Nim: 2211021015
Telaah Kurikulum
Pertemuan 4
A. Tyler’s Behavioral Model Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles curriculum and
instruction (1949), Tyaler mengatakan bahwa Curriculum development needed to be treated
logically and systemically. Ia berupaya menjelaskan tentang pentingnya pendapat secara
rasional, menganalisis, menginterpretasi kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga
pendidikan. Kemudian beliau mengidentifikasi empat pertanyaan mendasar yang memerlukan
jawaban dan pengembangan untuk setiap kurikulum dan perencanaan pengajaran.
dicapai?
Pemikiran Ralph Tayler tersebut telah banyak mendasari dalam pengembangan kurikulum masa
sekarang. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum Tayler mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan. Pandangan ini yang menyarankan suatu pendekatan linier dalam pengembangan
kurikulum yang dikemukakan oleh Wheler 1967. Dia menyatakan bahwa proses pengembangan
kurikulum terdiri atas lima komponen yaitu, tujuan dan sarana, penentuan pengalaman belajar,
penentuan isi atau materi pelajaran, organisasi dan integrasi pengalaman proses belajar mengajar
dikelas, evaluasi terhadap efektifitas semua aspek dari komponen di atas dalam mencapai tujuan.
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif
yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh konsep-
konsep yang secara deduktif. Taba berpendapat bahwa kurikulum seharusnya didesain oleh para
guru daripada diterima guru dari pemerintah. Selanjutnya, taba juga menyatakan bahwa para
guru seharusnya memulai proses pengembangan kurikulum dengan mendesain unit-unit
pembelajaran di sekolahnya bukan dari desain umum yang luas. Ada lima langkah
pengembangan kurikulum model taba, yaitu:
Didalam eksperimen ini diadakan studi yang seksama mengenai hubungan antara teori dan
praktek. Dalam eksperimen ini Taba menggunakan satuan pelajaran. Satuan pelajaran ini
merupakan model yang harus lebih dulu diujicobakan.
Dalam langkah eksperimen diperoleh data tentang ketidaksempurnaan satuan pelajaran. Langkah
ini bermaksud untuk mengetahui validitas dan kepraktisan satuan pelajaran dalam berbagai
kondisi.
Dari langkah pengujian diperoleh beberapa data. Data tersebut digunakan untuk memperbaiki
dan menyempurnakan. Selain itu juga diadakan konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan tentang
hal-hal bersifat umum yang berlaku dilingkungan yang lebih luas. Setelah itu, satuan pelajaran
dapat dianggap mantap dan disebarkan ke berbagai sekolah.
Dari langkah awal sampai langkah ketiga, masih harus dikaji oleh para ahli kurikulum dan
profesional kurikulum lainnya untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar dan landasan-
landasan teori sudah masuk dan sesuai.
Agar kurikulum dapat berjalan sesuai yang diinginkan perlu diadakan penataran guru-guru untuk
memperoleh penguasaan bahan dan keterampilan pelaksanaannya.
2. Penetapan Personalia yang dilibatkan dalam pengembangan kurikulum, yang diambil dari
beberapa kelompok yaitu para ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau guru-guru terpilih dari
sekolah, para profesional di bidang pendidikan, dan tokoh masyakat. Penetapan personalia
disesuaikan dengan wilayah pengembangan kurikulum yang akan dikembangkan, peran yang
akan dilakukan, alat, dan cara yang paling efektif melaksanakan peran itu.