Disusun Oleh:
Kelompok 12
Banyak kendala yang muncul dalam penyelesaian makalah ini. Namun karena
kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 6
3.2 Saran....................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 7
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Hadis juga disebut sunnah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrîr (ketetapan/sifat). Ketika
Nabi Muhammad saw hidup, ajaran-ajaran Allah tercermin dalam kehidupan beliau
sehari-hari. Sementara sesudah beliau wafat, ajaran-ajaran Allah tercermin dalam hadis yang
beliau tinggalkan. Islam sebagai agama yang paling lengkap, sangat memperhatikan masalah
kesehatan dengan perhatian yang sangat besar. Salah satu ajaran-ajaran Islam adalah anjuran
hidup bersih dan sehat. Islam menganjurkan agar kita memperhatikan kebersihan sebagai
salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap
yang tidak dapat ditandingi oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai ibadah
dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Bahkan Islam mengkategorikan
kebersihan sebagai salah satu kewajiban setiap muslim. Sebagaimana firman Allah swt.
dalam Q.S. at-Taubah/ 2:108.
Kebersihan adalah sesuatu yang disukai manusia. Semua bangsa, dan ragam rumpun
dan keyakinannya, mengajarkan kebersihan sebagai satu prinsip yang positif atau nilai yang
ingin mereka pertahankan. Kebersihan, dalam pandangan mereka, adalah memperhatikan
penampilan luar manusia maupun berbagai hal yang lain. Sedang Islam, dalam konteks
kebersihan memberikan perhatian pada aspek dalam dan luarnya. Karena itu Islam
menyerukan kebersihan dan kesucian fisik maupun nonfisik. Memperhatikan masalah
kebersihan adalah salah satu unsur penting dalam perilaku beradab. Islam menganggap
kebersihan sebagai suatu sistem peradaban dan ibadah. Karena itu, kebersihan menjadi
1
bagian dari kehidupan sehari-hari seorang muslim. Kebersihan pun juga sangat diperhatikan
oleh Nabi saw khususnya kebersihan gigi dan mulut, sebagaimana sabda Rasulullah saw: ٍ
Seperti dalam teks hadis tadi walaupun khusus sesudah minum susu. Karena mulut
merupakan tempat dimana keluarnya lafaz puji-pujian kepada Allah dan Rasulnya, tempat
membaca Alquran, membaca hadis dan lain sebagainya. Oleh karena itulah berkumur atau
membersihkan gigi sangatlah penting untuk dilakukan, dengan tujuan agar kebersihan gigi
dan mulut terjaga. Oleh sebab itu, seorang muslim tidak boleh menelantarkan/melalaikan
kebutuhan tubuhnya, agar terhindar dari berbagai penyakit.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Adapun makna berkumur itu dalam pengertian syariat adalah seseorang memasukkan
air ke dalam mulutnya kemudian memutar-mutarnya dalam mulut lalu menyemprotkannya
keluar. Namun pendapat yang masyhur dari golongan Syafi'i tidak mensyaratkannya untuk
menggerak-gerakkan air dan tidak pula menyemprotkannya, akan tetapi ini adalah pandangan
yang cukup aneh. Barangkali yang mereka maksudkan bahwa air yang ada dalam mulut itu
tidak harus disemprotkan. Bahkan andaikata seseorang menelan air tersebut atau
membiarkannya hingga mengalir keluar dengan sendirinya, maka hal itu telah mencukupi
baginya.19 Membersihkan gigi dan mulut bisa juga dengan cara mengggosok gigi, karena
dengan menggosok gigi pastilah juga akan berkumur
Berkumur yaitu ketika wudhu diajarkan Allah melalui RasulNya Sholallahu alaihi wasallam.
Cara beliau melaksanakannya diriwayatkan melalui beberapa hadits dan riwayat. Dari Laqith
bin Shabirah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika engkau ingin berwudhu, maka berkumur-kumur lah (madh-madha).” (HR. Abu Daud,
no. 144. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
Ibnul Qayyim menyebutkan, Ketika berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung
(istinsyaq), terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan satu cidukan tangan,
terkadang dengan dua kali cidukan dan terkadang pula dengan tiga kali cidukan. Namun
beliau menyambungkan (tidak memisah) antara kumur-kumur dan istinsyaq. Beliau
menggunakan separuh cidukan tangan untuk mulut dan separuhnya lagi untuk hidung.
Sebagaimana disebutkan dalam shahihain (Kitab yang berisi hadits hadits shahih karya Imam
Bukhari dan Muslim): dari ‘Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tamadh-madho (berkumur-kumur) dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung)
melalui air satu telapak tangan dan seperti ini dilakukan tiga kali. (Hadits Riwayat Bukhari
dan Muslim). Dalam lafazh yang lain disebutkan bahwa tamadh-madho (berkumur-kumur)
dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung) melalui tiga kali cidukan. Inilah riwayat yang
lebih shahih dalam masalah kumur-kumur dan istinsyaq. Tidak ada satu hadits shahih pun
yang menyatakan bahwa kumur-kumur dan istinsyaq dipisah. Kecuali ada riwayat dari
3
Tholhah bin Mushorrif dari ayahnya dari kakeknya yang mengatakan bahwa dia melihat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memisah antara kumur-kumur dan istinsyaq (Dikeluarkan oleh
Abu Daud. Namun terdapat seorang periwayat yang dho’if dan Mushorrif –ayah Tholhah- itu
majhul. Lihat catatan kaki Zaadul Ma’ad, hal. 192.). Disebut madh-madha, yang dimaksud
adalah memasukkan air dalam mulut sambil digerak-gerakkan (berarti berkumur-kumur).
Sedangkan istinsyaq adalah memasukkan air ke dalam hidung. Beberapa kesimpulan
mengenai berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung dari Ibnul Qayyim sebagai
berikut.
Dari segi kesehatan, berkumur dengan air dapat meningkatkan PH saliva. Sebagaimana kita
tahu, PH saliva yang rendah (asam) dapat meningkatkan risiko karies gigi. Dengan berkumur
setelah makan, dapat secara instan mengurangi tingkat keasaman mulut dalam hal ini PH
akan meningkat. Asal kata berkumur dalam bahasa Arab adalah “madhmadh” yang artinya
secara bahasa adalah menggerak-gerakkan. Misalnya dikatakan, “madhmadh anna„âsi fî
„ainihi” artinya kedua matanya bergerak karena rasa kantuk, kemudian kata tersebut menjadi
masyhur dipakai untuk menamakan perbuatan seseorang yang memasukkan air ke dalam
mulutnya lalu menggerak-gerakkannya. Makna berkumur itu dalam pengertian syariat adalah
seseorang memasukkan air ke dalam mulutnya kemudian memutar-mutarnya dalam mulut
lalu menyemprotkannya keluar.
4
sudah barang tentu akan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang terselip diantara gigi.
Sedangkan lidah yang letaknya berada dalam mulut, adalah salah satu dasar diagnosa dalam
ilmu akupuntur. Darinya dapat diketahui pertanda penyakit yang baru timbul dan patogen
yang masih dangkal. Dan sudah barang tentu lidah bisa menyebabkan seseorang selamat dan
juga celaka di dunia dan akhirat. Dengan demikian pensyariatan berkumur ketika berwudhu
dapat memberikan kesehatan holistik.
Secara jasmani akan memberikan kesehatan pada rongga mulut dari kotoran sisa-sisa
makanan dan minuman, serta sisa-sisa metabolisme. Kemudian secara rohani, karena salah
satu fungsi lidah untuk berkomunikasi, jangankan berkomunikasi dengan Allah, jika kita
berkomunikasi dengan sesama manusia pun kita akan merasa tidak percaya diri jika mulut
kita dalam keadaan tidak bersih. wudhu sebagai syarat untuk melakukan salat, dan salat
adalah sarana komunikasi seorang hamba terhadap Sang Pencipta, dan sepatutnya mulut kita
dalam keadaan bersih.
1. Perawatan mulut dan gigi secara rutin yang dapat kita lakukan dengan cara : Sikat
Gigi secara rutin 2-3 kali sehari, gerakan menyikat lembut selama 2-3 menit,
menggunakan bulu sikat yang medium/soft serta pemilihan pasta gigi yang
mengandung fluoride
2. Kumur sebanyak 3-4 kali setiap kali menyikat gigi/ sesudah makan, hindari berkumur
dengan bahan-bahan yang mengandung alkohol, untuk Obat kumur anti bakteri dapat
digunakan 2-4 kali setiap hari untuk mengatasi masalah pada gusi/ disesuaikan
kebutuhan
3. Kontrol 6 bulan sekali ke dokter gigi
5
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadis juga disebut sunnah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrîr (ketetapan/sifat). Asal kata berkumur
dalam bahasa Arab adalah “madhmadh” yang artinya secara bahasa adalah
menggerak-gerakkan. Misalnya dikatakan, “madhmadh anna„âsi fî „ainihi” artinya kedua
matanya bergerak karena rasa kantuk, kemudian kata tersebut menjadi masyhur dipakai untuk
menamakan perbuatan seseorang yang memasukkan air ke dalam mulutnya lalu
menggerak-gerakkannya. Adapun makna berkumur itu dalam pengertian syariat adalah
seseorang memasukkan air ke dalam mulutnya kemudian memutar-mutarnya dalam mulut
lalu menyemprotkannya keluar. Namun pendapat yang masyhur dari golongan Syafi'i tidak
mensyaratkannya untuk menggerak-gerakkan air dan tidak pula menyemprotkannya, akan
tetapi ini adalah pandangan yang cukup aneh. Barangkali yang mereka maksudkan bahwa air
yang ada dalam mulut itu tidak harus disemprotkan. Bahkan andaikata seseorang menelan air
tersebut atau membiarkannya hingga mengalir keluar dengan sendirinya, maka hal itu telah
mencukupi baginya. Membersihkan gigi dan mulut bisa juga dengan cara mengggosok gigi,
karena dengan menggosok gigi pastilah juga akan berkumur. Berkumur yaitu ketika wudhu
diajarkan Allah melalui RasulNya Sholallahu alaihi wasallam.
3.2 Saran
1. Kita berkumur pada saat berwudhu itu wajib
2. Berkumur pada saat bulan puasa tidak dapat membatalkan puasa apabila tidak tertelan
6
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/view/466
Yûsuf al-Qardhâwî, Pengantar Studi Hadis, terj. Agus Suyadi Raharusun dan Dede
Rodi, (t.t: CV Pustaka Setia, 2007), h. 20.
Ali Mushtofa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 35.
Ahmad Al-Basyuni, Syarah Hadis Cuplikan Dari Sunnah Nabi Muhammad Saw,
(Bandung: Trigenda Karya, 1994), h. 336.
Muzalifah, Hadis Tentang Siwak ; Studi Fiqh al-Hadîts, (Banjarmasin: IAIN Antasari,
2013), h. 1-2.