Pertusis ( 4A )
Etiologi : infeksi bakteri Bordetella pertussis
Gejala : batuk ringan, bersin-bersin, hidung berair atau tersumbat, mata merah dan berair,
atau demam ringan, Wajah tampak memerah atau keunguan saat batuk, Muncul bunyi
“whoop” saat tarikan napas panjang sebelum batuk-batuk, Muntah setelah batuk, Merasa
sangat lelah setelah batuk, Kesulitan mengambil napas. Jika terjadi pada bayi, tidak batuk,
apnea , sianosis.
Epidemiologi : bayi yang belum pernah diberi imunisasi
Patomekanisme : B.pertussis menular via droplet di udara yang tersebar melalui batuk.
Gerbang masuk dari organisme adalah infeksi saluran pernapasan mukosa saluran atas.
Setelah terhirup, B. pertussis kemudian menempel pada sel epitel (sel mukosa superfisial)
dan nasofaring dengan mengeluarkan beberapa macam protein adesin seperti filamentous
hemagglutinin (FHA). Di tempat ini bakteri tersebut kemudian akan bermultiplikasi dan
memproduksi berbagai toksin untuk merusak sel-sel lokal.
Pemeriksaan Penunjang : kultur bakteri, tes darah, pemeriksaan x-ray, PCR, serologi asai
Diagnosis Banding : bronkiolitis, pneumonia bakterial, sistik fibrosis, tuberkulosis, serta
adanya benda asing.
Terapi : antibiotik dengan eritromisisn (50 mg/kgBB/hari) atau ampisilin (100
mg/kgBB/hari), maksimum 2gram perhari diberikan selama 14 untuk mencegah relaps.
Etiologi : Bronkitis akut karena virus dan bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma
pneumoniae, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheriae.
Gejala : Rasa sesak di dada, Batuk berdahak, Warna dahak bisa bening atau kuning,
Mengi, yaitu muncul bungi ‘ngik’ di tiap tarikan napas, Sakit tenggorokan, Demam
yang disertai menggigil, Pegal-pegal.
Epidemiologi : biasa terjadi pada anak berusia di atas 5 tahun atau remaja.
Patomekanisme : infeksi saluran pernapasan atas, infeksi dan inflamasi dapat menjalar
sampai ke trakea, bronkus, dan bronkiolus. Sel-sel dari jaringan bronkial akan teriritasi dan
membran mukosa menjadi hiperemis dan edema. Hal ini menyebabkan fungsi mukosiliar
akan terganggu. Akibatnya, saluran udara menjadi tersumbat oleh debris dan iritasi akan
semakin memberat. Tubuh akan merespon dengan melakukan sekresi mukus yang berlebih
(hipersekresi mukus). Adanya refleks batuk membantu eliminasi mukus dari saluran napas.
Pemeriksaan Penunjang :
Rontgen paru
Tes darah
Terapi : Pasien mulai diberikan rejimen sesuai standar terdiri atas 5 atau 6 jenis obat. Obat
dan dosis yang digunakan pada rejimen terapi dipaparkan pada Obat anti-TB yang diberikan
kanamisin (Km), levofloxacin (Lfx), etionamid (Eto), etambutol (E) jika masih sensitif,
pirazinamid (Z), cycloserin (Cs), diberikan juga vitamin B3. Injeksi diberikan selama 5 hari
(Senin-Jumat) dan terapi oral diberikan setiap hari (Senin-Minggu).