Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman)
sehingga menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh
menolak antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan kuman
tersebut.Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan mikroorganisme
lainnya.Dalam makalah ini kami membahas infeksi virus yang dapat ditularkan
seperti Tuberkulosis,Diare,Tifoid, dan Kusta.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik yang


telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC paru, sisanya (15%) menyerang organ
tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak,
dan lainnya (Icksan dan Luhur, 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum,
TBC dibagi dalam: TBC paru BTA positif: sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum
BTA positif, TBC paru BTA negatif: dari 3 spesimen BTA negatif, foto toraks
positif (Rani, 2006). Infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada struktur-
struktur di sekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
(Saputra, 2010).

Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan
rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang
yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer”
(Goodman dan Gilman, 2003). Diare adalah meningkatnya frekuensi dan
berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB
normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi
lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga
kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).
2

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh


bakteri Salmonella typhi (Balentine, 2005). Kuman Salmonella Typhi ini terdapat
di dalam kotoran, urine manusia dan juga pada makanan dan minuman yang
tercemar kuman yang dibawa oleh lalat (Prabu, 1996). Faktor-faktor yang
mempengaruhi banyaknya penderita demam typhoid adalah tingkat pengetahuan
masyarakat yang masih rendah tentang pencegahan penyakit tersebut dan masih
rendahnya status sosial ekonomi masyarakat serta masih banyaknya pembawa
kuman (carier) di masyarakat (Sabdoadi, 1991).

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang penyebabnya ialah


Mycobacterium leprae dan bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai
afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian
dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Masa tunas dari penyakit kusta
sangat bervariasi, yaitu antara 40 hari sampai 40 tahun dan pada umumnya
penyakit ini membutuhkan waktu antara tiga hingga lima tahun (Kosasih dkk.,
2007). Pada sebagian besar orang yang telah terinfeksi dapat teridentifikasi
dengan tanpa gejala atau asimptomatik, namun pada sebagian kecil
memperlihatkan gejala dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat,
khususnya pada tangan dan kaki.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara penularan dari ke 4 penyakit tersebut?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus skenario?
3. Apakah di perlukan pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut?
4. Apa etiologi dari ke 4 pasien tersebut?
5. Bagaimana pencegahan untuk ke 4 penyakit tersebut?
6. Apa saja gejala klinis dari kasus tersebut?
7. Apa saja manifestasi yang terdapat pada rongga mulut dari penyakit
tersebut?
8. Apa yang menyebabkan pasien mengalami parestesi?
9. Apakah ada komplikasi pada masing-masing kasus tersebut?
10. Apa suspek untuk ke 4 pasien tersebut?
3

1.3. Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
2. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
3. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala klinis dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
4. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
5. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang pathogenesis dan
penularan dari TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
6. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencegahan dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
7. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang prognosis dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
8. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang penatalaksaan
dari TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
4

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO 3

“Infeksi Bakteri”

Pada suatu puskesmas terdapat beberapa orang pasien dengan keluhan


batuk yang tidak sembuh sejak lama, diantaranya ada yang mengalami luka pada
mukosa mulut yang sangat sakit. Beberapa pasien mengalami diare hebat. Pasien
lain mengeluhkan sakit perut dan demam tinggi. ada juga pasien yang mengalami
penyakit kulit seperti korengan yang tidak berasa (parastesi). Di labolatorium
terlihat pemeriksaan basil tahan asam yang positif,juga ada beberapa pemeriksaan
yang lain. Rupanya daerah tersebut terdapat beberapa kejadian luar biasa yang
melibatkan beberapa penyakit. Bagaimana penatalaksanaan secara komprehensif
pada daerah tersebut?

Klarifikasi Istilah

1. Diare
Diare adalah suatu penyakit dimana fases mengalami perubahan menjadi
cair terjadi paling sedikit 3x dalam 24 jam.
2. Korengan
Korengan adalah suatu luka yang membusuk dan bernanah.
3. Kejadian luar biasa
Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematianyang bermakna secara epidermiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada kejadian wabah.
4. Komprehensif
Komprehensif berati menyeluruh, bersifat luas dan lengkap
5. Parastesia
5

Parastesia adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami sensasi panas


seperti,tertusuk-tusuk jarum, mati rasa atau kekebasan.
1.1 Menetapkan Masalah
1. Bagaimana cara penularan dari ke 4 penyakit tersebut?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus skenario?
3. Apakah di perlukan pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut?
4. Apa etiologi dari ke 4 pasien tersebut?
5. Bagaimana pencegahan untuk ke 4 penyakit tersebut?
6. Apa saja gejala klinis dari kasus tersebut?
7. Apa saja manifestasi yang terdapat pada rongga mulut dari penyakit
tersebut?
8. Apa yang menyebabkan pasien mengalami parestesi?
9. Apakah ada komplikasi pada masing-masing kasus tersebut?
10. Apa suspek untuk ke 4 pasien tersebut?

1.2 Brain Storming/Curah Pendapat


1. Bagaimana cara penularan dari ke 4 penyakit tersebut?
Pasien TBC
- Melalui udara yang tercemar seperti batuk dan terkena percikan dahak
batuk pasien
Pasien diare
- Melalui air yang tercemar dan makanan yang terinfeksi
Pasien demam typoid
- Melalui makanan, minuman yang tercemar
Pasien kusta
- Penularan bisa melalui kontak langsung dengan penderita

2. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus skenario?


Pasien TBC

- Diberikan obat rifampisin,


Pasien diare
6

- Pemberian antibiotik,konsumsi banyak cairan

- Antibiotik flurokuinolon

- Mengkonsumsi oralit

Pasien demam typoid

- Pemberian antibiotik seperti azitromisin

- Pemberian cipri untuk orang yang tidak hamil (rika)


Pasien kusta

- Memberikan rimfapisin,

- Pembedahan untuk memperbaiki jaringan yang rusak

3. Apakah di perlukan pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut?


- Pasien 1 TBC dilakukan pemeriksaan BTA
- Pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan suara napas
- Bisa juga dilakukan dengan pemeriksaan foto rontgen
- Bisa juga dilakukan dengan pemeriksaan pewarnaan panas zlehl neilse
- Adanya nodul yang terkalsifikasi pada perifer paru
- Pasien ke-2 diare
- Pemeriksaan feses, pemeriksaan darah dan pemeriksaan siqmoidoskopi
dan kolonoskopi

- Pasien ke-3 Demam Typoid


- Pemeriksaan darah (trombosit)
- Pemeriksaan bakteriologi
- Pemeriksaan pcr untuk melacak dna bakteri samonella
- Pasien ke-4 Kusta
- Pemeriksaan kerokan kulit dimana hasilnya bisa positif dan negatif

4. Apa etiologi dari ke 4 pasien tersebut?


- Pasien TBC disebabkan mycobacterium tuberculosis
7

- Demam typoid disebabkan oleh bakteri mycobacterium salmonella typoid


- Kusta disebabkan oleh mycobacterium leprae
- Diare disebabkan oleh bakteri ecoli
- Diare bisa disebabkan oleh ecoli yang patogen dan shigella,dan bisa juga
disebabkan oleh virus, dan demam typoid disebabkan oleh salmonella
paratypi
- Demam typoid disebabkan oleh bakteri enterica

5. Bagaimana pencegahan untuk ke 4 penyakit tersebut?


Pasien TBC
- Menutup mulut saat batuk,jangan membuang dahak sembarangan untuk
yang sudah terkena.
- Hindari makan dengan satu tempat atau satu piring berdua
- Pemberian vaksin pada bayi sebelum usia 6 bulan
Pasien diare
- Kalau makan lihat dulu kebersihannya,cuci tangan WHO dengan air
mengalir
- Menutup makanan dan minuman agar terhindar dari lalat atau serangga
Pasien demam typoid
- Menjaga kebersihan,memperhatikan makanan dan minuman,jaga
kesehatan
- Menutup makanan dan minuman agar terhindar dari lalat atau serangga
- Pemberian vaksin secara oral atau paranteral
Pasien kusta
- Untuk vaksin belum ada,pencegahan hanya bisa dilakukan dengan
pengobatan
- Dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat

6. Apa saja gejala klinis dari kasus tersebut?


Pasien TBC
- Demam tinggi,berkeringat malam hari,sesak nafas
8

- Pasien mengalami penurunan nafsu makan


Pasien diare
- Feses lembek,mual,muntah,kram perut
- Feses ada darah,dehidrasi,sakit kepala,demam
Pasien demam typoid
- Demam meningkat setiap hari,nyeri otot,berkeringat.
- Demam dan menurun pada pagi hari
- Sakit kepala pada daerah frontal,susah buang air besar
Pasien kusta
- Mati rasa, muncul luka namun tidak terasa sakit
- Muncul lesi pucat,pembesaran syaraf pada siku dan lutut
- Gambaran klinis kusta ada 2 : pausibacilaris bercak putih.kalau yang
multibacilari lesi berwana kemerahan dan bengkak

7. Apa saja manifestasi yang terdapat pada rongga mulut dari penyakit
tersebut?
- Pasien TBC
- Manifestasi pada rongga mulut biasanya ada pigmentasi tapi terlihat datar.

8. Apa yang menyebabkan pasien mengalami parestesi?


- kusta biasanya menyerang syaraf tepi kulit sehingga mengalami parastesi

9. Apakah ada komplikasi pada masing-masing kasus tersebut?


- Pasien TBC
- Pasien diare
- Xerostomia
- Pasien demam typoid
- Kejang,pendarahan,perforasi usus
- Xerostomia
- Pasien kusta
- Mati rasa, kelemahan pada otot.
9

- Cacat progresif,hilang alis dan bulu mata,jari jemari hilang .


-
10. Apa suspek untuk ke 4 pasien tersebut?
- Pada pasien 1 menderita TBC ,Pasien ke-3 menderita demam typoid
- pasien ke- 2 menderita diare,pasien ke-4 menderita kusta
- kusta biasanya menyerang syaraf tepi kulit sehingga mengalami parastesi
1.3 Menganalisis Permasalahan

Penyakit Endemik

Bakteri

TBC Diare Tifoid Kusta

Pemeriksaan
Gejala Klinis
Etiologi
Patogenesis
Penularan
Pencegahan
Prognosis
Penatalaksanaan

1.4 Learning Objektif


1. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang klasifikasi dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
2. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
3. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang gejala klinis dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
10

4. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi dari


TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
5. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang pathogenesis dan
penularan dari TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
6. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang pencegahan dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
7. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang prognosis dari
TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.
8. Mahasiawa mampu memahami dan menjelaskan tentang penatalaksaan
dari TBC,Tifoid,Diare,dan Kusta.

1.5 Belajar Mandiri

Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari
berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari
internet, buku, maupun dari pakarnya langsung.

1.6 Hasi Belajar Mandiri dari Tujuan Pembelajaran


1.6.1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi
Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS
b. DIARE
c. TIFOID
d. KUSTA
1.6.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan
penunjang dari Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS
b. DIARE
c. TIFOID
d. KUSTA
11

1.6.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis dari


Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS
b. DIARE
c. TIFOID
d. KUSTA
1.6.4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dari
Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS
b. DIARE
c. TIFOID
d. KUSTA
1.6.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pathogenesis dan
penularan penyakit dari Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS
1. Pathogenesis dari tuberculosis

Secara klinis, tuberkulosis dapat terjadi melalui infeksi primer dan pasca
primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman tuberkulosis untuk
pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, di dalam
alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman
tuberkulosis yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu
terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6
minggu. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman TB
dengan cara menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada beberapa
kuman yang menetap sebagai “persister” atau “dormant”, sehingga daya tahan
tubuh tidak dapat menghentikan perkembangbiakan kuman, akibatnya yang
bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis dalam beberapa bulan. Pada
infeksi primer ini biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung tanpa
gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem
12

imun lemah dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat
sangat menular. Infeksi pasca primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
setelah infeksi primer.

Ciri khas tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya efusi pleura. Risiko terinfeksi tuberkulosis sebagian besar
adalah faktor risiko eksternal, terutama adalah faktor lingkungan seperti rumah tak
sehat, pemukiman padat dankumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit tuberkulosis,
sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh penderita sendiri yang
disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh penderita seperti
kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, dan pengobatan dengan immunosupresan.
Penderita tuberkulosis paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh
(BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali
dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan obat
antituberkulosis (OAT) tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan
simtomatis. Resistensi terhadap OAT terjadi umumnya karena penderita yang
menggunakan obat tidak sesuai atau patuh dengan jadwal atau dosisnya.
Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman
pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman.
2. Penularan tuberculosis

b. DIARE
1. Pathogenesis diare

Patogenesis diare akut : yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke
dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu
berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan
toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare
13

Patogenesis diare kronik : lebih kompleks dan faktor-faktor yang


menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-
lain.

Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan
elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi akibat
kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.

2. Penularan diare

c. TIFOID
1. Pathogenesis tifoid

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia


melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila
respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di
lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di
dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia
pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel
fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia
yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi
sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
14

2. Penularan tifoid
d. KUSTA
1. Pathogenesis kusta

Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh manusia masa sampai


timbulnya gejala dan tanda adalah sangat lama dan bahkan bertahun-tahun, masa
inkubasinya bisa 3-20 tahun. Sering kali penderita tidak menyadari adanya proses
penyakit di dalam tubuhnya. Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis
mudah terinfeksi, namun banyak orang punya kekebalan alamiah dan tidak
menjadi penderita kusta (Agusni, 2001). Mycobacterium leprae seterusnya
bersarang di sel schwann yang terletak di perineum, karena basil kusta suka
daerah yang dingin yang dekat dengan dengan kulit dengan suhu sekitar 27-300C.
Mycobacterium leprae mempunyai kapsul yang dibentuk dari protein 21 KD,
yang mampu -2 Gberikatan dengan reseptor yang dipunyai sel schwann yaitu
laminin -dystroglycam. Kemampuan adesi tersebut merupakan carareceptor
sejenis invasi basil kusta pada perineum, sel schwnn sendiri merupakan sejenis
fagosit yang bisa menangkap antigen seperti M. leprae, tetapi tidak dapat
menghancurkannya karena sel tersebut tidak mempunyai MHC klas II yang
mampu berikatan dengan SD4 limfosit, akibatnya basil kusta dapat berkembang
biak di sel schwann (Agusni, 2003). Sel schwann seterusnya mengalami kematian
dan pecah, lalu basil kusta dikenali oleh sistem imunitas tubuh host, tubuh
melakukan proteksi melalui 2 (dua) aspek yaitu imunitas non-sepesifik dan
spesifik, makrofag menjadi aktif memfagosit dan membersihkan dari semua yang
tidak dikenali (non-self). Peran Cell Mediated Immunity sebagai proteksi kedua
tubuh mulai mengenali DNA mengidentifikasi antigen dari M. leprae. Ternyata
makrofag mampu menelan M. leprae tetapi tidak mampu mencernanya. Limfosit
akan membantu makrofag untuk menghasilkan enzim dan juices agar proses
pencernaan dan pelumatan berhasil. Keterkaitan humoral immunity dan Cell
Mediated Immunity dalam membunuh basil kusta dapat memunculkan rentangan
spektrum gambaran klinik penyakit kusta seperti tipe Tuberkuloid – Tuberkuloid
15

(TT), tipe Borderline Tuberkuloid (BT), tipe Borgerline – Borderline (BB), tipe
Borderline Lepromatous (BL) dan tipe Lepromatous – Lepromatous

2. Penularan kusta
1.6.6 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan dari
Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena penyakit
TBC Paru :

1. Hindari kontak dengan penderita TBC


Sebisa mungkin hindari kontak dengan penderita batuk khususnya TBC.
Meski demikian, jangan sampai mendiskriminasi para penderita.

2.Gunakan Masker
Selalu sediakan masker saat berada di tempat umum terutama dalam ruangan
tertutup seperti bus, pesawat, kereta api, dan mal. Masker dapat mencegah
penyebaran kuman TBC.

3. Ventilasi atau saluran udara yang baik


Ventilasi dan saluran udara yang baik dapat menghambat penyebaran kuman
TBC. Bakteri tersebut dapat berkembang biak di lingkungan yang lemban.
Bakteri TBC juga bisa mati jika terkena cahaya matahari langsung.

4. Menjaga daya tahan tubuh


Sistem imun yang rendah membuat penularan TBC akan semakin mudah.
Hindari gaya hidup yang dapat membuat daya tahan tubuh menurun seperti
merokok dan begadang. Tingkatkan daya tahan tubuh denagn istirahat yang
cukup dan makan-makanan yang bergizi.

b. DIARE
16

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena diare :

1. Selalu pakai alas kaki

Diare sering disebabkan karena kuman atau bakteri yang masuk kedalam
tubuh melalui kulit. Ditempat yang becek atau banyak genangan air sering
menjadi tempat bersarangnya kuman dan bakteri. Bakteri dan kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kulit kaki yaitu pada pori-pori kulit kita. Untuk mencegah
masuknya kuman atau bakteri penyebab diare maka pakailah alas kaki, apalagi
jika kita berada di tempat-tempat yang rentan terdapat banyak kuman dan bakteri
seperti jamban, maka pakailah alas kaki sebagai usaha cara mencegah diare
dan berbagai penyakit yang masuk.Alas kaki yang anda pakai pilihlah yang
nyaman agar anda bisa melakukan aktivitas dengan lancar. Apabila musim hujan
lebih sering terdapat genangan air di berbagai tempat sehingga anda harus lebih
perhatian dan hati-hati dalam menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh anda.

2. Rajin cuci tangan

Tangan merupakan anggota tubuh kita yang sangat sering melakukan aktivitas
daripada anggota tubuh lainnya. Karena seringnya melakukan aktivitas sehingga
lebih rentan terdapat kuman ataupun bakteri akibat tertempel dari berbagia benda
yang kita pegang seperti memegang buku yang usang, memegang tangga ketika di
mall yang tangga itu telah dipegang oleh banyak orang yang tangannya belum
tentu bersih dari kuman dan bakteri. Untuk itu kita dianjurkan minimal mencuci
tangan setelah melakukan kegiatan, sebelum makan, setelah makan, setelah buang
air besar serta sebelum memegang bayi.Cuci tangan anda dengan menggunakan
sabun agar kuman dan bakteri benar-benar mati sehingga, tangan anda steril dan
bersih dari kuman dan bakteri. Tanamkan kebiasaan cuci tangan pada diri anda
serta pada keluarga anda terutama pada anak-anak. Kebiasaan mencuci tangan
pada anak-anak akan menjadi kebiasaan yang baik untuk menjaga kebersihan
serta kesehatan tubuh sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat.
17

3. Jaga kebersihan lingkungan

Lingkungan tempat kita tinggal dan tempat kita beraktifitas seperti kerja
sangat perlu dijaga kebersihannya. Lingkungan yang bersih akan menjadikan
tubuh kita terhindar dari berbagai penyebab penyakit termasuk penyakit diare.
kebersihan lingkungan mencakup kebersihan rumah, halaman rumah, serta
selokan belakang rumah. Selokan yang mampet dapat menyebabkan mampetnya
air sehingga menciptakan genangan air yang dapat menjadi sarang berbagai bibit
penyakit.Sampah yang ada juga harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan banyak lalat menghinggapi. Bahaya makanan yang dihinggapi
lalat merupakan salah satu hewan yang dapat menghantarkan bibit penyakit. Bibit
penyakit yang dapat menyebabkan anda sakit perut serta diare jika dikonsumsi.

4. Masak makanan hingga matang

Faktor makanan juga sering menjadi faktor penyebab seseorang mengalami


diare. Makanan yang kita konsumsi harus diperhatikan kebersihannya karena jika
makanan yang kita konsumsi tidak bersih maka kuman atau bakteri yang terdapat
pada makanan dapat ikut masuk kedalam tubuh kita. Selain dengan mencuci
makanan yang akan kita konsumsi, usaha lain yang dapat kita lakukan untuk
mencegah kuman masuk kedalam tubuh kita yaitu dengan cara memasak makanan
sampai matang.

5. Simpan makanan di lemari es

Makanan yang masih ada simpanlah di dalam kulkas sehingga aman dari
berbagai bakteri dan kuman. Suhu kulkas yang dingin tidak mampu ditembus
kuman atau bakteri, mereka tidak nyaman berada pada suhu yang rendah.
Sebelum makanan akan dimakan kembali maka panasi terlebih dahulu. bakteri
dan kuman juga tidak bisa berada di suhu yang tinggi sehingga jika makanan
dipanasi atau dimasak pada suhu yang tinggi akan mematikan kuman dan bakteri
18

yang menempel pada makanan.Langkah ini dilakukan agar makanan yang kita
konsumsi selain enak juga sehat sehingga masuk ke dalam tubuh kita bisa
menjaga sumber tenaga bukan sumber penyakit. Makanan yang masuk kedalam
tubuh kita tetapi tidak steril maka dapat menjadikan sumber penyakit. Maka kita
harus sangat berhati-hati dengan makanan yang akan kita konsumsi.

6. Konsumsi air yang matang

Air merupakan sumber kehidupan bagi kita. Air mempunyai manfaat sangat
banyak untuk kehidupan dan tubuh kita. Tetapi hati-hati dalam menggunakan air
karena jika kita tidak jeli didalam air banyak terdapat kuman atau bakteri jika air
tidak dimasak, dipanaskan dengan sinar matahari ataupun dengan proses
kloronasi.

c. TIFOID

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena demam
tifoid ,yaitu sebagai berikut:

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan dan minuman, serta
setelah buang air kecil atau besar, maupun usai membersihkan kotoran,
misalnya saat mencuci popok bayi.
2. Jika ingin bepergian ke tempat yang memiliki kasus penyebaran tifus,
sebaiknya pastikan air yang akan diminum sudah direbus sampai matang.
3. Jika harus membeli minuman, sebaiknya beli air minum dalam kemasan.
4. Kurangi membeli jajanan secara sembarangan di pinggir jalan, karena
mudah sekali terpapar bakteri.
5. Hindari mengonsumsi es batu yang bukan dibuat sendiri.
6. Hindari mengonsumsi buah dan sayuran mentah, kecuali terlebih dahulu
dicuci dengan air bersih dan kulitnya dikupas.
7. Batasi konsumsi jenis-jenis makanan boga-bahari (seafood), terutama yang
masih mentah, karena tingkat kesegarannya sulit diketahui secara pasti.
19

8. Sebaiknya gunakan air matang untuk menggosok gigi atau berkumur,


terutama jika sedang berada di tempat yang belum dijamin kebersihannya.
9. Bersihkan kamar mandi secara teratur. Hindari bertukar barang pribadi,
seperti handuk, seprai, dan peralatan mandi. Cuci benda-benda tersebut
secara terpisah di dalam air hangat.
10. Hindari konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi (bukan susu kemasan).
11. Konsumsi antibiotik yang diresepkan oleh dokter dan ikutilah petunjuk
pemakaian yang telah diberikan. Pengobatan antibiotik harus dilakukan
hingga periode pengobatan berakhir untuk mencegah resistensi obat.

d. KUSTA

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit kusta :

1. Menjaga daya tahan tubuh

Menjaga daya tahan tubuh adalah langkah awal yang harus Anda lakukan.
Mulai dari mengatur pola makan dan memperhatikan jenis makanan yang
dikonsumsi, menjaga tubuh agar dapat beristirahat cukup, dan rutin melakukan
olahraga 3-4 kali dalam seminggu. Agar lebih optimal, Anda juga bisa
mengonsumsi suplemen vitamin untuk mendukung kesehatan Anda.

2. Perhatikan ventilasi lingkungan sekitar

Kuman lepra bertahan hidup di luar tubuh manusia selama 24-48 jam atau
bisa lebih, tergantung pada suhu di sekitarnya. Karena semakin panas udara di
luar, semakin cepat kuman lepra akan mati. Perhatikan ventilasi di rumah atau
tempat kerja Anda. Pastikan sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah, terutama
ke daerah yang lembap.
20

3. Hindari berpergian ke daerah endemik kusta

Apabila Anda berencana melakukan perjalanan, perhatikan keadaan daerah


yang Anda kunjungi. Beberapa negara berikut ini di laporkan memiliki 1.000
kasus baru penyakit kusta oleh WHO pada tahun 2011-2015

 Afrika: Congo, Ethiopia, Madagascar, Nigeria, Mozambique, dan


Tanzania
 Asia : Bangladesh, India, Myanmar, Nepal, Filipina, Indonesia
 Amerika : Brazil

4. Jika ada keluarga yang mengalami kusta, ingatkan untuk mengonsumsi


obat hingga sembuh

Mengonsumsi obat dan kontrol ke dokter atau fasilitas kesehatan secara rutin
dapat memutus rantai penularan kusta. Pengobatan yang rutin ini bisa mencegah
terjadinya kecacatan yang permanen pada penderita kusta.

5. Pakai masker dan jaga kebersihan

Menggunakan masker apabila kontak dengan penderita dapat membantu


Anda untuk mencegah penularan kuman lepra. Selain itu, jangan lupa untuk
menjaga kebersihan seperti cuci tangan setelah melakukan kontak dengan
penderita penyakit kusta.

3.1.1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis dari


Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
a. TUBERKULOSIS
b. DIARE
c. TIFOID
d. KUSTA

3.1.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksaan dari


Tuberkulosis, Diare, Tifoid, dan Kusta
21

a. TUBERKULOSIS
b. DIARE
c. TIFOID
d. KUSTA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Varicella (cacar air) adalah penyakit yang disebabkan virus varicella-


zoster. Penyakit ini sangat menular dan penyebarannya melalui tetesan cairan dari
pernapasan yang terbang bersama udara, atau dari cairan luka pada kulit akibat
infeksi cacar air atau infeksi herpes zoster.

Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat
ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut "hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut
"hepatitis kronis". Hepatitis terbagi menjadi hepatitis A, B, C, D dan E

Virus imunodifisiensi adalah suatu virus yang dapat menyebabkan


penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi.

3.2 Saran

Prevalensi varicella, hepatitis dan hiv oleh lembaga-lembaga terkait, baik


melalui upaya preventif maupun kuratif. Perlu dilakukan penyebarluasan
informasi mengenai faktor resiko penyakit kepada masyarakat pada umumnya dan
pada kelompok dengan resiko tinggi pada khususnya.
22

DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Hepatitis virus. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S,


Rosalina I, Mulyani NS, editor. Buku ajar gastroenterologi hepatologi.
Edisi pertama. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. h. 306-17.

Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology,


volume 1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.

Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008 USU e-Repository
© 2009 Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21,
2002.

Zulkarnain Z. Tinjauan multiaspek hepatitis virus c pada anak. Dalam: Zulkarnain


Z, Bisanto J, Pujiarto PS, Oswari H, editor. Naskah lengkap pendidikan
dokter berkelanjutan ilmu kesehatan anak XLIII tinjauan komprehensif
hepatitis virus Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2)pada anak; Jakarta,
Indonesia; 31 Mei 2000. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2000. h. 57-72.

Anda mungkin juga menyukai