Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FIQIH IBADAH (THAHARAH)

Disusun Oleh:
Aditya Kurniawan (12250511320)
M. Handrainil Ibrar (12250511004)
Sayyid Robbi Al Hibban (12250510344)

Dosen Pengampu:
Arif Marsal, Lc.,M.A.

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sholawat serta salam tak lupa pula kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad ‫ﷺ‬, yang telah membawa cahaya islam
dan menerangi dunia dengan cahaya islam.

Berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa
makalah ini dengan tepat waktu. Adapun makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata
kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Makalah ini dibuat agar para
pembaca bisa mengetahui apa pembahasan berkaitan dengan tema yang akan dibahas .Tak
lupa pula, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Arif Marsal, Lc.,M.A. selaku dosen
pengampu yang telah membimbing kami dengan memberikan banyak masukan ilmu, waktu,
semangat, pengarahan ini.

Kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi masyarakat umum, para pembaca dan juga bagi penulis
sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita semua berada dalam keridhoan-Nya
dalam menempuh hidup ini. Aamiin

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pekanbaru, 7 April 2023

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3

A. Pengertian Thaharah dalam Islam dan Pentingnya Thaharah dalam Menjalankan Ibadah. 3

B. Jenis dan Macam, Syarat Sah, Hukum, dan Tata Cara Thaharah........................................6

C. Cara Menjaga Kebersihan dan Kebersihan Lingkungan dalam Konteks Thaharah..........11

D. Cara Mengatasi Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Thaharah..................................11

E. Pentingnya Thaharah Dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Cara Mengamalkannya..........12

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ibadah merupakan aspek penting dalam kehidupan seorang muslim. Sebagai umat Islam,
kita diwajibkan untuk menjalankan ibadah dengan benar dan sesuai dengan ajaran agama.
Salah satu ibadah yang paling penting dan mendasar dalam Islam adalah thaharah atau
bersuci. Thaharah merupakan syarat sah dalam menjalankan ibadah seperti shalat dan puasa.
Oleh karena itu, pemahaman tentang thaharah sangat penting bagi seorang muslim.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan dengan benda-benda yang kotor
atau najis, seperti kotoran manusia atau hewan, darah, air seni, dan sebagainya. Kotoran atau
najis ini dapat mengganggu kebersihan tubuh dan menghalangi kita dalam menjalankan
ibadah. Oleh karena itu, Islam mengajarkan cara untuk membersihkan diri dari najis atau
hadas dengan cara thaharah.

Selain itu, thaharah juga dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kebersihan tubuh.
Dalam menjalankan thaharah, seseorang diharuskan untuk membersihkan setiap bagian tubuh
dengan benar dan secara teratur, sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit dan menjaga
kebersihan tubuh.

Namun, dalam menjalankan thaharah terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai


tata cara atau syarat sah dalam melakukan thaharah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mempelajari dan memahami fiqih ibadah thaharah secara benar dan sesuai dengan ajaran
agama. Dengan begitu, kita dapat menjalankan ibadah dengan benar dan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Thaharah dalam agama Islam dan mengapa Thaharah sangat penting
dalam melaksanakan ibadah?
2. Apa saja dalil-dalil dalam agama Islam yang menjadi dasar Thaharah?
3. Apa saja hukum-hukum dalam Thaharah dan bagaimana tata cara Thaharah?
4. Bagaimana cara melakukan wudhu dan mandi junub yang benar sesuai dengan ajaran
agama Islam?
5. Apa saja perbedaan antara wudhu dan mandi junub dalam Thaharah?

1
6. Bagaimana cara menjaga kebersihan dan kebersihan lingkungan dalam konteks
Thaharah?
7. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala dalam melaksanakan Thaharah, seperti
tidak memiliki air bersih atau keterbatasan fisik?
8. Bagaimana pentingnya Thaharah dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara
mengamalkannya dengan konsisten?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan pengertian, cara-cara


melakukan, syarat-syarat sah dalam thaharah, serta hukum-hukum yang berkaitan dengan
thaharah dalam ajaran Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya thaharah dalam ibadah Islam, serta
bagaimana mengatasi kesulitan dalam melakukan thaharah. Dengan demikian, diharapkan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam memperdalam pemahaman
mengenai fiqih ibadah thaharah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah dalam Islam dan Pentingnya Thaharah dalam
Menjalankan Ibadah

1. Pengertian Thaharah dalam Islam

Adapun definisi thaharah (‫ )الَّطَهاَر ُة‬menurut bahasa atau etimologi adalah :

‫ والنزاهة من األقذار‬،‫النظافة‬

Bersih dan suci dari kotoran1

Adapun definisi thaharah secara istilah atau terminologi adalah :

‫ وزوال الَخ َبث‬،‫رفع الَح َدث‬

Mengangkat hadats dan menghilangkan najis

Thaharah adalah salah satu bagian dari ibadah dalam agama Islam yang sangat penting.
Thaharah merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebersihan dan
kemurnian seseorang baik secara lahir maupun batin. Kebersihan dan kemurnian ini meliputi
segala aspek dari tubuh, pakaian, lingkungan, dan makanan yang dikonsumsi. Oleh karena
itu, memahami pengertian thaharah dalam Islam sangatlah penting bagi umat Muslim dalam
menjalankan ibadah dan aktivitas sehari-hari.

Menurut pendapat Imam Nawawi, dalam kitabnya Al-Majmu’, thaharah memiliki arti
pembersihan atau membersihkan diri dari najis baik secara lahir maupun batin. Secara umum,
thaharah merupakan bagian dari ibadah yang sangat penting dalam Islam. Dalam surat Al-
Maidah ayat 6, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” Ayat ini menjelaskan bahwa
seorang muslim harus membersihkan diri secara lahiriah sebelum mengerjakan ibadah shalat.

Pengertian thaharah sendiri dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 6,

1
Fiqih Muyassar fi Dhou’il-Kitab was-Sunnah, hlm 1

3
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah...”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seorang Muslim harus membersihkan diri sebelum
melaksanakan shalat, dan jika seseorang dalam keadaan junub, maka ia harus mandi untuk
membersihkan diri sebelum melaksanakan shalat.

Selain itu, Hadis Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan tentang pentingnya thaharah
dalam Islam. Dalam Hadis riwayat Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Agama
itu bersih dan bersihlah kalian semua.” Hadis tersebut menjelaskan bahwa agama Islam itu
bersih, dan sebagai umat Muslim, kita juga harus selalu menjaga kebersihan dan kemurnian
dalam semua aspek kehidupan.

Pada dasarnya, thaharah dibagi menjadi dua bagian, yaitu thaharah besar (al-ghusl) dan
thaharah kecil (wudhu). Thaharah besar dilakukan ketika seorang muslim membutuhkan
mandi wajib karena telah mengalami hadats besar, seperti haid, nifas, atau setelah bersetubuh.
Sedangkan thaharah kecil dilakukan ketika seorang muslim ingin melakukan ibadah seperti
shalat atau membaca Al-Quran.

Pengertian thaharah dalam Islam juga berkaitan dengan konsep taqwa. Taqwa merupakan
salah satu prinsip utama dalam Islam yang mengacu pada kesadaran seseorang akan
kehadiran Allah SWT dan ketaatan terhadap segala perintah-Nya. Oleh karena itu, menjaga
kebersihan dan kemurnian diri merupakan salah satu bentuk dari taqwa, karena hal tersebut
menunjukkan ketaatan terhadap perintah Allah SWT.

Dalam praktiknya, thaharah dalam Islam diwujudkan dalam beberapa bentuk ibadah
seperti wudhu, mandi junub, dan membersihkan najis. Ketiga bentuk ibadah tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan diri dari kotoran dan najis agar bisa melakukan
ibadah secara bersih dan suci. Selain itu, thaharah juga terkait dengan pola hidup sehat dan
bersih, karena menjaga kebersihan dan kemurnian diri juga membantu mencegah penyakit
dan memperkuat kesehatan tubuh.

Dalam konteks fiqih ibadah, pengertian thaharah menjadi dasar dalam menentukan
syarat-syarat sahnya suatu ibadah. Misalnya, wudhu dan mandi junub merupakan syarat
sahnya shalat dan puasa, sehingga menjaga kebersihan diri dalam hal ini sangatlah penting.

4
2. Pentingnya Thaharah dalam Beribadah

Pentingnya thaharah atau kesucian dalam menjalankan ibadah di dalam agama Islam
tidak dapat diabaikan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW,

‫الُّطُهوُر َش ْطُر اِإل يَم اِن‬


"Thaharah adalah setengah dari iman" (HR. Muslim).

Pentingnya thaharah dalam menjalankan ibadah juga terkait dengan makna thaharah itu
sendiri. Thaharah berasal dari kata taharah yang artinya membersihkan, menyucikan, atau
membersihkan dari kotoran atau najis. Dalam konteks ibadah, thaharah berarti membersihkan
diri dari segala bentuk kotoran atau najis sehingga dapat mempersiapkan diri untuk
melakukan ibadah dengan baik dan benar.

Menjaga thaharah dalam ibadah juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT
sebagai Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Bersih. Dalam Al-Quran, Allah SWT
memerintahkan umat Islam untuk menjaga kesucian diri dan lingkungan sekitarnya, seperti
dalam surat Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi,

‫ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب الَّتَّو اِبْيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر ْيَن‬

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang


yang mensucikan diri."

Selain itu, menjaga thaharah juga merupakan bagian dari ketaatan terhadap Rasulullah
SAW yang selalu mencontohkan cara menjaga kesucian dalam ibadahnya.

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa menjaga thaharah adalah
salah satu bentuk perintah Allah SWT yang harus ditaati. Dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda,

"Allah SWT mencintai hamba-Nya yang suci dan bersih, baik dalam perbuatan, ucapan,
maupun dalam pikiran" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan menjaga thaharah dalam menjalankan ibadah, umat Islam juga dapat memperoleh
banyak manfaat. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW,
menjaga thaharah dapat membantu memperkuat iman dan memperbaiki akhlak. Selain itu,
thaharah juga dapat membantu melindungi kesehatan tubuh dan mencegah terjadinya
penyakit, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

5
Dalam Islam, menjaga kesucian diri juga merupakan bentuk penghormatan kepada diri
sendiri dan orang lain. Hal ini karena dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar,
seseorang dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi orang lain. Selain itu, menjaga
thaharah juga dapat membantu memperkuat hubungan dengan orang lain, terutama dengan
keluarga dan masyarakat sekitar.

B. Jenis dan Macam, Syarat Sah, Hukum, dan Tata Cara Thaharah

1. Jenis dan Macam

Thaharah ada dua jenis, yaitu thaharah indrawi dan thaharah maknawi. Syaikh Shalih Al-
Fauzan mendefinisikan thaharah adalah bersih dan suci dari kotoran baik itu indrawi maupun
maknawi, beliau berkata :

‫ومعنى الطهارة لغة النظافة والنزاهة عن األقذار الحسية والمعنوية‬

Thaharah secara bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran baik secara indrawi maupun
maknawi.2

1. Pertama : Thaharah Indrawi

Thaharah Indrawi adalah bersuci yang dilakukan dengan menghilangkan hadats dan najis.
Thaharah indrawi ada dua macam yaitu :

a. Thaharah Hukmiyyah (Bersuci dari Hadats)


b. Thaharah Haqiqiyyah (Bersuci dari Najis)

Bersuci dari Hadats : Hadats adalah sebuah keadaan atau sifat yang menempel pada
badan seseorang dimana ia terhalang dari ibadah shalat dan ibadah lainnya yang
mempersyaratkan suci dari hadats. Hadats sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

 Hadats Besar
 Hadats Kecil

Adapun hadats besar adalah hadats yang ada pada seluruh tubuh. Diantara penyebabnya
adalah : berhubungan seksual, haid, nifas, dsb.

Sedangkan hadats kecil adalah hadats yang ada pada anggota wudhu. Hadats ini
disebabkan oleh : buang air kecil, buang air besar, kentut, keluar air madzi dan lain-lain.

2
Mulakhosh Al-Fiqhiy, hlm 16

6
Bersuci dari Najis : Najis adalah benda menjijikkan atau kotor menurut syariat yang
menghalangi seseorang dari sahnya shalat. Apabila seseorang terdapat benda najis yang
menempel pada badan, pakaian, ataupun tempat shalatnya maka shalatnya tidak sah dan
sebelum shalat hendaknya ia sucikan terlebih dahulu. Adapun benda-benda najis tergolong
menjadi tiga :

 Najis Mugholadzoh (Najis Berat) : seperti air liur anjing.


 Najis Mutawasitthoh (Najis Pertengahan) : seperti air kencing dan tinja manusia
serta hewan yang tidak dimakan dagingnya seperti tikus, kucing dsb, bangkai
(kecuali kulitnya yang sudah disamak), air madzi, air wadi, sesuatu yang
menjijikkan dan banyak seperti darah yang mengucur, darah haid, nanah,
muntahan dsb.
 Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) : seperti air kencing bayi laki-laki yang belum
makan.
2. Kedua : Thaharah Maknawi

Thaharah Maknawi yaitu mensucikan hati dari segala dosa dan maksiat baik itu syirik,
dengki, sombong, ujub, riya, dendam dan segala sesuatu yang mengotorinya. Thaharah ini
jauh lebih penting karena thaharah indrawi tidak akan terwujud kecuali suci dari syirik. Allah
ta’ala berfirman :

‫ِإَّنَم ا اْلُم ْش ِر ُك وَن َنَج ٌس‬

Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis [QS. At-Taubah : 28].

2. Syarat Sah

Diwajibkan thaharah bagi orang yang diwajibkan shalat, dan itu ada 10 syarat, yaitu:

a. Islam

Ada juga yang mengatakan ‘sampainya dakwah’. Dalam hal ini, ada yang berpendapat
orang kafir tidak diwajibkan, ada yang berpendapat tetap diwajibkan. Perbedaan pendapat ini
lahir dari perbedaan pendapat yang lebih mendasar, yaitu ‘diserunya orang-orang kafir untuk
melaksanakan cabang-cabang syari’ah’.

b. Berakal

7
Tidak wajib thaharah bagi orang gila dan orang pingsan, kecuali mereka kembali sadar
saat tiba waktu shalat. Sedangkan orang mabuk tidak gugur kewajiban thaharahnya.

c. Baligh

Tandanya ada 5, yaitu: (a) mimpi basah, (b) tumbuh rambut kemaluan, (c) haidh, (d)
hamil, dan (e) mencapai usia baligh, yaitu 15 tahun, ada juga yang berpendapat 17 tahun,
Abu Hanifah mengatakan 18 tahun. Tidak wajib thaharah bagi anak kecil.

d. Berhentinya Darah Haidh atau Nifas

e. 5. Masuk Waktu Shalat


f. Tidak Tidur, Lupa Atau Dipaksa Untuk Tidak Thaharah.

Menurut ijma’, orang yang tidur, lupa dan dipaksa wajib meng-qadha’ apa yang
tertinggal.

g. Terdapat Air atau Tanah yang Suci

Jika keduanya tidak ada, ada yang berpendapat ia tetap harus shalat tanpa bersuci dan
kemudian ia harus meng-qadha’-nya. Ada juga yang berpendapat tidak perlu meng-qadha’.
Dan ada juga yang berpendapat ia tidak perlu shalat dan harus meng-qadha’-nya.

h. Memiliki kemampuan untuk Melakukannya

3. Hukum

a. Hukum Thaharah dalam Al Quran


 Perintah bersuci sebelum shalat, bersuci dari junub, dan bertayamum.
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ُقْم ُتْم ِاَلى الَّص ٰل وِة َفاْغ ِس ُلْو ا ُوُجْو َهُك ْم َو َاْيِدَيُك ْم ِاَلى اْلَم َر اِفِق َو اْمَس ُحْو ا‬
‫ِبُرُءْو ِس ُك ْم َو َاْر ُج َلُك ْم ِاَلى اْلَكْع َبْيِۗن َو ِاْن ُكْنُتْم ُج ُنًبا َفاَّطَّهُرْو ۗا َو ِاْن ُكْنُتْم َّم ْر ٰٓض ى َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َاْو‬
‫َج ۤا َء َاَح ٌد ِّم ْنُك ْم ِّم َن اْلَغ ۤا ِٕىِط َاْو ٰل َم ْس ُتُم الِّنَس ۤا َء َفَلْم َتِج ُد ْو ا َم ۤا ًء َفَتَيَّمُم ْو ا َص ِع ْيًدا َطِّيًبا َفاْمَس ُحْو ا‬
‫ِبُوُجْو ِهُك ْم َو َاْيِد ْيُك ْم ِّم ْنُهۗ َم ا ُيِرْيُد ُهّٰللا ِلَيْج َعَل َع َلْيُك ْم ِّم ْن َحَر ٍج َّو ٰل ِكْن ُّيِر ْيُد ِلُيَطِّهَر ُك ْم َو ِلُيِتَّم ِنْع َم َتٗه‬
‫َع َلْيُك ْم َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,

8
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.” (QS.Al Maidah: 6).
 Perintah menjaga kebersihan pakaian.
‫َو ِثَياَبَك َفَطِّهْۖر‬
“Dan, pakaianmu bersihkanlah” (QS.Al Muddatsir: 4).
 Ayat tentang haid dan kecintaan Allah pada hamba yang bertaubat dan
mensucikan diri.
‫َو َيْس َٔـُلْو َنَك َع ِن اْلَم ِح ْيِضۗ ُقْل ُهَو َاًذ ۙى َفاْعَتِز ُلوا الِّنَس ۤا َء ِفى اْلَم ِح ْيِۙض َو اَل َتْقَر ُبْو ُهَّن َح ّٰت ى َيْط ُهْر َن‬
‫ۚ َفِاَذ ا َتَطَّهْر َن َفْأُتْو ُهَّن ِم ْن َح ْيُث َاَم َر ُك ُم ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب الَّتَّو اِبْيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر ْيَن‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.Al Baqarah: 222).
b. Hukum Thaharah dalam As-Sunnah
 Ali bin Abi Thalib menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kunci shalat itu
adalah bersuci, dan yang mengharamkannya (semua perbuatan yang boleh di luar
shalat) adalah takbir (takbiratul ihram), sedangkan yang menghalalkannya
(kembali) adalah salam” (HR.Abu Dawud).
 Ibnu ‘Umar berkata, “Sungguh aku telah mendengar Rasulullah bersabda, “Shalat
tidak diterima tanpa bersuci. Dan shadaqah tidak diterima dari ghulul
(pengkhianatan)”” (HR.Muslim).
 Rasulullah bersabda, “Bersuci itu separuh keimanan, ‘Alhamdulillah’ memenuhi
timbangan, ‘subhanallah dan alhamdulillah’ memenuhi antara langit-langit dan
bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar adalah sinar, dan Al-
Qur`an adalah hujjah bagimu atau hujatan atasmu. Setiap manusia keluar di pagi
hari, maka ada yang menjual dirinya lalu membebaskannya atau
membinasakannya.” (HR.Muslim).

9
 Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah tidak menerima
shalat seseorang di antara kalian jika berhadas hingga ia berwudhu.”
(HR.Bukhari).

4. Tata Cara

Adapaun tata cara yang harus dilakukan seseorang saat ingin mensucikan diri atau thaharah,
meliputi:

a. Mandi Wajib

Istilah mandi wajib dalam thaharah yaitu mengalirkan air ke seluruh tubuh dari ujung kepala
hingga kaki. Mandi wajib ini harus dibarengi dengan membaca niat berikut ini:

‫َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل ِلَر ْفِع ْالَح َد ِث ْاَألْك َبِر ِم َن ْاِلجَناَبِة َفْر ًضا ِهلِل َتَع اَلى‬

Nawaitul ghusla liraf'il-hadatsil-akbari fardhal lillaahi ta'aala

Artinya: "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena
Allah ta'ala."

Menurut madzhab Syafi'i, saat membaca niat harus dibarengi dengan menyiram tubuh dengan
air secara merata. Untuk bagian tubuh yang berbulu atau berambut, harus menggunakan air
mengalir.

b. Berwudhu’

Thaharah dengan berwudhu digunakan untuk menghilangkan hadas kecil ketika akan sholat.
Orang yang hendak melaksanakan sholat, sudah wajib hukumnya melakukan wudhu. Wudhu
merupakan syarat sah pelaksanaan sholat.

Thaharah dengan berwudhu juga sama halnya dengan mandi wajib, yang diawali dengan
membaca niat yang berbunyi:

‫َنَو ْيُت اْلُوُضْو َء ِلَر ْفِع اْلَح َد ِث ْاَالْص َغ ِر َفْر ًض ِاِهلل َتَع اَلى‬

Nawaitul wudhuu'a liraf'il-hadatsil-ashghari fardhal lillaahi ta'aalaa.

Artinya: "Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah."

c. Tayamum

10
Thaharah tayamum merupakan cara bersuci untuk menggantikan mandi dan wudhu apabila
sedang tidak ada air. Syarat tayamum adalah menggunakan tanah yang suci, tidak tercampur
benda lain. Tayamum di awali dengan niat yang berbunyi:

‫َنَو ْيُت الَّتَيُّم َم ِال ْس ِتَباَح ِة الَّص َالِة َفْر ًض ِ ِهلل َتَع اَلى‬

Nawaitut tayammuma lisstibaahatishsholaati fardhol lillaahi taala

Artinya: "Saya niat tayamum agar diperbolehkan melakukan fardu karena Allah."

C. Cara Menjaga Kebersihan dan Kebersihan Lingkungan dalam


Konteks Thaharah

Thaharah tidak hanya berkaitan dengan kebersihan diri, namun juga berkaitan dengan
kebersihan lingkungan. Dalam Islam, menjaga kebersihan dan kebersihan lingkungan
merupakan salah satu tindakan yang sangat dianjurkan. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi
Muhammad SAW, "Bersih itu dari segala najis" (HR Muslim).

Salah satu cara menjaga kebersihan lingkungan adalah dengan tidak membuang sampah
sembarangan. Sampah yang tidak dibuang dengan benar dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan dan bahkan menyebabkan penyakit. Dalam Islam, membuang sampah
sembarangan juga dianggap sebagai dosa karena dapat membahayakan kesehatan dan
kebersihan lingkungan.

Selain itu, dalam konteks Thaharah, menjaga kebersihan lingkungan juga berkaitan
dengan penggunaan air. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat penting dan
harus dijaga kebersihannya. Dalam Islam, penggunaan air harus dilakukan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. Dalam hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah
kamu membuang air kecil di tempat terbuka dan janganlah kamu membersihkan diri dengan
batu atau tulang" (HR Abu Daud).

Oleh karena itu, sebagai muslim yang mengamalkan Thaharah, kita harus menjaga
kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menggunakan air
secara bijak. Dalam hal ini, juga perlu memperhatikan cara penggunaan air pada saat
berwudhu atau mandi junub.

11
D. Cara Mengatasi Kendala-Kendala dalam Melaksanakan Thaharah

Dalam menjalankan Thaharah, terkadang kita dapat mengalami kendala-kendala seperti


tidak memiliki air bersih atau keterbatasan fisik. Namun, sebagai seorang Muslim, kita
diwajibkan untuk tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga perlu mencari cara
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti air bersih dengan air yang
telah dimurnikan atau disebut dengan tayammum. Tayammum dilakukan ketika air tidak
tersedia atau sulit ditemukan dalam jarak yang dapat ditempuh dalam waktu yang wajar.
Tayammum dilakukan dengan menyentuhkan telapak tangan pada permukaan tanah atau batu
yang kering kemudian diusapkan pada wajah dan tangan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an
surat Al-Maidah ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu dan kakimu
sampai mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci). Sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu."

Selain itu, bagi yang memiliki keterbatasan fisik seperti cacat atau sakit, dapat melakukan
wudhu dengan menggunakan alat bantu seperti tangan palsu atau pengganti air. Dalam Islam,
Allah SWT tidak membebani seseorang melampaui batas kemampuannya. Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 286, "Allah tidak membebani seseorang
melampaui batas kemampuannya."

Tidak hanya itu, kita juga dapat memanfaatkan teknologi untuk membantu dalam
menjalankan Thaharah, seperti dengan menggunakan alat pembersih yang dapat digunakan
tanpa air. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini sudah banyak tersedia alat
pembersih tanpa air seperti tisu basah atau hand sanitizer. Hal ini dapat membantu dalam
menjalankan Thaharah meskipun tidak memiliki akses air bersih.

Dalam hal ini, penting bagi kita untuk tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan
Thaharah yang telah ditetapkan dalam agama Islam, serta memanfaatkan semua cara yang
dapat membantu dalam menjalankannya. Sebagai umat Islam, kita diharapkan dapat berusaha
semaksimal mungkin untuk menjalankan Thaharah dengan cara yang benar dan sesuai
dengan ajaran agama.

12
E. Pentingnya Thaharah Dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Cara
Mengamalkannya

Thaharah atau bersuci merupakan bagian penting dalam agama Islam dan menjadi salah
satu ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Muslim. Thaharah memiliki banyak manfaat dan
pentingnya dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa diabaikan begitu saja. Berikut adalah
pembahasan tentang pentingnya Thaharah dan cara mengamalkannya dengan konsisten.

1. Pentingnya Thaharah dalam Kehidupan Sehari-hari

Thaharah memiliki banyak manfaat dan pentingnya dalam kehidupan sehari-hari tidak
bisa diabaikan begitu saja. Melakukan Thaharah dapat membersihkan diri dari kotoran fisik
dan spiritual. Kotoran fisik dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan gangguan
kesehatan, sedangkan kotoran spiritual dapat menyebabkan gangguan jiwa dan pikiran. Selain
itu, Thaharah juga dapat meningkatkan kualitas ibadah dan membantu menjaga kebersihan
lingkungan.

2. Cara Mengamalkan Thaharah dengan Konsisten

Untuk mengamalkan Thaharah dengan konsisten, ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan. Pertama, menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Menjaga kebersihan lingkungan
adalah bagian dari Thaharah dan dapat membantu menjaga kesehatan dan kebersihan diri.
Kedua, selalu memperhatikan kebersihan diri, seperti menjaga kebersihan gigi, kuku, dan
rambut. Ketiga, selalu membiasakan diri untuk berwudhu sebelum melakukan ibadah dan
setelah melakukan hal-hal tertentu seperti buang air besar, buang air kecil, atau menyentuh
benda-benda yang kotor. Keempat, jika tidak memungkinkan untuk menggunakan air bersih,
maka dapat melakukan tayammum sebagai pengganti wudhu atau mandi.

3. Dalil tentang Pentingnya Thaharah

Al-Qur'an dan hadis menyebutkan pentingnya Thaharah dalam kehidupan sehari-hari.


Surat Al-Maidah ayat 6 menyebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kaki mu sampai dengan kedua mata kaki mu." Hadis Riwayat Muslim
menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bersihkanlah tempat-tempat yang kalian
pakai untuk buang air kalian, karena iblis suka sekali tinggal di tempat-tempat yang kotor dan
kotoran."

13
Dalam Islam, Thaharah tidak hanya sekedar ibadah, namun juga menjadi bagian penting
dari kebersihan dan kesehatan. Dengan mengamalkan Thaharah dengan konsisten, selain
mendapatkan manfaat kesehatan, juga membantu meningkatkan kualitas ibadah dan menjaga
kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Muslim untuk
memperhatikan dan mengamalkan Thaharah dengan baik dan konsisten.

14
BAB III
KESIMPULAN
Dalam kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Thaharah atau bersuci adalah
ibadah yang sangat penting dalam agama Islam. Ibadah Thaharah meliputi berbagai macam
tindakan seperti mencuci wajah, tangan, kaki, dan bagian-bagian tubuh lainnya dengan air
bersih sebagai sarana untuk membersihkan diri dari kotoran dan najis. Thaharah menjadi
dasar dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya, seperti salat, puasa, dan haji, sehingga
tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat berbagai kendala dalam melaksanakan Thaharah, seperti tidak memiliki air
bersih atau keterbatasan fisik. Namun, sebagai seorang muslim, kita harus memahami bahwa
Allah SWT memberikan kemudahan dalam menjalankan agama, dan kita harus berusaha
untuk menemukan solusi dalam mengatasi kendala tersebut. Salah satu solusinya adalah
dengan menggunakan air pengganti atau melakukan tayammum ketika tidak ada air bersih.

Pentingnya Thaharah dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk menjaga kebersihan


tubuh dan pikiran serta sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam
mengamalkan Thaharah secara konsisten, seorang muslim harus memiliki kesadaran dan
komitmen yang tinggi untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Hal ini
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, menghindari perbuatan yang dapat
menjadikan diri kotor atau najis, serta senantiasa menjaga kesucian hati.

Dalam mengamalkan Thaharah, seorang muslim dapat memperdalam pemahaman tentang


Thaharah melalui pembelajaran agama dan referensi yang tersedia. Dengan memahami
pentingnya Thaharah dalam agama Islam, seorang muslim dapat meningkatkan kualitas
kehidupannya serta menjadi lebih baik dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Sebagai
muslim yang beriman, kita harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri dan
meningkatkan kesadaran dalam menjalankan ibadah-ibadah yang telah diwajibkan oleh Allah
SWT.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad. (2014). Aplikasi Hukum Thaharah dalam Fiqih Islam. Jurnal
Penelitian Agama, 34(1), 105-118.

Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail. (1997). Sahih Al-Bukhari: The Translation of the
Meanings. Darussalam.

Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah

Al-Kharashy, A. H. M. (2017). Tayammum (Dry Ablution): Its Concept and Practical


Application in Islamic Law. The Journal of Islamic Studies, 28(1), 91-118.

Al-Qaradawi, Yusuf. (n.d.). Fiqh Al Ibadah: Worship Regulations. The Islamic


Foundation.

Fakhruddin, M. (2019). Pentingnya Thaharah Dalam Menjaga Kesehatan Tubuh dan


Pikiran. Al-Ummah: Jurnal Sosial Kemasyarakatan, 3(2), 213-226.

Ibn Qudamah, Muwaffaq al-Din. (2012). Al-Mughni. Dar Ibn Hazm.

Kamaruddin, M. A. (2017). Panduan Praktis Fiqih Thaharah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Maulana, T. (8 Januari 2020) Ini Hukum Thaharah yang Perlu Diperhatikan


https://umroh.com/blog/ini-hukum-thaharah-yang-perlu-diperhatikan/

Riyanto, H., & Rahmatullah, A. (2021). Pentingnya Menjaga Kebersihan Dalam Islam:
Kajian Tematik Tentang Thaharah. Jurnal Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 21(1), 103-123.

Rizkala, A. (30 Juni 2020). Pengertian Thaharah, Jenis dan Macamnya Serta Tata
Caranya. https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-thaharah-jenis-dan-
macamnya.html

Rofi'ah, U., & Fitria, A. (2020). Implementasi Thaharah dalam Kehidupan Sehari-hari
dalam Perspektif Islam. Jurnal Fiqh, 17(2), 369-384.

Yudi. (2020). Pengertian, Pembagian, Urgensi dan Syarat Wajib Thaharah.


https://www.islampos.com/pengertian-pembagian-urgensi-dan-syarat-wajib-thaharah-
185767/

Yusuf, M. M., & Ahmad, M. I. (2020). Water Scarcity and Tayammum (Dry Ablution) in
Islamic Jurisprudence: A Contemporary Issue. Al-Qalam, 24(2), 273-285.

16

Anda mungkin juga menyukai