasis biasanya blas penuh atau tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
- Vulva dan Vagina
Lakukan VT : Biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada
vulv/servik, biasanya teraba promatorium, ada atau tidaknya kemajuan
persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi
adanya plasenta previa.
- Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang.
Oi, Nerrs.2013. Askep Distosia.
https://www.scribd.com/doc/128630645/ASKEP-
DISTOSIA. Di akses pada tanggal 21 September 2020,
Pada pukul 16.00 WITA.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin bisa diidentifikasi pada wanita
yang mengalami distosia adalah:
a. Nyeri persalinan b.d tekanan bayi karena persalinan macet
disebabkan oleh persalinan memanjang.
b. Resiko cidera pada janin b.d penekanan kepala pada panggul dan
persalinan lama.
3. Intervensi
a. Nyeri persalinan b.d tekanan bayi karena persalinan macet
disebabkan oleh persalinan memanjang.
NOC label : Nyeri : Efek yang Mengganggu
- Ketidaknyamanan teratasi
- Gangguan dalam perasaan mengontrol
NIC label : Manajemen nyeri: akut
- Lakukan pengkajian komprehensif dari nyeri yang meliputi
lokasi, kapan pertama kali di rasakan, frekuensi intensitas
nyeri, juga faktor yang meringankan dan memicu nyeri
- Monitor nyeri menggunakan alat pengukur yang valid dan
reliable sesuai usia dan kemampuan berkomunikasi
- Ikuti protokol agensi dalam memilih analgesik dan dosis
- Pilih dan implementasikan pilihan intervensi yang sesuai
dengan farmakologi, nonfarmakologi,interpersonal) untuk
memfasilitas menurunnya nyeri dengan tepat
- Cegah dan kelola efek samping pengobatan
- Beritahukan dokter jika tindakan kontrol nyeri tidak berhasil
b. Resiko cidera pada janin b.d penekanan kepala pada panggul
dan persalinan lama.
Noc Label : Deteksi risiko
- Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko.
- Melakukan skrining sesuai waktu yang di anjurkan.
Nic Label : Skrining kesehatan
- Tentukan populasi target untuk ( di lakukannya) pemeriksaan
kesehatan
- Jadwalkan pertemuan untuk meningkatkan efesiensi dan
perawatan individual
- Gunakan instrumen skrining yang valid dan terpercaya, tepat
untuk kondisi tertentu (misalnya kondisi jantung dan
pembuluh darah, imunisasi, pengetahuan kesehatan, depresi
malnutrisi, obesitas, penggunaan obat dan alkohol, kesehatan
prenatal, kesehatan terkait dengan kualitas hidup, kekerasan
pasangan, pengkajian risiko), sesuai indikasi.
- Dapatkan riwayat kesehatan secara detail termasuk deskripsi
kebiasaan kesehatan, faktor resiko, dan obat-obatan sesuai.
- Berikan informasi pemeriksaan diri yang tepat selama
skrining.
- Rujuk pasien pada penyedia perawatan kesehatan lainnya,
yang di perlukan.

4. Implementasi
a. Nyeri persalinan b.d tekanan bayi karena persalinan macet
disebabkan oleh persalinan memanjang.
- Melakukan pengkajian komprehensif dari nyeri yang meliputi
lokasi, kapan pertama kali di rasakan, frekuensi intensitas
nyeri, juga faktor yang meringankan dan memicu nyeri
- Memonitor nyeri menggunakan alat pengukur yang valid dan
reliable sesuai usia dan kemampuan berkomunikasi
- Mengikuti protokol agensi dalam memilih analgesik dan
dosis
- Memilih dan implementasikan pilihan intervensi yang sesuai
dengan farmakologi, nonfarmakologi,interpersonal) untuk
memfasilitas menurunnya nyeri dengan tepat
- Mencegah dan kelola efek samping pengobatan
- Memberitahukan dokter jika tindakan kontrol nyeri tidak
berhasil
b. Resiko cidera pada janin b.d penekanan kepala pada panggul
dan persalinan lama.
- Menentukan populasi target untuk (di lakukannya)
pemeriksaan kesehatan
- Menjadwalkan pertemuan untuk meningkatkan efesiensi dan
perawatan individual
- Menggunakan instrumen skrining yang valid dan terpercaya,
tepat untuk kondisi tertentu (misalnya kondisi jantung dan
pembuluh darah, imunisasi, pengetahuan kesehatan, depresi
malnutrisi, obesitas, penggunaan obat dan alkohol, kesehatan
prenatal, kesehatan terkait dengan kualitas hidup, kekerasan
pasangan, pengkajian risiko), sesuai indikasi.
- Mendapatkan riwayat kesehatan secara detail termasuk
deskripsi kebiasaan kesehatan, faktor resiko, dan obat-obatan
sesuai.
- Memberikan informasi pemeriksaan diri yang tepat selama
skrining.
- Merujuk pasien pada penyedia perawatan kesehatan lainnya,
yang di perlukan.
5. Evaluasi
 Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah
didokumentasikan adalah evaluasi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Hastuti, Puji Apriyani. 2012.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/konsep-
dasar-asuhan-keperawatan/. Di akses pada tanggal 21
september 2020, Pada Pukul 16.30 WITA.

Gordon, Marjory.2017. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klarifikasi 2018-2020. Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Kedokteran EGC.

Swanson, Elizabeth dan Marion Johnson dkk. 2018. Nursing


Outcome Classification (NOC) Pengukuran Outcome
Kesehatan Edisi Keenam Bahasa Indonesia.Jakarta: Moco
Media.

Wagner, Cheryl M dan Gloria M Bulechek. 2018. Nursing


Interventions Classification (NIC) Edisi Ketujuh Bahasa
Indonesia.Jakarta: Moco Media.

Anda mungkin juga menyukai