Disusun oleh:
Ahmad Imanuddin Baharsyah (220204110047)
Dini Ifadah Maulidah (220204110049)
Alya Amalia (220204110081)
FAKULTAS SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Penerapan Tafsir
Maqosidi Pada Ayat Al-Qur’an" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Maqashidi. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan mengenai tafsir maqashidi bagi para pembaca dan tentunya
juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadzah Zaim
Kholilatul Ummi S.Th.I., M.Ag dengan arahannya selaku dosen dari mata kuliah
tersebut. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
A. Paradigma Tafsir Maqashidi dalam Permasalahan Salat Jumat Online di
Masa Pandemi.................................................................................................2
C. Perbandingan.................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Masa Pandemi
1
Q. S. Al-Jumu’ah/ 62: 9-10.
2
Ayatullah Alamah Kamal Faqih Imani dan Tim Ulama, Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir
Sederana Menuju Cahaya Al-Qur’an, jilid 17, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2013), 209-210.
2
bermalasmalasan apalagi mengabaikan untuk menuju dzikirullah dengan
menghadiri salat, berkhotbah Jumat, dan tinggalkanlah jual beli.
Maksudnya segala macam interaksi dalam bentuk dan kepentingan apapun
bahkan semua yang dapat mengurangi perhatian terhadap upacara Jumat.
Demikian itulah menghadiri acara Jumat yang baik buat kamu, jika kamu
mengetahui kebaikannya pastilah kamu mengindahkan perintah ini.3
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2003), 229.
3
yaitu hamba sahaya, wanita, anak-anak dan orang sakit)" (Diriwayatkan
oleh Abu daud melalui Thariq Ibn Syihab).4
Kata ( )َفاْس َعْو اterambil dari kata ( )سعواyang pada mulanya berarti
Kata ( الّٰل ِه )ِذ ْك ِر yang dimaksud adalah salat dan khutbah, karena
itulah agaknya sehingga ayat diatas menggunakan dzikr Allah. Ayat ini
bermakna bahwa manusia seharusnya mengingat Allah Swt atas limpahan
nikmat yang dianugerahkanNya. Beberapa mufassir berpendapat bahwa
kata “mengingat” (dzikir) di sini bermakna “pemikiran refleksi” (fikr),
sebagaimana diriwayatkan bahwa satu jam berfikir adalah lebih baik
dibandingkan dengan satu tahun beribadah. Ada beberapa mufassir juga
berpendapat bahwa perintah tersebut menjelaskan kewajiban untuk
mengingat Allah sewaktu berdagang dan menjauhkan diri dari melanggar
prinsip kebenaran dan keadilan.6
“Itulah yang baik buat kamu jika kamu mengetahui.” Dan pergi ke
masjid dan meninggalkan pekerjaan adalah manfaat yang besar. Ayat
tersebut bermakna bahwa mendirikan salat Jumat dan meninggalkan bisnis
di waktu itu membawa manfaat penting bagi kaum muslim, jika mereka
4
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2003), 231.
5
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2003), 231.
6
Ayatullah Alamah Kamal Faqih Imani dan Tim Ulama, Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir
Sederana Menuju Cahaya Al-Qur’an, Jilid 17, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2013), 212.
4
benar-benar merenungkannya, karena Allah itu Maha Kaya dan Maha
Pemurah terhadap semua manusia. Ayat tersebut juga menyinggung
hikmah dan manfaat-manfaat dari salat Jumat. Pada frase Arab jum’ah
asalnya bermakna jamaah, yang secara khusus bermakna menunjukkan
kumpulan-kumpulan manusia untuk mendirikan salat Jumat. Akan tetapi,
makna tersirat kata tersebut tidak terbatas pada apa yang disebutkan.7
7
Ayatullah Alamah Kamal Faqih Imani dan Tim Ulama, Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir
Sederana Menuju Cahaya Al-Qur’an, Jilid 17, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2013), 211.
8
Ayatullah Alamah Kamal Faqih Imani dan Tim Ulama, Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir
Sederana Menuju Cahaya Al-Qur’an, Jilid 17, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2013), 211.
5
tambahan untuk keabsahannya, dipersyaratkan untuk menentukan siapa
yang wajib melaksanakannya, dan adab-adab yang disyariatkan dalam
pelaksanaannya.
9
Ibrahīm ibn Mūsa al-Garnāṭī al-Syatibi, al-Muwafaqat, vol. 2 (Cet. I, Dar Ibnu Affan, 1997 H),
19.
6
normal. Tidak perlu melaksanakan salat Jumat secara online sebagai
pengganti salah Jumat secara normal.
Salat jumat diganti dengan shalat dzuhur karena musafir atau hal
lain yang dibolehkan secara fiqh adalah bagian dari tafsir maqoshidi.
Bukan sebab aliran yang menyatakan bahwa shalat jumat tidak wajib,
karena yang wajib adalah shalat dzuhur. Aliran ini ada di Indonesia.
Pendapat ini bukan termasuk hasil pemikiran tafsir maqoshidi.
ِر ْز ُقُه َّن َو ِكْس َو ُتُه َّن ِب ٱْلَم ْع ُر وِف ۚ اَل ُتَك َّل ُف َنْف ٌس ِإاَّل ُو ْس َعَه اۚ اَل ُتَض ٓاَّر َٰو ِل َد ٌۢة ِبَو َل ِد َه ا َو اَل
َمْو ُلوٌد َّل ۥُه ِبَو َلِدِهۦۚ َو َعَلى ٱْلَو اِر ِث ِم ْثُل َٰذ ِلَك ۗ َفِإْن َأَر اَد ا ِفَص ااًل َعن َتَر اٍض ِّم ْنُه َم ا َو َتَش اُو ٍر َفاَل
ُج َن اَح َعَلْيِه َم اۗ َو ِإْن َأَر دْمُّت َأن َتْس َتْر ِض ُعٓو ۟ا َأْو َٰل َد ُك ْم َفاَل ُج َن اَح َعَلْيُك ْم ِإَذا َس َّلْم ُتم َّم ٓا َءاَتْيُتم
10
ِبٱْلَم ْع ُر وِف ۗ َو ٱَّتُقو۟ا ٱلَّلَه َو ٱْع َلُم ٓو ۟ا َأَّن ٱلَّلَه َمِبا َتْع َم ُلوَن َبِص ٌري
ِۖإَّىَل ٱْلَم ِص ُري َو ِإن َٰج َه َد اَك َعَلٰٓى َأن ُتْش ِر َك ىِب َم ا َلْيَس َل َك ِبِهۦ ِعْلٌم َفاَل ُتِط ْع ُه َم ا
َو َص اِح ْبُه َم ا ىِف ٱلُّد ْنَيا َم ْع ُر وًف اۖ َو ٱَّتِب ْع َس ِبيَل َمْن َأَن اَب ِإَّىَلۚ َّمُث ِإَّىَل َم ْر ِج ُعُك ْم َف ُأَنِّبُئُك م َمِبا
11
ُك نُتْم َتْع َم ُلوَن
10
Q. S. Al-Baqarah/ 2: 233.
11
Q. S. Luqman/ 31: 14-15.
7
َو َو َّص ْيَنا ٱِإْل نَٰس َن ِبَٰو ِلَد ْي ِه ِإْح َٰس ًناۖ َمَحَلْت ُه ُأُّم ۥُه ُك ْر ًه ا َو َو َض َعْتُه ُك ْر ًه اۖ َو ْمَحُل ۥُه َو ِفَٰص ُل ۥُه َثَٰل ُث وَن
ِن ِع
َش ْه ًر اۚ َح َّت ِإَذا َبَل َغ َأُش َّد ۥُه َو َبَل َغ َأْر َب َني َس َنًة َق اَل َر ِّب َأْو ِز ْع ِن َأْن َأْش ُك َر ْع َم َتَك ٱَّلِت َأْنَعْم َت
ِإ ِم ِإ ِإ َعَلَّى َعَلٰى َٰو ِل َد َّى َأْن َأْع َٰص ِلًح ا َت َض ٰى ُه َأْص ِلْح ىِل ىِف
ُذِّر ِتَّيۖ ىِّن ُتْبُت َلْي َك َو ىِّن َن ْر َو َو َم َل َو
12
ٱْلُمْس ِلِم َني
(َعَه ا )اَل ُتَك َّل ُف َنْف ٌس ِإاَّل ُو ْس itu menunjukkan suatu tanggungjawab
mengenai hukum syariat yang dapat dilakukan dan yang kurang mampu
(ا ِه
untuk melaksanakannya. Firman Allah SWT )َفاَل ُج َن اَح َعَلْي َم
diperbolehkan menyusui anak genap 2 tahun atau lebih. Hukum menyusui
bagi seorang ibu itu wajib dengan syarat-syarat yang telah ditentukan,
12
Q. S. Al-Ahqaf/ 46: 15.
8
akan tetapi sang ibu tidak boleh dalam keadaan sakit. Menyusui itu adalah
kodrat semua ibu.
Jika derajat Luqman sama seperti nabi maka wasiat itu layaknya
wahyu kepada nabi. Contoh sikapnya Luqman yang disebutkan dalam al-
Qur’an yaitu an-Asykurallah. Sikap yang lain yang telah disebutkan dalam
al-Qur’an adalah sikap ridho kepada Allah. Dan Allah ridho kepadanya
dan wasiat-wasiatnya.
Maksud dari firman Allah ( )َو ِإن َٰج َه َد اَك َعَلٰٓى َأن ُتْش ِر َك ىِبyaitu wajib
untuk menaati orang tua ketika melarang untuk melakukan sesuatu demi
ketaatannya kepada Allah, salah satunya adalah syirik. Kata (ُأُّم ۥُه َو ْه ًن ا َمَحَلْت ُه
)َعَلٰى َو ْه ٍنitu menunjukkan bahwa seorang ibu yang mengandung itu sangat
lelah. Maka dari sekian kelelahan dan beratnya mengandung seorang anak
maka anak harus menaati orang tua khususnya ibunya. Penjelasan yang
mengkhususkan kepada ibu karena tolok ukur ibu dan ayah yang berbeda.
Ayah hanya sebagai pendamping yang selalu mendampingi sang ibu,
setelah melahirkanpun ibu juga merawat dan mengasuh sang anak. Maka
tugas ayah yang tidak jauh dari kata mendidik sang anak hanya saja
berbeda cara.
9
mereka beriman juga. Di sisi lain, jangan menaati orang tua ketika mereka
memerintahmu dalam maksiat, sebagaimana firman Allah SWT (َو َص اِح ْبُه َم ا
)ىِف ٱلُّد ْنَيا َم ْع ُر وًف ا. Contohnya jika orang tua memerintah anak dalam
kesyirikan maka tolaklah perintah dengan makruf dan tetap bersikap baik.
Dalam hadis sesungguhnya Asma’ binti Abi Bakr berkata dari Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya ibuku datang kepadaku menginginkan
sesuatu, apakah saya harus mematuhinya?” Dia berkata, “iya, patuhilah
perintah itu, namun jika itu adalah musyrikah (dia adalah Qothilah binti
Abdul Azza).” Inti dari ma’ruf tersebut adalah melaksanakan sesuatu
untuk dirinya, namun jika itu adalah kemungkaran maka seorang muslim
dilarang melaksanakannya.
Isyarah yang terdapat pada waktu baligh seperti (َأْو ِز ْع ِن )َقاَل َر ِّبitu
salah satu contoh yang diwasiatkan pada anaknya, yakni agar seorang anak
berbuat baik kepada kedua orang tua khususnya ketika sudah baligh.
Makna lain dalam doa tersebut adalah wasiat kepada manusia agar berbuat
baik kepada orang tua mereka dan senantiasa mendoakan mereka. Ketika
mereka sudah baligh maka banyak tanggungjawab yang mereka
selesaikan. Terutama saat mereka sudah menikah, khususnya anak laki-
laki saat sudah menikah, mereka memiliki tanggungjawab yang semakin
besar. Salah satunya menafkahi istri dan anak. Dengan tanggungjawab
yang demikian itu, anak laki-laki tidak boleh melupakan orang tuanya.
Harus tetap bersikap baik dan taat kepada mereka.
10
Dan disebutkan doa untuk cucu dalam firman-Nya ( َأْص ِلْح ىِل ىِف
َو
)ُذِّر َّيِت, wasiat doa kepada orang tua agar tidak lupa untuk memikirkan masa
depan anak cucunya dan menjaga mereka dalam bingkai agama.
) ِفَٰص ُل ۥُه ىِف َعاَم ِنْيitu sebagai athof dari kalimat ( )َمَحَلْتُه ُأُّم ُهitu adalah keadaan
َو
yang menggambarkan suatu situasi dimana sang ibu pada zaman sekarang
yang enggan menyusui anaknya sampai genap 2 tahun. Penyebutan masa
menyusui ini sangat penting bagi ibu yang telah melahirkan.
13
Muhammad Tahir Ibn ‘Ashur, maqasid al-Shari’ah al-Islamiyah, (Tunis: al-Shirkah al-
Tuniziyyah li altawzi’, t.th), 12.
11
juga yang berpendapat bahwa keluarga berencana dengan alat kontrasepsi
diperbolehkan.
12
penafsiran diantara syariat yang ketat dan over toleran. Dalam program
KB ini juga dapat direlevansikan dengan prinsip al-hurriyah, dimana
prinsip ini menekankan upaya yang bertujuan untuk menjaga
keberlangsungan HAM setiap orang.
C. Perbandingan
Tafsir maqosidi adalah bagian dari corak tafsir dan metodenya bisa
tahlili atau maudhu’i. Tafsir maqosidi cenderung berbasis maslahat al-
ammah. Sebagaimana 2 contoh tersebut yang mengandung maslahat al-
ammah. Maslahat al-ammah adalah mashlahah yang mencakup kepentingan
orang banyak, dan tidak menaruh perhatian pada perseorangan melainkan
memandang mereka dari aspek bagian kumpulan orang banyak. Tafsir ini
juga lebih mengedepankan pada nilai kemaslahatan berbasis syariat.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Syatibi, Ibrahīm ibn Mūsa al-Garnāṭī. al-Muwafaqat. vol. 2. Cet. I. Dar Ibnu
Affan, 1997 H.
‘Ashur, Muhammad Tahir Ibn. maqasid al-Shari’ah al-Islamiyah. Tunis: al-
Shirkah al-Tuniziyyah li altawzi’, t.th.
Imani, Ayatullah Alamah Kamal Faqih dan Tim Ulama. Tafsir Nurul Qur’an:
Sebuah Tafsir Sederana Menuju Cahaya Al-Qur’an, Jilid 17.Jakarta: Nur
Al-Huda, 2013.
Q. S. Al-Ahqaf/ 46: 15.
Q. S. Al-Baqarah/ 2: 233.
Q. S. Al-Jumu’ah/ 62: 9-10.
Q. S. Luqman/ 31: 14-15.
Shihab,Quraish. Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2003.
15