Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang
dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Setiap tahun sekitar 20 bayi
per 1.000 kelahiran meninggal dalam rentang waktu 0-28 hari pasca
kelahiran. Angka kematian neonatus ini tidak pernah mengalami penurunan
sejak tahun 2007 hingga 2012. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 angka kematian neonatus adalah 19 per 1.000
kelahiran hidup, itu berarti ada 9 neonatal yang meninggal tiap jam. Di
Provinsi DIY pada tahun 2011 terdapat 311 kasus kematian neonatus
(Dinkes DIY, 2012). Penyebab kematian terbanyak pada bayi usia 0-28 hari
dipicu oleh gangguan pernafasan, bayi lahir prematur dan sepsis (infeksi
sistemik) (SDKI, 2012).
Menurut WHO di negara berkembang, setiap tahunnya ada empat
juta bayi meninggal pada periode neonatal. Dilaporkan 300.000 bayi
meninggal akibat tetanus, dan 460.000 lainnya meninggal karena infeksi
berat dengan infeksi tali pusat (omfalitis) sebagai salah satu predisposisi
penting. Angka infeksi tali pusat di negara berkembang bervariasi dari 2 per
1000 hingga 54 per 1000 kelahiran hidup dengan case fatality rate 0-15%.
Faktor yang berperan terhadap timbulnya infeksi tali pusat di negara
berkembang antara lain karena persalinan dilakukan di rumah dengan
higiene dan sanitasi yang kurang, penolong persalinan yang tidak terlatih dan
beberapa cara tradisional dalam perawatan tali pusat yang tidak steril (WHO,
2006).
Tali pusat merupakan jaringan yang sangat unik dan bisa menjadi
sumber infeksi pada bayi yang baru lahir jika tidak dirawat dengan baik dan
benar, karena tali pusat merupakan pintu masuk kuman selama post partum.
Setelah bayi lahir tali pusat akan dipotong dan akan mengalami membentuk
luka dan memungkinkan segala bakteri dan kuman berkoloni dan hidup di
dalamnya (Hidayat, 2008). Perawatan tali pusat yang tidak memadai dapat
menimbulkan infeksi yang dikenal sebagai omphalistis yang disertai dengan
tanda awal yaitu basah di sekitar tali pusat, mengeluarkan sedikit cairan,
berbau, bengkak di sekitar tali pusat dan demam. Pada bayi dengan
omphalistis tanpa pengobatan dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa hari karena timbulnya sepsis (Cunningham, 2006).
World Health Organization (WHO) menemukan jumlah kematian bayi
sebesar 560.000/1000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh infeksi tali
pusat. Di Indonesia, angka insidensi tetanus di daerah perkotaan sekitar 6-
7/1000 kelahiran hidup, sedangkan didaerah pedesaan angkanya lebih tinggi
sekitar 2-3 kalinya yaitu 11-23/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian
kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya (Depkes RI, 2008).
Perawatan tali pusat penting untuk menghindari terjadinya infeksi tali
pusat pada bayi, tapi jarangnya ibu yang melakukan perawatan tali pusat
secara aseptik maka akan menimbulkan dampak negatif yaitu bayi akan
mengalami tetanus dan dapat mengakibatkan kematian. Perawatan tali pusat
yang sekarang ini dikembangkan adalah dengan perawatan terbuka. WHO
(2000) merekomendasikan perawatan tali pusat berdasarkan prinsip-prinsip
aseptic dan kering serta tidak lagi dianjurkan menggunakan alcohol. Tali
pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat,
juga menimbulkan risiko infeksi (Taylor et al, 2003).
Perawatan tali pusat yang kini disarankan adalah dengan
menggunakan ASI dan prinsip terbuka, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurlaili (2006) yang menyatakan perawatan tali pusat dengan
ASI lebih mempercepat lepasnya tali pusat dibandingkan dengan perawatan
menggunakan alcohol. Perawatan tali pusat merupakan salah satu bentuk
dari perilaku. Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang atau
masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan
fasilitas, sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat, dan
dukungan dari keluarga, dukungan teman, dukungan dari masyarakat juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Pengetahuan ibu
yang kurang dalam merawat tali pusat, menyebabkan ibu menggunakan obat
tradisional sehingga memungkinkan berkembangnya clostridium tetani yang
dapat menyebabkan infeksi pada neonatus (Ngastiyah, 2005). Dengan
tingkat pengetahuan yang baik tentang perawatan tali pusat, maka dapat
meningkatkan perilaku terhadap perawatan tali pusat yang telah diajarkan
oleh perawatan selanjutnya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
tentang perawatan tali pusat akan memiliki perilaku yang positif dalam
merawat tali pusat. Penelitian yang dilakukan Susanti dan Hartini (2007)
menunjukkan tingkat pengetahuan, ibu nifas di BPS Sri Romdhati Jetis,
Semin, Gunungkidul mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik sebesar
(43,3%) dan perilaku baik sebesar (63,3%).
Rumah Sakit Panembahan Senopati dipilih sebagai lokasi penelitian
karena di rumah sakit ini waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan
kurang efisien, dalam 1x shift bidan/perawat yang jaga hanya 2/3 orang,
sedangkan pasien yang dirawat lebih dari 10 orang. Hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 Oktober November 2013 di Rumah
Sakit Panembahan Senopati Bantul didapatkan data dari sebanyak 10 ibu
post partum, sebanyak 5 orang (50%) mengatakan belum mengetahui
tentang perawatan tali pusat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian
menetapkan rumusan masalah penelitian : “Bagaimanakah Gambaran
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Ibu yang
Melahirkan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat pada ibu yang melahirkan di rumah sakit
Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat berdasarkan karakteristik ibu yang melahirkan di Rumah
Sakit Panembahan Senopati Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
penelitian di bidang kesehatan ibu dan anak khususnya mengenai,
tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat sehingga dapat
dijadikan landasan bagi penelitian-penelitian sejenis.
2. Manfaat praktik
a. Bagi institusi Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Sebagai
masukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu post
partum tentang perawatan tali pusat sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan prosedur tetap
tentang pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan tali
pusat.
b. Bagi ibu post partum Menambah informasi dan pengetahuan kepada
para ibu post partum tentang perawatan tali pusat.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tali pusat atau funikulus umbilicalis adalah bagian dari plasenta yang
menghubungkan umbilicus janin dengan permukaaan fetal plasenta. Melalui tali
pusat ini darah kotor dari janin dialirkan ke plasenta dari janin dan darah yang
kaya oksigen dialirkan dari ibu ke janin (Depkes RI, 2007).
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikat tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali
pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat
akan “puput”pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan
dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian
(Depkes RI, 2007).
6
3.Manfaat Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat dilakukan pada bayi neonates sampai tali pusat
tersebut kering dan lepas (Sacharin, 2004). Perawatan tali pusat ini dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat atau omphalitis.
Omphalitis dapat dicegah dengan perawatan tali pusat yang baik dan mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum melakukan perawatan.
Metode atau cara-cara yang dianjurkan oleh WHO (2010) untuk
menurunkan resiko terjadinya infeksi pada tali pusat adalah:
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan tali pusat.
b. Menjaga tali pusat agar selalu bersih dan kering serta membiarkan terpapar
oleh udara.
c. Penggunaan antimokroba topical ditentukan berdasarkan kondisi bayi, seperti
bayi yang dirawat di ruang intensif atau di bangsal perawatan bayi.
Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (2008) :
a. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.
b. Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali pusat tidak
terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan
karena menyebabkan basah/lembab.
c. Lipat popok dibawah putung tali pusat
d. Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT/steril dan
sabun kemudian segera keringkan secara seksama dengan menggunakan
kain bersih.
e. Segera mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah/berdarah,
atau berbau (Depkes RI, 2008).
Prinsip perawatan tali pusat yang direkomendasikan oleh WHO adalah
berdasarkan prinsip aseptic dan kering serta dihindari pemberian alcohol. Metode
yang sekarang dikembangkan adalah perawatan tali pusat dengan prinsip
terbuka, cara perawatannya dengan dibersihkan menggunakan air steril dan
sabun, atau dengan pemberian ASI pada tali pusat. Perawatan tali pusat dengan
prinsip tertutup dan menggunakan disinfektan kini sudah tidak lagi
direkomendasikan karena dapat menyebabkan tali pusat menjadi lembab dan
memicu perkembangan bakteri pada tali pusat, sehingga proses lepasnya tali
pusat akan lebih lama.
Salah satu metode perawatan tali pusat adalah dengan kassa kering.
Metode perawatan tali pusat menggunakan kasa kering adalah tali pusat
dibersihkan dan dirawat serta dibalut kasa kering, tali pusat dijaga agar bersih
dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI,
2005).
Cara perawatan tali pusat dengan kassa steril menurut Saifuddin (2007):
a. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan
ditutupi dengan kain bersih (kassa steril) secara longgar sehingga mendapat
udara yang cukup agar tali pusat cepat mengering.
b. Gunakan kapas baru saat membersihkan setiap bagiannya.
e. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air
bersih lalu keringkan.
Keuntungan perawatan tali pusat memakai kasa kering adalah: aman
digunakan pada bayi karena tidak mengandung bahan kimia dan tali pusat kering
dan cepat putusnya. Sedangkan kerugian perawatan tali pusat memakai kasa
kering adalah mudah terkontaminasi oleh kuman dan bakteri (Walsh, 2007).
Perawatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi timbunya
infeksi pada tali pusat dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi
dengan ibunya sejak lahir yang bertujuan untuk memberikan flora normal dari
ibunya yang bersifat pathogen. Pemberian air susu ibu sejak bayi lahir akan
memberikan antibody yang kuat kepada bayi agar tidak mudah terkena infeksi
(Solihin, 2007).
Penggunaan kolostrum dapat mempercepat proses pelepasan tali pusat
dan memperkecil resiko infeksi (Solihin, 2007). Perawatan tali pusat dengan
metode kolostrum adalah perawatan tali pusat yang dibersihkan dan dirawat
dengan cara mengoleskan kolostrum pada luka dan sekitar luka tali pusat.
Tali pusat dijaga agar tetap bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali
pusat lepas (Laksawati, 2009).
Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna
kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Cairan
yang volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam ini merupakan cairan yang
pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan
residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
payudara sebelum dan setelah masa puerperium (Soetjiningsih, 2005).
Kolostrum memiliki banyak manfaat, yaitu manfaat dalam pemenuhan gizi
bayi, berperan sebagai zat kekebalan tubuh, antiinflamasi, antibakterial,
antiviral, antiparasit dan anti alergi. Penelitian Farahani, et al (2008)
membuktikan bahwa jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada
ujung tali pusat adalah S. Epidermidis, S. Aureus, E. Coli dan Klebsiela
Pneumoniae. Koloni bakteri yang terdapat pada tali pusat yang dirawat dengan
metode bersih kering rata-rata lebih banyak daripada tali pusat yang dirawat
dengan kolostrum.
B.Pengetahuan 1.Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
Seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan Ini terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, Penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui Mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
2.Tingkat Pengetahuan
4.Pengukuran Pengetahuan
Cukup : 56 – 75 %
Kurang : < 56 %
BAB III
A. Kerangka Teori
Dilakukan
sesuai
Perawatan tali pusat prosedur
Dilakukan tidak
sesuai
prosedur
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan tali
pusat:
1. Faktor predisposisi Faktor yang
a. Penhetahuan mempengaruhi
b. Sikap pengetahuan:
c. Kepercayaan a. Pengalaman
d. Tradisi b. tingkat
2. Faktor pemuingkin pendidikan
ketersediaan fasilitas c. Keyakinan
atau sarana-sarana d. Fasilitas
3. Faktor penggugat e. Penghasilan
a. Kelompok referensi f. Sosial budaya
b. Dukungan keluarga,
teman dan
masyarakat
4. paritas D.Kerangka Kon
B. Kerangka Konsep
Independen dependen
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua varibel
yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian (Nursalam &
Panan, 2001).
Hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan cara perawatan tali pusat dengan praktik perawatan tali pusat”.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini semua ibu post
partum di Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul selama bulan September
sampai Oktober 2014 dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
18
a.Kriteria Inklusi
1) Ibu primipara
4) Umur
o 15 – 25 tahun
o 26-35 tahun
b.kriteria eksklusif
1) Ibu mengalami sakit, cacat fisik, dan mental.
2) Ibu yang bekerja dalam bidang kesehatan.
Adapun besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus
(notoadmojo, 2010)
n= N
1+N(d2)
Keterangan :
n: besar sampel
N: besar populasi
d: tingkat kepercayaan/presisi(10%)
maka
n= N
1+N(d2)
n= 188
1+188(0,1)2
= 188
2,88
= 65,28 di bulatkan menjadi 65 responden
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali
pusat.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini jenis data adalah data primer (jawaban dari
responden). Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010).
Kuesioner yang terdiri dari tiga bagian pertama berisi lembar persetujuan,
bagian kedua berisi identitas dan karakteristik responden, bagian ketiga berisi
skala pengetahuan tentang perawatan tali pusat. Dilihat dari cara menjawab
menggunakan kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan teori pada bab sebelumnya, meliputi 30 pertanyaan.
Alternatif jawaban adalah benar-salah. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan
salah diberi skor
2.Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 2 orang asisten.
Sebelum kuesioner dibagikan maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan bagaimana cara pengisian
kuesioner. Peneliti memberikan informed consent untuk ditandatangani dan
kuesioner untuk diisi oleh responden. Kuesioner diisi dan dikembalikan saat itu
juga setelah responden menyelesaikan pengisian.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur yang digunakan
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui
ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas.
Teknik hitungan yang digunakan dalam uji validitas penelitian ini adalah
teknik korelasi ”product moment” dengan rumus sebagai berikut: rxy N XY
X Y 2
N X2 X 2
N Y2 Y
Keterangan : rxy : Koefisien
korelasi
N : Jumlah responden
X : Skor butir
Y : Skor total
2.Uji Reliabilitas
2.rb
(1 + rb)
Keterangan :
Pada tahap ini peneliti memberikan kode untuk identitas responden meliputi
umur, pendidikan dan pekerjaan. Kode untuk jawaban atas kuisioner
pengetahuan perawatan tali pusat adalah kode 1 untuk jawaban benar dan
kode 0 untuk jawaban salah.
c. Tabulating
2.Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara univariate yaitu analisa
yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo,
2010). Analisis univariate dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran
pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada ibu yang melahirkan di
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Data hasil penelitian dianalisis
dengan teknik distribusi frekuensi proporsi dengan rumus sebagai berikut :
(Arikunto, 2010) f
P= x 100%
n
Keterangan : P :
prosentase f :
frekuensi
N : jumlah seluruh observasi
I.Etika Penelitian
4. Sukarela
Penelitian bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara
langsung maupun tidak langsung kepada calon responden atau sampel yang
diteliti sehingga tetap menghormati keputusan responden.
5. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian
J.Jalannya Penelitian
Pada tahap ini disiapkan semua prosedur yang akan dilakukan untuk
melaksanakan penelian yaitu dari mulai penyusunan proposal sampai dengan
revisi proposal. Tahap-tahap persiapan dalam mengajukan proposal ini meliputi:
a. Mengurus surat ijin studi pendahuluan di Rumah Sakit Penambahan Senopati
Bantul pada bulan Januari 2014.
b. Mengadakan studi pendahuluan Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul
pada bulan Januari 2014.
c. Menyusun proposal penelitian mulai bulan Januari 2014.
f. Mengurus surat ijin penelitian dari Stikes Jenderal Achamad Yani Yogyakarta
yang ditujukan kepada Gubernur, BAPEDA, Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul.
2. Tahap Pelaksanaan