Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

NILAI-NILAI BUDAYA PADA SUKU KAILI DALAM


PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI DAN BALITA

DOSEN PEMBIMBING :
NOVI ASTUTI SST.M.Keb

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

1.NURUL KHOTIMAH (PO7124120031 )


2. SULVIANA (PO7124120039)
3. IKRAWATI (PO7124120016)
4.VINA ALVIONITA (PO7124120049)
5. (PO71241200)

POLTEKKES KEMENKES PALU


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya
kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah, yaitu “Pelayanan Kebidanan dalam
perspektif budaya local “ Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. 

Palu , 21 oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................................................1
B. Tujuan penulisan .........................................................................................................2
C. Rumusan masalah.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai kebudayaan suku kaili................................................................................3
B. ......................................................................................................................................3
C. .....................................................................................................................................5
D. .....................................................................................................................................6
E. .....................................................................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yang bermacam--
macam dari ratusan suku bangsa dengan ciri khas tersendiri.Kebudayaan bangsa
Indonesia adalah akal budi daya halayat Indonesia dalam konteks lokal tradisional secara
keseluruhan. Kebudayaan asli yang terdapat di masyarakat berbagai suku dan etnis di
daerah-daerah di seluruh Indonesia. Sebagai bangsa yang memiliki warisan budaya yang
timbul dan berkembang maka sewajarnyalah jika bangsa Indonesia selalu berusaha
melestarikan nilai-nilai luhur dari berbagai budaya bangsa tersebut dan dijadikan acuan
dalam merancang suatu bentuk kerangka kehidupan berbangsa dan bernegar (Program et
al., 2016)
Di Sulawesi Tengah pada umumnya, dan masyarakat Kaili khususnya memiliki
kearifan lokal (local wisdom) dalam melestarikan ungkapan-ungkapan, pantangan atau
pemali, dan upacara adat lainnya, sebagian penganutnya masih dijumpai pada setiap
kelompok masyarakat tradisional. Ungkapan-ungkapan berlatar dari bahasa yang
mengandung makna dan interpretatif simbolik yang memungkinkan mereka untuk
beraction, berdasarkan interpretasi mereka terhadap ungkapan-ungkapan tersebut .
(Saleh, 2013)

B. RUMUSAN MASALAH
1. ?
2. ?
3. ?
4. ?
5. ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Untuk
2. Untuk mengetahu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai –nilai Budaya Pelayanan Kebidanan Suku Kaili Bayi Dan Balita

Suku Kaili etnis Da'a adalah suatu komunitas adat sebagai penduduk asli yang hidup di
Kabupaten Sigi. Suku tersebut bermukim di kawasan hutan dan pegunungan. Mereka
hidup nomaden, dengan cara berpindah pindah dari hutan ke hutan sambil mencari tempat
untuk membuka ladang baru. Setelah hasil tanaman di ladang dipanen, maka mereka akan
mencari lahan baru lagi (BPS Sigi, 2015).

Beberapa budaya pelayanan kebidanan bayi dan balita disuku kaili yang masih bertahan
sampai saat ini adalah sebagai berikut:

 Nosaviraka Ngana

Upacara ini merupakan upacara menaikkan bayi ke dalam ayunan. Upacara nosaviraka
menggunakan 4 jenis tumbuhan yaitu selembar daun kamonji kering (Artocarpus camansi
L.), selembar daun kunyit (Curcuma domestica L.) yang diletakkan dibawah ayunan
beserta kue-kue yang manis. Lalu satu sisir pisang masak (Musa paradisiaca L.)
diletakkan dalam baki bersama makanan lainnya untuk dipanjatkan doa oleh dukun
perihal anak tersebut.

 Nowati

Upacara ini merupakan upacara untuk membuang sial sang anak. Upacara Nowati
menggunakan 3 jenis tumbuhan yaitu daun kamonji kering (Artocarpus camansi L.), daun
muda aren (Arenga pinnata) dan Tebu merah (Saccharum officinarum L.) di susun
berlapis masing - masing 3 lembar yang diletakkan dilantai. Selain itu untuk afdolnya
upacara ini, harus menghadirkan babi hidup, kemudian kaki sang anak di injakkan
kebagian badan hewan tersebut. jika hewan tersebut tidak ada maka cukup dengan
rekaman bunyinya. Jika hewan/bunyian tersebut tidak ada maka upacara tersebut

dianggap tidak berhasil.


 Nosombe Bulua (Aqikah)

Upacara ini menggunakan 3 jenis tumbuhan yaitu buah kelapa muda (Cocos nucifera L.),
pucuk daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata L.), dan buah pisang masak (Musa
paradisiaca L.). kelapa dibelah kemudian dibiarkan airnya tetap utuh dan pucuk daun
cocor bebek dimasukkan dalam kelapa kemudian diletakkan dalam nampan. Kelapa
tersebut menjadi wadah rambut yang telah digunting. Pisang satu sisir tersebut diletakkan
dalam baki beserta makanan lainnya dan dilakukan pemanjatan doa oleh tokoh agama
perihal kesehatan jasmani maupun rohani anak. Dalam adat suku Da’a di desa tersebut
terdapat upacara adat yang serupa dengan aqikah yaitu No Vati. Upacaraini merupakan
upacara penyucian diri. Upacara no vati tersebut menggunakan 5 jenis tumbuhan buah
pisang, pucuk daun cocor bebek, daun dan buah sirih, buah pinang, dan daun kelapa buda
(janur) untuk pembungkus makanan yang dibuat dari ketan (pulut). Ke lima tumbuhan itu
diletakkan dalam wadah berbentuk bundar yang harus terbuat dari rotan.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Program, M., Magister, S., Bahasa, P., Pascasarjana, I., & Tadulako, U. (2016). MAKNA SIMBOLIK
SAMBULUGANA PADA UPACARA PERKAWINAN SUKU KAILI ( SUATU KAJIAN
HERMEUNETIKA ). 28–34.

Saleh, O. S. (2013). Kearifan lokal masyarakat kaili di sulawesi tengah. 05(02), 1126–1134.

Anda mungkin juga menyukai