PEMBAHASAN
A. Pengertian Memitu
Ritual tradisional merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat yang
dipercayai sejak zaman nenek moyang terdahulu, yang dipercayai sebagai
penunjang keselamatan dalam hidup. Salah satu tradisi dalam masyarakat
Jawa yaitu memitu atau nuju bulan.
1
Memitu berasal dari kata pitu (Bahasa Jawa) yang artinya tujuh, dan
tujuh itu mengandung arti pula, yakni tujuan yang baik. Tradisi Memitu adalah
perayaan tujuh bulan yang dilaksanakan pada usia kehamilan wanita yang
berusia tujuh bulan dan pada kehamilan yang pertama kali dalam rangka
menyambut kelahiran sang anak. Tradisi memitu yang dilaksanakan di Desa
pusakaratu dengan rangkaian sebagai berikut :
Ritual dalam pemahasan ini adalah bentuk atau metode tertentu dalam
melakukan upacara keagamaan atau upacara penting, atau tatacara dan bentuk
acara. Dengan demikian ritual ialah seperangkat tindakan yang selalu
melibatkan agama atau magi, yang dimantapkan melalui tradisi. Ritus tidak
2
sama persis dengan sebuah pemujaan, karena ritus merupakan tindakan yang
bersifat keseharian. Ritus tersebut meliputi: ritus kelahiran, ritus fertilitas, ritus
inisiasi, ritus kesehatan, ritus purifikasi dan ritus transisi.
Salah satu fase kehidupan manusia adalah fase kelahiran. Sebelum sampai
pada fase kehalihan didahului dengan adanya kehamilan. Dalam masa
kehamilan yang berlangsung selama sembilan bulan, khusus bagi kehamilan
pertama, ada bulan-bulan tertentu yang oleh masyarakat dianggap perlu untuk
dilakukan upacara. Upacara yang dimaksud adalah Upacara
Memitu/Tingkeban.
Istilah memitu berasal dari kata mitu atau pitu (bahasa Jawa) yang artinya
tujuh. Maksudnya di sini adalah upacara yang dilaksanakan pada masa
kehamilan menginjak tujuh (7) bulan.
B. Ritual Memitu
Tradisi memitu yang dilakukan oleh masyarakat merupakan bagian dari
Ritual kehamilan mencapai umur tujuh bulan. Kebiasaan memitu ini sama
seperti masyarakat Jawa pada umumnya, dalam rangka melaksanakan adat atau
tradisi yang secara turun temurun telah dilaksanakan nenek moyang mereka.
Meskipun dalam pelaksanaanya berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah
lain di Cirebon. Persiapan dan perlengkapan untuk melaksanakan upacara
memitu ini sendiri adalah pertama-tama disiapkannya bahan-bahan untuk
keperluan upacara yakni :
a. Jarit atau tapi (kain panjang) 7 lembar dan masing-masing lembarnya
memiliki warna yang berbeda.
b. Miniatur rumah-rumahan yang sudah dihias
c. Pendil atau belanga (semacam tembikar yang pada jaman dulu dipakai
untuk mengambil air) yang berisi air, berbagai jenis tanaman dan beberapa
uang logam
d. Kembang tujuh rupa
3
e. Sesaji yang berisi antara lain : Nasi wuduk, Juwadah pasar, Rujak parud,
rujak asem, rujak pisang, rujak selasih, Aneka buah dan umbi, dan tebu
wulung.
f. Kelapa muda yang telah digambar salah satu tokoh wayang (biasanya
tokoh Arjuna).
Tradisi memitu biasanya dilakukan pada sore atau malam hari. Acara ini
dimulai dengan pembacaan kitab Barzanji di rumah yang duwe gawe. Selain
barzanji juga dibacakan Al-Qur’an Surat Yasin, Luqman, Maryam, Yusuf, An-
Nur, dan Muhammad.
Setelah yang mengaji dan barzanjian selesai, makanan dibagikan, dan air
yang tadi dibawa keluar kemudian dicampurkan ke wadah yang ada di rumah-
rumahan.
4
Upacara ditutup dengan memecahkan pendil berisi air, kembang tujuh
rupa dan uang logam. Sang suami setelah selesai dimandikan mengambil pendil
kemudia berlari menuju perempatan jalan dan memecahkannya. Anak-anak
kembali mengerubuti pecahan pendil mencari uang logam disana.
5
a) Tempat Penyelenggaraan Upacara
- Tumpeng jeneng
- Nasi wuduk
- Juwadah pasar
6
- Aneka buah dan umbi, dan tebu wulung
Setelah para undangan pulang, ibu yang sedang hamil tersebut dimandikan
sambil berganti ‘jarik’ kain panjang sebanyak tujuh (7) kali. Pada saat
penggantian jarik yang ketujuh, kelapa muda yang telah digambari wayang
dijatuhkan oleh dukun paraji/dukun bayi melalui jarik dan harus ditangkap oleh
suami ibu yang hamil sebelum jatuh ke tanah.
7
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upacara Memitu atau Tingkeban adalah salah satu tradisi selametan dalam
masyarakat Jawa, disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh.
Seperti namanya, tingkeban/memitu dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh
bulan. Tingkeban hanya dilakukan bila anak yang dikandung adalah anak
pertama bagi si ibu (kehamilan pertama kali), si ayah, atau keduanya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Galba, Sindu, Ria Intani. dkk. 2004. Budaya Tradisional pada Masyarakat
Indramayu. Bandung: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
https://uun-halimah.blogspot.com/2007/11/upacara-memitu-indramayu.html?m=1
http://portalcirebon.blogspot.com/2009/09/upacara-memitu-di-inderamayu-
dan.html?m=1