“MBESUR-MBESURI”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
ROMBEL 18
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “KEARIFAN LOKAL SUKU
BATAK KARO MBESUR-MBESURI”.
Di samping itu, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam
penulisan makalah ini. Demikian pula halnya saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih
baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Dengan rampungnya makalah ini, maka seluruh isi makalah ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kami dan seberapapun sederhananya makalah ini, kami harapkan mempunyai
manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 3
2.2 Rangkaian Acara Pada Acara Adat Suku Karo “Mbesur-Mbesuri” .................. 4
BAB III...................................................................................................................................... 6
2.2 Saran........................................................................................................................... 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Suku Karo atau sering disebut juga Batak Karo adalah suku bangsa atau kelompok
etnik yang mendiami wilayah Sumatra Utara dan sebagian Aceh meliputi Kabupaten
Karo, sebagian Kabupaten Aceh Tenggara, sebagian Kabupaten Langkat (Langkat Hulu),
Sebagian Kabupaten Dairi, sebagian Kabupaten Simalungun, dan sebagian Kabupaten
Deli Serdang serta juga dapat ditemukan di kota Medan dan Kota Binjai. Suku ini
merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatra Utara. Nama suku ini dijadikan
sebagai nama salah satu Kabupaten di Sumatra Utara yaitu Kabupaten Karo. Suku ini
memiliki bahasa yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo
didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Konon,
Kota Medan didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama Guru Patimpus Sembiring
Pelawi.
Suku Karo memiliki sapaan khas yaitu “Mejuah-Juah” yang secara harafiah diartikan
sebagai ucapan damai sejahtera, ucapan sehat-sehat bagi masyarakat Karo yang bertemu.
Pada umumnya masyarakat Karo yang berada di Tanah Karo masih memegang erat adat
dan budaya yang mereka yakini memberi kekuatan didalam melanjutkan kehidupannya.
Adat dan budaya itu kemudian mengintegrasikan masyarakat Karo kepada suatu
hubungan kekeluargaan yang sangat baik. Adat dan budaya Karo kemudian membuat
masyarakat Karo menyadari pentingnya menjaga kerukunan dan keharmonisan antar
masyarakat suku Karo.
Upacara adat Karo, merupakan salah satu komponen religi yang melambangkan dan
melaksanakan konsep-konsep dalam sistem keyakinan. Ritus atau upacara berwujud
tindakan manusia dalam mencari hubungan dengan pemilik kekuatan supranatural untuk
mengadakan keperluan-keperluan hidup yang tidak dapat dicapai secara naluri atau
dengan kekuatan akal. Manusia menganggap lemah dirinya dalam mengahadapi pemilik
kekuatan supranatural, sehingga manusia berusaha melakukan sesuatu untuk
menyenangkan pemilik kekuatan supranatural tersebut melalui ritual pemujaan dan
memberikan persembahan. Demikian pula dengan upacara adat pada masyarakat Karo
dilakukan oleh masyarakat Karo untuk melaksanakan sistem keyakinan animisme.
1
2
Upacara adat Karo berwujud aktivitas penghormatan dan pemujaan kepada roh leluhur
yang dianggap memiliki kemampuan supranatural yang dapat mendatangkan kebaikan
maupun malapetaka.
Salah satu ritual suku karo yaitu “Mbesur-Mbesuri” dalam kamus bahasa karo
besur,beting yang artinya makan atau minum sampai sekenyang-kenyangnya acara ini
sering juga disebut dengan maba manuk mbur. Upacara ini dikhususkan bagi ibu hamil
tujuh bulan. Tujuan dilakukannya acara ini untuk mempersiapkan ibu secara psikis agar
lancar dalam persalinan.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Manfaat praktis
Berdasarkan teori yang sudah ada, dapat dijadikan sumber acuan dalam menambah
wawasan.
2. Manfaat teoritis
3. Dalam makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat melalui penjabaran atau
penjelasan tentang memahami Upacara Adat Suku Karo “Mbesur-Mbesuri”. Melalui
kajian ini diharapkan pembaca serta penulis dapat memahami pembahasan tentang
Kearifan Lokal Suku Karo
BAB II
PEMBAHASAN
Mbesur Mbesuri dalam kamus bahasa karo besur,beting yang artinya makan atau
minum sampai sekenyang-kenyangnya acara ini sering juga disebut dengan maba manuk
mbur. Upacara ini dikhususkan bagi ibu hamil tujuh bulan. Tujuan dilakukannya acara ini
untuk mempersiapkan ibu secara psikis agar lancar dalam persalinan. Barangkali ada
tekanan-tekanan psikis selama ini yang dialami oleh calon ibu dalam rumah tangga-nya.
Baik oleh suaminya, mertua-nya dan keluarga dekat lainnya. Dengan demikian setelah
dilakukannya acara ini, segala beban yang ada selama ini sudah ditanggalkan dan selesai.
Dalam acara ini diberikan berbagai macam makanan dan buah yang disukai oleh pihak
calon ibu maupun ayah. Semua makanan disiapkan oleh pihak keluarga ibu dari istri yang
melakukan acara mbesur-mbesuri. Dalam adat Karo disebut “Singalo Bere-bere” dan
“Singalo Perkempun. dan yang memberikan makanan itu adalah Kalimbubu orangtua dari
pihak perempuan.
Acara ini juga tetap dilakukan sampai sekarang sebagai bentuk ungkapan syukur dan
sukacita, karena putrinya sudah hamil, karena kecemasan ayahnya sudah terjawab dalam
3
4
pengharapannya akan bercucu, sehingga itu menjadi doanya agar si ibu (putrinya) dan si
bayi (cucunya) sehat dan lahir sempurna. Tradisi ini juga sebagai persiapan untuk segala
keperluan proses kelahiran. Di sini orangtua lah sebagai representasi atau perantara Tuhan
untuk memberkati putrinya. Karena putri itu diserahkan Tuhan kepada ayahnya, maka
ayah harus meminta berkat kepada Tuhan turun atas putrinya,
Dari semua keluarga yang hadir sesuai dengan posisi adatnya dalam keluarga tersebut,
Setelah acara selesai dan sebelum keluarga pulang ke rumah masing-masing, khusus
untuk keluarga dari pihak calon ibu bayi diberikan beras secukupnya dan uang sebagai
pengganti pembelian ayam yang dimasukkan kedalam Sumpit (kantong beras dari
anyaman pandan). Tuhan tetap sebagai junjungan tertinggi dalam setiap budaya karo.
Kepada Tuhan tetap dimintakan keselamatan bagi calon si ibu dan janinnya, suami, begitu
juga keluarga kedua belah pihak dan keluarga yang hadir. Biasanya doa dibawakan oleh
rohaniawan, seperti pendeta, penatua atau pekerja pelayan di gereja. Dengan demikian
semua-nya lengkap baik dari segi budaya dan agama. Tidak ada aturan yang dilanggar
dalam pelaksanaannya. Dengan senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan dan
mempercayakan semuanya kepada-Nya diharapkan semuanya akan beroleh berkat dan
5
anugerah Tuhan, sehingga mbesur mbesuri juga adalah syukuran Gereja, terutama
pendeta yang memimpin pemberkatan nikah. Bahwa pelayanannya direstui/diberkati oleh
Tuhan.
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Secara dogmatis mbesur mbesuri ini adalah salah satu acara mengucapkan
syukur kepada Tuhan karena dari situasi mengandung ini dapat dirasakan kuasa
Tuhan nyata dalam kehidupan dan ini merupakan bentuk budaya pastoral
konseling penggembalaan yang familier itu sebabnya gereja melestarikannya.
Terlebih-lebih tradisi ini tidak menyalahi aturan budaya maupun agama sehingga
acara ini dalam budaya karo tetap dilakukan sampai sekarang menunjukkan
makna kekeluargaan dan kasih sayang yang besar. Penguatan yang diberikan
melalui tradisi ini menjadi suatu hal yang paling dibutuhkan dalam situasi menuju
persalinan yang dialami oleh seorang ibu yang mengandung
2.2 Saran
Khususnya bagi calon tenaga pendidik bisa lebih memahami dan mempelajari
adat dan budaya lain salah satunya dari suku Batak Karo “Mbesur-Mbesuri” guna
menambah pengetahuan dan wawasan.
2.3 Dokumentasi
6
DAFTAR PUSTAKA
Mesur-mesuri pada Budaya Karo. Analisadaily.com. Published 2015. Accessed May 11,
2023. https://analisadaily.com/berita/arsip/2015/10/3/176417/mesur-mesuri-pada-
budaya-karo/
dari K. suku bangsa di Indonesia. Wikipedia.org. Published January 7, 2006. Accessed May
11, 2023. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Karo
Bangun, Tridah. (1987). Adat dan Upacara Perkawinan Masyarakat Karo. Medan: Kesaint
Blacne