Oleh kelompok 3 :
S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya
dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami dengan baik
dengan judul.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah HIV AIDS 2. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasi kepada kelompok kami atas partisipasi nya. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata
sempurna.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................16
3.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
LAMPIRAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air
Karbohidrat, lemak dan protein disebut energi nutrien karena merupakan sumber energi
dari makanan sedangkan vitamin, mineral dan air merupakan substansi penting untuk
membangun, mempertahankan dan mengatur metabolisme jaringan tubuh
1.Karbohidrat
a. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya
dalam bentuk amilum
b. Pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam
air ludah
c. Penyerapan karbohidrat yang dimakan/dikonsumsi berupa polisakarida, disakarida
dan monosakarida
d. Kebutuhan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total
2
2. Lemak
3. Protein
a. Enzim protease (pepsin) yang terdapat dalam lambung mengubah protein menjadi
albuminosa dan pepton
b. Protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah di
bawa ke hati kemudian dibersihkan dari toksin.
c. Kebutuhan protein 10-15% atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan energi total
4. Mineral
5. Vitamin
a. Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, penting
untuk melakukan fungsi metabolik.
b. Vitamin dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (vitamin C, B1,
B2, B6, B12) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K)
c. Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya
6. Air (Cairan)
a. Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia
b. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air.
c. Pada orang dewasa asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun
dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum.
3
A.MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
2. Kelebihan Nutrisi
a. Suatu keadaan yang dialami seseorang yg mempunyai resiko peningkatan
BB akibat asupan kebutuhan metabolisme berlebih
b. Tanda klinis : BB lebih dari 10% BB idieal, obesitas, aktivitas menurun
dan monoton, lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada wanita
c. Penyebab : perubahan pola makan, penurunan fungsi pengecapan
3. Obesitas : BB yang mencapai > 20% BB normal
4. Malnutrisi Malnutrisi adalah suatu keadaan terganggunya kemampuan
fungsional, atau defisiensi integritas struktural atau perkembangan yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara suplai nutrisi esensial untuk jaringan
tubuh dengan kebutuhan biologis spesifik.
Malnutrisi dapat disebabkan oleh:
a. Under nutrition, disebabkan karena kekurangan pangan secara relatif atau
absolut selama periode tertentu.
b. Spesific deficiency, disebabkan karena kekurangan zat gizi tertentu,
misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
c. Over nutrition, disebabkan karena kelebihan konsumsi pangan untuk
periode tertentu.
d. Imbalance, disebakan karena disporposi zat gizi, misalnya kolesterol
terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL dan VLDL.
4
6. Hipertensi : Gangguan nutrisi yang disenbabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi
penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat
menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung
kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk
mengurangi efek samping ARV-OI. Status gizi Odha sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan
asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan
menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan
kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan gizi yang baik untuk Odha
amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan HIV/AIDS.
5
1. Tujuan asuhan gizi
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan
status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket
kegiatan yang terdiri dari:
2. Intervensi gizi
3. Konseling gizi
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai
status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:
a. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari
sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui
kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.
b. Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa
Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa
jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan
prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro dalam darah
misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dll.
6
kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan
Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk
menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal
agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS. Pada Odha yang
mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi pencernaan
seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan status
gizi mereka.
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan
masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat
lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup,
aman, terjangkau.Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi
HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta
penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara
penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari
ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi
gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui. Pada prinsipnya terapi diet
harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan
makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan
mineral yang cukup.
c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
7
d. Meningkatkan kualitas hidup
5. Syarat diet
b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti
daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-
buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi
e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
8
e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak
dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma,
oralkandidiasis)
o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso
Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)
9
3. Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi
CO2, dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak
mencukupi kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi
lemah, perlu diberikan makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan
suplemen). Pemberian makanan dapat dilakukan pada pasien dalam posisi
setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih optimal.
4. Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak.
Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung
asam lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit.
Perlu tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).
5. Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan
kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi
sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2
liter atau 8 gelas/hari.
6. Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya.
Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien
tidak dapat makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang
dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi
kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah serat.
Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya
mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi
zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena
peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.
10
kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari, khusus
pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar penyerapan lebih
baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk
mencegah penurunan berat badan yang drastis.
Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel
dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi
suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh
terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.
Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi
mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung
vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha
dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2
minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet
multivitamin dan mineral setiap hari.
11
Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk
mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal
kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa
Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas
lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar
Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan
pestisida dan bakteri
Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah
dimasak
Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri
karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin
Pada prinsipnya pemberian asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan
ibu dengan HIV tidak hamil dengan menambah kalori dan protein sekitar 300-400 Kkal/hari
dan protein 15 gr/hari
Pada prinsipnya ibu dengan HIV dianjurakn untuk tidak menyusui bayinya, untuk
mencegah penularan HIV kepada bayinya melalui ASI. Oleh karena itu bayi diberikan
Pengganti Air Susu Ibu sesuai dengan anjuran dokter. Namun dalam keadaan tertentu di
mana pemberian PASI tidak memungkinkan dan bayi akan jatuh ke dalam keadaan kurang
12
gizi, ASI masih dapat diberikan dengan cara diperas dan dihangatkan terlebih dahulu pada
suhu di atas 66°C untuk membunuh virus HIV.
Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut:
a. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk semua ibu yang tidak
terinfeksi atau ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.
b. Ibu dengan HIV-positif dianjurakn untuk tidak memberikan ASI dan sebaiknya
memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yang diencerkan.
c. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4-6
bulan kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.
Berbagai bahan makanan yang banyak didpatakan di Indonesia seperti tempe, kelapa,
wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan
gizi pada Odha.
a. Tempe atau produknya mengandung protein dan Vitamin B12 untuk mencukupi
kebutuhan Odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah
diare.
b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber
energi karena mengandung MCT (medium chain trigliseride) yang mudah diserap dan
tidak menyebabkan diare. MCT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk
pembentukan sel.
c. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan
beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan
oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas
d. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah
defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4
e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12
dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
13
f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan
tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) 63%
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga
mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV. (Sumber :
spiritia.or.id)
14
BAB III
KRITISI JURNAL
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS
4.2 Saran
Saran kami bagi pembaca agar mengetahui serta mampu memahami Kebutuhan
nutrisi pada klien dengan HIV/ AIDS pada penderita.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.
2. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta.
3. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.
Houghton Mefflin Company. Boston.
4. NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
5. North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia.
17
18