Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ILMU FIQH”
Dosen pengampu:
Dr. Mohamad Jaenudin M.Ag.,M.Pd

Disusun oleh:
Abidzar Giffari (1227050001)
Achmad Ajie Priyajie (1227050002)
Devi Mulyana (1227050035)
Dika Haekal F.P (1227050036)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul: ”Ilmu Fiqih”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.

Atas kekompakan kelompok 2 dan saran dari teman-teman maka disusunlah makalah ini,
semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
tugas dari mata kuliah Ilmu Fiqih dan semoga segala yang tertuang dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan
agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Dosen Pembimbing mata kuliah Ilmu Fiqih, Dr. Mohamad Jaenudin M.Ag.,M.Pd
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.

Bandung, 11 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

BAB 1.....................................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................................................5

BAB 2.....................................................................................................................................................6

2.1 Tujuan Ilmu Fiqh....................................................................................................................6

2.2 Manfaat Ilmu Fiqih.................................................................................................................8

2.3 Dasar-Dasar Ilmu Fiqih.........................................................................................................11

2.4 Karakteristik Ilmu Fiqih........................................................................................................14

BAB 3...................................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan
gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yangmerupakan pelaksanaan
ritual- ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah
muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di
masyarakat sekitar.

Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat
mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci danmenyeluruh,
baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum
Islam dengan benar.
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan
gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan
ritual- ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk
pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-masalah
muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di
masyarakat sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa tujuan ilmu fiqh?
2) Apa manfaat ilmu fiqh?
3) Apa saja dasar – dasar ilmu fiqh?
4) Apa saja karakteristik ilmu fiqh?
1.3 Tujuan
1) Dapat mengetahui tujuan mempelajari ilmu fiqih.
2) Dapat mengetahui manfaat mempelajari ilmu fiqih.
3) Dapat mengetahui dasar-dasar ilmu fiqih.
4) Dapat mengetahui karakteristik ilmu fiqih.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Ilmu Fiqh

1. Tujuan Ushul Fiqih

Dengan mengetahui ushul fiqih, kita akan mengetahui dasar-dasar dalam berdalil,
dapat menjelaskan mana saja dalil yang benar dan mana saja dalil yang palsu. Dalil yang
benar adalah apa yang ada di dalam al-qur’an, hadist rosulullah serta perkataan para sahabat,
sedangkan dalil-dalil yang palsu adalah seperti apa yang didakwahkan oleh kaum syiah,
dimana mereka mengatakan bahwa mimpi dari seorang yang mereka agungkan adalah dalil.
Atau juga kelompok lain yang mengatakan bahwa perkataan para tabi’in adalah dalil, ini
merupakan dalil yang palsu yang dapat merusak syariat islam yang mulia ini

Dengan ushul fiqih, kita dapat mengetahui cara berdalil yang benar, dimana banyak
kaum muslimin sekarang yang berdalil namun dengan cara yang salah. Mereka berdalil
namun dalil yang mereka gunakan tidaklah cocok atau sesuai dengan pembahasan yang
dimaksudkan, sehingga pemaknaan salah dan hukum yang diambil menjadi keliru. Seperti
halnya mereka menghalalkan maulid nabi dengan dalil sunnahnya puasa senin, yang mana ini
sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa itu
adalah salah?? Yakni dengan mempelajari ushul fiqih.

Ketika pada jaman sekarang timbul perkara-perkara yang tidak ada dalam masa nabi,
terkadang kita bingung, apa hukum melaksanakan demikian dan demikian, namun ketika kita
mempelajari ushul fiqih,kita akan tahu dan dapat berijtihadterhadap suatu hukum yang belum
disebutkan di dalam al-qur’an dan hadits.Seperti halnya penggunaan komputer, microphone
dll.

Dalam ushul fiqih akan dipelajari mengenai kaidah-kaidah dalam berfatwa, syarat-
syaratnya serta adab-adabnya. Sehingga fatwa yang diberikan sesuai dengan keadaan dari
yang ditanyakan.

Dengan mempelajari ushul fiqih, kita dapat mengetahui sebab-sebab yang menjadikan
adanya perselisihan diantara para ulama dan juga apa alasan mereka berselisih, sehingga dari
hal ini kita akan lebih paham dan mengerti maksud dari perbedaan pendapat tersebut, yang
akhirnya kita bisa berlapang dada terhadap perbedaan pendapat yang terjadi, bukannya saling
mengejek dan menjatuhkan satu sama lainnya.

Ushul fiqih dapat menjauhkan seseorang dari fanatik buta terhadap para kiayi, ustadz
atau guru-gurunya. Begitu pula dengan ushul fiqih seseorang tidak menjadi taklid dan ikut-
ikutan tanpa mengetahui dalil-dalilnya.

Ushul fiqih dapat menjaga aqidah islam dengan membantah syubhat-syubhat yang
dilancarkan oleh orang-orang yang menyimpang. Sehingga ushul fiqih merupakan alat yang
bermanfaat untuk membendung dan menangkal segala bentuk kesesatan.

Ushul fiqih menjaga dari kebekuan agama islam. Karena banyak hal-hal baru yang
belum ada hukumnya pada jaman nabi, dengan ushul fiqih, hukum tersebut dapat diketahui.

Dalam ushul fiqih, diatur mengenai cara berdialog dan berdiskusi yang merujuk
kepada dalil yang benar dan diakui, tidak semata-mata pendapatnya masing-masing.
Sehingga dengan hal ini, debat kusir akan terhindari dan jalannya diskusi dihiasi oleh ilmu
dan manfaat bukannya dengan adu mulut.

Dengan ushul fiqih, kita akan mengetahui kemudahan, kelapangan dan sisi-sisi
keindahan dari agama islam.

2. Tujuan Fiqih

Tujuan dari fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syari’at terhadap perbuatan dan
ucapan manusia. Karena itu, ilmu fiqih adalah tempat kembalinya seorang hakim dalam
keputusannya, tempat kembalinya seorang mufti dalam fatwanya, dan tempat kembali
seorang mukallaf untuk dapat mengetahui hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan
ucapan dan perbuatan yang muncul dari dirinya.Yang menjadi dasar dan pendorong bagi
umat islam untuk mempelajari fiqih ialah :

a) Untuk mencari kebiasaan faham dan pengertian dari agama Islam.


b) Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan
manusia.
c) Kaum muslimin harus bertafaqquh baik dalam bidang aqaid dan akhlaq maupun
dalam bidang dan muamalat.Oleh karena demikian sebagian kaum muslimin harus
pergi menuntut ilmu pengetahuan agama Islam guna disampaikan pula kepada
saudara- saudaranya.
d) Fiqih dalam Islam sangat penting fungsinya karena ia menuntut manusia kepada
kebaikan dan bertaqwa kepada Allah. Setiap saat manusia itu mencari atau
mempelajari keutamaan fiqih, karena fiqih, menunjukkan kita kepada sunnah Rasul
serta memelihara manusia dari bahaya-bahaya dalam kehidupan. Seseorang yang
mengetahui dan mengamalkan fiqih akan dapat menjaga diri dari kecemaran dan lebih
takut dan disegani musuh.

2.2 Manfaat Ilmu Fiqih


Manfaat utama fiqih adalah untuk dapat menerapkan hukum Syariah untuk semua
perbuatan dan perkataan mukallaf. Fiqih adalah referensi bagi para hakim dalam
menetapkan keputusan dan menjadi panduan bagi para mufti dalam menerbitkan fatwa.
Faktanya, fiqih adalah panduan berharga bagi setiap orang yang beriman dan menetapkan
hukum kata-kata dan perbuatannya setiap hari. Setiap ilmu memiliki kegunaan dan
mendatangkan manfaat bagi seseorang yang mempelajarinya. Berikut manfaat mempelajari
ushul fiqh untuk kehidupan beragama.
a) Menambah ilmu pengetahuan
Ushul fiqh juga merupakan ilmu yang berkenaan dengan hukum islam. Sehingga
mempelajari ushul fiqh juga akan menambah ilmu pengetahuan yang ada. Seperti jika
dulu hanya mempelajari hadist-hadist dan tafsir al-quran dengan mempelajari ushul
fiqh seseorang bisa mengetahui dalil dalil, cara penetapan hukum, dan metode metode
lainnya.
b) Membuka jalan untuk melakukan ijtihad
seseorang dapat melakukan ijtihad dengan syarat memiliki ilmu pengetahuan dan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menetapkan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam al-quran. Pada zaman sekarang memang berbeda dengan zaman para
imam mahzab, sehingga bila ijtihad dilakukan oleh satu orang akan terasa berat
karena pada saat ini seseorang hanya dimungkinkan mempelajari beberapa bidang
ilmu saja yang dipersempit dengan linearitas dalam dunia pendidikan. Sehingga
ijtihad masih bisa dilakukan akan tetapi biasanya dilakukan dengan beramai-ramai
atau dengan sekelompok orang yang ahli pada bidangnya masing-masing.
c) Mendalami sumber hukum islam dengan baik
senada dengan manfaat pertama dan kedua mempelajari ushul fiqh juga akan
membuat seseorang mendalami sumber hukum islam dengan baik. sumber hukum
islam sendiri yaitu al-quran, hadist, ijtihad. sehingga kemampuan dalam pendalaman
ushul fiqh ini
akan berguna apabila seseorang yang mempelajari adalah seorang pengajar dalam
lingkup pendidikan agama islam.
d) Mengerti dasar dasar berdalil
Manfaat selanjutnya dari mempelajari ushul fiqh adalah membuat seseorang dapat
mengerti dasar dasar berdalil. Hal ini berkaitan dengan kebenaran ketika seseorang
tersebut akan melakukan ceramah agama atau menasehati orang laun yang
menyangkut hukum islam. Sehingga seseorang tersebut bisa menyampaikan dalil
yang benar dalam ceramah tersebut dan tidak menjerumuskan orang lain ke dalam
pengertian yang salah, karena dalam kenyataannya hadist juga dibedakan menjadi
hadist sahih “benar dan kuat” dan hadist palsu.
e) Dapat menyampaikan ceramah dengan baik

manfaat lain yang berkaitan dengan ushul fiqh dalam melakukan ceramah yaitu
membuat seseorang bisa menyampaikan ceramah dengan baik disertai penguatan
dengan menyebutkan hadist atau dalil yang benar dan sesai dengan materi yang
disampaikan. Hal ini berguna untuk membuat ceramah tersebut berjalan dengan baik.

f) Menyelesaikan perkara zaman modern

Pada zaman modern seperti sekarang ini banyak bermunculan perkara-perkara


kehidupan yang tidak ada pada zaman nabi sehingga perlu adanya sebuah kajian yang
membahas perkara tersebut dengan baik. Penyelesaian atas perkara yang tidak ada
pada zaman nabi bisa diatasi dengan cara mempelajari ushul fiqh. Mempelajari ushul
fiqh ini akan membantu seseorang untuk memandang suatu perkara yang timbul di
zaman modern dengan prespektif hukum islam. maka dari itu ijtihad masih bisa
dilakukan hingga saat ini yang berguna untuk.

g) Mengetahui mekanisme atau kaidah dalam mengeluarkan fatwa

kata Fatwa sudah tidak asing lagi bagi seseorang. Fatwa ini bisa dikeluarkan oleh
lembaga seperti MUI dll. Fatwa merupakan jawaban dari perkara-perkara yang
biasnaya ditanyakan dalam hal ini perkara yang timbul dan belum ada
pembahasannnya dalam alquran. Dalam mempelajari ushul fiqh seseorang juga akan
mendapatkan ilmu mengenai cara berfatwa, berkaitan dengan proses dan adab-adab
dalam berfatwa
sehingga fatwa yang akan dikemukakan nantinya sesuai dan menjawab masalah yang
ditanyakan banyak pihak.

h) Mengetahui alasan pendapat ulama


Mempelajari ushul fiqh dengan baik akan mendatangkan manfaat yaitu pengetahuan
yang bisa digunakan untuk menemukan alasan ketika ulama membuat sebuah
pendapat ataupun mengetahui alasan dari perkara ketika ada sebuah fatwa muncul.
Hal ini sangat penting untuk seseorang ketika meragukan sebuah pendapat ulama
sehingga pemahaman ushul fiqh akan membantu. Selain itu mengetahui sebab-sebab
alasan ulama dengan mempelajari ushul fiqh akan membuat seseorang bisa
memutuskan untuk memilih pendapat ulama yang kuat (mengetahui alasan
alasannya).
i) Penerapan fikih yang tepat
Seseorang yang mempelajari ushul fiqh akan mendapat manfaat dari pengetahuannya
dalam bentuk penerapan di kehidupan sehari-hari. Adat dan kebiasaan orang akan
berbeda-beda di setiap daerah. Ketika seseorang memiliki pengetahuan ushul fiqh dan
mampu memahami kaidah fikih dengan baik akan secara langsung dapat mengetahui
bagaimana cara penerapan fikih yang benar ketika dihadapkan dengan masalah
masyarakat yang bersifat majemuk (banyak perbedaan).
j) Mengetahui semangat hukum islam
Manfaat lainnya dari mempelajari ushul fiqh yaitu memberikan seseorang pencerahan
dari pengetahuannya mengenai ushul fiqh seperti megetahui rahasia ataupun semangat
yang terkandung di dalam hukum islam. Hal ini disebabkan karena seseorang yang
mempelajari ushul fiqh akan mendapatkan pondasi kaidah fikih yang baik.
k) Hasil ijtihad mendekati kebenaran
seperti yang diketahui ijtihad adalah proses penetapan hukum islam terhadap
perosalan yang tidak dibahas dalam al-quran maupun as-sunnah. Hasil ijtihad yang
berbentuk jawaban atau ketetapan terhadap masalah tertentu sangat di harapkan
sebagai jawaban atau ketetapan yang benar-benar tepat. Hal ini sangat relevan jika
seseorang mempelajaro ushul fiqh dengan baik, dengan mempelajari ushul fiqh
seseorang mendapat pondasi hukum islam yang mumpuni sehingga ketika orang
tersebut melakukan ijtihad hasilnya akan mendekati kebenaran, sebab Ushul fiqh
membahas segala sesuatu mengenai hukum islam, asas-asas, metode penetapan dan
argumen – argumen lainnya.
2.3 Dasar-Dasar Ilmu Fiqih
a) Al – Qur’an

Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad untuk
menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ia
adalah sumber pertama bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika kita menjumpai suatu
permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali kepada Kitab Allah guna mencari
hukumnya.

Sebagai contoh:

Bila kita ditanya tentang hukum khamer (miras), judi, pengagungan terhadap
bebatuan dan mengundi nasib, maka jika kita merujuk kepada Al Qur’an niscaya kita
akan mendapatkannya dalam firman Allah subhanahu wa Ta’ala: (QS. Al maidah: 90)

Bila kita ditanya tentang masalah jual beli dan riba, maka kita dapatkan hukum hal
tersebut dalam Kitab Allah (QS. Al baqarah: 275). Dan masih banyak contoh-contoh
yang lain yang tidak memungkinkan untuk di perinci satu persatu.

b) As – Sunah

As-Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa perkataan, perbuatan atau
persetujuan.

Contoh perkataan/sabda Nabi:

“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah


kekufuran.” (Bukhari no. 46, 48, muslim no. 64, 97, Tirmidzi no. 1906,2558, Nasa’i
no. 4036, 4037, Ibnu Majah no. 68, Ahmad no. 3465, 3708)

Contoh perbuatan:

Apa yang diriwayatkan oleh Bukhari (Bukhari no. 635, juga diriwayatkan oleh
Tirmidzi no. 3413, dan Ahmad no. 23093, 23800, 34528) bahwa ‘Aisyah pernah
ditanya: “Apa yang biasa dilakukan Rasulullah di rumahnya?” Aisyah menjawab:
“Beliau membantu keluarganya; kemudian bila datang waktu shalat, beliau keluar
untuk menunaikannya.”
Contoh persetujuan:

Apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Hadits no. 1267) bahwa Nabi pernah
melihat seseorang shalat dua rakaat setelah sholat subuh, maka Nabi berkata
kepadanya: “Shalat subuh itu dua rakaat”, orang tersebut menjawab, “sesungguhnya
saya belum shalat sunat dua rakaat sebelum subuh, maka saya kerjakan sekarang.”
Lalu Nabi shollallahu’alaihiwasallam terdiam. Maka diamnya beliau berarti
menyetujui disyari’atkannya shalat Sunat Qabliah subuh tersebut setelah shalat subuh
bagi yang belum menunaikannya.

As-Sunnah adalah sumber kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan
hukum dari suatu permasalahn dalam Al Qur’an maka kita merujuk kepada as-Sunnah
dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan hukum tersebut. Dengan syarat,
benar- benar bersumber dari Nabi shollallahu’alaihiwasallam dengan sanad yang
sahih.

As Sunnah berfungsi sebagai penjelas al Qur’an dari apa yang bersifat global dan
umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana tatacaranya didapati dalam as
Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari no. 595)

Sebagaimana pula as-Sunnah menetapkan sebagian hukum-hukum yang tidak


dijelaskan dalam Al Qur’an. Seperti pengharaman memakai cincin emas dan kain
sutra bagi laki-laki.

c) Ijma’

Ijma’ bermakna: Kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat


Muhammad shollallahu’alaihiwasallam dari suatu generasi atas suatu hukum syar’i,
dan jika sudah bersepakat ulama-ulama tersebut—baik pada generasi sahabat atau
sesudahnya—akan suatu hukum syari’at maka kesepakatan mereka adalah ijma’, dan
beramal dengan apa yang telah menjadi suatu ijma’ hukumnya wajib. Dan dalil akan
hal tersebut sebagaimana yang dikabarkan Nabi shollallahu’alaihiwasallam, bahwa
tidaklah umat ini akan berkumpul (bersepakat) dalam kesesatan, dan apa yang telah
menjadi kesepakatan adalah hak (benar).

Dari Abu Bashrah rodiallahu’anhu, bahwa Nabi shollallahu’alaihiwasallam bersabda:


“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan ummatku atau ummat Muhammad
berkumpul (besepakat) di atas kesesatan.” (Tirmidzi no. 2093, Ahmad 6/396)

Contohnya:

Ijma para sahabat ra bahwa kakek mendapatkan bagian 1/6 dari harta warisan bersama
anak laki-laki apabila tidak terdapat bapak.

Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam Al
Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita melihat,
apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin, apabila sudah, maka
wajib bagi kita mengambilnya dan beramal dengannya.

d) Qoyas

Yaitu: Mencocokan perkara yang tidak didapatkan di dalamnya hukum syar’i dengan
perkara lain yang memiliki nash yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan
sebab/alasan antara keduanya. Pada qiyas inilah kita meruju’ apabila kita tidak
mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al
Qur’an, sunnah maupun ijma’.

Ia merupakan sumber rujukan keempat setelah Al Qur’an, as Sunnah dan Ijma’.

Rukun Qiyas
Qiyas memiliki empat rukun:

1. Dasar (dalil).
2. Masalah yang akan diqiyaskan.
3. Hukum yang terdapat pada dalil.
4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang
diqiyaskan. Contoh:

Allah mengharamkan khamer dengan dalil Al Qur’an, sebab atau alasan


pengharamannya adalah karena ia memabukkan, dan menghilangkan kesadaran. Jika
kita menemukan minuman memabukkan lain dengan nama yang berbeda selain
khamer, maka kita menghukuminya dengan haram, sebagai hasil Qiyas dari khamer.
Karena sebab atau alasan pengharaman khamer yaitu “memabukkan” terdapat pada
minuman tersebut, sehingga ia menjadi haram sebagaimana pula khamer.

Inilah sumber-sumber yang menjadi rujukan syari’at dalam perkara-perkara fiqih


Islam, kami sebutkan semoga mendapat manfaat, adapun lebih lengkapnya dapat
dilihat di dalam kitab-kitab usul fiqh Islam (Fiqhul Manhaj ‘ala Manhaj Imam
Syafi’i).

2.4 Karakteristik Ilmu Fiqih


Terdapat beberapa ciri khas fiqih diantaranya adalah:

1) Dasar Fiqih adalah wahyu (Al Qur’an dan Sunnah).

2) Fiqih mencakup semua kebutuhan hidup manusia, baik hubungan manusia dengan
tahunnya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain.

3) Fiqih bercirikan atas hal-hal yang disifati dengan kategori hukum yang lima (Halal,
Haram, Sunnah, Mubah, Makruh).

4) Fiqih berkaitan dengan akhlak.

5) Hukuman bagi yang melanggar hukum-hukum fiqih adalah di dunia dan akhirat.

6) Naz’ah (Kecenderungan) Fiqih adalah Jama’iyyah, yaitu fiqih menjaga kemaslahatan


individu dan masyarakat.

7) Fiqih ada yang berlaku kekal dan ada yang dapat menerima perubahan atau luwes.

8) Tujuan Akhir Fiqih yaitu mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Pelaksanaannya didorang oleh kaidah dan akhlak.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hukum Islam (fiqh) adalah hasil ijtihad yang tidak lepas dari karakter sosio kultural yang
melingkupinya. Sosio kultural dalam konteks Indonesia adalah ‘URF (adat kebiasaan
masyarakat yang berlaku di Indonesia). Pengambilan ‘urf sebagai bagian dari sumber hukum
Islam dalam sejarah telah sering dilakukan oleh para ulama fiqh. Dalam perspektif diatas,
Hukum Islam dengan karakter Indonesia (fiqh Indonesia) dapat dibentuk justru tidak dari nol,
tetapi sudah ada bahan bakunya yaitu ‘URF (adat masyarakat). Dalil-dalil Ijtihadi, seperti
maslahah mursalah memberi ruang gerak yang lebih komprehensif di dalam melakukan
ijtihad baru untuk merumuskan fiqh Indonesia yang sesuai dengan nuansa bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka

GONTOR, P. U. (2020, Maret 24). Syariah dan Fiqih, Serta Ciri Khas Fiqih yang harus diketahui
seorang Mujtahid.

Muslim.co.id, R. (2022, November 11). Fiqih Islam.

Ainurrofiq, Yogyakarta: Ar-Ruzz dan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga 2002.

Penghatar Ilmu Fiqih,Jakarta:bulan,1967.

Anda mungkin juga menyukai