Anda di halaman 1dari 23

Faktor Penularan HIV dari Ibu ke Anak

Oleh kelompok 3 :

1. Ni Made Putri Suaryanadi (18089014046)


2. Kadek Vera Elvandari (18089014052)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

S1 KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya
dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami dengan baik
dengan judul.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah HIV AIDS 2. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasi kepada kelompok kami atas partisipasi nya. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata
sempurna.

Singaraja, 28 maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................1
1.4 Manfaat.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian nutrisi ...................................................................................................2


2.2 Kebutuhan nutrisi untuk orang normal...................................................................2
2.3 Kebutuhan nutrisi untuk klien hiv/aids...................................................................5

BAB III KRITISI JURNAL

3.1 Kritisi jurnal..........................................................................................................15

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................16

3.2 Saran......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

LAMPIRAN

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan nutrisi ?
1.2.2 Bagaimanakah kebutuhan nutrisi pada orang normal?
1.2.3 Bagaimanakah kebutuhan nutrisi untuk klien dengan hiv/aids?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian nutrisi
1.3.2. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada orang normal
1.3.3 .Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada klien hiv/aids
1.4 Manfaat
bagi pembaca agar bisa menambah pengetahuan terhadap kebutuhan nutrisi Hiv/Aids
bagi penderia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN NUTRISI

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau
bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.

2. 2 KEBUTUHAN NUTRISI PADA ORANG NORMAL

1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air

Karbohidrat, lemak dan protein disebut energi nutrien karena merupakan sumber energi
dari makanan sedangkan vitamin, mineral dan air merupakan substansi penting untuk
membangun, mempertahankan dan mengatur metabolisme jaringan tubuh

1.Karbohidrat

a. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya
dalam bentuk amilum
b. Pembentukan amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam
air ludah
c. Penyerapan karbohidrat yang dimakan/dikonsumsi berupa polisakarida, disakarida
dan monosakarida
d. Kebutuhan karbohidrat  60-75% dari kebutuhan energi total

2
2. Lemak

a. Pencernaan lemak dimulai dalam lambung.


b. Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengupah sebagian kecil lemak
menjadi asam lemak dan gliserin
c. Kebutuhan lemak   10-25% dari kebutuhan energi total

3. Protein

a. Enzim protease (pepsin) yang terdapat dalam lambung mengubah protein menjadi
albuminosa dan pepton
b. Protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama dengan darah di
bawa ke hati kemudian dibersihkan dari toksin.
c. Kebutuhan protein  10-15%  atau 0,8-1,0 g/kg BB dari kebutuhan energi total

4. Mineral

a. Mineral tidak membutuhkan pencernaan, mineral diserap dengan mudah melalui


dinding usus halus secara difusi pasif maupun transportasi aktif
b. Jenis mineral : kalsium, fosfor, yodium, besi, magnesium zinc
c. Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral

5.  Vitamin
a. Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, penting
untuk melakukan fungsi metabolik.
b. Vitamin dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air (vitamin C, B1,
B2, B6, B12) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K)
c. Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya

6. Air (Cairan)
a. Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia
b. Tubuh manusia terdiri dari atas 50%-70% air.
c. Pada orang dewasa asupan air berkisar antara 1200-1500cc per hari, namun
dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum.

3
A.MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI

1.         Kekurangan Nutrisi

a. Keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal)


atau risiko penurunan berat badan akibat ketidak cukupan asupan nutrisi
untuk kebutuhan metabolisme
b. Tanda klinis : BB 10-20% dibawah normal, TB di bawah ideal, adanya
kelemahan dan nyeri tekan pada otot, adanya penurunan albumin serum
c. Penyebab : disfagia, nafsu makan menurun, penyakit infeksi dan kanker,
penurunan absorpsi nutrisi

2.      Kelebihan Nutrisi
a. Suatu keadaan yang dialami seseorang yg mempunyai resiko peningkatan
BB akibat asupan kebutuhan metabolisme berlebih
b. Tanda klinis : BB lebih dari 10% BB idieal, obesitas, aktivitas menurun
dan monoton, lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada wanita
c. Penyebab : perubahan pola makan, penurunan fungsi pengecapan
3.       Obesitas :  BB yang mencapai > 20% BB normal
4. Malnutrisi Malnutrisi adalah suatu keadaan terganggunya kemampuan
fungsional, atau defisiensi integritas struktural atau perkembangan yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara suplai nutrisi esensial untuk jaringan
tubuh dengan kebutuhan biologis spesifik.
Malnutrisi dapat disebabkan oleh:
a. Under nutrition, disebabkan karena kekurangan pangan secara relatif atau
absolut selama periode tertentu.
b. Spesific deficiency, disebabkan karena kekurangan zat gizi tertentu,
misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dll.
c. Over nutrition, disebabkan karena kelebihan konsumsi pangan untuk
periode tertentu.
d. Imbalance, disebakan karena disporposi zat gizi, misalnya kolesterol
terjadi karena tidak seimbangnya LDL, HDL dan VLDL.

5. Diabetes melitus gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya


ggn metabolism

4
6. Hipertensi : Gangguan nutrisi yang disenbabkan oleh berbagai masalah 
pemenuhan   kebutuhan nutrisi

7. Penyakit jantung koroner : Gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh


adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok

8. Kanker : Pengkomsusian lemak secara berlebihan

9. Anoreksia Nervosa Penurunan BB secara mendadak dan berkepanjangan yg


ditandai dengan adanya konstipati, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan

2.3 Nutrisi untuk ODHA

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.

Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi
penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat
menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung
kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk
mengurangi efek samping ARV-OI. Status gizi Odha sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan
asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan
menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan
kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan gizi yang baik untuk Odha
amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan HIV/AIDS.

5
1. Tujuan asuhan gizi

Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan
status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

2. Paket asuhan gizi

Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket
kegiatan yang terdiri dari:

1. Pemantauan status gizi

2. Intervensi gizi

3. Konseling gizi

(1). Pemantauan status gizi

Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah mempunyai
status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan cara:

a. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari
sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui
kemungkinan potensi kekurangan zat gizi.
b. Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa
Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa
jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan
prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro dalam darah
misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dll.

(2). Intervensi gizi

Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi yang terkait dengan
pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan

6
kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan
Gizi.

Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk
menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal
agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS. Pada Odha yang
mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi pencernaan
seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan status
gizi mereka.

(3). Konseling gizi

Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan gizi yang
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamping Odha dan
masyarakat.

Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat
lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup,
aman, terjangkau.Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi
HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta
penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara
penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari
ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.

3. Terapi gizi medis

Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi
gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui. Pada prinsipnya terapi diet
harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan
makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan
mineral yang cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:

a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh

b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal

c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan

7
d. Meningkatkan kualitas hidup

e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal

4. Prinsip gizi medis pada Odha

Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral (melalui mulut).


Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.

5. Syarat diet

Syarat diet pada orang dengan HIV:

a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu

b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti
daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya

c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-
buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi

d. Minum susu setiap hari

e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)

f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan


jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat
lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan

h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)

i. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

Syarat diet pada pasien AIDS:

a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan

b. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering

c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya

d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna

8
e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus

f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak
dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai

g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)

h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan


jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat
lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan

j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)

k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan

l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare

m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol

n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma,
oralkandidiasis)

o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso
Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi

1. Anoreksi dan disfagia


Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini
dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping
itu pasien AIDS sering mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur
pada mulut. Keadaan tersebut memerlukan terapi diet khusus dengan
memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan cara pemberiannya.
2. Diare
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam
tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang
tepat, terutama yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang
rendah serat dan tinggi kalium dan magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

9
3. Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi
CO2, dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak
mencukupi kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi
lemah, perlu diberikan makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan
suplemen). Pemberian makanan dapat dilakukan pada pasien dalam posisi
setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih optimal.
4. Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak.
Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung
asam lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit.
Perlu tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).

5. Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan
kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi
sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2
liter atau 8 gelas/hari.
6. Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya.
Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien
tidak dapat makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang
dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi
kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah serat.

7. Kebutuhan zat gizi makro

Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya
mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi
zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena
peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.

Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2


gram/kgBB/hari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan
memberikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari. Kebutuhan

10
kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari, khusus
pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar penyerapan lebih
baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk
mencegah penurunan berat badan yang drastis.

8. Suplementasi zat gizi mikro

Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel
dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi
suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh
terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat.

Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi
mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung
vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha
dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2
minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet
multivitamin dan mineral setiap hari.

Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar


berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunitas
tubuh. Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling
sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang
demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung
kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare
kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan
penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan cairan
tersebut.

9. Keamanan makanan dan minuman

Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat


menimbulkan risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan hal-hal
sbb:

11
 Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk
mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal
kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa

 Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas
lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar

 Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan

 Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan
pestisida dan bakteri

 Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi

 Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan

 Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi

 Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah
dimasak

 Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan

 Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol

 Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur

 Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri
karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin

10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV

Pada prinsipnya pemberian asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan
ibu dengan HIV tidak hamil dengan menambah kalori dan protein sekitar 300-400 Kkal/hari
dan protein 15 gr/hari

11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV

Pada prinsipnya ibu dengan HIV dianjurakn untuk tidak menyusui bayinya, untuk
mencegah penularan HIV kepada bayinya melalui ASI. Oleh karena itu bayi diberikan
Pengganti Air Susu Ibu sesuai dengan anjuran dokter. Namun dalam keadaan tertentu di
mana pemberian PASI tidak memungkinkan dan bayi akan jatuh ke dalam keadaan kurang

12
gizi, ASI masih dapat diberikan dengan cara diperas dan dihangatkan terlebih dahulu pada
suhu di atas 66°C untuk membunuh virus HIV.

Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut:

a. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk semua ibu yang tidak
terinfeksi atau ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.

b. Ibu dengan HIV-positif dianjurakn untuk tidak memberikan ASI dan sebaiknya
memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yang diencerkan.

c. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4-6
bulan kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.

12. Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi Odha

Berbagai bahan makanan yang banyak didpatakan di Indonesia seperti tempe, kelapa,
wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan
gizi pada Odha.

a. Tempe atau produknya mengandung protein dan Vitamin B12 untuk mencukupi
kebutuhan Odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah
diare.

b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber
energi karena mengandung MCT (medium chain trigliseride) yang mudah diserap dan
tidak menyebabkan diare. MCT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk
pembentukan sel.

c. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan
beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan
oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas

d. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah
defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4

e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12
dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia

13
f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan
tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) 63%
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga
mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV. (Sumber :
spiritia.or.id)

14
BAB III

KRITISI JURNAL

3.1 Kritisi Jurnal


1. Judul
a) Pada jurnal, judul tidak ditulis dengan huruf kapital.
b) pada judul jurnal yaitu terdiri dari 15 kata, karena judul jurnal yang baik terdiri dari
12-15 kata sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
2. Penulis
a) Pada jurnal, penulis sudah memenuhi aturan yang telah ditentukan.
3. Abstrak
a) Abstrak pada jurnal dilengkapi dengan kata kunci yang terdiri dari 11 kata pada
abstrak bahasa Indonesia dan 10 kata pada abstrak bahasa Inggris dimana abstrak ini
tidak sesuai dengan aturan karena jurnal yang baik kata kunci abstrak terdiri dari 3-5
kata
4. Pendahuluan
a) Bagian pendahuluan pada jurnal tidak mengandung tujuan penelitian.
5. Metode penelitian
a) Metode penelitian pada jurnal tidak sesuai dengan aturan. Aturan menentukan
ditulis “ Metode Penelitian” sedangkan pada jurnal hanya ditulis “METODE”
6. Hasil penelitian dan pembahasan
a) Pada jurnal hasil penelitian disertakan tabel.
7. Simpulan dan saran
a) Pada jurnal hasil yang ada di pembahasan di ulang kembali di simpulan.
8. Daftar pustaka
a) Isi daftar pustaka pada jurnal sudah baik hanya tidak ditulis dengan “Daftar
Pustaka” tetapi “Rujukan”.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunan berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan
kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu
makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan
umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan
sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka
daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS

4.2 Saran

Saran kami bagi pembaca agar mengetahui serta mampu memahami Kebutuhan
nutrisi pada klien dengan HIV/ AIDS pada penderita.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.
2. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta.
3. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.
Houghton Mefflin Company. Boston.
4. NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.
5. North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia.

17
18

Anda mungkin juga menyukai