Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

“ADAT DALAM UPACARA DAUR HIDUP”

Dosen Pengampu: Didi Syaputra, S.H.,M.Kn

DISUSUN OLEH:

Ayasha Rafa : 301231010071


Alvintori Anugrah : 301231010020
Muhammad Adha Zikrillah : 301231010053
Rivaldi Putra Pratama : 301231010065
Muhammad Rafli Rizaldi : 301231010027

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “adat dalam
upacara daur hidup”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Tembilahan, 20 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

A. Pengertian Upacara Daur Hidup .................................................................. 5

B. Upacara Daur Hidup .................................................................................... 5

1. Kehamilan ................................................................................................ 5

2. Kelahiran .................................................................................................. 6

3. Akil Balig ................................................................................................. 9

4. Perkawinan ............................................................................................... 9

5. Kematian ................................................................................................ 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upacara daur hidup merupakan serangkaian ritual dan tradisi yang dijalankan
oleh masyarakat Riau sejak awal kehamilan hingga kematian. Upacara ini
memegang peranan penting dalam memuliakan kehidupan dan melibatkan berbagai
aspek kehidupan masyarakat, termasuk adat, agama, dan moralitas.

Dalam masyarakat Riau, upacara daur hidup dianggap sebagai bagian integral
dari kehidupan sehari-hari. Setiap fase kehidupan, dari kehamilan hingga kematian,
memiliki makna dan simbolis yang mendalam. Upacara ini tidak hanya merupakan
tanda syukur kepada Tuhan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap
individu yang mengalami fase-fase peralihan tersebut.

Upacara daur hidup juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan


kekeluargaan dalam masyarakat Riau. Melalui upacara-upacara ini, hubungan antar
anggota keluarga diperkuat, dan nilai-nilai tradisional turun-temurun dijaga dan
dilestarikan. Selain itu, upacara daur hidup juga mencerminkan kekayaan budaya
dan keberagaman tradisi di Riau, yang memiliki nilai-nilai yang mendalam dan
beragam.

Upacara-upacara ini juga mengajarkan moral dan etika kepada generasi muda,
serta mempererat rasa solidaritas dalam masyarakat. Dengan demikian, upacara
daur hidup tidak hanya merupakan rangkaian ritual, tetapi juga bagian integral dari
identitas budaya dan kehidupan masyarakat Riau.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu upacara daur hidup?
2. Apa saja upacara daur hidup?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi upacara daur hidup
2. Untuk mengetahui yang termasuk upacara daur hidup

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Upacara Daur Hidup
Upacara daur hidup adalah upacara yang dilaksanakan pada masa-masa tertentu
dalam kehidupan seseorang. Upacara ini sarat dengan simbol-simbol yang
bermakna sebagai harapan- harapan baik dan unsur-unsur pendidikan dan moral.

Pelaksanaan upacara daur hidup dapat dibagi dalam lima fase yang dimulai
sejak dalam kandungan hingga kematian. Setiap fase pada dasarnya merupakan
masa peralihan dari setiap individu. Setiap fase juga dipenuhi dengan adatnya
masing-masing, yang menjadi bagian dari sistem sosial dan perwujudan sikap
tunduk dan rasa syukur kepada Allah Swt.

B. Upacara Daur Hidup


1. Kehamilan
Pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dimaksudkan untuk memuliakan
dan menghormati calon ibu dan kehamilan itu sendiri. Ibu di dalam komunal
masyarakat ditempatkan sebagai orang yang paling dihormati, sedangkan orang
hamil dianggap sebagai puncak rezeki di dalam keluarga. Hal ini akan
mendorong calon ibu yang sedang hamil untuk selalu berhati-hati dalam
menjaga kandungannya, dan keluarga yang lain untuk menjaga perasaan calon
ibu supaya tidak kecewa, cemas, dan khawatir. Semua perasaan tersebut akan
berpengaruh bagi perkembangan dan kehidupan bayi dalam kandungan.

Di dalam masa kehamilan, terdapat beberapa upacara yang dilaksanakan


sebagai berikut:

a) Meniga Bulan

Upacara ini bertujuan untuk memastikan bahwa calon ibu benar-benar


sedang dalam keadaan hamil. Masa kehamilan tiga bulan dianggap sebagai
kehamilan awal karena pada kehamilan satu dan dua bulan masih disebut
masa mengidam. Upacara ini juga dimaksudkan untuk menyambut
kehamilan empat bulan karena Allah Swt., meniupkan ruh saat kandungan
berusia 120 hari atau empat bulan.

5
b) Menempah Bidan

Upacara ini bertujuan untuk membentuk ikatan emosional antara calon


ibu dan keluarga dengan bidan yang akan membantu proses melahirkan,
sehingga sang calon ibu tidak merasa canggung dengan bidan saat
melahirkan.

c) Menujuh Bulan

Menujuh bulan atau disebut juga lenggang perut dilaksanakan pada saat
kandungan telah memasuki usia tujuh bulan atau telah genap tujuh bulan.
Upacara ini bertujuan untuk melihat kembali (evaluasi) kesehatan ibu, dan
juga untuk mempersiapkan masa persalinan.

2. Kelahiran
Adat di dalam kelahiran adalah aturan-aturan, tatanan, dan tradisi yang
dilaksanakan pada saat bayi baru lahir hingga menginjak usia 60 hari.
Pelaksanaan bertujuan sebagai syukuran atas kelahiran bayi, doa atas kesehatan
dan keselamatan calon ibu, dan sebagai pemberitahuan kepada anggota keluarga
yang lain. Pada masa kelahiran terdapat beberapa ritual dan upacara.

Pada masa melahirkan, ibu dan bayi harus melalui masa berpantang yang
dilaksanakan hingga bayi berusia 40 hari. Selama berpantang, bayi dan ibu tidak
diperbolehkan melakukan hal-hal yang dipantangkan sebab bisa mengganggu
kesehatan calon ibu dan bayi.

a) Menanam Ari-ari

Ari-ari (plasenta) disebut juga dengan kakak si bayi. Menanam atau mer
tutup urkan ari-ari dimaksudkan untuk memuliakan bayi dan proses
kelahirannya. Sebelum dikuburkan, ari-ari dibersihkan kemudian
dimasukkan ke dalam periuk tanah disertai dengan asam dan garam, lalu
disimpan dan dijaga dengan baik. Penguburan ari-ari biasanya dilaksanakan
beberapa saat setelah kelahiran.

b) Tanggal Pusat

6
Upacara tanggal pusat dilaksanakan tiga hingga tujuh hari setelah
kelahiran. Pelaksaaan upacara biasanya mengundang anak-anak di sekitar
rumah sambil makan bersama dan memberi mereka beberapa pemberian.
Mengumpulkan anak-anak dimaksudkan sebagai kegembiraan dan harapan
agar kelak sang anak disenangi di dalam masyarakat, murah hati, dan suka
membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.

c) Sunat Rasul Anak Perempuan

Sunat merupakan syariat Islam yang harus dipenuhi seorang muslim,


tidak terkecuali bagi perempuan. Sunat anak perempuan dilakukan oleh
bidan sebelum anak berusia 40 hari, sedangkan pada anak laki- laki
dilaksanakan pada masa kanak-kanak. Pelaksanaan sunat anak perempuan
umumnya tidak dirayakan seperti halnya pada anak laki- laki.

d) Bertindik

Bertindik hanya dilakukan pada anak perempuan. Upacara ini


dilaksanakan setelah tujuh hingga 40 hari setelah kelahiran. Pada usia
tersebut, piti-piti (cuping atau daun telinga) masih lembut dan lebih cepat
sembuh. Namun, saat ini tradisi bertindik tidak lagi dilaksanakan pada
waktu tersebut.

Tradisi bertindik awalnya dilakukan oleh dukun yang membantu


persalinan. Alat-alat yang digunakan berupa jarum tindik, benang, dan
minyak kunyit. Jarum digunakan untuk menindik telinga, dan benang
sebagai pengganti subang sementara agar telinga yang telah di tindik tidak
lagi menyatu. Minyak kunyit berfungsi sebagai antiseptik agar telinga anak
tidak infeksi.

7
e) Turun Mandi

Pada beberapa wilayah, turun mandi dikenal juga dengan naik buaian
atau pijak tanah. Upacara ini dilaksanakan setelah 45 hari masa kelahiran.
Turun mandi bertujuan bahwa sang bayi dan ibu telah selesai melalui masa
berpantang dan bersiap memasuki kehidupan yang lebih mulia.

Di dalam turun mandi terdapat rangkaian kegiatan yang meliputi


upacara cukur rambut, akikah, pemberian nama bayi, dan timbang utang
atau membayar utang ke bidan. Di beberapa wilayah budaya, upacara-
upacara ini dilaksanakan secara terpisah. Turun mandi biasanya diiringi
dengan berzanji atau marhaban.

1) Cukur rambut merupakan memotong sedikit rambut bayi mengikuti


yang dianjurkan nabi Muhammad Saw. Di dalam resam Melayu,
memotong rambut dimaksudkan untuk membuang kotoran dari
rambut yang dibawa sejak lahir. Konon, ujung rambut yang dibawa
lahir jika tidak dibuang, dapat menimbulkan penyakit bayi.
Pelaksanaan upacara cukur rambut juga diiringi marhaban atau
berzanji.
2) Akikah merupakan penyembelihan hewan ternak mengikuti anjurkan
Nabi Muhammad Saw. Lazim dilaksanakan saat bayi berumur tujuh
hari atau sebelum 40 hari. Namun adakalanya dilaksanakan pada
waktu lain. Hewan yang disembelih harus memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan syariat. Misalnya, kambing yang jadikan akikah
harus sudah dewasa atau telah berusia dua tahun.
3) Timbang hutang berarti menimbang-nimbang atau mengira-ngira
hutang kepada bidan. Menimbang-nimbang dimaksudkan untuk
melihat berapa yang layak diberikan kepada bidan yang telah
membantu proses kelahiran dan merawat bayi. Kisaran hutang
tergantung kebiasaan yang dilakukan. Umumnya berupa ayam
seekor, kelapa setali (dua buah), beras segantang, dan kain putih tiga
hasta. Timbang hutang bertujuan untuk tidak memberatkan pihak

8
yang membayar hutang sekaligus layak untuk diterima yang
memberikan jasa.

3. Akil Balig
a) Sunat Rasul Anak Laki-laki

Perayaan sunat rasul dapat dilakukan dalam berbagai cara, namun tujuan
utama adalah untuk memenuhi sunah sebagaimana yang diperintahkan
rasul. Selain itu, bersunat juga menyucikan anak yang akan memasuki masa
remaja.

b) Mengasah Gigi

Mengasah gigi dilakukan oleh anak gadis dan bujang yang memasuki
usia balig. Namun, lebih umum dilakukan oleh anak gadis. Upacara ini
bertujuan untuk meratakan dan merapikan gigi agar wajah terlihat berseri.
Mengasah gigi juga dimaksudkan sebagai pertanda bahwa anak telah berada
pada masa balig dan bersiap memasuki masa dewasa.

4. Perkawinan
Adat di dalam perkawinan adalah aturan, tatanan, ide-ide, serta tatacara dan
tradisi masyarakat yang harus dipenuhi dan dijalani dalam menghadapi,
melaksanakan dan mewujudkan suatu perkawinan (pernikahan).

Berikut diseraikan secara umum prosesi perkawinan yang terdapat di Riau.


Sebagian dari prosesi ini akan berbeda antara satu daerah dengan daerah
lainnyadesebagai berikut:

a) Mendengar-dengar

Mendengar-dengar merupakan usaha pihak laki-laki untuk mengetahui


seorang gadis yang akan dipinang. Proses mendengar-dengar dilakukan oleh
famili perempuan pihak laki-laki melalui famili perempuan dari sang gadis.
Mendengar-dengar biasanya dilakukan di sela-sela aktivitas sehari-hari atau
saat perayaan-perayaan tertentu misalnya saat batobo, pesta pernikahan,

9
atau saat mencuci di sungai. Hal yang didengar adalah apakah gadis tersebut
telah siap berumah tangga atau telah didekati oleh keluarga yang lain.

b) Merisik

Merisik adalah menyelidiki atau mencari informasi secara rahasia.


Merisik di dalam tradisi pernikahan merupakan kunjungan pihak laki- laki
kepada pihak perempuan yang dimaksudkan untuk mengetahui tentang
gadis yang hendak dipinang. Kegiatan ini dilakukan secara sembunyi-
sembunyi tanpa diketahui oleh orang lain. Anak gadis yang diinginkan juga
tidak diperkenankan untuk mendengarkan atau keluar bilik menemui pihak
yang datang merisik.

c) Meminang

Meminang dilakukan oleh pihak laki-laki dengan mengirimkan utusan


kepada pihak keluarga perempuan. Upacara ini memerlukan perlengkapan
meminang yaitu tepak sirih yang berisi perlengkapan makan sirih. Isi tepak
sirih meliputi daun sirih disusun telungkup, kapur, gambir dan pinang.

d) Antar Tanda Pertunangan

Upacara antar tanda dilakukan setelah pinangan diterima. Tanda ini


hakikatnya adalah pernyataan kesungguhan pihak laki-laki kepada pihak
perempuan, dan juga wujud dari persetujuan penerimaan pinangan yang
akan mengikat kedua belah pihak. Mengantar tanda dilakukan apabila kedua
belah pihak telah sepakat mengenai perlengkapan yang akan dibawa dan
waktu pelaksanaannya.

e) Antar Belanja

Antar belanja merupakan kegotongroyongan dalam membantu pihak


keluarga perempuan dalam pelaksanaan hari langsung atau bersanding.
Upacara ini ditandai dengan kedatangan pihak keluarga laki-laki sambil
menyerahkan sejumlah uang dan perlengkapan lainnya yang telah

10
disepakati saat meminang. Selain menyerahkan uang, dalam antar belanja
juga membicarakan waktu pelaksanaan perkawinan

f) Berinai

Berinai dilaksanakan pada malam hari sehingga selalu disebut malam


berinai. Berinai yang dilangsungkan sehari sebelum akad nikah dinamakan
berinai curi, sedangkan setelah akad nikah disebut berinai besar. Prosesi
berinai diiringi dengan berzanji dan marhaban. Pada beberapa daerah juga
diiringi dengan tari cecah inai.

g) Akad Nikah

Akad nikah atau ijab kabul merupakan proses ikatan suci berupa
perjanjian antara laki-laki dan wali dari perempuan yang dilaksanakan
berdasarkan syariat Islam. Upacara ini dipimpin oleh seorang penghulu
nikah yang dibantu oleh dua orang saksi, beserta pengantin laki-laki dan
seorang wali dari pihak perempuan.

h) Berandam

Berandam dilakukan oleh pengantin perempuan yang dimaksudkan


untuk membersihkan diri dan kecantikan. Beradam meliputi bercukur dan
memotong anak rambut dan pelipis. Alat berandam terdiri dari pisau cukur,
beras putih dalam pinggan, kelapa berukir, benang putih, lilin putih, lilin
lebah, bedak kuning, bedak sejuk dan celak. Alat-alat berandam diletakan
di atas dulang baki. Prosesi berandam dilaksanakan oleh mak andam.

i) Hari Langsung

Hari langsung atau bersanding merupakan puncak dari prosesi


perkawinan. Pada hari ini dilaksanakan serangkaian upacara sebagai
berikut:

1) Khatam Al-Qur'an, Khatam Al-Qur'an dilaksanakan setelah akad


nikah atau sebelum bersanding. Pada umumnya dilakukan oleh
pengantin perempuan, namun kadang juga dilakukan oleh pengantin

11
laki-laki. Upacara ini bermakna bahwa pengantin telah
mengkhatamkan Alquran sebagai tanda istri saleh, dan telah
memahami kandungan di dalamnya sebagai pegangan dalam
memasuki kehidupan berumah tangga.
2) Berarak, Berarak merupakan berjalan beriringan yang dilakukan
secara bersama-sama. Pada wilayah masyarakat adat dan suku asli,
rarak dikenal dengan dua jenis yaitu rarak kecil dan rarak besar.
Perbedaan kedua jenis rarak tersebut terletak pada musik pengiring
yang menyertainya. Rarak kecil tidak memakai gondang beredung
(celempong oguang), sedangkan rarak besar disertai dengan gondang
beregung. Berarak dilakukan dengan iringan gendang beregung atau
musik kompang.
3) Membuka Pintu, Pada saat memasuki rumah pengantin perempuan,
pengantin laki-laki dihadang sehelai kain di depan pintu rumah. Kain
penghalang dibuka dengan silat dan berbalas pantun oleh kedua belah
pihak. Hal ini bermakna bahwa untuk mendapatkan pengantin
memerlukan pengorbanan dan perjuangan.
4) Bersanding, Kedua pengantin duduk bersanding di pelaminan yang
telah dipersiapkan. Pengantin laki-laki duduk di sebelah kanan
pengantin perempuan. Hal ini bermakna bahwa pengantin laki-laki
siap membimbing dan melindungi sang istri.

j) Menyembah Mertua

Menyembah mertua atau manjalang orang tua dilakukan oleh kedua


pengantin kepada orang tua laki-laki. Prosesi ini sebagai bentuk pengabdian
menantu kepada mertuanya, dan juga permintaan maaf dari pengantin laki-
laki karena akan meninggalkan rumah dan tinggal di rumah pihak
perempuan. Pada saat menyembah mertua, menantu perempuan membawa
rantangan yang berisi nasi dan kue-mueh.

12
5. Kematian
Secara umum, upacara pada kematian diperingati dengan yasinan dan
kenduri yang dilaksanakan berdasarkan waktu-waktu tertentu, misalnya meniga
hari (hari ketiga setelah kematian), menuju hari (hari ketujuh), empat puluh hari
(hari ke empat puluh), dan seratus hari (hari keseratus setelah kematian).
Beberapa tradisi yang dilaksanakan pada masa ini di antaranya adalah ziarah
kubur dan menambak.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upacara daur hidup merupakan serangkaian ritual dan tradisi yang dilaksanakan
dalam berbagai fase kehidupan seseorang, mulai dari masa kehamilan hingga
kematian. Setiap fase memiliki simbol-simbol dan adat istiadatnya sendiri, yang
memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat.

Pada fase kehamilan, upacara-upacara seperti Meniga Bulan, Menempah Bidan,


dan Menujuh Bulan memiliki tujuan untuk menghormati calon ibu dan bayi yang
akan lahir, serta memastikan kesehatan dan keselamatan mereka. Pada fase
kelahiran, ritual-ritual seperti Menanam Ari-ari, Tanggal Pusat, Sunat Rasul,
Bertindik, dan Turun Mandi dilakukan untuk memberikan syukur atas kelahiran
bayi, membersihkan ari-ari, dan menandai berakhirnya masa berpantang.

Ketika anak mencapai masa akil balig, upacara sunat rasul bagi anak laki-laki
dan mengasah gigi bagi anak perempuan dilakukan sebagai bagian dari proses
menuju kedewasaan. Sementara itu, perkawinan dihiasi dengan berbagai prosesi,
termasuk Mendengar-dengar, Merisik, Meminang, Akad Nikah, dan Hari
Langsung. Setiap tahap dalam proses perkawinan memiliki makna dan simbol
tersendiri, yang mencerminkan kesungguhan dan komitmen dalam membangun
keluarga.

Terakhir, dalam fase kematian, masyarakat melaksanakan upacara-upacara


seperti yasinan, kenduri, ziarah kubur, dan menambak untuk mengenang dan
memberi penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Upacara-upacara ini
menggambarkan keyakinan dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
terkait dengan kehidupan, kematian, dan kehidupan setelah kematian.

14
DAFTAR PUSTAKA

Taufik Ikram Jamil, dkk. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya
Melayu

Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.

Taufik Ikram Jamil, Derichard H. Putra, dan Syaiful Anuar. 2020. Pendidikan
Budaya

Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA kelas X. Pekanbaru: Penerbit Narawita.

15

Anda mungkin juga menyukai