Anda di halaman 1dari 19

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

“Model-model Pengembangan Kurikulum”


Model-model Pengembangan Kurikulum

A. Administratif Model
Model adminidtratif merupakan model pengembengan kurikulum paling lama, model
ini sering disebut “garis dan staf” atau “top down” atau “ line staff” karena Munculnya
model tersebut berawal dari inisatif dan gagasan pengembangan dari para administrator
pendidikan dan menggguanakan prosedur adminitrasi (Nana Syaodih Sukmadinata).
Pengembangan model ini bersentral pada wewenang dari pemerintahan pusat. Pemerintahan
pusat melalui pejabat pendidikan yang berwenang dalam semisal dirjen pendikan membentuk
komisi pengarah pengembangan kurikulum. Anggota komisi pengarah pengembangan
kurikulum ini terdiri dari penjabat di bawah dirjen, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli
disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Adapun tugas dari komisi
pengarah kurikulum sebagai berikut:
a. Menyiapkan rumusan falsafah
b. Merumuskan konsep-konsep dasar
c. Merumuskan landasan
d. Merumuskan kebijaksanaan
e. Merumuskan strategi utama
f. Merencanakan garis-garis besar kebijaksanaan
g. Memberikan garis-garis besar kebijaksanaan
h. Membentuk tujuan umum pendidikan.
Setalah komisi tersebut menyelesaikan tugas kemudian membentuk dan mengkaji
secara seksama, kemudian membentuk komisi kerja penngembangan kurikulum. Para
anggota komisi ini terdiri dari para ahli kurikulum dan pendidikan, ahli disipiln ilmu dari
perguruan tinggi, guru-guru bidang studi yang senior. Tugas dari tim kerja pengembangan
bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional, dijabarkan dari
konsep-konsep dan kebijaksanaan dasar yangntelah digariskan oleh tim pengarah. Tugas dari
tim kerja pengembangan kurikululum ini yaitu: Merumuskan tujuan-tujuan yang lebih
operasional dari tujuan umum, Memilih dan menyusun bahan pelajaran, Serta menyusun
pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru.
Setelah semua tugas dari tim kerja pengembang kurikulum, hasil kerja dari komisi ini
kemudian dikaji oleh tim pengarah serta para ahli yang kompeten atau penjabat yang
kompeten. Selanjutnya diadakan pengakajian tahap selajutnya adalah uji coba. Pelaksanaan
uji coba rancangan kurikulum tersebut adalah sebuah komisi yang ditunjuk panitia pengarah
yang anggotanya sebagaian besar terdiri dari kepala sekolah. Setelah penelitian uji coba,
komisi pengarah menelaah atau mengevaluasi sekali lagi rancangan kurikulum tersebut baru
kemudian memutuskan pelaksanaanya. Apabila sudah diputuskan untuk memakai
pengambangan kurikulum maka komisi pengarah pengembangan akan memerintahkan
sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut.
B. Model Grass Roots
Model pengembangan grass roots merupakan lawan/kebalikan dari model
pebgembangan administratif. Jika pada pemgembangan model administratif kegiatan
pengembangan kurikulum berasal dari atas, model ini inisatif justru berasal dari bawah, yaitu
dari para penganjar yang merupakan para pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model
pengembangan kurikulum administratif bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots
akan berkembang pada sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Model ini
mendasarkan diri pada anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika
para pelaksanaanya di sekolah sudah diikutsertakan sejak mula pengembangan kurikulum itu
(Nana Syaodih Sukmadinata).
Dalam model pengmbangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru
atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum,
satu bidang studi atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh
komponen kurikulum. Pengembangan model grass roots ini juga menuntut adanya kerja
antara guru antara sekolah secara baik, di samping juga harus ada juga kerja sama dengan
pihak di luar sekolah khususnya orang tua dan mayarakat.
Pada pelaksanaanya, para administrator cukup memberikan bimbingan dan dorangan
kepada staf pengajar. Setelah menyelesaikan tahap tertentu, bisanya diadakan lokakarya
untuk membahas hasil yang telah dicapai dan sebaliknya merencanakan kegiatan yang akan
dilakuakan selanjutnya. Pengikut lokakarya di samping para pengajar dan kepala sekolah juga
melibatkan orang tua dan anggota masyarakat lainya, serta para konsultan dan para
narasumber yang lain. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari
kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun kemampuan bahan-bahan kepustakaan,
pengembangan model grass roots akan dilaksanakan lebih baik. Orientasi yang demokratis
dari rekayasa Model Grass Roots bertanggung jawab membangkitkan apa yang menjadi dua
aksioma kemantapan sebuah kurikulum :
a. Bahwa sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru-
guru dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan (konstruksi) dan
pengembangannya
b. Bukan hanya para professional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain
harus dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum.
Hal ini didasarkan pada atas pertimbangan bahwa guru adalah peracana, pelaksana,
dan juga penyempurna dari pengajaran di sekolah. Dialah yang paling tahu kebutuhannya di
kelas, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungking hanya berlaku untuk
bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi memungkinkan pula dapat digunakan untuk
bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi sekolah atau daerah
lain. Keuntungan dari model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada
pelaksana, mengikutsertakan pihak bawah khususnya para staff mengajar dan memungkinkan
terjadinya kompetensi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada
giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
Pengembangan model kurikulum model Model Grass Roots memiliki kelebihan dan
kekurangan. Diantara kelebihan yang terdapat dalam model Model Grass Roots antara lain :
a. Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.
b. Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan
professional, finansial maupun manajerial.
c. Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam
pelaksaannya.
d. Ada motivasi dari kepala sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan
menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya dengan demikian akan terjadi
semacam kompetisi dalam kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas
kurikulum itu sendiri
Sedangan kelemahan yang terdapat pada model Model Grass Roots antara lain:
a. Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi
persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat.
b. Tidak adanya standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk diperbandingkan
keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya.
c. Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa/wilayah lain.
d. Sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaiaan secara nasional.
e. Belum semua sekolah/daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri
C. Beuchamp
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamp, yaitu
mengemukan ada lima langkah penting dalam pengembilan keputusan pengembangan
kurikulum. Menurut Beauchamp dalam (Ahmad, dkk) untuk merancang sebuah kurikulum
harus ditempuh lima langkah, yaitu :
1. Langkah Pertama
pejabat pemerintah yang berwenang dalam pengembangan kurikulum harus
menentukan lebih dahulu lokasi atau wilayah yang akan dijadikan pilot proyek untuk
pengembangan kurikulum. Pemilahan lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan
skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin
dikembangkan berskala makro atau nasional, maka wilayah atau lokasi yang akan dijadikan
pilot proyek adalah propinsi, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro maka kabupaten
dapat dijadikan lokasi pilot proyek.
2. Langkah Kedua
setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot proyek sudah ditetapkan, maka
langkah berikutnya adalah menentukan personalia yang akan ikut terlibat di dalam
pengembangan kurikulum. Beauchamp melibatkan orang-orang dari staf ahli kurikulum,
pakar kurikulum dari perguruan tinggi dan guru-guru sekolah yang telah dipilih, pakar
pendidikan, masyarakat yang dihimpun dari berbagai kalangan yaitu dari pengarang atau
penulis, penerbit, politikus, pejabat pemerintah, pengusaha dan industriawan.
3. Langkah Ketiga
bila personalia sudah disusun dengan baik maka langkah berikutnya adalah
pengorganisasian person-person tersebut dalam 5 tim yang terdiri dari :
a. tim pengembang kurikulum
b. tim peneliti kurikulum yang sedang dipakai atau sedang dipergunakan
c. tim untuk mempelajari kemungkinan penyusunan kurikulum bam
d. tim perumus untuk kriteria-kriteria kurikulum yang akan disusun.
e. tim penyusun dan penulis kurikulum baru
Sedangkan prosedur kerja yang akan dilalui adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus
b. Memilih atau menseleksi materi
c. Menentukan pengalaman belajar
d. Menentukan kegiatan dan evaluasi
e. Menentukan desain
4. Langkah Keempat
Pada langkah ini ditentukan implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum
mempakan pekerjaan yng cukup rumit karena membutuhkan kesiapan dalam banyak hal,
seperti guru sebagai pelaksana kurikulum dikelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan
sekolah atau administrator sekolah.
5. Langkah Kelima
Setelah semua kebutuhan untuk kepentingan pelaksanaan atau implementasi terpenuhi
dan sudah dapat dilaksanakan, maka langkah berikutnya yang merupakan langkah terakhir
dari pengembangan kurikulum model beauchamp adalah mengevaluasi kurikulum.
Beauchamp mengemukakan hal-hal yang harus dievaluasi, yaitu :
a. Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru
b. Evaluasi terhadap desain kurikulum
c. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa
d. Evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum
Pengembangan kurikulum model Beauchamps memandang pengembangan kurikulum
tersebut dalam prosesnya secara menyeluruh. Keuntangan model ini adalah adanya
penegasan areana yang kiranya akan mempermudah dan memperjelas ruang lingkup
kegiatan. Kelemahan seperti halnya model administratif, adlah kurang pekanya terhadap
perubahan masyarakat dan kurang memperhatikan keadaaan daerah yang antara satu dengan
lainnya menuntutnya ada kekhususan-kekhususan tertentu.
D. Inverted Model Taba
Model pengembangan kurikulum oleh Hilda Taba ini berbeda dengan lazimnya yang
banyak diitempuh secara yang bersifat dekduktif karena caranya induktif. Oleh Karena itu
sering disebut “Model Terbalik” atau “Inverted Model”
Pengembangan kurikulum model ini diawali dengan melakukan percobaan,
penyusunan teori, dan kemudian baru ditetapkan. Hal itu diharapkan dimaksudkan untuk
lebih mempertemukan antara teori dan pratik, serta menghilangkan sifat keumuman dan
keabstrakan yang terjadi dalam kurikulum yang dilakukan tanpa kegiatan percobaan. Dalam
pendekatanya, Taba menganjurkan untuk lebih mempunyai informasi tentang masukan
(input) pada proses setiap langkah proses kurikulum. Secara khusus, Taba mengajurkan untuk
menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan
individu pelajar (psikologis kurikulum). Untuk memperkuat pendapatanya, Taba mengkalim
bahwa semua kurikulum disusun dari elemen-elemen dasar. Suatu kurikulum bisanya berisi
seleksi dan organisasi isi; itu merupakan manisfetasi atau implikasi dari bentuk-bentuk
(patterns) belajar dan mengajar. Kemudian, suatu program evaluasi dari hasil pun akan
dilakukan.
Perekayasaan kurikulum secara tradisional dilakukan oleh suatu panitia yang dipilih.
Panitia ini bertugas :
1. mempelajari daerah-daerah fundasional dan mengembangkan rumusan
kesepakatan fundasional
2. merumuskan desain kurikulum secara menyeluruh berdasarkan kesepakatan yang
telah dirumuskan
3. mengkonstruksi unit-unit kurikulum sesuai dengan kerangka desain
4. melaksanakan kurikulum pada tingkat atas.
Hilda Taba bertolak belakang dengan pendapat tersebut. Taba percaya bahwa esensial
proses deduktif ini cenderung untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif,
sebab membatasi kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.
Taba menyatakan bahwa :
1. bila perubahan nilai dari mendesain ulang kerangka yang menyeluruh maka
sebelumnya harus ditetapkan lebih dahulu suatu pola yang akan dipelajari dan
diuji.
2. panitia penyusunan kurikulum yang tradisional itu dapat menduduld rencana-
rencana kurikulum yang bermanfaat, bagian dari desain itu sendiri hanya atas
dasar logika bukan empiric
3. karena mereka tidak melakukan pengujian secara empirik, kurikulum yang
dihasilkan cenderung merupakan skema / sket bagan yang sangat umum dan
abstrak dan sedikit membantu untuk melaksanakan praktek instruksional
Ketiga masalah tersebut menunjukkan efesiensi perekayasaan kurikulum yang
tradisional dan kesenjangan antara teori dan praktek. Suatu contoh adanya disfungsi dalam
teori praktek terdapat pada core kurikulum yang dirancang untuk mengajukan Integrasi isi /
materi, serta hubungan dengan kebutuhan siswa. Jalannya praktek core tersebut umumnya
hanya merupakan reorganisasi administratif, block of time mata ajaran-mata ajaran yang
terpisah-pisah dan dimana masalah-masalah kehidupan terisolasi dari materi (content) yang
valid. Bentuk core yang dilaksanakan berdasarkan rekayasa deduktif menghasilkan
pemisahan teori dan praktek
Langkah-langkah pengembangan kurikulum Hilda Taba dalam (S. Zainal Arifin)
berpendapat bahwa perekayasaan kurikulum terdiri atas 5 langkah, yaitu:
1. Experimental Production of Pilot Units
Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment sebagai ajang untuk melakukan
studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk itu diperlukan perencanaan yang didasarkan
atas teori yang kuat dan eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris
untuk menguji landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming
unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya. Unit eksperimen ini
dirancang melalui delapan kegiatan sebagai berikut :
a. Diagnosing needs. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah,
kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutnhan siswa dalam suatu proses
pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang
akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut
difungsikan
b. Formulating Specific Objectives, Formulasi tujuan-tujuan khusus, sebagai
penjabaran dari tujuan umum yang dimmuskan berdasarkan kebutuhan-
kebutuhan yang telah diidentifikasi yang menjadi titik berat pada teaching
leaming unit. Namun demikian tidak semua tujuan khusus tersebut dapat
tercapai oleh masing-masing imit.
c. Selecting Content, Pemilihan isi (materi) berdasarkan kesepadanan dengan
tujuan khusus, dan harus mempertimbangkan tingkat validitas dan
signifikannya. Karena itu periu dilakukan seleksi terhadap tingkatan isi
(materi) yang meliputi pemilihan topik utama, pemilihan ide-ide dasar dan
pemilihan materi khusus.
d. Organizing Content, Pengorganisasian materi dilakukan berdasarkan tingkat
kemampuan awal serta minat siswa. Pengorganisasian isi disusun dari konkrit
keabstrak dan dari mudah ke sulit.
e. Selecting Learning Experiences (Avtivities), Pengalaman belajar disusun
dengan maksud terjadi interaksi antara siswa dan materi pelajaran. Karena
setiap materi memiliki beberapa fungsi tertentu.
f. Organizing Leaming Experiences Avtivities, Pengalaman belajar siswa
disusun dan diorganisasikan dengan sekuensi dan organisasi materi (content).
Kegiatan belajar siswa diarahkan dari induktif kegeneralisasi dan abstraksi
serta difokuskan pada pengembangan ide-ide utama, langkah-langkah
perolehan konsep dan prilaku yang baik.
g. Evaluating, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
unit oleh siswa. Hasil evaluasi berguna untuk menentukan tujuan, diagnosis
kesulitan belajar, serta penilaian dalam rangka pengembangan dan revisi
kurikulum.
h. Checking for Balance and Seguence, Setelah garis besar teaching leaming
dirancang lengkap, selanjutnya perlu dicek konsistensi antara semua bagian
yang berkenaan dengan keseimbangan dan urutan topik-topik yang telah
tersusun atau unsur-unsur dalam unit tersebut

2. Testing of Experimental Units


Teaching-leaming units yang dihasilkan pada langkah pertama perlu diujicobakan di
kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui tingkat validitas dan keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang berbeda-beda
gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran unit. Hasil uji coba menjadi
masukan bagi penyempumaan draft kurikulum.
3. Revising dan Consolidating
Revisi dan penyempumaan draft teaching leammg units dilakukan berdasarkan data
dan informasi yang terkumpul selama langkah pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula
penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini
dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini
berupa teaching leaming units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai,
maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Developing a Framework
Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum
lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk
diimplementasikan dan diidentifikasikan.
5. Instalation and Desimination of The New Unit
Instalasi dan desiminasi adalah peresmian dan penyebarluasan kurikulum hasil
pengembangan, sebagai sub sistem pada sistem sekolah secara menyeluruh. Tanggung jawab
tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap
yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan
berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di
kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian
dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
No Nama Konsep Prosedur Kelebihan Kekurangan
Model
1. The Konsep nya yaitu Model 1. 1. Atasan membentuk tim Kelebihan model 1. kurkurangan
Administrati ini menggunakan prosedur administratif atau line
yang terdiri atas para pejabat pekanya terhadap
ve Model “garis-staf” atau garis staf, karena inisiatif dan
komando “dari atas ke yang berwenang gagasan pengembangan adanya perubahan
bawah” (top-down). datang dari masyarakat, di
2. 2. Tim merencanakan
Maksudnya, inisiatif para administrator pendi samping juga
pengembangan kurikulum konsep rumusan tujuan dikan dan menggunakan
karena kurikulum
berasal dari pejabat tinggi prosedur administrasi.
umum dan falsafah yang ini biasanya
(Kemdiknas), kemudian Dengan
secara structural diikuti wewenang administrasin bersifat seragam
dilaksanakan di tingkat ya, administrator pendid secara nasional
3. 3. Dibentuk beberapa
bawah. ikan (apakah dirjen,
kelompok kerja yang direktur atau kepala sehingga kadang-
kantor wilayah kadang
anggotanya terdiri dari
pendidikan dan melupakan atau
spesialis kurikulum dan staf kebudayaan) mengambaikan
membentuk suatu
pengajar adanya kebutuhan
komisi atau tim
4. 4. Hasil kerja dari butir 3 pengarah pengembangan dan kekhususan
kurikulum. Anggota- yang ada pada tiap
direvisi oleh tim atas dasar
anggota komisi atau tim daerah
pengalaman atau hasil dari ini terdiri atas pejabat
dibawahnya, para ahli 2. pada prinsipnya
try out pengembangan
pendidikan, ahli
5. 5. Setelah try out yang kurikulum, ahli disiplin kurikulum dengan
ilmu, dan model ini bersifat
dilakukan oleh beberapa
para tokoh dari dunia
kerja dan perusahaan. tidak demokratis,
kepala sekolah, dan telah karena prakarsa,
direvisi seperlunya, baru inisiatif dan
kurikulum tersebut arahan dilakukan
melalui garis staf
diimplementasikan
hirarkis dari atas
ke bawah, bukan
berdasarkan
kebutuhan dan
aspirasi dari
bawah ke atas;
3. pengalaman
menunjukkan
bahwa model ini
bukan alat yang
efektif dalam
perubahan
kurikulum secara
signifikan, karena
perubahan
kurikulum tidak
mengacu pada
perubahan
masyarakat,
melainkan
semata-mata
melalui
manipulasi
organisasi dengan
pembentukkan
macam-macam
kepanitian .
4. kelemahan utama
dari model
administratif
adalah
diterapkannya
konsep dua fase,
yakni konsep yang
mengubah
kurikulum lama
menjadi
kurikulum baru
secara uniform
melalui sistem
sekolah dalam dua
fase sendiri-
sendiri, yakni
penyiapan
dokumen
kurikulum baru,
dan fase
pelaksanaan
dokumen
kurikulum
tersebut.

2. The Grass Konsep pada model ini 1. Inisiatif pengembangan Kelebihan dari model iniPengembangan
Roots Model Inisiatif pengembangan adalah proses kurikulum yg
datangnya dari bawah
kurikulum model ini pengambilan keputusan bersifat Grass Roots
berada di tangan guru-guru (para pengajar) terletak pada pelaksana, Model mungkin
sebagai pelaksana mengikutsertakan pihak hanya berlaku untuk
2. Tim pengajar dari
kurikulum di sekolah, baik bawah khususnya para bidang studi tertentu
yang bersumber dari satu beberapa sekolah staff mengajar dan atau sekolah tertentu
sekolah maupun dari memungking terjadinya tetapi mungkin pula
ditambah narasumber
beberapa sekolah kompetensi di dalam dapat digunakan
sekaligus. Model ini lain dari orang tua meningkatkan mutu dan untuk bidang studi
didasarkan pada dua sistem sejenis pada sekolah
peserta didik atau
pandangan pokok. Model lain, atau
ini didasarkan pada dua masayarakat luas yang keseluruhan bidang
pandangan pokok. studi pada sekolah
relevan
atau daerah lain.
3. Pihak atasan Pengembangan
kurikulum yang
memberikan bimbingan
bersifat
dan dorongan desentralisasi dengan
model grass
4. Untuk pemantapan
rootsnya,
konseppengembangan memungkinkan
terjadinya kompetisi
yang telah dirintisnya
di dalam
diadakan lokakarya untuk meningkatkan mutu
dan sistem
mencari input yang
pendidikan yang
diperlukan pada gilirannya akan
melahirkan manusia-
manusia yang lebih
mandiri dan kreatif.
3. Beauchamp’s
Konsep kurikulum sebagai 1) Menetapkan wilayah Keuntungan model ini seperti halnya model
Model dokumen tertulis yang
atau arena yang akan adalah adanya administratif, adalah
memuat rencana untuk
pendidikan peserta didik dicakup oleh penegasan areana yang kurang pekanya
selama belajar di sekolah.
kurikulum tersebut. kiranya akan terhadap perubahan
Pengembangan kurikulum
merupakan bagian penting Wilayah tersebut bisa mempermudah dan masyarakat dan
dalam program pendidikan.
terjadi pada hanya memperjelas ruang kurang
Kurikulum dan silabus
perlu dijabarkan lebih satu sekolah, satu lingkup kegiatan. memperhatikan
lanjut agar dapat
kecamatan, keadaaan daerah yang
dioperasionalkan di sekolah
dan kelas. kabupaten, atau antara satu dengan
mungkin tingkat lainnya menuntutnya
provinsi dan tingkat ada kekhususan-
nasional. kekhususan tertentu.
2) Menetapkan orang-
orang yang akan
terlibat dalam proses
pengembangan
kurikulum. Ada
empat kategori orang
yang turut
berpartisipasi dalam
pengembangan
kurikulum, yaitu:
para ahli
pendidikan/kurikulu
m, para ahli
pendidikan dari
perguruan tinggi atau
sekolah, para
profesional dalam
sistem pendidikan,
profesional lain dan
tokoh-tokoh
masyarakat.
3) Menetapkan prosedur
yang akan ditempuh.
Menetapkan prosedur
yang akan ditempuh
dalam merumuskan
tujuan umum (standar
kompetensi) dan
tujuan khusus
(kompetensi dasar)
memilih isi dan
pengalaman belajar
serta menentukan
evaluasi.
4) Implementasi
kurikulum.
5) Melaksanakan
evaluasi kurikulum.
4. Taba’s Konsep model ini yaitu Prosedurnya yaitu a. Menghindari a. Latar belakang
Inverted Model ini dimulai dengan 1) Kelompok guru
kebingungan dimana pengalaman dan
Model melaksanakan eksperimen,
terlebih dahulu
diteorikan, kemudian para pendidik dan para kurangnya
diimplementasikan. Hal ini menghasilkan unit-
pengembang persiapan diri
dilakukan untuk
unit kuriikulum untuk
menyesuaikan antara teori kurikulum seorang pendidik
dan praktik, serta dieksperimenkan
memberikan suatu untuk berpikir dan
menghilangkan sifat
2) Uji coba unit-unit
keumuman dan jalan yang tidak mengembangkan
keabstrakan kurikulum eksperimen untuk
berbelit-belit dan pemikirannya
sebagaimana sering terjadi
menemukan validitas
apabila dilakukan tanpa mempunyai secara logis dan
kegiatan eksperimental. dan kelayakan
pendekatan waktu sistematis akan
pembelajaran
yang efisien sehingga mengalami
3) Merevisi hasil uji
bisa menemukan atau kesulitan dalam
coba dan
melakukan tugas menggunakan
mngonsolidasikan
kurikulum dengan model ini.
unit-unit kurikulum baik. b. Kurang jelasnya
4) Mengembangkan b. Dengan menekankan hakikat belajar
kerangka kerja pada peranan dan nilai mengajar, karena
teoritis tujuan-tujuan seringkali
5) Pengasemblingan dan (objectives), model ini pembelajaran
desiminasi hasil yang membuat para justru terjadi di
telah diperoleh. pengembang luar tujuan-tujuan
kurikulum bisa tersebut.
berpikir serius tentang c. Terlalu berlebihan
tugas mereka. menekankan pada
c. Dengan tata urutan formula hasil
pengembangan seperti
kurikulum dari tujuan, mementingkan
formulasi isi, aktivitas tujuan perilaku
belajar, sampai pada (behavior
evaluasi sejauh mana objectives).
tujuan-tujuan tersebut
dicapai, merupakan
daya tarik tersendiri
dari model ini.
Daftar Pustaka

Ahmad, M. Dkk. 1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. Arifin, S. Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Rosda.
E, Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Prakik. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai