Anda di halaman 1dari 28

PRAPOPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PERAWATAN TALI


PUSAT

Disusun Oleh:

Nama : Yurel Bernard

Nim : 1608 14201 520

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang
dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Setiap tahun sekitar 20 bayi
per 1.000 kelahiran meninggal dalam rentang waktu 0-28 hari pasca
kelahiran. Angka kematian neonatus ini tidak pernah mengalami penurunan
sejak tahun 2007 hingga 2012. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 angka kematian neonatus adalah 19 per 1.000
kelahiran hidup, itu berarti ada 9 neonatal yang meninggal tiap jam. Di
Provinsi DIY pada tahun 2011 terdapat 311 kasus kematian neonatus
(Dinkes DIY, 2012). Penyebab kematian terbanyak pada bayi usia 0-28 hari
dipicu oleh gangguan pernafasan, bayi lahir prematur dan sepsis (infeksi
sistemik) (SDKI, 2012).
Menurut WHO di negara berkembang, setiap tahunnya ada empat
juta bayi meninggal pada periode neonatal. Dilaporkan 300.000 bayi
meninggal akibat tetanus, dan 460.000 lainnya meninggal karena infeksi
berat dengan infeksi tali pusat (omfalitis) sebagai salah satu predisposisi
penting. Angka infeksi tali pusat di negara berkembang bervariasi dari 2 per
1000 hingga 54 per 1000 kelahiran hidup dengan case fatality rate 0-15%.
Faktor yang berperan terhadap timbulnya infeksi tali pusat di negara
berkembang antara lain karena persalinan dilakukan di rumah dengan
higiene dan sanitasi yang kurang, penolong persalinan yang tidak terlatih dan
beberapa cara tradisional dalam perawatan tali pusat yang tidak steril (WHO,
2006).
Tali pusat merupakan jaringan yang sangat unik dan bisa menjadi
sumber infeksi pada bayi yang baru lahir jika tidak dirawat dengan baik dan
benar, karena tali pusat merupakan pintu masuk kuman selama post partum.
Setelah bayi lahir tali pusat akan dipotong dan akan mengalami membentuk
luka dan memungkinkan segala bakteri dan kuman berkoloni dan hidup di
dalamnya (Hidayat, 2008). Perawatan tali pusat yang tidak memadai dapat
menimbulkan infeksi yang dikenal sebagai omphalistis yang disertai dengan
tanda awal yaitu basah di sekitar tali pusat, mengeluarkan sedikit cairan,
berbau, bengkak di sekitar tali pusat dan demam. Pada bayi dengan
omphalistis tanpa pengobatan dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa hari karena timbulnya sepsis (Cunningham, 2006).
World Health Organization (WHO) menemukan jumlah kematian bayi
sebesar 560.000/1000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh infeksi tali
pusat. Di Indonesia, angka insidensi tetanus di daerah perkotaan sekitar 6-
7/1000 kelahiran hidup, sedangkan didaerah pedesaan angkanya lebih tinggi
sekitar 2-3 kalinya yaitu 11-23/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian
kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya (Depkes RI, 2008).
Perawatan tali pusat penting untuk menghindari terjadinya infeksi tali
pusat pada bayi, tapi jarangnya ibu yang melakukan perawatan tali pusat
secara aseptik maka akan menimbulkan dampak negatif yaitu bayi akan
mengalami tetanus dan dapat mengakibatkan kematian. Perawatan tali pusat
yang sekarang ini dikembangkan adalah dengan perawatan terbuka. WHO
(2000) merekomendasikan perawatan tali pusat berdasarkan prinsip-prinsip
aseptic dan kering serta tidak lagi dianjurkan menggunakan alcohol. Tali
pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat,
juga menimbulkan risiko infeksi (Taylor et al, 2003).
Perawatan tali pusat yang kini disarankan adalah dengan
menggunakan ASI dan prinsip terbuka, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurlaili (2006) yang menyatakan perawatan tali pusat dengan
ASI lebih mempercepat lepasnya tali pusat dibandingkan dengan perawatan
menggunakan alcohol. Perawatan tali pusat merupakan salah satu bentuk
dari perilaku. Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku seseorang atau
masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan
fasilitas, sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat, dan
dukungan dari keluarga, dukungan teman, dukungan dari masyarakat juga
akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Pengetahuan ibu
yang kurang dalam merawat tali pusat, menyebabkan ibu menggunakan obat
tradisional sehingga memungkinkan berkembangnya clostridium tetani yang
dapat menyebabkan infeksi pada neonatus (Ngastiyah, 2005). Dengan
tingkat pengetahuan yang baik tentang perawatan tali pusat, maka dapat
meningkatkan perilaku terhadap perawatan tali pusat yang telah diajarkan
oleh perawatan selanjutnya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
tentang perawatan tali pusat akan memiliki perilaku yang positif dalam
merawat tali pusat. Penelitian yang dilakukan Susanti dan Hartini (2007)
menunjukkan tingkat pengetahuan, ibu nifas di BPS Sri Romdhati Jetis,
Semin, Gunungkidul mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik sebesar
(43,3%) dan perilaku baik sebesar (63,3%).
Rumah Sakit Panembahan Senopati dipilih sebagai lokasi penelitian
karena di rumah sakit ini waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan
kurang efisien, dalam 1x shift bidan/perawat yang jaga hanya 2/3 orang,
sedangkan pasien yang dirawat lebih dari 10 orang. Hasil studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 Oktober November 2013 di Rumah
Sakit Panembahan Senopati Bantul didapatkan data dari sebanyak 10 ibu
post partum, sebanyak 5 orang (50%) mengatakan belum mengetahui
tentang perawatan tali pusat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penelitian
menetapkan rumusan masalah penelitian : “Bagaimanakah Gambaran
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Ibu yang
Melahirkan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat pada ibu yang melahirkan di rumah sakit
Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
tali pusat berdasarkan karakteristik ibu yang melahirkan di Rumah
Sakit Panembahan Senopati Bantul.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
penelitian di bidang kesehatan ibu dan anak khususnya mengenai,
tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat sehingga dapat
dijadikan landasan bagi penelitian-penelitian sejenis.
2. Manfaat praktik
a. Bagi institusi Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Sebagai
masukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu post
partum tentang perawatan tali pusat sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan prosedur tetap
tentang pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan tali
pusat.
b. Bagi ibu post partum Menambah informasi dan pengetahuan kepada
para ibu post partum tentang perawatan tali pusat.
BAB II

LANDASAN TEORI

A.Perawatan Tali Pusat 1.Pengertian

Tali pusat atau funikulus umbilicalis adalah bagian dari plasenta yang
menghubungkan umbilicus janin dengan permukaaan fetal plasenta. Melalui tali
pusat ini darah kotor dari janin dialirkan ke plasenta dari janin dan darah yang
kaya oksigen dialirkan dari ibu ke janin (Depkes RI, 2007).
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikat tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali
pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat
akan “puput”pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan
dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian
(Depkes RI, 2007).

2.Tujuan Perawatan Tali Pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit


tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2008).
Wiknjosastro (2006) menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah
untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali
pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada
tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat
karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2006).

6
3.Manfaat Perawatan Tali Pusat

Manfaat perawatan tali pusat menurut Saifuddin (2006) yaitu :

a. Dapat merawat tali pusat dengan tehnik septik dan aseptic

b. Dapat membersihkan tali pusat dan sekitarnya

c. Dapat mencegah timbulnya infeksi oleh bakteri.

4.Metode Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat dilakukan pada bayi neonates sampai tali pusat
tersebut kering dan lepas (Sacharin, 2004). Perawatan tali pusat ini dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat atau omphalitis.
Omphalitis dapat dicegah dengan perawatan tali pusat yang baik dan mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum melakukan perawatan.
Metode atau cara-cara yang dianjurkan oleh WHO (2010) untuk
menurunkan resiko terjadinya infeksi pada tali pusat adalah:
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan tali pusat.
b. Menjaga tali pusat agar selalu bersih dan kering serta membiarkan terpapar
oleh udara.
c. Penggunaan antimokroba topical ditentukan berdasarkan kondisi bayi, seperti
bayi yang dirawat di ruang intensif atau di bangsal perawatan bayi.
Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (2008) :

a. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.
b. Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali pusat tidak
terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan
karena menyebabkan basah/lembab.
c. Lipat popok dibawah putung tali pusat

d. Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT/steril dan
sabun kemudian segera keringkan secara seksama dengan menggunakan
kain bersih.
e. Segera mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah/berdarah,
atau berbau (Depkes RI, 2008).
Prinsip perawatan tali pusat yang direkomendasikan oleh WHO adalah
berdasarkan prinsip aseptic dan kering serta dihindari pemberian alcohol. Metode
yang sekarang dikembangkan adalah perawatan tali pusat dengan prinsip
terbuka, cara perawatannya dengan dibersihkan menggunakan air steril dan
sabun, atau dengan pemberian ASI pada tali pusat. Perawatan tali pusat dengan
prinsip tertutup dan menggunakan disinfektan kini sudah tidak lagi
direkomendasikan karena dapat menyebabkan tali pusat menjadi lembab dan
memicu perkembangan bakteri pada tali pusat, sehingga proses lepasnya tali
pusat akan lebih lama.
Salah satu metode perawatan tali pusat adalah dengan kassa kering.
Metode perawatan tali pusat menggunakan kasa kering adalah tali pusat
dibersihkan dan dirawat serta dibalut kasa kering, tali pusat dijaga agar bersih
dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI,
2005).
Cara perawatan tali pusat dengan kassa steril menurut Saifuddin (2007):

a. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan
ditutupi dengan kain bersih (kassa steril) secara longgar sehingga mendapat
udara yang cukup agar tali pusat cepat mengering.
b. Gunakan kapas baru saat membersihkan setiap bagiannya.

c. Lipat popok dibawah sisa tali pusat.

d. Bersihkan sekitar tali pusat sebanyak 1-2 kali sehari

e. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air
bersih lalu keringkan.
Keuntungan perawatan tali pusat memakai kasa kering adalah: aman
digunakan pada bayi karena tidak mengandung bahan kimia dan tali pusat kering
dan cepat putusnya. Sedangkan kerugian perawatan tali pusat memakai kasa
kering adalah mudah terkontaminasi oleh kuman dan bakteri (Walsh, 2007).
Perawatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi timbunya
infeksi pada tali pusat dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi
dengan ibunya sejak lahir yang bertujuan untuk memberikan flora normal dari
ibunya yang bersifat pathogen. Pemberian air susu ibu sejak bayi lahir akan
memberikan antibody yang kuat kepada bayi agar tidak mudah terkena infeksi
(Solihin, 2007).
Penggunaan kolostrum dapat mempercepat proses pelepasan tali pusat
dan memperkecil resiko infeksi (Solihin, 2007). Perawatan tali pusat dengan
metode kolostrum adalah perawatan tali pusat yang dibersihkan dan dirawat
dengan cara mengoleskan kolostrum pada luka dan sekitar luka tali pusat.
Tali pusat dijaga agar tetap bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali
pusat lepas (Laksawati, 2009).
Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna
kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Cairan
yang volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam ini merupakan cairan yang
pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan
residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
payudara sebelum dan setelah masa puerperium (Soetjiningsih, 2005).
Kolostrum memiliki banyak manfaat, yaitu manfaat dalam pemenuhan gizi
bayi, berperan sebagai zat kekebalan tubuh, antiinflamasi, antibakterial,
antiviral, antiparasit dan anti alergi. Penelitian Farahani, et al (2008)
membuktikan bahwa jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada
ujung tali pusat adalah S. Epidermidis, S. Aureus, E. Coli dan Klebsiela
Pneumoniae. Koloni bakteri yang terdapat pada tali pusat yang dirawat dengan
metode bersih kering rata-rata lebih banyak daripada tali pusat yang dirawat
dengan kolostrum.

5.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan salah satu bentuk dari perilaku.


Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2007).
Menurut Notoatmodjo (2010) domain perilaku terbagi menjadi 3 tingkat
ranah perilaku sebagai berikut : a.Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),
dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbedabeda
b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus


atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya).
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Dalam
menentukan sikap yang utuh (total attitude), pengetahuan, pikiran keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting. Contoh : Seorang ibu mendengar
(tahu) penyakit Tetanus neonatorum (penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu
untuk berpikir dan berusaha supaya bayinya tidak terkena penyakit tersebut.
Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu
tersebut berniat (kecenderungan untuk bertindak) untuk melakukan
perawatan tali pusat yang benar secara rutin agar bayinya tidak terkena
penyakit tetanus neonatorum.

c. Tindakan atau Praktik (practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan


untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan,
sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor pendukung yaitu fasilitas
atau sarana dan prasarana. Seorang ibu sudah tahu (mendapatkan
pengetahuan) tentang cara perawatan tali pusat, yaitu dengan prinsip kering
dan bersih. Maka ibu tersebut akan bertindak sesuai dengan prinsip yang
dimilikinya. Tindakan tersebut dapat terjadi oleh adanya faktor pendukung
seperti lingkungan tempat tinggal yang bersih, keadaan yang memungkinkan,
dan sarana prasarana yang mendukung kebersihan bayi. Tanpa adanya
faktor-faktor pendukung tersebut maka meskipun ibu itu tahu dan memiliki
sikap, tidak akan timbul tindakan yang diinginkan.
Praktik atau Tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu:
1) Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi


masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya
seorang ibu yang bisa melakukan perawatan tali pusat tetapi masih harus
diingatkan dan dibimbing bidan, atau keluarganya.
2) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau


tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu melakukan perawatan tali
pusat pada bayinya secara rutin tanpa menunggu perintah atau
diingatkan oleh bidan. Hal itu dilakukannya secara otomatis.
3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah


berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tatapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau
perilaku yang berkualitas. Misalnya seorang ibu melakukan perawatan
tali pusat yang bukan sekedar perawatan tali pusat biasa (sebisanya),
melainkan sudah dengan teknik-teknik atau prinsip perawatan tali pusat
yang benar.
Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu
mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni mulai proses
perubahan: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice).
Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan
atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud


dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

Faktor-faktor pemungkin (enambling factors) terwujud dalam


lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan


perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat, dan dukungan dari
keluarga, dukungan teman, dukungan dari masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,
ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku
masyarakat, dan dukungan dari keluarga, dukungan teman, dukungan dari
masyarakat juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Selian faktor-faktor di atas, perilaku perawatan tali pusat juga dipengaruhi
oleh paritas. Paritas yakni jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup atau banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dan telah
mendapatkan perawatan tali pusat. Jumlah anak yang dimiliki dan pernah diasuh
dapat menentukan dan menambah wawasan ibu dalam hal merawat tali pusat
bayinya dari pengalaman yang didapat pada anak yang telah dirawat
sebelumnya dalam hal ini paritas juga mempengaruhi keterampilan dalam
perawatan tali pusat dimana ada perbedaan antara primigravida dan multigravida
(Prawirohardjo, 2006).

B.Pengetahuan 1.Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
Seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan Ini terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, Penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui Mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup


dalam domain kognitif, yakni: a.Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan.
b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara


benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau mareri
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan.
c. Menerapkan (application)

Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.
d. Analisis (analisa)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek


kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan ananlisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat digambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesa (Synthesis)
Sintesa menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau


penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian–penilaian ini
didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.

3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor, yaitu: a.Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara


umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya


pembuktian lebih dahulu. Keyakinan ini biasanya mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. d.Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat dipengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, Koran, dan buku.
e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.


Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka akan mampu untuk
menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi


pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

4.Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan lembar kuesioner yang


menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden. Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :
Baik : 76–100 %

Cukup : 56 – 75 %

Kurang : < 56 %
BAB III

HIPOTESIS DAN KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Dilakukan
sesuai
Perawatan tali pusat prosedur

Dilakukan tidak
sesuai
prosedur
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan tali
pusat:
1. Faktor predisposisi Faktor yang
a. Penhetahuan mempengaruhi
b. Sikap pengetahuan:
c. Kepercayaan a. Pengalaman
d. Tradisi b. tingkat
2. Faktor pemuingkin pendidikan
ketersediaan fasilitas c. Keyakinan
atau sarana-sarana d. Fasilitas
3. Faktor penggugat e. Penghasilan
a. Kelompok referensi f. Sosial budaya
b. Dukungan keluarga,
teman dan
masyarakat
4. paritas D.Kerangka Kon

B. Kerangka Konsep
Independen dependen

Pengetahuan Ibu Tentang Praktik perawatan tali


Cara Perawatan Tali Pusat pusat
C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua varibel
yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam penelitian (Nursalam &
Panan, 2001).

Menurut Notoatmodjo (2002) hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang


hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat di uji secara
empiris. Biasanya hipotesis terdiri dari pernyataan tehadap ada atau tidaknya
hubungan antara dua variable, yaitu variabel independent dan variabel dependent.

Hipotesis alternatif (Ha) penelitian ini adalah “Ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan cara perawatan tali pusat dengan praktik perawatan tali pusat”.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah


suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu fenomena
yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada ibu
yang melahirkan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 September sampai 28 Oktober 2014.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti


(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum rata-
rata dalam 1 bulan di Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul sebanyak 188
orang.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini semua ibu post
partum di Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul selama bulan September
sampai Oktober 2014 dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

18
a.Kriteria Inklusi

1) Ibu primipara

2) Hari pertama melahirkan secara spontan

3) Pendidikan terakhir minimal SD

4) Umur

o 15 – 25 tahun
o 26-35 tahun

b.kriteria eksklusif
1) Ibu mengalami sakit, cacat fisik, dan mental.
2) Ibu yang bekerja dalam bidang kesehatan.
Adapun besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus
(notoadmojo, 2010)

n= N
1+N(d2)
Keterangan :
n: besar sampel
N: besar populasi
d: tingkat kepercayaan/presisi(10%)

maka

n= N
1+N(d2)
n= 188
1+188(0,1)2

= 188
2,88
= 65,28 di bulatkan menjadi 65 responden

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali
pusat.

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang


dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat ukur Skala Kriteria
operasional
Pengetahuan Kemampuan yang Kuesioner Ordinal 1. Baik jika jawaban
ibu post dimiliki ibu untuk benar (76-100%).
partum menjawab 2. Cukup jika
tentang pertanyaan tentang jawaban benar
perawatan perawatan tali (56-75%).
tali pusat pusat meliputi 3. Kurang jika
pengertian jawaban benar <
perawatan tali, 56%.
tujuan perawatan
tali pusat, manfaat
perawatan tali
pusat, metode
perawatan tali,
dampak perawatan
tali pusat.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data


1. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data adalah data primer (jawaban dari
responden). Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010).
Kuesioner yang terdiri dari tiga bagian pertama berisi lembar persetujuan,
bagian kedua berisi identitas dan karakteristik responden, bagian ketiga berisi
skala pengetahuan tentang perawatan tali pusat. Dilihat dari cara menjawab
menggunakan kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan teori pada bab sebelumnya, meliputi 30 pertanyaan.
Alternatif jawaban adalah benar-salah. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan
salah diberi skor
2.Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 2 orang asisten.
Sebelum kuesioner dibagikan maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan bagaimana cara pengisian
kuesioner. Peneliti memberikan informed consent untuk ditandatangani dan
kuesioner untuk diisi oleh responden. Kuesioner diisi dan dikembalikan saat itu
juga setelah responden menyelesaikan pengisian.

G. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di RS PKU Bantul yang memiliki


karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Penambahan
Senopati Bantul. Pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas pada tanggal 16 – 30
Agustus 2014 dengan jumlah responden sebanyak 20 responden.
1.Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur yang digunakan
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui
ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas.
Teknik hitungan yang digunakan dalam uji validitas penelitian ini adalah
teknik korelasi ”product moment” dengan rumus sebagai berikut: rxy N XY
X Y 2
N X2 X 2
N Y2 Y
Keterangan : rxy : Koefisien
korelasi
N : Jumlah responden

X : Skor butir

Y : Skor total

XY : Skor butir pertanyaan dikali skors total

∑X2 : Jumlah kuadrat dari skor butir pertanyaan

∑Y2 : Jumlah kuadrat dari skor total

Adapun batasan butir instrumen dinyatakan valid apabila koefisien korelasi


rhitung lebih besar dari koefisien rtabel pada pada taraf signifikan 0,05.
Hasil uji validitas dari 30 butir pertanyaan tingkat pengetahuan ibu tentang
perawatan tali pusat, terdapat 4 butir pertanyaan yang tidak valid karena memiliki
nilai r hitung < r table (0,444) yaitu butir 3 (r=0,072), butir 11 (r=0,396), butir 15
(r=-0,098), dan butir 19 (r=0,302). Keempat butir pertanyaan tersebut dihilangkan
dan tidak digunakan dalam penelitian. Sedangkan 26 butir pertanyaan lainnya
valid karena memiliki nilai r hitung > r table (0,444), sehingga dapat digunakan
untuk penelitian.

2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat


pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010).
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menguji cobakan instrumen sekali
saja kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu dan
selanjutnya digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen (Sugiono, 2009)
Adapun teknik analisis yang digunakan adalah rumus Spearman Brown karena
skor yang digunakan adalah instrumen tersebut menghasilkan (1 dan 0).
Rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

2.rb

(1 + rb)

Keterangan :

r11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item rb :


korelasi product moment antara belahan
Adapun batasan butir instrumen dinyatakan reliabel apabila koefisien
korelasi rhitung lebih besar dari koefisien rtabel pada pada taraf signifikan 0,05.
Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai r11 sebesar 0,933 > r table (0,444)
sehingga instrument yang digunakan dalam penelitian reliable.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1.Metode Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner dilakukan pengolahan
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010): a.Editing
Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan hasil penelitian kuisioner, hingga
ditemukannya beberapa responden yang tidak mengisi status pekerjaan,
pendidikan dan beberapa pertanyaan tidak dijawab oleh responden,
selanjutnya peneliti memintakan kelengkapan jawaban kepada responden
hingga seluruh responden mengisi kuisioner secara lengkap.
b. Coding

Pada tahap ini peneliti memberikan kode untuk identitas responden meliputi
umur, pendidikan dan pekerjaan. Kode untuk jawaban atas kuisioner
pengetahuan perawatan tali pusat adalah kode 1 untuk jawaban benar dan
kode 0 untuk jawaban salah.
c. Tabulating

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian


atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Data yang ditabulasi
yaitu hasil isian kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi post operasi
caesar.

2.Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara univariate yaitu analisa
yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo,
2010). Analisis univariate dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran
pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada ibu yang melahirkan di
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Data hasil penelitian dianalisis
dengan teknik distribusi frekuensi proporsi dengan rumus sebagai berikut :
(Arikunto, 2010) f
P= x 100%
n
Keterangan : P :
prosentase f :
frekuensi
N : jumlah seluruh observasi

I.Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika


penelitian yang meliputi (Hidayat, 2007) :
1. InformedConsent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitin dengan


memberikan lembar persetujuan. Informed Consent diberikan sebelum penelitian,
tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika
responden tidak bersedia maka peneliti harus harus menghormati hak pasien.
2. Tanpa Nama(Anomity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan


dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan


hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang diberikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

4. Sukarela

Penelitian bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara
langsung maupun tidak langsung kepada calon responden atau sampel yang
diteliti sehingga tetap menghormati keputusan responden.
5. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian
J.Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian ini melalui beberapa tahapan pelaksanaan yang dapat


diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap persiapan

Pada tahap ini disiapkan semua prosedur yang akan dilakukan untuk
melaksanakan penelian yaitu dari mulai penyusunan proposal sampai dengan
revisi proposal. Tahap-tahap persiapan dalam mengajukan proposal ini meliputi:
a. Mengurus surat ijin studi pendahuluan di Rumah Sakit Penambahan Senopati
Bantul pada bulan Januari 2014.
b. Mengadakan studi pendahuluan Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul
pada bulan Januari 2014.
c. Menyusun proposal penelitian mulai bulan Januari 2014.

d. Mempresentasikan proposal penelitian.

e. Revisi proposal penelitian.

f. Mengurus surat ijin penelitian dari Stikes Jenderal Achamad Yani Yogyakarta
yang ditujukan kepada Gubernur, BAPEDA, Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul.
2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti datang ke Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul untuk


melakukan observasi dan menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria
dalam penelitian.
b. Peneliti mengumpulkan responden.

c. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan penandatanganan


persetujuan menjadi responden (informed consent).
d. Peneliti didampingi oleh bidan dan dibantu oleh asisten peneliti terdiri dari 2
orang yang sebelumnya sudah menyamakan penjelasan terlebih dahulu,
memberikan kuesioner untuk dijawab oleh responden selama 30 menit.
e. Kuesioner yang sudah terisi dicek kelengkapan isi datanya, apabila masih ada
yang kurang responden diminta untuk melengkapi jawaban yang kurang.
Setelah data didapatkan, selanjutnya dikumpulkan dan dianalisa.
3. Tahap akhir

a. Penulisan hasil penelitian

1) Data-data yang sudah terkumpul dilakukan editing, coding, transfering dan


tabulating.
2) Menyusun laporan akhir meliputi BAB IV yang berisi tentang hasil penelitian
pembahasan dan keterbatasan penelitian serta BAB V yang berisi tentang
kesimpilan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai