Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“AKHLAK DAN BUDAYA BUTON”

WIWIN SAWA’UN

NPM 20320021

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU – TAHUN 2021

Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunianya yang berupa kesehatan sehingga penilih dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun judul makalah yang diangkat adalah “ÁHLAK DAN BUDAYA
BUTON”

Makalah ini ditulis dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah “Ahlak Dan
Budaya Buton” dan menambah wawasan bahan bacaan tentang “Ahlak dan Budaya Buton”
serta menambah ilmu yang terdapat dari bahan makalah ini.

Telah diupayakan agar isi makalah ini dapat memenuhi harapan Dosen mata kuliah
‘’Ahlak dan Budaya Buton” Dengan segala keterbatasan, penulis sadar bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
pembaca, penulis terima demi perbaikan-perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Baubau, 3 Agustus 2021

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 4

A. Latar Belakang................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 4

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................. 5

A. Jenis-jenis kebudayaan kerajaan Buton............................................................ 5


B. Nilai penting kebudayaan buton....................................................................... 8
C. Pengaruh akhlak bagi manusia......................................................................... 8
D. Pembinaan akhla anak remaja.......................................................................... 9

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................10

A. Kesimpulan.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

Page | 3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam budaya bangsa Indonesia sendiri kaya akan budaya bangsanya, sebagian besar
budaya dapat diekspresikan dan artikulasi dari hasil cipta, karsa dan karya. Pada dasarnya
budaya Indonesia banyak berkembang di berbagai daerah tetapi demikian budaya timur
masuk dan budaya Indonesia sendiri lama kelamaan mulai terkikis akibat banyaknya
budaya barat yang masuk .

Dengan demikian ciri, citra , dan karsa budaya indonesia sendiri mulai kehilangan
budaya sendiri. Dan di dalam era globalisasi ini banyak kebudayaan dan kesenian yang
bermunculan seperti malaysia yang berpendapat ada kesenian Indonesia yang mereka
akui contohnya: wayang, batik , dan juga reok. Wayang telah ada, tumbuh dan
berkembang sejak lama hingga sekarang, melintasi perjalanan panjang sejarah Indonesia.

Telah teruji dalam menghadapi berbagai tantangan dari waktu Selain itu budaya
Indonesia beranekaragam, tetapi kita tidak menyadarkannya karena banyaknya
kebudayaan kita yang berbeda-beda dari seluruh nusantara.

Maka dari itu, dalam suatu daerah mempunyai corak yang berbeda-beda. Seperti
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia,dan juga bahasa daerah, dengan demikian alat
memperkokoh budaya bangsa seperti halnya kita lestarikan perkembangan kebudayaan
kita sejak saat ini untuk memperkokoh budaya bangsa.

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui jenis-jenis kebudayaan kerajaan buton


2. Mengeahui nilai penting kebudayaan buton
3. Mengetahui pengaruh akhlak bagi manusia
4. Mengetahui pembinaan akhla anak remaja

Page | 4
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis kebudayaan kerajaan buton

Masyarakat Buton sangat memuliakan bulan-bulan suci Umat Islam. Tidak


mengherankan mereka selalu melaksanakan prosesi-prosesi upacara guna memperingati
berbagai peristiwa yang terjadi (bulan tersebut).

1. Upacara Adat berkenaan dengan Daur Hidup (Life Cycle)

Buton pada umumnya merupakan kebudayaan kesultanan yang syarat akan nilai-nilai
keislaman. Bentuk-bentuk upacara daur hidup (life cycle) dalam masyarakat Buton yang
masih bertahan, sebagai berikut:

a. Ala’ana Bulua

Alaana Bulua,yaitu upacara yang berkaitan dengan pengguntingan rambut bayi


yang baru di lahirkan.Proses ini dilakukan dengan pengambilan/pemotongan rambut
setelah bayi berusia 40 hari. Pemotongan rambut dilakukan oleh orang tertua/tertinggi
pangkatnya diantara hadirin. Rambut dipotong pada tiga tempat pada kepala bayi
tersebut. Lalu potongan tersebut disimpan oleh orang tua dan apabila anak meninggal,
rambut tersebut dikuburkan bersama.

Setelah rambut dipotong, kaki bayi tersebut disentuhkan dengan sedikit tanah,
yang diambil dari bawah rumah. Setelah posesi tersebut, maka dihidangkan makanan
(haroa) dengan didahului pembacaan doa untuk mengenang arwah keluarga (neatiaka
sumanga). Pada proses upacara ini, dilakukan pemotongan kambing (satu ekor untuk
anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki).

b. Tandaki/Posusu

Tandaki/Posusu,yaitu upacara yang berkaitan dengan penyunatan(tandaki bagi


anak laki-laki) dan posusu(bagi anak perempuan).Upacara tandaki di peruntukan bagi
anak laki-laki yang telah masuk aqil bali,yang melambangkan bahwa anak laki-laki
tersebut berkewajiban untuk melaksanakan segala perintah dan larangan yang
diajarkan dalam Agama Islam.

Posusu adalah upacara khitanan bagi anak perempuan sebagaimana tandaki bagi
anak laki-laki.Pada posusu biasanya di barengi dengan mendidik(melubangi daun
telinga) sebagai tempat pemasangan anting-anting.Tandaki dan Posusu biasanya di
lakukan 1 hari sebelum pelaksanaan Idul fitri maupun idul adha.

c. Dole-dole

Dole-dole merupakan salah satu bentuk hajatan yang dilakukan oleh masyarakat
Buton atas lahirnya seorang anak. Selain itu, juga sebagai bentu pengobatan

Page | 5
tradisonal. Menurut kepercayaan masyarakat Buton, anak yang telah di dole-dole akan
terhindar dari segala macam jenis penyakit.

Biasanya dilaksanakan pada bulan Rajab, sya’ban dan setelah lebaran sebagai
waktu yang dianggap baik. Prosesi upacara adat dole-dole sang anak diletakkan diatas
nyiru yang diatas dengan daun pisang yang diberi minyak. Selanjutnya anak tersebut
digulingkan di atasnya sehingga seluruh badan anak tersebut berminyak.

d. Posuo

Pingitan (posuo) merupakan upacara ritual dalam rangka peralihan usia 15 remaja
menjadi dewasa yang dilaksanakan dengan mengurung para gadis 7 hari 8 malam.
Dalam posesi tersebut para gadis diberikan pengetahuan tentang pendidikan nilai-nilai
etika menurut adat dan agama, dan juga latihan fisik sehingga berpenampilan cantik
dan anggun.

e. Perkawinan (Kariyaa)

Perkawinan masyarakat Buton dibagi dalam 3 tahap :

1) Losa, pada tahap ini merupakan tahap pacaran yang sudah diketahui oleh
kedua belah pihak dan sudah resmi tunangan,
2) Tauraka, pada tahap ini dibicarakan kepastian hari menikah pembayaran mas
kawin (popolo) yang pembayarannya disesuaikan dengan status perempuan
yang dinikahi,
3) Tahap pelaksanaan hari perkawinan; pengantin pria diantar ke rumah
pengantin perempuan, dan pelaksanaan akad nikah dilaksanakan di rumah
pengantin perempuan.
f. posipo

Secara haifiah posipo artinya disuapi. Upacara adat ini dilaksanakan oleh seorang
ibu yang usia kandungannya memasuki bula ke-7. Dalam upacara adat yang dipandu
oleh seorang bisa. Sang calon ibu akan dimandikan dan selanjutnya dengan pakaian
adat ia akan disuapi oleh keluarga terdekat dengan makanan dan kue tradisional. Hal
ini mengandung makna agar sang anak nantinya tidak rakus dan pelit tetapi
sebaliknya bersifat sabar dan dermawan.

2. Upacara Adat Tahunan

Selain upacara adat berkenaan dengan daur hidup, masyarakat bekas kesultanan
Buton memiliki ritual atau upacara adat tahunan dan sampai sekarang masih tetap
dilaksanakan.

Upacara ritual tahunan ini ada yang berhubungan dengan upacara keagamaan (Agama
Islam) dan ada pula yang berhubungan dengan panen tahunan dalam sektor
pertanian/perkebunan.

Adapun upacara adat tahunan tersebut, adalah sebagai berikut :

Page | 6
a. Qunua

Qunua,yaitu upacara yang berkaitan dengan peringatan Nuzulun


Qur’an(Qunut).Upacara ini biasanya dilaksanakan pada pertengahan bulan suci
Ramadhan atau pada 15 malam puasa dimana masyarakat memeriahkannya dengan
membawa sejumlah makanan di masjid untuk dimakan secara bersama-sama
menjelang waktu sahur.Pelaksanaan Qunua dalam tradisi buton umumnya di
laksanakan setelah shalat tarwih bersama,diatas jam 12 malam.

b. Haroa Maludu

Upacara adat ini merupakan pesta Maulid Nabi besar Muhammad SAW yang
dilakukan oleh masyarakat Buton setiap tahunnya. Pada prosesi haroa ini, upacara
dipimpin oleh lebe yang membaca ayat-ayat suci Al-qur’an.

Pada saat membaca ayat suci Al-qur’an dihadapan lebe ada sebuah sesajian dalam
tala (wadah) yang merupakan simbol penyembahan kepada Rasulullah Muhammad
SAW. Pelaksanan haroa maludu berlangsung selama 1 bulan penuh di bulan Rabiul
Awal.

c. Kadiri

Upacara adat kadiri merupakan kegiatan sahur bersama di mesjid pada 27


Ramadhan, atau pada malam Lailatul Qadar. Pelaksanaan kadiri dilakukan setelah
pelaksanaan shalat tarawih bersama.

d. Pekandekandea

Pekandekandea merupakan jamuan makanan tradisional yang biasa dilakukan


oleh masyarakat Buton dalam rangka penjemputan tamu.

e. Tembaana Bulaa

Tembaana Bulaa merupakan proses penentuan bulan-bulan Arab oleh pegawai


sarana hukum atau biasa disebut sara kidina yang berjumlah 24 orang. Prosesi adat ini
dilakukan pada saat awal masuknya bulan suci ramadhan sebagai pertanda besok
shubuh masyarakat melaksanakan ibadah puasa.

f. Mataa (pesta panen)

Mataa merupakan upacara adat berupa ungkapan tanda syukur kepada Yang Maha
Kuasa atas hasil panen yang mereka terima, maka msyarakat setiap tahun
mengadakan acara mataa atau pesta panen. Upacara yang langsung dipimpin oleh
perangkat adat yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik sangat menarik
karena syarat dengan budaya tradisional.

Page | 7
B. Nilai penting kebudayaan Buton

Beberapa nilai yang terkandung dalam nilai penting kebudayaan yaitu nilai etnik
(tradisi), estetika (keindahan) dan publik (masyarakat). Nilai etnik dapat dilihat pada
keberadaan keraton buton dari awal hingga kini yang telah mengalami interaksi panjang
sehingga turut memberi bentuk pada tradisi buton pada masa sekarang yang iwujudkan
dalam kehidupan sosial dan budaya.

Nilai estetika dapat dilihat dari bangunannya yag tidak hanya memperlihatkan
penggunaan bahan yang tahan lama, namun juga menampilkan unsur-unsur keindahan
berupa cara penyambungan antar kayu dan komposisi bangunan yang sarat makna
filosofis. Nilai Publik sebagai media untuk transfer of culture (transfer kebudayaan) dan
transfer of knwoledge (transfer pengetahuan) kepada masyarakat setempat.

Tata ruang didalam benteng keraton pada masa lalu dibedakan berdasarkan kampung
atau lingkungan. Sedangkan tatang ruang mikro mencakup stratifikasi masyarakat yang
berdominsili dikompleks keraton Buton pada masa lalu, yang hanya boleh dihuni dua
golongan bangsawa yaitu kaomu dan walaka. Kegua golongan ini memegang jabatan
penting, golongan kaomu menjabat sultan, sedangkan golongan walaka memilih dan
membentuk sultan.

Menurut tradisi lisan yang diceritakan secar turun temurun, lokasi pendirian keraton
diawali oleh para imigran dari kawasaan Malaka (pengguna bahasa melayu) yang
membuka pemukiman di tempat ini, yang kemudian digunakan sebagai pusat Kerajaan
Buton. Pemilihan tempat diketinnggian sebagai pusat merupakan refleksi dari
kepercayaan Hindu, yang mengidentifikasikan ketinggian sebagai tempat para
bersemayamnya para dewa. Ketinggian tempat bermukim yang digunakan sebagai pusat
kerajaan sekaligus akan mendeekatkan mereka dengan dewa.

C. Pengaruh Ahlak Bagi Manusia

Ahlak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk cara hidup dan cara berpikir bagi
mereka yang beragama, baik pengaruh itu berupa kebaikan maupun keburukan. Pada
kebaikannya adalah menyebabkan orang menjadi ikhlas dalam beramal atau berjuang
semata-mata karena Allah SWT Tidak karena maksud yang lain. Pada keburukannya,
ialah tiada kurangnya pula akses-akses yang buruk-buruk yang timbul akibat ahlak
tersebut.

Dalam agama islam sering dikenal dengan sebutan “dinun wa daulan amin” adalah
agama, ahlak dan Negara atau lebih kecil lagi yakni “lingkungan”. Sering terjadi salah
penafsiran khususnya kelompok-kelompok pengganti mistik sehingga I’tikad islam
maupun ahlak tercemar karena salah tafsir dalam pemahaman mistik yang tidak
berdasarkan nilai-nilai islam, Al-Qur’an dan sunnah rasulullah serta tradisi-tradisi ahlak
yang mulia.

Keistimewaan ilmu ahlak ini adalah bahwa: ilmu ini lebih berat kepada perasaan atau
kita kenal dengan sebutan “Zauq”. Jadi lebih dekat kepada seni daripada kepada

Page | 8
“filsafat”. Kalau seseorang mempelajari atau membaca buku-buku ahlak, biasanya orang
akan terdorong mempelajari buku-buku ajaran tasawuf sercara mendalam, maka akan
hadir pemikiran yang sehat, berbuat serba hati-hati dan berlaku adil sesuai ajaran-ajaran
ahlak dalam islam.

D. Pembinaan Ahlak Anak Remaja

Sebagian besar pemikiran para ahli pembinaa ahlak anak remaja lebih bercorak
kepada keagamaan yang mana dititik beratan kepada pembersihan pribadi dan sifat-sifat
yang berlawanan dengan tuntutan agama, seperti: takabur, pemarah, dan penipu. Oleh
sebab itu, pembinaan ahlak anak remaja ini menggunakan media tata tradisi yang berlaku
dalam lingkungan masyarakat itu dengan mebuka berbagai maca kegiatan remaja itu
untuk pembinaan anak tersebut.

Oleh sebab itu seorang anak sebelum memasuki usia remaja harus selalu dibimbing
dan di didik oleh orang tua agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Dimana
dalam pembinaan ahlak tersebut seseorang harus selalu didekatkan kepada tuhannya agar
tidak berfikir takabur. Setelah memasuki usia remaja banyak anak yang mulai berperilaku
bebas tanpa memikirkan resiko yang akan mereka dapatkan karena pada masa puber
(remaja) hampir semua anak melakukan semua apa yang mereka pikirkan baik itu hal
yang positif maupun sesuatu negatif.

Dalam memasuki usia remaja ini peran lingkungan keluarga dan orang tua sangat
dibutuhkan guna membimbing anak tersbut untuk menumbuhkan ahlak sesuai dengan apa
yang harusnya dilakukan. Ahlak anak remaja selalu berhubungan dengan budaya yang
mereka yakini.

Page | 9
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan

kebudayaan buton adalah ciri khas, sari dari suatu bangsa yang berbagai macam
keanekaragaman budaya yang terdapat dalam daerah-daerah tertentu yang mempunya
ciri-ciri khasnya sendiri. Mempunyai arti penting tersendiri yang menggambarkan suatu
perkokohan yang ada di bangsa itu, oleh disebabkan pemerintah harus bisa berperan aktif
dalam perkembangan suatu kondisi pada budaya bangsa itu sendiri yang menyimpan
segala kekayaan yang terdapat pada berbagai daerah yang mempunyai baerbagai
keanekaragaman budaya, disamping itu elemen peran pemerintah ada juga peran serta
masyarakat dalam memajukannya yang penting juga adanya kebersamaan tujuan yang
sama.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/351265875/Jenis-jenis-Kebudayaan-Keraton-Buton

http://iqbalchemical.blogspot.com/2012/07/upacara-upacara-keagamaan-masyarakat.html

http://ahlakdanbudayabutondarno.blogspot.com/2016/12/makalah-ahlak-dan-budaya-buton-
fakultas.html

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai