LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006).
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh
cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria,
virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari
paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak
minum alkohol.
Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di
dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian
atas paru-paru) dan basis.
Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru2 kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi 3 lobus
yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10
segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen
apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior.
Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral,
dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni
segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen
kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan
segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.
Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru
kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen pertama adalah segmen
apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior,
segmen keempat adalah segmen inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen superior,
segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh adalah segmen
anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.
2. Jenis-jenis Pneumonia
Pneumonia terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab, anatomik, dan
berdasarkan asal penyakit ini didapat. Seperti berikut
1. Berdasarkan penyebab :
a. Pneumonia Lipid
b. Pneumonia Kimiawi
c. Pneumonia karena extrinsik allergic alveolitis
d. Pneumonia karena obat
e. Pneumonia karena radiasi
f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas
(Dasar-dasar ilmu penyakit paru, 2006)
2. Berdasarkan Anatomik :
a. Pneumonia Lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus
paru dan bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia Interstisial
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar.
c. Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat
5. Patofisiologi
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru karena adanya
aktivitas mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan
tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembangbiak
menimbulkan pernyakit. Mikroorganisme masuk saluran napas, dengan cara:
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Kolonisasi di permukaan mukosa
Bakteri masuk ke alveoli menyebabkan reaksi radang, sehingga timbullah edema di
seluruh alveoli, infiltrasi sel-sel PMN (polimorfonuclear), dan diapedesis eritrosit. Sel-sel PMN
mendesak bakteri ke permukaan alveoli. Dengan bantuan lekosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit. Terdapat 4 zona pada daerah
reaksi inflamasi, antara lain:
Zona luar: alveoli yang terisi bakteri dan cairan edema.
Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
Zona konsolidasi luar: daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak.
Zona resolusi: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit
dan alveolar makrofag.
Sehingga, terlihat adanya 2 gambaran, yaitu:
Red hepatization: daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization: daerah konsolidasi yang luas
6. Diagnosis Pneumonia
1)
2)
Anamnesis
Demam menggigil
Sesak napas
Pemeriksaan Fisik
Perkusi: redup
2.
3.
4.
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
7. Komplikasi
Efusi pleura
Hipoksemia
Pneumonia kronik
Bronkaltasis
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral
(lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan
oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1)
2)
IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3)
Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
4)
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
5)
6)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001: 17).
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa
untuk menentukan diagnosa keperawatan. (Gaffar, 1999: 57).
Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi yang
efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data dasar dan data
fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang
berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapi) atau profesi
kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon
klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilakukan kepada klien (Nursalam, 2001: 17).
Pengkajian yang perlu dilakukan pada anak dengan pneumonia menurut Speer (1999 : 30)
meliputi sebagai berikut:
a. Respirasi
Peningkatan frekuensi nafas
Retraksi iga
Nyeri dada
Crackles
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
Batuk produktif
Ronchi
b. Kardiaovaskuler
Tachycardia
c. Neurologi
Sakit kepala
Iritabilitas
Sulit tidur
d. Gastrointestinal
Penurunan nafsu makan
Sakit perut
e. Muskuloskeletal
Gelisah
Kelelahan
f. Integumen
Peningkatan suhu tubuh
Sianosis
Adapun hal-hal yang perlu dikaji dari pasien pneumonia adalah:
a. Pengumpulan Data
1) Data biografi : Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, suku, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.
2) Data dasar pada pasien : (Doenges M. E, 1999: 164)
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronik
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat
c) Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial
d) Makanan/ cairan
g. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah), penurunan
masukan oral.
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan)
berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi, kurang mengingat.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah menentukan perencanaan
keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diangosa keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Tahapan dalam perencanaan ini meliputi : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil,
menentukan rencana tindakan dan pendokumentasian. (Nursalam, 2001: 51).
Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan
klien. Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,
penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan
intervensi keperawatan (Gaffar La Ode Jumadi, 1997 : 63).
Menurut Nursalam (2001 : 52) ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkahlangkah penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil,
menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Untuk menentukan prioritas ada dua hirarki
yang dapat digunakan, yaitu :
a. Hirarki Maslow (1943), membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu : kebutuhan fisiologis,
rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri
Aktualisasi
Diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Rasa aman dan nyaman
Kebutuhan fisiologis
O2 , H2O, elektrolit, makanan, seks
Penjelasan :
1) Kebutuhan fisiologis (Physiological Need) yang merupakan kebutuhan pokok utama.
Misalnya : udara segar (O2), air (H2O), cairan elektrolit, makanan dan sex, bila kebutuhan ini
tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis misalnya :
a) Kekurangan oksigen menyebabkan sesak.
b) Kekurangan cairan/ air menyebabkan dehidrasi.
Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respon
terhadap hipoksemia.
5) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi.
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.
6) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan tehnik relaksasi dan aktivitas senggang.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan konsumsi oksigen, untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
7) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi. Kaji tingkat ansietas. Ansietas adalah manifestasi masalah
psikologis sesuai dengan respons fisiologi terhadap hipoksia
8) Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah muda/
berdarah, pucat sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah.
Rasional : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian Pneumonia dan membutuhkan
intervensi medik segera.
Kolaborasi
9) Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional : Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
c. Infeksi, resiko tinggi terhadap (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan), tidak adekuat pertahanan
sekunder (adanya infeksi, penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Mencapai waktu perbaikan infeksi tanpa komplikasi
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Pantau tanda-tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi.
Rasional : Selama periode ini potensial komplikasi fatal (hipotensi/ syok) dapat terjadi.
Kolaborasi
8) Berikan antimikrobial sesuai indikasi misalnya penisillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain,
sefalosporin; amantadin.
Rasional : Untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.
d. Intoleransi/ aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan
tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
Kolaborasi
4) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan menekan batuk nonproduktif/ paroksismal atau
menurunkan mukosa berlebihan.
f. Nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, bau dan rasa sputum, pengobatan
aerosol, dan distensi abdomen/ gas.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terlenuhi.
Kriteria hasil : - Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Identifikasi faktor penyebab.
Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya satu jam sebelum makan.
Rasional : Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan.
4) Auskultasi bunyi usus, observasi distensi abdomen.
Rasional : Bunyi nafas mungkin menurunkan atau tidak ada bila proses infeksi berat.
5) Berikan makanan porsi kecil dan sering dan menarik bagi klien.
Rasional : Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
6) Evaluasi status nurtrisi, ukur berat badan setiap hari.
Rasional : Kondisi kronis/ keterbatasan ekonomi dapat menimbulkan malnutrisi.
g. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah), penurunan
masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang
tepat, misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda-tanda
vital normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Kaji perubahan tanda vital.
Rasional : Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan
kehilangan cairan melalui evaporasi.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut
mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan.
3) Catat laporan mual/ muntah.
Rasional : Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.
4) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakteristik urine.
Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian.
5) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari atau sesuai kondisi individual.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.
Kolaborasi
6) Beri obat sesuai indikasi, misalnya antipiretik, antiemetik.
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan.
7) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional : Adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parental dapat
memperbaiki/mencegah kekurangan.
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan
dan pelaporan (Gaffar, 1999 : 65).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. (Nursalam, 2001: 63).
Menurut Nursalam (2001), dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
1) Review tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau
tim kesehatan lain.
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain (gizi,
dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis
dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang
terdiri dari tiga tipe yaitu:
1) Sources Oriented Records (SOR)
2) Problem Oriented Records (POR)
3) Computer Assisted Records (CAR)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ).
Menurut Griffith dan Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan).(Nursalam, 2001, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan perawatan klien.(Nursalam, 2001)
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit pneumonia adalah:
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC,
Jakarta.
3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
5. http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/
6. http://kusuma.blog.friendster.com/2009/04/askep-pneumonia/