Anda di halaman 1dari 30

PLENO SKENARIO 2

Kelas A-01
“Batukku Berdarah”
Anggota Kelas A-01
• Ananda Putri Sahriana
• Cut Putri Taqwani
• Fitri Mardia Sari Siregar
• Lena Darliana
• Lia Utari
• Muhammad Ramadhani
• Safriana
• Sry Audian Ansari
• T. Ichsan
• Ula Farihah Wildan
• Weni Yupita
• Wina Sri Utama
Batukku Berdarah
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang ke IGD dengan keluhan batuk-batuk dengan dahak yang
bercampur darah selama 2 minggu ini. Selera makan menurun tanpa sebab yang jelas, dengan
penurunan berat badan sebanyak 5 kg dalam 1 bulan ini. Pasien juga mengeluh sariawan di mulut
serta sering demam. Pasien bekerja sebagai pemandu wisata di sebuah pulau. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD: 110/80 mmHg, denyut nadi 98 kali/menit, suhu 37,8 C, frekuensi napas 28
kali/menit. Dokter menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada leher sisi kiri dengan
diameter sekitar 1 cm, jumlahnya ada 3 dan tidak nyeri tekan. Pemeriksaan auskultasi paru dijumpai
suara napas bronkhial dan ronki basah kasar di kedua lapangan paru. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 9,8 mg/dl, leukosit 2300/uL, hitung jenis 0/2/78/6/14, LED 28 mm/jam. Pemeriksaan
CD4 menunjukkan hasil 65/mm3. Pada foto tooraks tampak infiltratt merata di kedua lapangan paru.
Pemeriksaan sputum BTA dengan pewarnaan Ziehl Neelsen sewaktu-pagi didapatkan hasil 2+ dan
1+.
Apa penyebab keluhan yang terjadi pada pasien tersebut?
Identifikasi Konsep
TB Paru dengan HIV
Identifikasi Istilah
1. Suara napas bronkial : Suara napas yang
ekspirasinya lebih lama dari inspirasi.
2. Ronki basah : Suara napas tambahan yang berbunyi
seperti gelembung-gelembung udara.
3. Infiltrat : Bercak-bercak atau titik-titik kecil dengan
densitas sedang dan batas tidak tegas.
4. CD4 : Sejenis sel darah putih disebut juga T-4.
Identifikasi Masalah
1. Mengapa pasien mengalami batuk darah?
2. Mengapa pasien mengalami penurunan BB dan kurang
nafsu makan?
3. Bagaimana interpretasi pada hasil pemeriksaan di
skenario?
4. Mengapa pasien mengalami pembesaran kelenjar limfe
dan demam?
Analisis Masalah
1. Mengapa pasien mengalami batuk darah?
2. Mengapa pasien mengalami penurunan
BB dan kurang nafsu makan?
3. Bagaimana interpretasi pada hasil
pemeriksaan di skenario?

• Vital Signs :
1. TD: 110/80 mmHg (Normal menurut JNC 8)
2. Nadi: 98x/menit (Normal)
3. Suhu: 37,8ᵒC (Subfebris)
4. RR: 28X/MENIT (Normal)
• Lab Darah :
1. Hb: 9,8 mg/dl (Rendah, normalnya 14-18 mg/dl)
2. Leukosit: 2300/ʯl (Rendah, normalnya 4000-10.000/ʯl)
3. Hitung Jenis 0/2/78/6/14 (limfosit, monosit dan netrofil tidak normal)
4. LED: 28 mm/jam (memanjang, normalnya <15 mm/jam)
5. CD4: 65 mm3 (sangat rendah, normlnya 500-1500 mm3)
• Bakteriologi :
1. BTA: 2+ 1+ (Sewaktu-pagi), +TB
4. Mengapa pasien mengalami pembesaran
kelenjar limfe dan demam?

• Pembesaran kelenjar limfe


Disebabkan karena infeksi bakteri TBC

• Demam
Infeksi mikroorganisme → aktivasi respon imun seluler → aktivasi
makrofag → produksi IL1, IL6, TNF ⍺, AFN → aktivasi jalur PGE2 melalui
asam arakidonat → meningkatkan set point di hipotalamus → demam
Strukturisasi
Diagnosis Banding

Diangnosis Klinis

TB dengan HIV

Definisi Prognosis
Epidemiologi DD dan DX
Etiologi Manifetasi Klinis Tata Laksana
Identifikasi Tujuan Belajar (LO)
1. Bagaimana Diagnosis Banding dan Diagnosis TB Paru?
2. Definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, komplikasi,
tatalaksana, prognosis TB Paru?
3. Bagaimana Hubungan HIV dengan TB?
4. Derajat HIV yang menyebabkan infeksi lain?
Presentasi Hasil Belajar Mandiri
1. Bagaimana Diagnosis Banding
dan Diagnosis TB Paru? (1)

Diagnosis Banding Diagnosis

1. TB Paru • Anamnesis
2. Pneumonia • Pemeriksaan Fisik
3. Kanker Paru • Pemeriksaan
4. Bronkiektasis Bakteriologi
5. Pneumonia Aspirasi • Pemeriksaan
6. Abses Paru Radiologi
1. Bagaimana Diagnosis Banding
dan Diagnosis TB Paru?(2)

Anamnesis
• Gejala lokal (respiratorik) : batuk lebih dari 2 minggu, hemoptisis, sesak napas, dan nyeri dada.
• Gejala sistemik : Demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : tubuh biasanya tampak kirus, lemah, pucat, sesak
• Palpasi : terdapat pembesaran kelejar limfe disekitar leher atau axilla
• Perkusi : tentukan letak organ
• Auskultasi : ronki basah dan suara vesikuler meningkat
Pemeriksaan Bakteriologi
Diagnosis bakteriologik ditemukan basil tahan asam dalam sputum.
Dengan cara 3 kali pemeriksaan hapusan basil tahan asam dari sputum (SPS: sewaktu pagi
sewaktu).
1. Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung
2. Pemeriksaan biakan
3. Pemeriksaan tes cepat molekulr (TCM) TB

Pemeriksaan Radiologi
Foto polos thoraks PA yang biasa dilakukan. Dicurigai lesi TB aktif :
1. Bayangan berawan/nodular di lobus atas paru segmen apikal dan posterior, lobus bawah
segmen posterior
2. Kavitas (apalagi lebih dari 1 dan dikelilingi bayangan berawan)
3. Bercak Milier
4. Efusi Pleura unilateral
2. Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberculosis Paru merupakan penyakit infeksi


kronis pada paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis.
2. Etiologi Tuberkulosis Paru

Penyebab Tuberculosis paru ialah Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk


batang, berglanular serta bersifat tahan asam.

Bakteri ini menular melalui droplet yang berasal dari batuk, bersin maupun saat
seseorang yang terinfeksi penyakit ini berbicara
2. Epidemiologi Tuberkulosis Paru

Tuberculosis Paru dulu


dikenal dengan nama
penyakit Consumption Tahun 1882 Robert Koch
Dahulu dipercaya menemukan penyakit
bahwa penyebarannya tersebut berasal dari
melalui lalat bakteri Mycobacterium
WHO : 22 negara dengan tuberculosis, sehingga
beban TBC tertinggi di dunia kemudian dikenal dengan
50% berasal dari negara- nama Koch Pulmonum.
negara di Afrika dan Asia, Dari seluruh kasus di dunia,
salah satunya Indonesia. India menyumbang sekitar
30% dari kasus TB, China
sekitar 15% dan Indonesia
10%.
2. Patofisiologi
Tuberkulosis
Paru
2. Komplikasi Tuberkulosis Paru

• Hemoptysis berat
• Bronkiektasis dan fibrosis paru
• Pneumothoraks spontan akibat
kerusakan jaringan paru
2. Tatalaksana

• OAT Lini Pertama


– Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2 (HRZE)/4(HR), diberikan pada
pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis, TB Paru terkonfirmasi klinis
dan TB Ekstra Paru
– Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3, diberikan pada pasien
kambuh, gagal pada pengobatan sebelumnya atau putus berobat

Keterangan:
H(Isoniazid), R(Rifampisin), Z(Pirazinamid), S(Streptomisin), dan E (Etambutol)
2. Prognosis

Jika pengobatan tepat dan teratur, maka prognosis akan bagus.


Begitu pula sebaliknya, jika pengobatan pasien tidak teratur, prognosis menjadi
buruk.
3. Bagaimana Hubungan Tuberkulosis
dengan HIV?

• Pada penderita HIV jumlah serta fungsi sel CD4 menurun secara progresif,
serta gangguan pada fungsi makrofag dan monosit. CD4 dan makrofag
merupakan komponen yang memiliki peran utama dalam pertahanan
tubuh terhadap mikobakterium.

• Molekul-molekul CD4 sangat banyak terdapat pada permukaan sel limfosit


T – helper. Penurunan jumlah dan fungsi sel limfosit T-helper akan
menyebabkan seseorang mengalami kelainan sistem kekebalan yang
disebut dengan immunodeficiency.
3. Bagaimana Hubungan Tuberkulosis dengan
HIV?

• Penderita immunodeficiency menjadi lebih rentan terhadap berbagai


ragam infeksi dan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan kekebalan
tubuh yang parah dikenal sebagai infeksi oportunistik(IO).

• Tuberkulosis merupakan IO urutan kedua dalam daftar frekuensi IO di


Indonesia dan menjadi penyebab kematian tertinggi untuk Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA).
4. Derajat HIV yang menyebabkan
infeksi lain?

Menurut WHO, HIV terbagi atas 4 derajat, yaitu:

1. Asimptomatik Derajat I Derajat II


2. Persistent generalized lymphadenopathy Gejala : Berat badan menurun <10%, minor
3. Acute retroviral seroconvertion mucocutaneous manisfestation,
syndrome e.g.prurigo, fungal nail, oral ulceration,
Gejala : demam, radang tenggorokan, sakit herpes zoster, Infeksi Saluran Nafas Atas
kepala, ruam kulit, nyeri otot, hasil belum berulang.
menunjukkan HIV (+)
Derajat III Derajat IV
Gejala : Bergejela tetapi aktivitas masih
normal, berat badan menurun >10%, Gejala : Berkembang penyakit-penyakit
kronik diare tidak jelas penyebabnya > seperti penyakit saraf, infeksi oportunistik,
bulan, oral candidiasis, oral hair ke ganasan/neoplasma: lymphoma dan
leukopenia, pulmonary TB, infeksi bakteri Kaposi’s sarcoma, HIV encephalopathy,
berat: pneumonia, pyomyositis. extrapulmonary TB.
Sintesis
• Ternyata terdapat hubungan antara HIV dan TB. Dimana apabila pasien
terinfeksi HIV maka akan mudah terserang penyakit TB. Karena imun
tubuh pasien menurut.
• Pasien pada skenario mengalami penyakit TB, maka akan meningkatkan
progresivitas penyakit HIV. Oleh karena itu kita harus mengobati TB
terlebih dahulu.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai