Anda di halaman 1dari 11

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pada
perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk
pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia/CAP),
apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia
nosokomial (hospital-acquired pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di rumah
sakit.
Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering terjadi
pada kanak-kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak
awal (Wong, 2009).
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan, dengan
atau tanpa di sertai infiltrat sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga intistisium
(Ridha, 2014).
2. Epidemiologi

Sebuah studi menyebutkan rata-rata kasus pneumonia dalam setahun adalah 12


kasus setiap 1000 orang. Mortalitas pada penderita pneumonia komuniti yang
membutuhkan perawatan rumah sakit diperkirakan sekitar 7-14%, dan meningkat pada
populasi tertentu seperti pada penderita ComunityAcquired Pneumonia (CAP) dengan
bakterimia, dan penderita yang memerlukan perawatan di IntensiveCare Unit (ICU).
Angka mortalitas juga lebih tinggi ditemukan pada negara berkembang, pada usia
muda, dan pada usia lanjut, bervariasi dari 10 – 40 orang tiap 1000 penduduk di negara-
negara barat (Marchelinus, 2013).

3. Etiologi
Menurut Ridha, 2014. Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor,
diantaranya adalah
a. Bakteri : Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenza,\
Mycobacteriumtuberculosa, Pneumococcus.
b. Virus : Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
c. Organisme atipikal : Chlamidiatrachomatis, Mycoplasma pneumonia,
pneumonia, Pneumocytis.

1
4. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif seperti


menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi.Partikel infeksiusdifiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus danepitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.Setelah mencapai
parenkim paru, bakteri menyebabkan responsinflamasi akut yang meliputi eksudasi
cairan, deposit fibrin, dan infiltrasileukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag.Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khaspada foto toraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasidengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa daninterstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam salurannapas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat


paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk
selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri
menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya
empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan
(Bennete, 2013).

2
PATHWAY

Virus Bakteri micoplasma jamur

Masuk saluran pernafasan

Paru- paru

Bronkus & alveoli difusi gas antara O2 & CO2 di

Mengganggu kerja makrofag alveoli terganggu

Infeksi

Peradangan/ inflames kapasitas transportasi

Odema produksi sekret O2 menurun


dispnea meningkat
batuk Gangguan pertukaran
Pola nafas
gas
tidak efektif
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

3
5. Klasifikasi

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :a. Pneumonia komuniti (community-acquired


pneumonia) : Pneumonia yang didapat dimasyarakat. Pneumonia komuniti ini
merupakan masalah kesehatan yang menyebabkanangka kematian tinggi di dunia. b.
Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia) :
pneumonia diperoleh selama atau setelah rawat inap untuk penyakit lain atau prosedur
dengan onset setidaknya 72 jam setelah masuk. Penyebab, mikrobiologi, pengobatan
dan prognosis berbeda dari orang-orang dari komunitas-pneumonia.c. Pneumonia
aspirasid. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

2. Berdasarkan bakteri penyebaba.Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada


semua usia. Beberapa bakteri mempunyaitendensi menyerang sesorang yang peka,
misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik,Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza. b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydiac. Pneumonia virusd. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder.
Predileksi terutama pada penderitadengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3. Berdasarkan predileksi infeksia.Pneumonia lobaris : Sering pada pneumania


bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
segmen kemungkinan sekunder disebabkan olehobstruksi bronkus misalnya : pada
aspirasi benda asing atau proses keganasan b.Bronkopneumonia : Ditandai dengan
bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru

6. Gejala Klinis
Tanda dan gejala pneumonia:
1. Demam
2. Berkeringat dan menggigil
3. Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau, atau
disetai darah
4. Sesak nafas
5. Nyeri dada ketika menarik nafas atau batuk
6. Mual dan muntah
7. Diare
8. Selera mkan menurun.

7. Pemeriksaan fisik

4
Pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi
ronki basah kasar pada stadium resolusi
8. Pemeriksaan Diagostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan ini, jumlah leukosit yang didapatkan ialah 15.000-40.000 per
mm dalam keadaan leukopenia. Biasanya lanjut endap darah meningkat hingga 100
mm/jam.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan sebaiknya dibuat dengan cara foto toraks posterior, anterior, dan
lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi rentrokadial.
c. Foto Rontgen Dada (Chest X-Ray)
Untuk mengidentifikasi penyebaran gejala, misalnya pada lobus dan
bronchial.
d. ABGs/PulseOximetry
Abnormalitas mungkin timbul, tergantung pada luasnya kerusakan paru.

9. Diagnosis/ Kriteria diagnosis


Penegakan diagnosis pneumonia komunitas dapat dilakukan dengan melihat hasil
dari anamnesis, gejala dan tanda klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi,
laboratorium, dan mikrobiologi. Menurut Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan
Pneumonia Komunitas, diagnosis pneumonia komunitas dapat ditegakkan apabila pada
foto thoraks ditemukan infiltrat baru atau progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala
di bawah ini :6
1. Batuk – batuk bertambah
2. Perubahan karakteristik dahak / purulen
3. Demam >38oC
4. Adanya tanda konsolidasi paru, suara napas bronkial dan ronki
5. Jumlah leukosit >10.000/ul atau <4000/ul

10. Therapy/ Tindakan Penanganan


a. Terapi Farmakologis
Antibiotik merupakan pilihan utama untuk terapi farmakologis pneumonia
komunitas. Hal ini dikarenakan data epidemiologis pada penelitian - penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa bakteri merupakan patogen yang sering ditemukan,
dan menjadi penyebab utama pneumonia komunitas. Terapi antibiotik pada

5
pneumonia komunitas dapat diberikan secara empiris maupun menyesuaikan
berdasarkan patogen penyebabnya. Pada salah satu studi prospektif, tidak ada
perbedaan signifikan antara inisiasi pemberian terapi empirik dengan pemberian
terapi sesuai dengan patogen penyebabnya.
11. Komplikasi
1. Sianosis: warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan
oksigen yang rendah dalam darah.
2. Hipoksemia: penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-kadang
khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan mencakup
baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada hemoglobin
3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus
yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular
dinding bronkus.
4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.
5. Meningitis: terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang.
(Elizabeth, 2009)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia

1. Pengkajian
1) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri
pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit Pneumonia atau penyakit – penyakit lain
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga

6
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita pneumonia
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
g. Pola fungsi kesehatan (pola fungsional Gordon), meliputi kesehatan, pola
nutrisi/metabolik, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola tidur dan
istirahat, pola kognitif perseptual, pola persepsi diri/ konsep diri, pola seksual
dan reproduksi, pola hubungan.

2) Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum


Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.

c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.

e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.

7
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan yang
dilakukan
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, peningkatan produki sputum ditandai dengan bunyi nafas tidak
normal dan batuk efektif
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen
darah, dan gangguan pengiriman oksigen

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
NOC NIC Rasional

1. Pola nafas tidak Tujuan : setelah 1. Kaji frekuensi 1. untuk


efektif dilakukan tindakan dan kedalaman mengetahui
berhubungan keperawatan selama 1x pernafasan frekuensi nafas
dengan 24 jam diharapkan pola dengan rasional 2. untuk
kelemahan otot nafas kembali baik mengetahui mengetahui ttv
pernafasan yang dengan kriteria hasil: frekuensi pasien
dilakukan Agar pola nafas kedalaman
3. untuk
kembali seperti biasa nafas
mengetahui
2. Monitor vital
adanya suara
sign dengan
tambahan nafas
rasional
pasien
mengetahui
keadaan umum 4. untuk
klien membantu
3. Auskultasi memenuhi
bunyi nafas kebutuhan
dengan rasional oksigen pasien
mengetahui

8
suara nafas
tambahan
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
oksigen nasal
kanul dengan
rasional
memenuhi
kebutuhan
oksigen

2. Ketidakefektifa Tujuan : setelah 1. kaji frekuensi/ 1. Melakukan


n bersihan jalan dilakukan tindakan kedalaman evaluasi awal
nafas keperawatan selama 1x pernafasan dan untuk melihat
berhubungan 24 jam diharapkan pola gerakan dada perubahan
dengan nafas kembali baik 2. Penurunan
2. auskultasi area
inflamasi dengan kriteria hasil: aliran udara
paru, catat, bunyi
trachea terjadi pada
1.bunyi nafas kembali nafas
bronchial, area
normal
3. Berikan ir
peningkatan konsolidasi
2. bunti nafas bersih hangat
produki sputum dengan cairan
ditandai dengan 3. atuk efektif 4. berikan oksigen 3. Merangsang
bunyi nafas sesuai dengan batuk atau
tidak normal indikasi pembersihan
dan batuk nafas secara
efektif mekanik
4. Mobilisasi dan
mengeluarkan
sputum dan
membantu
pernafasan
klien

3) Gangguan Tujuan : setelah 1. Kaji 1. Manifestasi


pertukaran gas dilakukan tindakan frekuensi/kedala distress
berhubungan keperawatan selama man dan perafasan
dengan gangguan 1x24 jam diharapkan kemudahan tergantung
pembawa oksigen gangguan pertukaran bernafas pada indikasi

9
darah, dan gas terteratasi dengan 2. Observasi warna 2. Sianosis
gangguan kreteria hasil : kuliit, membrane kuku
pengiriman mukosa dan menunjukan
1. Memelihara
oksigen kuku vasokontriksi
kebersihan paru-
respon tubuh
paru dan bebas dari 3. Kaji status
terhadap
tanda-tanda distress mental
demam
pernafasan 4. Kolaborasi
3. Gelisah
2. Mendemonstrasika berikan terapi
mudah
n batuk efektif dan dengan benar
terangsang,
suara nafas yang
bingung dan
bersih
somnoolen
dapat
menunjukan
hipoksia
4. Mempertaha
nkan O2

DAFTAR PUSTAKA

10
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. (22 diakses 2019)

Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi: Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
(diakses 22 April 2019)

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 6.


Jakarta : EGC ( 22 diakses 2019)

Benete. MJ. 2013. Pediatric. Pneumonia. http//emedicine. medscape. Com/


article/9678822-0verview. (diakses 22 April 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai