Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penyakit yang penularannya dapat disebabkan oleh lingkungan yang

kotor dan tidak sehat adalah demam typhoid. Demam typhoid pada masyarakat dengan

standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meneingkat dan terjadi secara endemis.

Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.

Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam

fase konfaselen, dan kronik karier.

Demam typhoid juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus Abdominalis,

Typhoid Fever, atau Enteric Fever. Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang akut

yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen

berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut membesar, limpa dan erupsi

kulit. Demam typhoid disebabkan oleh kuman salmonella thypi, S paratyphy A, S

paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S parathypi, gejalanya lebih

ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi. Penyakit ini dapat ditularkan

melalui tangan yang kotor, satu tinja dan urine.

Demam typhoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah

besar di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam

typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354-810/100.000 perduduk pertahun.

Di Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun (2003-2007) didapatlan

sebanyak 3 kasus (21,5%) penderita demam typhoiddengan hasil biakan darah salmonella

positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam typhoid (Rajan L. Fernando,

2001).
1
Sekarang ini penyakit thypoid abdominalis masih merupakan masalah yang

penting bagi anak dan masih menduduki masalah yang penting dalam prevalensi penyakit

menular. Hal ini disebabkan faktor hygiene dan sanitasi yang kurang, masih memegang

peranan yang tidak habis di atas satu tahun. Penyakit typhoid memerlukan perawatan

yang komprehensif, mengingat penularan salmonella typhi ada 2 sumber, yaitu pasien

dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah pasien yang

sembuh dari demam typhoid dan terus mengekspresi salmonella thypi dalam tinja dan air

kemih selama lebih dari 1 tahun (Depkes RI, 2008).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari demam typhoid ?

2. Apa saja penyebab dari demam typhoid ?

3. Bagaimana manifestasi klinis dari demam typhoid ?

4. Bagaimana patofisiologi demam typhoid ?

5. Komplikasi apa saja yang yang terjadi pada penderita demam typhoid ?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita demam typhoid ?

7. Bagaimana penanganan atau pencegahan demam typhoid ?

8. Bagaimana penatalaksanaan demam typhoid ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari demam typhoid

2. Untuk mengetahui penyebab dari demam typhoid

3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam typhoid

2
4. Untuk mengetahui patofisiologi demam typhoid

5. Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang yang terjadi pada penderita demam

typhoid

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita demam

typhoid

7. Untuk mengetahui penanganan atau pencegahan demam typhoid

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan demam typhoid

3
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella

Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi

oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart,

1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah

Typhoid dan paratyphoid abdominalis ( Syaifullah Noer, 1996 ). Penyakit ini mempunyai

tanda-tanda khas berupa perjalanan ynga cepat yang berlangsung lebih kurang 3

minggu disertai dengan demam, gejala-gejala perut,pembesaran limpa, dan erupsi kulit.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah

suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang

dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A.B dan C. Kuman

ini banyak terdapat dikotoran, tinja manusia dan makanan atau minuman yang terkena

kuman yang dibawa oleh lalat. Tidak seperti virus yang beterbangan di udara, bakteri ini

hidupnya disanitasi yang buruk seperti lingkungan yang kotor, makan dan minuman yang

4
tidak higienis. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam

typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid

dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari

1 tahun.

C. Manifestasi Klinik

Masa tunas demam typhoid 10 – 14 hari. Gejala yang timbul sangat bervariasi.

1. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan

keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,

epitaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut.

2. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas

(putih, kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, meteorismus,

gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma.

D. Patofisiologi

Kuman salmonella thypi masuk dalam tubuh manusia melalui mulut dan makanan

dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi

masuk kedalam usus halus dan mencapai jaringan limpoid plaqe peyeri di illeum

terminalis yang mengalami hipertrofi. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan

5
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari

tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella

thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana

lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila

orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan

makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu

masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial

ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,

kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

E. Komplikasi

1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perporasi usus

c. Ilius paralitik

6
2. Komplikasi extra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma

uremia hemolitik.

3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer,

sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia

dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada

pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

7
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan

darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini

dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1) Teknik pemeriksaan Laboratorium

2) Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,

hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu

pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

3) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.

4) Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama

dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah

dapat positif kembali.

5) Vaksinasi di masa lampau

6) Vaksinasi dengan kotipa atau tipo

8
7) Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan

antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan

darah negatif. Pada seorang yang di vaksinasi titer aglutinin O dan H meningkat.

Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun. Sedangkan

aglutinin H menurun perlahan- lahan selama 1 atau 2 tahun.

8) Pengobatan dengan obat anti mikroba.

9) Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan

typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan

pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di

laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin

dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella

thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

9
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal

dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya

untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

G. Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah

dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum

susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai

mendidih dan hindari makanan pedas.

H. Penatalaksanaan

1 Perawatan.

a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus.

b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada

komplikasi perdarahan.

2. Diet.

a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring, kemudian bubur kasar, dan

akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien

10
c. Obat-obatan yang cukup mendukung keadaan umum pasien.

1) Klorampenikol

2) Tiampenikol

3) Kotrimoxazol

4) Amoxilin dan ampicillin

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, dan C. Sinonim dari penyakit ini adalah

typhoid dan paratyphoid abdominalis. Di Indonesia penderita demam typhoid cukup

banyak, diperkirakan 800/100.000 penduduk pertahun, tersebar di mana-mana, dan

ditemukan hampir sepanjang tahun.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly

(lalat), dan melalui Feses. Keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia

dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

B. Saran

Dari uraian makalah di atas yang telah disajikan maka kami dapat memberikan

saran untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, memperhatikan makanan yang

dokinsumsi harus higiene, dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam

typhoid.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. (2007). Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta : EGC

Doenges, M. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan:pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Entjang., Indah. (2000). Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung : Citra Aditya

Mansjoer, Arif .(2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapilus

Smeltzer, Susanne C., & Brenda G. Bare.(2001). Beku ajar keperawatan medikal bedah edisi

8. Jakarta: EGC

Soeparman, H. M. (2002). Pembuangan tinja dan limbah cair. Jakarta : EGC

13
14

Anda mungkin juga menyukai