“ILMU FIQH”
Dosen pengampu:
Dr. Mohamad Jaenudin M.Ag.,M.Pd
Disusun oleh:
Abidzar Giffari (1227050001)
Achmad Ajie Priyajie (1227050002)
Devi Mulyana (1227050035)
Dika Haekal F.P (1227050036)
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul: ”Ilmu Fiqih”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.
Atas kekompakan kelompok 2 dan saran dari teman-teman maka disusunlah makalah ini,
semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
tugas dari mata kuliah Ilmu Fiqih dan semoga segala yang tertuang dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan
agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Ilmu Fiqih, Dr. Mohamad Jaenudin M.Ag.,M.Pd
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB 2.....................................................................................................................................................6
BAB 3...................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan
gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yangmerupakan pelaksanaan
ritual- ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah
muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di
masyarakat sekitar.
Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat
mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci danmenyeluruh,
baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum
Islam dengan benar.
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan
gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan
ritual- ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah
muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di
masyarakat sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa tujuan ilmu fiqh?
2) Apa manfaat ilmu fiqh?
3) Apa saja dasar – dasar ilmu fiqh?
4) Apa saja karakteristik ilmu fiqh?
1.3 Tujuan
1) Dapat mengetahui tujuan mempelajari ilmu fiqih.
2) Dapat mengetahui manfaat mempelajari ilmu fiqih.
3) Dapat mengetahui dasar-dasar ilmu fiqih.
4) Dapat mengetahui karakteristik ilmu fiqih.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Ilmu Fiqh
Dengan mengetahui ushul fiqih, kita akan mengetahui dasar-dasar dalam berdalil,
dapat menjelaskan mana saja dalil yang benar dan mana saja dalil yang palsu. Dalil yang
benar adalah apa yang ada di dalam al-qur’an, hadist rosulullah serta perkataan para sahabat,
sedangkan dalil-dalil yang palsu adalah seperti apa yang didakwahkan oleh kaum syiah,
dimana mereka mengatakan bahwa mimpi dari seorang yang mereka agungkan adalah dalil.
Atau juga kelompok lain yang mengatakan bahwa perkataan para tabi’in adalah dalil, ini
merupakan dalil yang palsu yang dapat merusak syariat islam yang mulia ini
Dengan ushul fiqih, kita dapat mengetahui cara berdalil yang benar, dimana banyak
kaum muslimin sekarang yang berdalil namun dengan cara yang salah. Mereka berdalil
namun dalil yang mereka gunakan tidaklah cocok atau sesuai dengan pembahasan yang
dimaksudkan, sehingga pemaknaan salah dan hukum yang diambil menjadi keliru. Seperti
halnya mereka menghalalkan maulid nabi dengan dalil sunnahnya puasa senin, yang mana ini
sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa itu
adalah salah?? Yakni dengan mempelajari ushul fiqih.
Ketika pada jaman sekarang timbul perkara-perkara yang tidak ada dalam masa nabi,
terkadang kita bingung, apa hukum melaksanakan demikian dan demikian, namun ketika kita
mempelajari ushul fiqih,kita akan tahu dan dapat berijtihadterhadap suatu hukum yang belum
disebutkan di dalam al-qur’an dan hadits.Seperti halnya penggunaan komputer, microphone
dll.
Dalam ushul fiqih akan dipelajari mengenai kaidah-kaidah dalam berfatwa, syarat-
syaratnya serta adab-adabnya. Sehingga fatwa yang diberikan sesuai dengan keadaan dari
yang ditanyakan.
Dengan mempelajari ushul fiqih, kita dapat mengetahui sebab-sebab yang menjadikan
adanya perselisihan diantara para ulama dan juga apa alasan mereka berselisih, sehingga dari
hal ini kita akan lebih paham dan mengerti maksud dari perbedaan pendapat tersebut, yang
akhirnya kita bisa berlapang dada terhadap perbedaan pendapat yang terjadi, bukannya saling
mengejek dan menjatuhkan satu sama lainnya.
Ushul fiqih dapat menjauhkan seseorang dari fanatik buta terhadap para kiayi, ustadz
atau guru-gurunya. Begitu pula dengan ushul fiqih seseorang tidak menjadi taklid dan ikut-
ikutan tanpa mengetahui dalil-dalilnya.
Ushul fiqih dapat menjaga aqidah islam dengan membantah syubhat-syubhat yang
dilancarkan oleh orang-orang yang menyimpang. Sehingga ushul fiqih merupakan alat yang
bermanfaat untuk membendung dan menangkal segala bentuk kesesatan.
Ushul fiqih menjaga dari kebekuan agama islam. Karena banyak hal-hal baru yang
belum ada hukumnya pada jaman nabi, dengan ushul fiqih, hukum tersebut dapat diketahui.
Dalam ushul fiqih, diatur mengenai cara berdialog dan berdiskusi yang merujuk
kepada dalil yang benar dan diakui, tidak semata-mata pendapatnya masing-masing.
Sehingga dengan hal ini, debat kusir akan terhindari dan jalannya diskusi dihiasi oleh ilmu
dan manfaat bukannya dengan adu mulut.
Dengan ushul fiqih, kita akan mengetahui kemudahan, kelapangan dan sisi-sisi
keindahan dari agama islam.
2. Tujuan Fiqih
Tujuan dari fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syari’at terhadap perbuatan dan
ucapan manusia. Karena itu, ilmu fiqih adalah tempat kembalinya seorang hakim dalam
keputusannya, tempat kembalinya seorang mufti dalam fatwanya, dan tempat kembali
seorang mukallaf untuk dapat mengetahui hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan
ucapan dan perbuatan yang muncul dari dirinya.Yang menjadi dasar dan pendorong bagi
umat islam untuk mempelajari fiqih ialah :
manfaat lain yang berkaitan dengan ushul fiqh dalam melakukan ceramah yaitu
membuat seseorang bisa menyampaikan ceramah dengan baik disertai penguatan
dengan menyebutkan hadist atau dalil yang benar dan sesai dengan materi yang
disampaikan. Hal ini berguna untuk membuat ceramah tersebut berjalan dengan baik.
kata Fatwa sudah tidak asing lagi bagi seseorang. Fatwa ini bisa dikeluarkan oleh
lembaga seperti MUI dll. Fatwa merupakan jawaban dari perkara-perkara yang
biasnaya ditanyakan dalam hal ini perkara yang timbul dan belum ada
pembahasannnya dalam alquran. Dalam mempelajari ushul fiqh seseorang juga akan
mendapatkan ilmu mengenai cara berfatwa, berkaitan dengan proses dan adab-adab
dalam berfatwa
sehingga fatwa yang akan dikemukakan nantinya sesuai dan menjawab masalah yang
ditanyakan banyak pihak.
Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad untuk
menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ia
adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika kita menjumpai suatu
permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari
hukumnya.
Sebagai contoh:
Bila kita ditanya tentang hukum khamer (miras), judi, pengagungan terhadap
bebatuan dan mengundi nasib, maka jika kita merujuk kepada Al Qur’an niscaya kita
akan mendapatkannya dalam firman Allah subhanahu wa Ta’ala: (QS. Al maidah: 90)
Bila kita ditanya tentang masalah jual beli dan riba, maka kita dapatkan hukum hal
tersebut dalam Kitab Allah (QS. Al baqarah: 275). Dan masih banyak contoh-contoh
yang lain yang tidak memungkinkan untuk di perinci satu persatu.
b) As – Sunah
As-Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan atau
persetujuan.
Contoh perbuatan:
Apa yang diriwayatkan oleh Bukhari (Bukhari no. 635, juga diriwayatkan oleh
Tirmidzi no. 3413, dan Ahmad no. 23093, 23800, 34528) bahwa ‘Aisyah pernah
ditanya: “Apa yang biasa dilakukan Rasulullah di rumahnya?” Aisyah menjawab:
“Beliau membantu keluarganya; kemudian bila datang waktu shalat, beliau keluar
untuk menunaikannya.”
Contoh persetujuan:
Apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Hadits no. 1267) bahwa Nabi pernah
melihat seseorang shalat dua rakaat setelah sholat subuh, maka Nabi berkata
kepadanya: “Shalat subuh itu dua rakaat”, orang tersebut menjawab, “sesungguhnya
saya belum shalat sunat dua rakaat sebelum subuh, maka saya kerjakan sekarang.”
Lalu Nabi shollallahu’alaihiwasallam terdiam. Maka diamnya beliau berarti
menyetujui disyari’atkannya shalat Sunat Qabliah subuh tersebut setelah shalat subuh
bagi yang belum menunaikannya.
As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan
hukum dari suatu permasalahn dalam Al Qur’an maka kita merujuk kepada as-Sunnah
dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan hukum tersebut. Dengan syarat,
benar- benar bersumber dari Nabi shollallahu’alaihiwasallam dengan sanad yang
sahih.
As Sunnah berfungsi sebagai penjelas al Qur’an dari apa yang bersifat global dan
umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana tatacaranya didapati dalam as
Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari no. 595)
c) Ijma’
Contohnya:
Ijma para sahabat ra bahwa kakek mendapatkan bagian 1/6 dari harta warisan bersama
anak laki-laki apabila tidak terdapat bapak.
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam Al
Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita melihat,
apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin, apabila sudah, maka
wajib bagi kita mengambilnya dan beramal dengannya.
d) Qoyas
Yaitu: Mencocokan perkara yang tidak didapatkan di dalamnya hukum syar’i dengan
perkara lain yang memiliki nash yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan
sebab/alasan antara keduanya. Pada qiyas inilah kita meruju’ apabila kita tidak
mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al
Qur’an, sunnah maupun ijma’.
Rukun Qiyas
Qiyas memiliki empat rukun:
1. Dasar (dalil).
2. Masalah yang akan diqiyaskan.
3. Hukum yang terdapat pada dalil.
4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang
diqiyaskan. Contoh:
2) Fiqih mencakup semua kebutuhan hidup manusia, baik hubungan manusia dengan
tahunnya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain.
3) Fiqih bercirikan atas hal-hal yang disifati dengan kategori hukum yang lima (Halal,
Haram, Sunnah, Mubah, Makruh).
5) Hukuman bagi yang melanggar hukum-hukum fiqih adalah di dunia dan akhirat.
7) Fiqih ada yang berlaku kekal dan ada yang dapat menerima perubahan atau luwes.
8) Tujuan Akhir Fiqih yaitu mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Pelaksanaannya didorang oleh kaidah dan akhlak.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum Islam (fiqh) adalah hasil ijtihad yang tidak lepas dari karakter sosio kultural yang
melingkupinya. Sosio kultural dalam konteks Indonesia adalah ‘URF (adat kebiasaan
masyarakat yang berlaku di Indonesia). Pengambilan ‘urf sebagai bagian dari sumber hukum
Islam dalam sejarah telah sering dilakukan oleh para ulama fiqh. Dalam perspektif diatas,
Hukum Islam dengan karakter Indonesia (fiqh Indonesia) dapat dibentuk justru tidak dari nol,
tetapi sudah ada bahan bakunya yaitu ‘URF (adat masyarakat). Dalil-dalil Ijtihadi, seperti
maslahah mursalah memberi ruang gerak yang lebih komprehensif di dalam melakukan
ijtihad baru untuk merumuskan fiqh Indonesia yang sesuai dengan nuansa bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka
GONTOR, P. U. (2020, Maret 24). Syariah dan Fiqih, Serta Ciri Khas Fiqih yang harus diketahui
seorang Mujtahid.
Ainurrofiq, Yogyakarta: Ar-Ruzz dan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga 2002.