Anda di halaman 1dari 4

Nama: Sheila Andrea Thomas

Nim: 2211021015

Prodi: Teknologi Pendidikan

Telaah Kurikulum

Pertemuan 4

MODEL MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengertian Model-model Pengembangan Kurikulum Menurut Lunenburg (2011) Pengembangan


kurikulum merupakan sebuah proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum yang
akhirnya menghasilkan sebuah rancangan kurikulum. Kata model secara etimologi memiliki arti
pola (acuan dan contoh dari sesuatu yang dibuat). Model kurikulum bisa diartikan juga sebagai
sebuah pendekatan atau pola apa yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum. Sehingga
dalam proses pengembangan kurikulum bisa terlaksana secara tepat guna, tepat sasaran, dan
tepat pembiayaannya.

Jenis dari Model-model Pengembangan Kurikulum

A. Tyler’s Behavioral Model Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles curriculum and
instruction (1949), Tyaler mengatakan bahwa Curriculum development needed to be treated
logically and systemically. Ia berupaya menjelaskan tentang pentingnya pendapat secara
rasional, menganalisis, menginterpretasi kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga
pendidikan. Kemudian beliau mengidentifikasi empat pertanyaan mendasar yang memerlukan
jawaban dan pengembangan untuk setiap kurikulum dan perencanaan pengajaran.

Pertanyaan pertanyaan tersebut adalah:

1. Tujuan pendidikan apakah yang harus dicapai sekolah lembaga pendidikan?

2. Pengalaman pendidikan apakah yang sangat perlu disediakan?

3. Bagaimanakah pengalaman pendidikan dapat diorganisasikan?

4. Bagaimana dapat diketahui dan ditentukan bahwa tujuan-tujuan tersebut telah

dicapai?

Pemikiran Ralph Tayler tersebut telah banyak mendasari dalam pengembangan kurikulum masa
sekarang. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum Tayler mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan. Pandangan ini yang menyarankan suatu pendekatan linier dalam pengembangan
kurikulum yang dikemukakan oleh Wheler 1967. Dia menyatakan bahwa proses pengembangan
kurikulum terdiri atas lima komponen yaitu, tujuan dan sarana, penentuan pengalaman belajar,
penentuan isi atau materi pelajaran, organisasi dan integrasi pengalaman proses belajar mengajar
dikelas, evaluasi terhadap efektifitas semua aspek dari komponen di atas dalam mencapai tujuan.

B. Taba’s Inverted Model

Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif
yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-
konsep yang secara deduktif. Taba berpendapat bahwa kurikulum seharusnya didesain oleh para
guru daripada diterima guru dari pemerintah. Selanjutnya, taba juga menyatakan bahwa para
guru seharusnya memulai proses pengembangan kurikulum dengan mendesain unit-unit
pembelajaran di sekolahnya bukan dari desain umum yang luas. Ada lima langkah
pengembangan kurikulum model taba, yaitu:

1. Mengadakan unit-unit eksperimen

Didalam eksperimen ini diadakan studi yang seksama mengenai hubungan antara teori dan
praktek. Dalam eksperimen ini Taba menggunakan satuan pelajaran. Satuan pelajaran ini
merupakan model yang harus lebih dulu diujicobakan.

2. Menguji unit eksperimen

Dalam langkah eksperimen diperoleh data tentang ketidaksempurnaan satuan pelajaran. Langkah
ini bermaksud untuk mengetahui validitas dan kepraktisan satuan pelajaran dalam berbagai
kondisi.

3. Mengadakan revisi dan konsolidasi

Dari langkah pengujian diperoleh beberapa data. Data tersebut digunakan untuk memperbaiki
dan menyempurnakan. Selain itu juga diadakan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang
hal-hal bersifat umum yang berlaku dilingkungan yang lebih luas. Setelah itu, satuan pelajaran
dapat dianggap mantap dan disebarkan ke berbagai sekolah.

4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum

Dari langkah awal sampai langkah ketiga, masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan
profesional kurikulum lainnya untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar dan landasan-
landasan teori sudah masuk dan sesuai.

5. Pelaksanaan dan penyebaran

Agar kurikulum dapat berjalan sesuai yang diinginkan perlu diadakan penataran guru-guru untuk
memperoleh penguasaan bahan dan keterampilan pelaksanaannya.

C. Saylor, Alexander, and Lewis’s Administrative Model


Galen Saylor dan kelompoknya mengadopsi pendekatan administrative, yaitu model sebuah
model karena inisiatif dan gagasanya datang dari para administrator pendidikan dan
rnenggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrator membentuk tim pengarah
dengan anggotanya yang terdiri dari ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para
tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tetapi, rencana kurikulum tidak dipahami sebagai sebuah
dokumen semata tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk bagianutama dari
kurikulum. Pengembangan kurikulum model ini disebut juga top down atau line staf, yaitu
pengembangan kurikulum dari atas. Karena datangnya dari atas, maka dalam pelaksanaan
kurikulum tersebut selama tahun-tahun pertama diperlukan adanya kegiatan monitoring,
pengamatan, dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaanya.

D. Beauchamp’s Managerial Model

Model pengembangan Beauchamp’s Managerial Model yang dikembangkan oleh George


Beauchamp ini mempunyai lima langkah pengembangan yaitu:

1. Menetapkan lingkup wilayah pengembangan, apakah suatu sekolah, daerah kecamatan,


kabupaten, provinsi, atau seluruh wilayah negara. Penetapan lingkup wilayah ini oleh kekuasaan
yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dan oleh tujuan pengembangan kurikulum.

2. Penetapan Personalia yang dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, yang diambil dari
beberapa kelompok yaitu para ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau guru-guru terpilih dari
sekolah, para profesional di bidang pendidikan, dan tokoh masyakat. Penetapan personalia
disesuaikan dengan wilayah pengembangan kurikulum yang akan dikembangkan, peran yang
akan dilakukan, alat, dan cara yang paling efektif melaksanakan peran itu.

3. Menetapkan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum yaitu berkaitan dengan


prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi
dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain
kurikulum.

4. Implementasi kurikulum yaitu untuk menjalankan atau mengaplikasikan kurikulum yang


membutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, disamping kesiapan
manajerial.

5. Evaluasi kurikulum, yang mencakup empat aspek yaitu

a. Evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru

b. Evaluasi desain kurikulum

c. Evaluasi hasil belajar siswa


d. Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi
itu digunakan untuk menyempurnakan sistem dan desain kurikulum, sebagai prinsip-prinsip
dasar untuk melaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai