Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

BATUK LAMA

Dosen Pengampu :
dr. Aslani Threestianasari Sp.P M.Kes
Kelompok 6 :
Ketua : Muhammad Irfan Mubarok 18109011018
Sekretaris : Lionell Yizreel 18109011029
Scriber : Farradhiba Sabrang 18109011024
Anggota : Inas Ramadanty 169010009
Salma Sabrina K. 179010030
Septian Choirul Asy 18109011014
Wima Jihan Jingga 179010033
Della Eka Septi 18109011027

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
2021
BAB I

PEMERIKSAAN

A. Anamnesis

 Identitas

1. Nama : Slamet

2. Usia : 60 tahun

3. Alamat : Semarang

4. Pekerjaan : Pensiunan

5. BB : 65 Kg

6. TB : 160 cm

 Riwayat Penyakit Sekarang

1. Keluhan utama : Batuk

2. Onset : 1 minggu

3. Lokasi :-

4. Kronologi : Habis hajatan badan kecapaian lalu batuk

5. Kualitas : batuk terus menerus

6. Kuantitas :-

7. Faktor predisposisi : Minum air hangat (sedikit berkurang namun muncul

lagi), habis makan atau tidur tetap batuk

8. Keluhan lain : dada terasa berat untuk bernapas terutama setelah

batuk, setelah minum obat keluar keringat, nafsu makan berkurang, demam.

2
 Riwayat Penyakit Dahulu

1. Keluhan Serupa : Pernah batuk dan pilek tapi sembuh

2. Riwayat Merokok : Didapatkan riwayat merokok saat muda

3. Riwayat Hipertensi : Disangkal

4. Riwayat DM : Disangkal, tetapi pernah diperiksa gula darah tinggi

tapi tidak pernah dicek lagi

 Riwayat Penyakit Keluarga

1. Keluhan Serupa : Disangkal

2. Keluhan ada keluarga yang batuk batuk

 Riwayat Sosial Ekonomi

1. Lingkungan : Lingkungan rumah bersih

3
B. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran Umum : komposmentis

3. Tanda – Tanda Vital :

 Tekanan darah : 140/80mmHg

 Heart rate : 110x /menit

 Pernaasan : 26x /menit

 Suhu : 38,5 ̊ C

 SpO2 : 92%

4. Head To Toe

 Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

 Hidung : sekret (+), napas cuping hidung (-)

 Bibir : pucat (-), kering (-)

 Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-)

 Thorax : - Inspeksi : bentuk dada simetris kanan kiri, jaringan

parut (-), benjolan di dinding dada (-), tanda peradangan (-).

-palpasi : Nyeri tekan (-), iktus kordis (-),

krepitasi (-), stremfremitus (kanan tengah-bawah lebih

terasa dibandingkan yang kiri)

- perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

4
- Auskultasi : vesikuler (meningkat pada paru sebelah

tengah bawah), bronkial (-), trakeal (-), brokovasikular

(normal), suara tambahan ronki basah kasar disebelah

kanan tengah-bawah.

 Abdomen : - inspeksi : perubahan warna kulit (-), benjolan (-)

-Auskultasi : peristaltik 6x/menit.

- Perkusi : timpani

- Palpasi : nyeri tekan (-), hepar : licin tidak ada

benjolan, lien : perbesaran (-).

 Ekstremitas : - Inspeksi : perubahan warna kulit (-)

-Palpasi : krepitasi (-), oedem tungkai (-)

5
C. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan darah:

1. Hb : 12 g/dL

2. Leukosit : 16.000 /µl

3. Trombosit : 200.000 /µl

 Ronten thorak

Kesan

 Marker (R/L)

 Proyeksi : PA erext (tegak)

 Inspirasi tidak bagus

 Simetris : jarak yang sama antara prosesus spinosus ke arah

Sternoclavicularis sinistra dan dextra

 Thrachea deviasi
6
 Tulang dalam batas normal

 Jaringan luna: radioopak

 CTR: kesan normal

 Paru: Bronkovaskular meningkat, terdapat gambaran honeycomb

appereance

 Jantung, Radioopak

 Sinus costoprenicus: lancip

 Pemeriksaan Mikrobiologi

 Pemeriksaan BTA : Tidak ada

D. Diagnosis dan Differential Diagnosis

 Diagnosis

 Bronkiektasis

 Differential Diagnosis

7
E. Penatalaksanaan Kasus

Infeksi dikendalikan dengan terapi antimikroba didasarkan pada hasil


pemeriksaan sensitivitas pada organisme yang di kultur dari sputum.Drainase postural
dari tuba bronchial mendasari semua rencana pengobatan karena drainase area
bronkiektaksis oleh pengaruh gravitasi mengurangi jumlah sekresi dan tingkat
infeksi. Bronkodilator dapat diberikan pada individu yang juga mengalami penyakit
obstruksi jalan nafas Untuk meningkatkan pengeluaran sputum, kandungan air dari
sputum ditingkatkan dengan tindakan aerosolized nebulizier dan dengan
meningkatkan masukan cairan peroral.Intervensi bedah, meski tidak sering dilakukan,
mungkin diperlukan bagi pasien yang secara kontinu mengeluarkan sputum dalam
jumlah yang sangat besar dan mengalami penyakit pneumonia dan hemoptisis
berulang meskipun kepatuhan pasien terhadap regimen pengobatan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya

dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan sesak

nafas disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi). Penyakit ini

merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai dengan adanya batuk pilek yang disertai

sesak nafas atau freakuensi nafas yang menjadi lebih. Penyakit ini dapat menyerang segala

usia, akan tetapi lebih sering menyerang pada usia balita.

2.Epidemiologi Pneumonia

Penyebab terbanyak dari pneumonia adalah S. pneumoniae, yang terjadi pada


20 – 75 % dari kasus, diikuti oleh Mycoplasma pneumoniae (1 – 18 %), Chlamydia
pneumoniae (4 – 19 %), dan berbagai virus (2 – 16 %). Persebaran pneumonia di
dunia tidaklah seimbang, dengan adanya angka yang lebih tinggi pada negara
berkembang atau negara dengan pendapatan rendah jika dibandingkan dengan negara
maju. Disebutkan juga bahwa sebanyak 74% dari kasus baru pneumonia anak terjadi
hanya pada 15 negara dengan lebih dari setengahnya terjadi hanya pada 6 negara:
India, Cina, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, dan Nigeria. Penyebab tersering dari
kasus tersebut adalah S. pneumonia dan H. influenzae. Hal ini penting karena
penyakit pneumokokal adalah penyebab paling sering dari kematian yang dapat
dicegah dengan vaksinasi.

9
3.Klasifikasi pneumonia

1. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi

1)  Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada


seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.

2)  Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh


selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain
atau prosedur.

3)  Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari


lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada
paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena
bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab
lain dari pneumonia.

4)  Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah


pneumonia yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan
tubuh lemah.

2. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi

1) Pneumonia lobaris

Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.

2)  Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)


Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang berada didekatnya.

10
3)  Pneumonia interstisial
Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular

4.Etiologi Pneumonia

penyakit pneumonia biasanya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya yaitu :

A. bakteri (Pneumokokkus, streptokokus, stafilokokus, H. Influenza, klebsiela

mycoplasma penumonia).

B. virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza)

C. jamur/fungi (histplasma, capsulatum, koksidiodes)

D. protozoa (pneumokistis karinti)

E. bahan kimia (aspirasi makanan/susu/isi lambung)

5.Patogenesis Pneumonia

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen
yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi
yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada
saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU.
Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya
pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan
infeksi. Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah
dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan
mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag,
limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru ( bagian
dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal
ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun. Pada
11
pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya
dahak dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas dapat terjadi sianosis,
asidosis respiratorik dan kematian.

6.Manifestasi Klinis Pneumonia

Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau
produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena
pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau
penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas takipneu, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

7.Penegakan Diagnosis Pneumonia

Diagnosis klinis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

O Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu

tubuh meningkat dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak mukoid atau

purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.

O Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.

• Inspeksi : terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas

• Palpasi : fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup

12
• Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar

pada stadium resolusi.

O Pemeriksaan penunjang

a) Gambaran radiologis

• Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) : pemeriksaan penunjang

utama untuk menegakkan diagnosis.

• Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi.

• Gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat

bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela

pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus

atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

b) Pemeriksaan labolatorium

• Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,

biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul,

serta terjadi peningkatan LED.

• Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,

kultur darah dan serologi.

• Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada

stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Fauci, Braunwald, Kasper et al. Harrison : Manual Kedokteran. Jilid 2.


Tanggerang : 2012.
2. Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.2000.
3. Dahlan Zul. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2000.
4. Alwi. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.2010
5. Muttaqin. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.2008

14

Anda mungkin juga menyukai