PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut
pada bronkus, sehingga biasa di sebut dengar bronchopnomonia. Gejala penyakit tersebut
adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal
setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini
(vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan
lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pneumonia berat ditandai dengan
adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya,
kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas
tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbnyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan
kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak
diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak
perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah pneumonia, agar dapat
memberikan manfaat untuk kita semua.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pneumonia?
2.
Apa saja etiologi pneumonia?
4.
Bagaimana patofisilogi asma bronkial?
5.
Bagaimana klafikasi pneumonia?
6.
Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
7.
Bagaimana diagnonis pneumonia?
8.
Apa saja komplikasi pneumonia?
9.
Bagaimana asuhan keperawatan pneumonia?
1.3 Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien pneumonia.
1
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian pneumonia.
c. Mengetahui etiologi pneumonia.
d. Mengetahui patofisilogi pneumonia.
e. Mengetahui klasifikasi pneumonia..
f. Mengetahui penatalaksanaan pneumonia.
g. Mengetahui diagnosis pneumonia.
h. Mengetahui komplikasi pneumona.
i. Mengrtahui asuhan keperawatan pneumonia.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui secara dalam mengenai pneumonia dan dapat mengetahui asuhan
keperawatannya.
2. Bagi Lingkungan
Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit pneumonia.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Pnemonia
Pnemonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsilidasin dan
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan benda-benda asing. Pnemoonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya.
Pnemonia mungkin dapat disebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia, dan aspirasi. Pnemonia
radiasi dapat menyertai terapi radiasi untuk kangker payudara atau paru, biasanya terjadi
enam minggu atau lebih setelah pengobatan selesai. Pnemonia kimiawi adalah pneumonia
yang terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalsi gas yang mengiritasi.
Pnemonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara. Aspirasi
organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri
yang masuk ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke brongkheolus dan alveli lalu
menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein
dalam alveoli dan jaringan interstitial.
Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus khon dari alveoli ke alveoli
diseluruh segmen lobus. Timbulnya hepatitis merah adalah akibat pembesaran eritrosit dan
beberapa leukosit dan kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan edema yang
berisi eritrosit dan fibrin serta relatf sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar.
Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal, dan bewarna merah. Pada tingkat lanjut, aliran
darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relative sedikit eritrosit. Bakteri
Pnemokokus di fagositosis oleh leukosit dan waktu resolusi berlangsung, makrofag masuk
kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri pnemokokus didalamnya. Paru masuk
dalam hepatitis abu- abu dan tampak bewarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan lahan sel
merah yag mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resulusi sempurna, paru
menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuanya dalam pertukaran gas.
Tidak terjadinya pneumonia pada organ normalyang sehat adalah akibat adanya
mekanisme pertahanan yang terdiri atas refleks glotis dan batuk, lapisan mucus dan gerakan
silia yang mengeluarkan organisme yang melekat pada lapisan mucus tersebut, dan sekresi
humoral setempat. Sel-sel yang melapisi saluran trakeobrongkhial menghasilkan zat kimia
yang mempunyai sifat anti mikroba yang tidak spesifik meliputi:
1. Lisozim, suatu enzimyang menghancurkan bakteri terutama jika ada komplemen
2. Lakoferin,
suatu
ikatan
besi
dengan
glikoprotein
yang
mempunyai
bakterioblastik
3. Interferon, suatu protein dengan berat molekul rendah dengan aktivitas antivirus
sifat
Etiologi
Streptokokus
Faktor resiko
Penyakit sickle-cell,
tipikal
pneumonia, tanpa
hipoglamaglbulenemia,multiple
dingin, menggigi,
penyulit(sterptokokus
mieloma
demam(39-40 derjat),
pneumonia dengan
penyulit (penyebar
batuk produktif,
epima penyakit)
Sindrom
Haemophilus
antipikal
influenza, dan
terakhir
staphycocus aureus
Penyebab umum:
mycoplasma
kepala, nyeri
pathogen
tenggorokkan, batuk
kering, dan nyeri dada
karena batuk
Seperti di atas
legionella
ditambah nyeri
pnemophilia
distress pernapasan
Gagal ginjal,
hiponatremia,
debilitas
kreatinin fosfokinase,
batuk kering,
takipnea, hipoksemia,
rontgen:gambaran
Sindrom
Alkoholisme debilitas,
interstitial difus
Anaerob
aspirasi
negative, kleibsela,
perawatan(infeksi nosocomial),
campuran:mulanya
pseudomonas, serrate,
onset perlahan,
enterobakter, ecercia
dihasilkan sputum
positif,
yang berbau.
staphylococcus, dan
Rontegen:jaringan
aspirasi asam
interstitial yang
lambung
terkena tergantung
dari bagian
parunya.infeksi dari
bakteri gram posit
atau negate
manifestasi kliniknya
sama dengan
pneumonia
klasik,distress
respirasi mendadak,
dipnea berat, sianosis,
batuk, hipoksemia,
dan diikuti tanda
Hematogen
infeksi sekunder
Gejala pulmonal
barium, bahan
dibandingkan gejala
darah, staphicocus,
merupakan keluhan
anaerob enteric
tersering
Obstruksi mekanik
saluran pernapasan
karena aspirasi bekuan
darah,pus,bagian gigi
yang
Edema
trakeal/faringeal
Peningkatan produksi
Batuk produktif
Sesak napas
Penurunan
kemampuan
batuk efektif
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Penurunan
jaringan efektif
paru dan
kerusakan
Reaksi sistemis :
bakteria/viremia,
anoreksia,mual,demam,penuru
Sesak napas,
penggunaan otot
bantu napas,pola
napas tidak
Gangguan pertukaran
Pengkajian keperawatan lainnya untuk klien dengan pneumonia lebih sering dijumpai:
Di rumah sakit,pada klien yang sering kita jumpai mempunyai riwayat imobilisasi
fisik lama sehingga mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif.
Pada klien dengan adanya pemberian makanan melalui selang terus-menerus.
Pada klien yang menerima obat-obatan imunosupresif (kemoterapi dan kortikosteroid)
dan klien yang mendapat terapi antimikrobial spektrum luas.
Pada klien yang membutuhkan penggunaan teknologi life-support canggih seperti
ventilator yang terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi.
Pada klien dengan penurunan tingkat kesadaran (stupor,letargi,pra-koma,dan koma).
Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,kognitif,dan perilaku klien.
Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas fisik dan
intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososio-spiritual yang saksama. Pada kondisi klinis,klien dengan pneumonia sering
mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Hal lain yang
perlu ditanyakan adalah kondisi pemukiman di mana klien bertempat tinggal,klien dengan
pneumonia sering dijumpai bila bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk.
Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Pada palpasi
kliend engan pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara (fremitus vocal).taktil
fremitus pada klien dengan pneumonia biasanya normal.
Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup
perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens).
9
Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi bahas pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokimentasikan hasil auskultasi di daerah mana
didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian didapatkan meliputi:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
10
gas
darah
(AGD/Astrup)
menunjukan
hipoksemia
sebab
terhadap
Pemeriksaan Radiologis
Sabaiknya dibuat foto thoraks posterior-anterior dan lateral untuk melihat
keberadaan konsolidasi retrokardial sehingga lebih mudah untuk menentukan lobus
mana yang terkena setiap lobusmemiliki kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus
inferior lebih sering terkena, lobus atas dan lobus tengah juga dapat terkena. Yang
khas adalah gambaran konsolidasi homogeny sesuai dengan letak anatomi lobus yang
terkena (dapat dilihat pada Gambar 3-13)
11
Gambar
pneumonia
Tampak
horizontal.
Terlihat
pula
adanya kolaps paru karena fisura ini menunjukan elevasi. Densitasnya tergantung
pada intensitas eksudat dan hampir selalu ada bronkhogram udara. Pada masa akut,
biasanya tidak ada pengecilan volume lobus yang terkena sedangkan pada masa
resolusi mungkin ada atelektasis sebab eksudat dalam saluran pernapasan dapat
menyebabkan obstruksi. Kebanyakan lesi terbatas pada satu lobus, tapi dapat juga
mengenai lobus lain. Mungkin ada efusi pleura yang mudah dilihat dengan foto
decubitus lateral.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus karena mulai dari
perifer gambaran konsolidasi hampir selalu berbatasan dengan permukaan pleusa
viseralis. Pada sisi yang berbatasan dengan permukaan pleura viseralis gambaran
batasanya tegas tapi sisi yang lainnya mungkin tidak berbatasan tegas. Gambaran
radiologi yang tidak khas kadang-kadang bisaa didapatkan pada bronchitis menahun
dan emfisema.
2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS
Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45. Kematian sering kali
berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan pada susunan saraf
pusat, maka penting untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam
basa dengan baik. Pemberian O2 yang adekuatuntuk menurunkan perbedaan O2 alveoli-arteri,
dan mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam konsentrasi yang tidak
beracun (PO240) untuk mempertahanan PO2 arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga penting
mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.
Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk
mencegah penurunan dari volume cairan tubuh secara umum. Bronkodilator seperti
Aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase sekret dan distribusi ventilasi.
Kadang-kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia
mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi. Ika hipotensi terjadi, segera atasi
hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume intavaskuler dan melakukan dekompresi
12
lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang kateter Swan-Ganz infus
Dopamin (2-5g/kh/menit). Bila perlu dapat diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri
pleura.
Pemberian antibiotik terpilih seperti Penisilin diberikan secara intramuskular 2 x
600.000 unit sehari. Penisilin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien
tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain. Klien
dengan abses paru dan empiema memerlukan antibiotik lebih lama. Untuk klien yang alergi
terhadap Penisilin dapat diberikan Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia
karena banyak yang resisten.
Pemberian Sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang alergi terhadap Penisilin
karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe anafilaksis. Dalam
12-36 jam, setelah pemberian Penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan menurun
serta nyeri pleura menghilang. Pada 20% klien demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam
setelah obat dikonsumsi.
Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental, kelemahan fisik umum, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal.
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru
dan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3. Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan lau metabolisme umum sekunder
dari reaksi sistemis bakteremia/viremia.
4. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam, diaforesis, dan
intake oral sekunder terhadap proses pneumonia.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia.
6. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam.
7. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit, prognosis penyakit yang berat.
8. Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber
informasi.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien mampu batuk efektif
2. Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas. Bunyi
nafas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan normal.
Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri
Penurunan bunyi nafas menunjukkan atelaksis,
Kaji fungsi pernapasan (bunyi nafas,
ronki menunjukkan akumulasi sekret dan
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan
ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang
otot bantu nafas).
selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan
otot bantu nafas dan peningkatan kerja
pernapasan.
Kji kemampuan klien mengeluarkan sekresi.
Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental
Lalu catat karakter dan volume sputum.
(efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu
Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
klien latihan nafas dalam dan batuk yang efetif. dan menurunkan upaya bernafas. Ventilasi
maksimal membuka area atelaksis dan
meningkatkan gerakan sekret ke alan nafas
besar untuk dikeluarkan.
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500
Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
ml/hari kecuali tidak diindikasikan.
sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan
nafas.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila
Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan pengisapan (suction).
diperlukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan sekret. Eliminasi lendir dengan
suction sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit dengan
pengawasan efek samping suction.
Kolaborasi obat sesuai indikasi
Pengobatan antibiotik yang ideal berdasarkan
pada tes uji resistensi bakteri terhadap jenis
antibiotik sehingga lebih mudah mengobati
pneumonia.
Agen mukolitik
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan.
Bronkodilator ; jenis aminophilin via intravena Bronkodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakheobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kartikosteroid
Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas
dengan hipoksemia dan bila reaksi inflamasi
mengancam kehidupan.
Risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan jaringan efektif
paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, dan edema bronkhial
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas tidak terjadi
14
Kriteria evaluasi:
Melaporkan tak adanya/ penurunan dispnea
Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernafasan
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas darah arteri
dalam rentang normal
Rencana Intervensi
Rasional
Mandiri
Pneumonia mengakibatkan efek luas pada
Kaji dispnea, takipnea, bunyi nafas,
paru, bermula dari bagian kecil
peningkatan upaya pernafasan, ekspansi
bronkhopneumonia sampai inflamasi difus
thoraks, dan kelemahan
yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan fibrosis
yang luas. Efeknya terhadap pernafasan
bervariasi dari gejala ringan, dipnea berat,
dan distres pernafasan.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, cacat
Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan
sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk paru yang sehat dapat mengganggu
membran mukosa dan kuku.
oksigenasi organ vital dan ringan tubuh.
Ajarkan dan dukung pernafasan bibir selama Membuat tahananmelawan udara luar untuk
ekspirasi khususnya untuk klien dengan
mencegah kolaps/ penyempitan jalan nafas
fibrosis dan kerusakan parenkim paru.
sehingga membantu menyebarkan udara
melalui paru dan mengurangi nafas pendek.
Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan Menurunkan konsumsi oksigen selama
bantu kebutuhan perawatan diri sehari- hari
periode penurunan pernafasan dan dapat
sesuai keadaan klien.
menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi
Penurunan kadar O2 (PO2) dan/atau ,
Pemeriksaan AGD
peningkatan PCO2 menunjukan kebutuhan
untuk intervensi/ perubahan program terapi
Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia
tambahan
yang terjadi akibat penurunan ventilasi/
menurunnya permukan alveolar paru.
Kortikosteroid
Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas
dengan hipoksemia dan bila reaksi inflamasi
mengancam kehidupan.
Hpertermi yang berhubungan dengan reaksi sistemis, bakteremia/ viremia, peningkatan laju
metabolisme umum
Batasan karakteristik: foto rontgen thorak menunjukan adanya pleuritis, suhu diatas 37 C,
15
diaforesis intermiten, leukosit di atas 10.000/ mm, dan kultur sputum positif
Kriteria hasil: suhu badan normal (36-37 C)
Rencana tindakan
Rasional
Kaji saat timbulnya demam
Mengiidentifikasi pola demam
Kaji tanda- tanda vital tiap 3 jam atau lebih
Acuan untuk mengetahui keadaan umum
sering
klien.
Berikan kebutuhan cairan ekstra
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga
perlu diimbangi dengan intake cairan yang
banyak.
Berikan kompres dingin
Konduksi suhu membantu menurunkan suhu
tubuh.
Mandi dengan air dingin dan selimut yang
tidak terlalu tebal memungkinkan terjadinya
pelepasan panas secara konduksi dan
evaporasi (Penguapan). Antipiretik dapat
mengontrol demam dengan mempengaruhi
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Cairan
dapat membantu mencegah dehidrasi karena
meningkatnya metabolisme. Menggigil
menandakan tubuh memerlukan panas lebih
banyak.
Kenakan pakaian minimal
Pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh.
Berikan tindakan untuk memberikan rasa
Tindakan tersebut akan meningkatkan
nyaman seperti mengelap punggung klien,
relaksasi. Pelembab membantu mencegah
mengganti alat tenun yang kering setelah
kekeringan dan pecah- pecah di mulut dan
diaforesis, memberi minum hangat,
bibir.
lingkungan yang tenang dengan cahaya yang
redup, dan sedatif ringan jika dianjurkan
serta memberika pelembab pada kulit dan
bibir.
Berikan terapi cairan intravena RL 0,5 dan
Pemberian cairan sangat penting bagi klien
pemberian antipiretik.
dengan suhu tinggi. Pemeberian cairan
merupakan wewenang dokter sehingga
perawat perlu berkolaborasi dalam hal ini.
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan Antibiotik diperlukan untuk mengatasi
evaluasi keefektifannya, tinjau kembali
infeksi. Efek terapeutik maksimum yang
semua obat- obatan yang diberikan. Untuk
efektif dapat dicapai, jika kadar obat yang
menghindari efek merugkan akibat interaksi
ada dalam darah telah konsisten dan dapat
obat, jadwalkan pemberian obat dalam kadar dipertahankan. Risiko akibat interaksi obatdarah yang konsisten.
obatan yang diberikan meningkat dengan
adanya efek farmakoterapi berganda. Efek
samping akibat interaksi satu obat dengan
16
BAB III
17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga
kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia.
Pneumonia adalahpenyakit inflamasi pada paru dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masukdalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
3.2 Saran
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas penulis ingin memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1) Agar perawat sebagai insan kesehatan dapat memahami bagaimana pengertian ,
perjalanan penyakit serta penatalaksanaan dari kanker paru ini.
2) Kepada teman-teman mahasiswa keperawatan agar dapat menggali pengetahuan lebih
dalam lagi mengenai kanker paru terutama pada asuhan keperawatannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin arif.2008.asuhan keperawatan klien dengan gangguan sister
pernafasan.jakarta: salemba humanika
19