Anda di halaman 1dari 9

TRADISI INDONESIA (JAWA) MENUJU HARI LEBARAN

PENGANTAR ILMU BUDAYA

SEBAGAI SYARAT PENILAIAN MATA KULIAH WAJIB PENGANTAR ILMU BUDAYA

Disusun Oleh:

Rosiyah Wardah Arum (2501422026)

PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan beragam budaya, memiliki banyak tradisi yang unik dan
menarik. Salah satu tradisi yang sangat penting dan dinanti-nantikan oleh masyarakat Indonesia,
khususnya di daerah Jawa, adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri atau lebih dikenal dengan sebutan
Lebaran. Lebaran merupakan momen yang istimewa di mana umat Muslim merayakan akhir bulan
Ramadhan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

Budaya atau tradisi merupakan hasil teologis yang kemudian menjadi kebiasaan individu dan secara
alami menjadi kebiasaan masyarakat, atau budaya merupakan kebiasaan-kebiasaan positif dan negatif
di dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi budaya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa budaya adalah proses interaksi manusia dalam menjawab
dinamika atau tantangan kehidupan dari hal tersebut akan menghasilkan suatu kebiasaan di dalam
masyarakat. Biasanya kebiasaan – kebiasaan ini akan menjadi suatu tradisi turun temurun.

Kebudayaan disuatu daerah adalah proses dari hasil-hasil kebiasaan masyarakat. Misalnya budaya
kupatan atau riyoyo kupat. Budaya ini sudah lama dijawa, bahkan sejak masa kejayaan Hindu-Budha.
Namun seiring perkembangan zaman tradisi kupatan berakulturasi dengan tradisi islam. Dan hampir
setiap daerah memiliki ciri khas sendiri dihari raya ketupat ini.

Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi tradisi – tradisi khas Indonesia (Jawa) dalam menjelang dan
merayakan Hari Lebaran.

Mendengar kata Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri selalu saja dibarengi dengan fenomena maraknya
diskon atau potongan harga barang-barang yang ada di setiap tempat belanjaan. Khususnya pakaian,
mukena, sarung, peci, sepatu, tas, sandal, dan berbagai makanan ringan yang biasa di suguhkan di
ruang tamu saat lebaran tiba. Hal ini biasa terjadi disaat menjelang hari raya sampai hari raya tiba.

Banyaknya diskon atau potongan harga dikarenakan peningkatan permintaan masyarakat kepada
pasar seiring berjalannya hari raya, dimana masyarakat banyak beli barang baru salah satunya adalah
baju baru yang digunakan untuk hari raya nanti. Tetapi sebenarnya hal tersebut tidak diwajibkan oleh
agama untuk membeli baju baru.

Pakaian yang dominan dibeli oleh masyarakat adalah gamis untuk perempuan, dan baju koko untuk
laki-laki. Namun, pada hari menjelang lebaran biasanya pasar dan mall akan terasa lebih sesak karena
membludak banyaknya pengunjung untuk memburu diskon atau sekedar lihat lihat. Pakaian merk pun
saling bersaing memberi diskon atau potongan harga dari 5% sampai 50% di setiap toko.
1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan menggali lebih dalam mengenai tradisi
Indonesia, khususnya jawa, dalam menyambut Hari Lebaran. Melalui penulisan ini
diharapkan pembaca dapat memahami nilai-nilai, norma, dan praktik budaya yang
melandasi tradisi-tradisi tersebut. Makalah ini juga bertujuan untuk mempromosikan dan
memperkaya pemahaman kita tentang keragaman budaya Indonesia.

1.3 Metode Penelitian

Penulisan makalah ini didasarkan pada studi kepustakaan dan penelusuran informasi dari
berbagai sumber yang dapat dipercaya. Sumber-sumber yang digunakan merupakan
jurnal, buku-buku, artikel, dan sumber-sumber online terkait budaya dan tradisi Jawa
serta Hari Lebaran. Data dan informasi yang diperoleh sumber dari sumber-sumber
tersebut akan digunakan untuk mendukung dan mengembangkan isi makalah ini

1.4 Stuktur Makalah

Makalah ini akan terdiri beberapa bab yang terorganisir dengan baik. Setiap bab akan
membahas aspek-aspek tertentu dari tradisi Indonesia (jawa) menuju hari lebaran.
Berikut adalah struktur makalah ini:

• Bab 1 : Pendahuluan
. Latar Belakang
. Tujuan Penulisan
. Metode Penelitian
. Struktur Makalah

• Bab 2: Budaya Jawa di bulan ramadhan


. Sejarah Dan Kearifan Local Jawa
. Nilai – Nilai Budaya Jawa

• Bab 3: Bulan Ramadhan di Jawa


. Signifikansi Bulan Ramadhan
. Tradisi Puasa Dan Ibadah Di Jawa
• Bab 4: Persiapan Menuju Hari Lebaran
. Persiapan makanan lebaran
. Tradisi membuat kue lebaran
. Tradisi membuat baju baru
. Persiapan spiritual dan ibadah
. Tradisi bersih bersih rumah
. Tradisi halal bi halah
Bab 2
Budaya jawa di bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia,
termasuk di Jawa. Di Jawa, bulan Ramadhan tidak hanya mencerminkan aspek
keagamaan, tetapi juga melibatkan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang khas.

Sejarah kehadiran Islam di Jawa membawa pengaruh yang kuat dalam budaya
Jawa, termasuk dalam pelaksanaan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Islam
tiba di Jawa pada abad ke-13 melalui perdagangan dan pernikahan antara
pedagang Arab dan penduduk setempat. Sejak saat itu, nilai-nilai Islam dan budaya
Jawa saling berpadu dan membentuk identitas budaya yang unik di Jawa.

Di bulan Ramadhan, kearifan lokal Jawa tercermin dalam tradisi dan praktik ibadah
yang khas. Masyarakat Jawa memiliki tradisi menjalankan puasa dengan penuh
kesungguhan dan ketulusan. Mereka menjaga tradisi sahur dan berbuka puasa
bersama, baik di rumah maupun di masjid. Selain itu, terdapat tradisi khas seperti
"ngabuburit" yang dilakukan menjelang waktu berbuka, yaitu berjalan-jalan atau
menghabiskan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat sebelum waktu berbuka
tiba.

Selama bulan Ramadhan, nilai-nilai budaya Jawa juga tercermin dalam kepedulian
sosial dan berbagi dengan sesama. Masyarakat Jawa aktif dalam beramal dan
memberikan sedekah kepada yang membutuhkan. Mereka sering memberikan
makanan berbuka puasa kepada orang yang tidak mampu atau mereka yang
sedang dalam perjalanan. Tradisi ini merupakan simbol solidaritas sosial dan
kepedulian terhadap sesama, yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.

Selain itu, seni dan budaya Jawa juga menjadi bagian yang penting dalam
menyambut bulan Ramadhan. Pertunjukan wayang kulit sering diadakan di
malam-malam Ramadhan, yang tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga
sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan filosofi hidup kepada
penontonnya. Selain itu, seni tari dan musik tradisional Jawa juga turut
memperkaya suasana Ramadhan dengan pertunjukan-pertunjukan yang khas dan
mengangkat nilai-nilai keindahan dan keharmonisan

Nilai budaya Jawa yang tercermin dalam bulan Ramadhan adalah sikap
kebersamaan dan gotong royong. Masyarakat Jawa cenderung menjalin hubungan
sosial yang erat dan saling membantu satu sama lain. Selama bulan Ramadhan,
mereka sering mengundang keluarga, tetangga, dan teman-teman untuk berbuka
puasa bersama atau saling bertukar hidangan makanan. Tradisi ini memperkuat
tali persaudaraan, membangun rasa kebersamaan, dan menciptakan suasana
yang penuh kehangatan.
Bab 3
Bulan Ramadhan di Jawa

2.1 Signifikansi Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki makna yang sangat penting bagi umat islam di jawa.
Selama bulan ini, umat muslim menjelaskan ibadah puasa sebagai bentuk
ketaatan dan penghormatan kepada Allah SWT. Bulan Ramadhan juga dianggap
sebagai waktu yang penuh berkah dan ampunan, serta menjadi momen intropeksi
diri dan meningkatkan spiritualitas.

2.2 Tradisi Puasa Dan Ibadah Di Jawa

Tradisi puasa dijawa memiliki ciri khas sendiri. Selain menjalankan puasa wajib,
masyarakat juga sering menjalankan puasa sunah, seperti puasa senin kamis atau
puasa ayyamul bidh.selama Ramadhan, masyarakat jawa aktif mengikuti ibadah –
ibadah seperti tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan ikhtitaf di masjid. Mereka juga
melakukan amalan-amalan kebaikan, seperti memberikan makanan berbuka
kepada orang yang membutuhkan.

Selama bulan Ramadhan, masyarakat Jawa aktif mengikuti ibadah-ibadah yang


khusus dilakukan dalam bulan ini. Salah satunya adalah ibadah tarawih, yaitu
shalat berjamaah yang dilakukan setelah shalat Isya. Ibadah tarawih di masjid
menjadi momen untuk beribadah bersama dan mendengarkan bacaan Al-Quran
dari imam. Masyarakat Jawa juga sering melaksanakan iktikaf, yaitu mengisolasi
diri di masjid untuk beribadah, berdoa, dan merenung selama beberapa hari di
akhir bulan Ramadhan.

Selain itu, bulan Ramadhan di Jawa juga menjadi momen untuk meningkatkan
kegiatan kebaikan. Masyarakat Jawa aktif dalam beramal dan memberikan
sedekah kepada yang membutuhkan. Mereka sering memberikan makanan
berbuka puasa kepada orang yang tidak mampu atau mereka yang sedang dalam
perjalanan. Tradisi berbagi ini merupakan simbol solidaritas sosial dan kepedulian
terhadap sesama, yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.

Bulan Ramadhan di Jawa bukan hanya sebatas menjalankan ibadah puasa, tetapi
juga menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial. Masyarakat Jawa sering
mengadakan acara-acara keagamaan, seperti pengajian dan tadarus Al-Quran
bersama di masjid atau rumah-rumah. Mereka juga sering mengundang keluarga,
teman, dan tetangga untuk berbuka puasa bersama atau saling bertukar hidangan
makanan. Tradisi ini memperkuat tali persaudaraan dan membangun rasa
kebersamaan di antara masyarakat Jawa selama bulan suci Ramadhan.

Dengan demikian, bulan Ramadhan di Jawa menjadi waktu yang sangat istimewa
bagi umat Muslim. Selain menjalankan ibadah puasa secara penuh, masyarakat
Jawa juga menjaga tradisi dan nilai-nilai keagamaan yang khas dalam budaya
mereka. Bulan suci ini memberikan kesempatan bagi umat Muslim di Jawa untuk
meningkatkan spiritualitas, menjalankan ibadah dengan lebih khidmat, serta
memperkuat ikatan sosial dengan sesama umat Muslim.
Bab 4
Persiapan Menuju Hari Lebaran

Hari lebaran adalah momen yang istimewa bagi masyarakat Indonesia, termasuk
di Jawa. Sebelum merayakan Hari Lebaran, terdapat serangkaian persiapan yang
dilakukan oleh masyarakat Jawa. Bab ini akan menjelaskan hari lebaran dijawa.

3.1 Persiapan Makanan Khas Lebaran

Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dalam menyambut hari lebaran dijawa
adalah persiapan makanan khaas. Masyarakat mulai mempersiapkan berbagai
hidangan lezat yang akan disajikan saat lebaran. Beberapa makanan khas lebaran
di jawa antaralain, ketupat, opor ayam, rendang, sambal, goreng ati, lontong
sayur, dan masih banyak lagi. Proses memasak makanan ini melibatkan seluruh
keluarga, menciptakan suasana kebersamaan dan kegembiraan di dapur.
Masyarakat Jawa percaya bahwa hidangan- hidangan khas lebaran ini symbol
keberkahan dan kelimpahan rezeki yang mereka syukuri.

3.2 Tradisi Membuat Kue Lebaran

Selain makanan utama, pembuatan kue kering atau kue lebaran juga menjadi
tradisi yang penting menjelang hari lebaran di jawa. Beberapa jenis kue yang
umumnya dibuat adalah nastar, kue kacang, putri salju, kastengels, keciput, dan
kue semprit. Proses pembuatan kue ini biasanya meliputii seluruh keluarga atau
saudara, terutama perempuan, yang bekerja sama dalam merias dan menghias
kue-kue tersebut. Tradisi ini menjadi momen kebersamaan yang menyenangkan
dan memperkuat ikatan keluarga.

3.3 Tradisi Membuat Baju Baru

Tradisi membuat baju baru juga menjadi bagian penting dalam persiapan menuju
hari lebaran di jawa. Masyarakat jawa berusaha untuk tampil rapi dan indah saat
merayakan lebaran. Beberapa minggu sebelum lebaran, mereka pergi ke pasar
atau penjahit untuk memilih kain dan desain baju yang ingin mereka pakai.
Pembuatan baju baru juga ini momen penting untuk berkumpul Bersama keluarga
mempererat hubungan antar anggota keluarga. Selain itu tradisi membuat baju
lebaran juga melambangkan kesegaran dan kebersihan dalam menyambut hari
yang baru.
3.4 Persiapan Spiritual Dan Ibadah

Selain persiapan materi, persiapan menuju hari lebaran di jawa juga melibatkan
persiapan spiritual dan ibadah. Selama bulan Ramadhan, masyarakat jawa
menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Mereka
berusaha meningkatkan kualitas ibadah, seperti miningkatkan jumlah membaca
Al-Qur’an, berdoa, dan berzikir. Masyarakat jawa juga aktif mengikuti ibadah-
ibadah sunah seperti tarawih, tadarus Al-Quran, dan iktitaf masjid

3.5 Tradisi Bersih Bersih Rumah

Salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat jawa dalam menyambut hari
lebaran adalah tradisi bersih bersih rumah. Beberapa minggu sebelum lebaran
tiba, masyarakat jawa biasanya mulai membersihkan rumah secara menyeluruh.
Hal ini meliputi membersihkan setiap sudut rumah, mengganti dan mencuci
seluruh perlengkapan rumah tangga, serta Menyusun ulang perabotan. Tradisi ini
dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual serta
menyambut lebaran dengan suasana yang segar dan bersih.

3.6 Tradisi Halal Bi Halal Dan Silahturahmi

Tradisi halal bi halal dan silahturahmi juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam
menyambut hari lebran di jawa. Setelah melewati bulan suci Ramadhan, umat
muslim berbondong-bondong untuk saling memaafkan dan bermaafan dalam
tradisi halal bi halal. Mereka berkumpul Bersama keluarga, tetangga, dan kerabat
untuk saling meminta maaf atas segala kesalahan dan memberikan maaf kepada
sesama. Tradisi ini memiliki makna mendalam sebagai upaya memperbaiki
hubungan sosial, menjaga keharmonisan, dan membangun solidaritas di antara
masyarakat. Selain itu silahturahmi juga menjadi tradisi yang sangat dihormati
dalam menyambut Hari Lebaran. Masyarakat jawa menjadikan momen ini sebagai
kesempatan untuk saling berkunjung dan bertemu dengan kerabat, teman, dan
tetangga. Mereka saling bertukar ucapan selamat, berbincang, dan berbagi
kebahagiaan. Tradisi silahturahmi ini menjadi sarana untuk mempererat
hubungan sosial, membangun rasa persaudaraan, dan memperkuat jaringan
kebersamaan.

Anda mungkin juga menyukai