PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Ahmad Ma`mun Faozi
NIMKO: 202044030511
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG JEMBER
OKTOBER 2023
KONSEP MAHAR MITSIL MENURUT SYEKH NAWAWI
BANTEN DALAM KITAB NIHAYATUZ ZAIN
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember
Untuk Mengikuti Seminar Proposal
Fakultas Syari’ah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah
Oleh :
AHMAD MA`MUN FAOZI
NIM: 202044030511
HALAMAN PERSETUJUAN
KONSEP MAHAR MITSIL MENURUT SYEKH
NAWAWI BANTEN DALAM KITAB NIHAYATUZ ZAIN
i
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember
Untuk Mengikuti Seminar Proposal
Fakultas Syari’ah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah
Oleh :
AHMAD MA`MUN FAOZI
NIM: 202044030511
Disetujui
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyahh
Universitas Al-Falah As-Sunniyyah
Kencong Jember
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................i
Halaman Persetujuan......................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
A. Judul Penelitian.......................................................................................1
B. Latar Belakang........................................................................................1
C. Fokus Penelitian......................................................................................6
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
E. Manfaat Penelitian...................................................................................7
F. Definisi Istilah.........................................................................................8
G. Kajian Pustaka.........................................................................................9
1. Penelitian Terdahulu............................................................................9
2. Kajian Teori.......................................................................................13
H. Metode Penelitian..................................................................................28
I. Sistematika Pembahasan.......................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................32
iii
A. Judul Penelitian
B. Latar Belakang
Menyatukan dua pasang manusia paling baik dan diakui adalah dengan
melakukan proses penyatuan yang disebut dengan pernikahan. Perkawinan
menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.3 Seperti halnya yang sudah disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang berbunyi
1
Ulfiyatul Fauziyah(Dkk), Tinjauan Maqasid Al-Syari’ah Terhadap Penetapan Permohonan Wali
Adhal Di Pengadilan Agama Lamongan Studi Terhadap Penetapan No. 0073/Pdt.P/2008/Pa.Lmg,
Vol. I, No. 2, (Tuban: The Indonesian Journal Of Islamic Law And Civil Law, 2020), 140.
2
Abdul Ridho Hamdi (Dkk), Penetapan Wali ‘Adhol Dalam Perkawinan Masyarakat Muslim, Vol.
8, No. 1, (Binjai: Jurnal Nuansa Akademik, 2023), 47.
3
Supenianto (dkk), Kompilasi Hukum Islam (Jakarta : Mahkamah Agung RI, 2011), 64.
1
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.4
Artinya:
اَل َتْس َأِل اْلَمْر َأُة َطاَل َق: َقاَل َرُسْو ُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم َعْن َأْيِب ُه َر ْيَر َة َر ِض َى اُهلل َعْنُه َقاَل
َفِإَّن َهَلا َم ا ُقِد َر َهَلا ِك ِت ِل
اْخ َه ا َتْس َتْف ِر َغ َص ْف َح َتَه ا َو َلَتْن ْح
Artinya:
"Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: “Rasulullah SAW. Bersabda: “Seorang
wanita janganlah minta perceraian saudara perempuannya (dari suaminya)
supaya ia menumpahkan pinggangnya. Dan hendaklah ia menikah,
sesungguhnya ia memperolah apa yang telah ditetapkan untuknya.”6
4
Jamaluddin dan Anda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi: Unimal Press, 2016),
307.
5
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 503.
6
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 8, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 485.
2
Pernikahan tidak akan sah apabila pernikahan tersebut tidak memenuhi
ruku–rukun pernikahan yaitu calon istri, calon suami, wali, dua orang saksi
dan shighat nikah. Rata–rata hal yang membuat orang paling menghawatirkan
dan yang paling menegangkan adalah waktu pelaksanaan akad nikah. Isi dari
akad nikah adalah kontrak pernikahan berupa serangkaian persetujuan wali
dan Qaboul (Pernyataan penerimaan terhadap suatu akad) diberitahu oleh
mempelai pria atau wakilnya dibantu oleh dua orang saksi. 7 Sering kali pada
pengucapan akad nikah, wali dan calon pengantin pria menyebutkan mahar
nikah walupun sah jika tidak diebutkan mahar.
Mahar adalah salah satu rukun dalam pernikahan, oleh karena itu
pernikahan tidak sah jika tidak ada mahar. Islam tidak memberi aturan besar
kecilnya pemberian mahar, sekecil apapun mahar asal ada nilainya bisa
dijadikan mahar walaupun mahar dari cincin besi. Seperti hadis Nabi
Muhammad SAW sebagi berikut :
َعْن َس ْه ِل اْبِن َس ْع ِد الَّس اِعِدي َيُق وُل ِإيِّن َلِف ي اْلَق ْو ِم ِعنَد َرُس وِل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْي ِه َو َس َّلَم ِإْذ
َقاَم ِت اْم َر َأٌة َفَق اَلْت َيا َرُس وَل اِهلل ِإَّنَه ا َقْد َو َه َبْت َنْف َس َه ا َلَك َفَر ِفْيَه اَر َأَيَك َفَلْم ِحُي ُبَه ا َش ْيًئا َّمُث
ا َش ًئا َّمُث َقا ِت ِف ِه
َم َقاَم ْت َفَق اَلْت َيا َرُس وَل الَّل ِإَّنَه ا َقْد َو َه َبْت َنْف َس َه ا َلَك َفَر يَه ا َر َأْيَك َفَلْم َجُيْبَه ْي
ا َأ َك َق ا ل َق اَل ا وَل الَّل ِه َأنِك ِإ ِل
الَّثا َثَة َفَق اَلْت َّنَه ا َفَق ْد َو َه َبْت َنْف َس َه ا َل َك َفَر ْيَه َر َي َف َم َرُج َف َي َرُس
7
Muhazir, Aqad Nikah Pespektif Fiqh Dan Kompilasi Hukum Islam, Vol. 6, No. 2, (Lansa: Al-
Qadhâ, Juli – Desember 2018), 28.
8
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 7, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 79.
3
ِم ِد ٍد ٍء ِع ِم
َق اَل اْذَه ْب َف اْطُلُب َو َل ْو َخ اَمَتا ْن َح ي َف َذ َه َب، َق اَل َه ْل ْن َد َك ن َش ْي َق اَل اَل، َخ ْيَه ا
َك ِم الُق رآِن ِم ِد ٍد
َفَق اَل َه ْل َمَع َن، َم ا َو َج ْد ُت َش ْيًئا َو اَل َخ اَمَتا ْن َح ي: َّمُث َج اَء َفَق اَل، َفَطَلَب
. َم عىن ُسْو َر ُة َك َذ ا َو ُسْو َر ُة َك َذ ا َقاَل اْذَه ْب َفَقْد َأْنَك ْح َتَك َه ا َمبا َمَعَك ِم ن القرآن: َش ْي ؟ َقاَل
Artinya:
“Dari Sahal bin Sa'ad As Sa'idiy katanya: "Sesungguhnya saya berada pada
kaum disisi Allah saw, tatkala ada seorang perempuan ber diri seraya
berkata: "Wahai Rasulullah saw., sesungguhnya dia telah memberikan
dirinya, maka bagaimana pendapatmu?". Beliau tidak menjawab sedikitpun.
Wanita itu bediri seraya berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia telah
memberikan dirinya, maka bagaimana pendapatmu?". Kemudian ada seorang
laki-laki berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah saw., kawinkanlah saya
dengannya". Nabi bertanya: "Apakah engkau memiliki sesuatu?". Dia
menjawab: "Tidak". Nabi berkata: "Pergilah, maka carilah meskipun hanya
sebuah cincin dari besi". Lalu ia pergi mencari kemudian datang seraya
berkata: "Saya tidaklah menemukan sesuatu kendatipun hanya sebuah cincin
dari besi". Nabi bertanya: "Apakah engkau menguasai sesuatu dari Al
Qur'an?". Dia menjawab: "Saya mempunyai surat demikian dan surat
demikian". Nabi berkata: "Pergilah, maka sesungguhnya saya telah
memilikkannya kepadamu dean maskawin sesuatu dari Al Qu’ran .”9
Mengenai jenis mahar, para ulama fiqh sepakat bahwa mahar dibagi
menjadi dua jenis, yaitu mahar musamma dan mahar mitsil (sebanding).11
9
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 7, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 77-79.
10
Sifa Maharani, Konsep Mahar Menurut Imam Syafi’i Dan Relevansinya Dengan Kompilasi
Hukum Islam, (Universitas Negeri Makassar, 2018), 43.
11
Muhammad Fikri Nur Fathoni, Faktor-Faktor Penyebab Calon Pengantin Memilih Mahar
Dengan Bentuk Uang Hias (Studi Kasus Di Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur),
(Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018), 15.
4
A. Mahar Musamma
Mahar Musammā adalah mahar yang disepakati oleh pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan yang disebutkan dalam redaksi akad.12
B. Mahar Mitsil
Mahar Mitsil adalah mahar yang jumlahnya ditetapkan menurut
jumlah yang biasa diterima oleh keluarga pihak istri, karena pada waktu
akad nikah jumlah mahar itu belum ditetapkan bentuknya.13
C. Fokus Penelitian
12
Syamsiah Nur, Fikih Munakahat(Tasikmalaya: Hasna Pustaka,2022 ), 87.
13
Syamsiah Nur, Fikih... ...88.
14
Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. Edisi Revisi. (Jember: INAIFAS
PRESS Kencong-Jember, 2020), 37.
5
Bedasarkan judul peneliti ataupun latar belakang yang telah dijelaskan,
maka fokus penelitian sebagai berikut:
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Kampus
6
Selain hal tersebut proposal ini dapat menjadi acuan perbandingan bagi
para peneliti yang ingin mengadakan penelitian sejenis untuk orang lain,
khususnya tentang Konsep Mahar Mitsil Menurut Syekh Nawawi Banten
Dalam Kitab Nihayatuz Zain oleh mahasiswa Program Studi Ahwal Asy-
Syakhsiyah atau Hukum Keluarga Islam di Universitas Al-Falah As-
Sunniyyah Kencong Jember.
3. Bagi Masyarakat
F. Definisi Istilah
Definisi istilah dalam judul “Konsep Mahar Mitsil Menurut Syekh Nawawi
Banten Dalam Kitab Nihayatuz Zain”
1. Konsep
Konsep menurut kamus bahasa Indonesia adalah gambaran mental
dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.16
2. Mahar
Mahar merupakan pemberian wajib dari calon suami kepada calon
istrinya sebagai ketulusan hati calon suami untuk menciptakan rasa cinta
pada seorang suami untuk calon istrinya17
3. Mahar Mitsil
16
Konsep menurut KBBI, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konsep, diakses tanggal 19
September 2023.
17
Syamsiah Nur, Fikih Munakahat, (Tasikmalaya: Hasna Pustaka, 2022), 79.
7
Mitsil adalah sebutan dari salah satu jenis mahar yang mengandung
arti mempelai pria memberikan mahar kepada mempelai wanita tanpa
menyebutkannya pada waktu akad nikah atau ijab qobul. Jumlah mahar
yang diberikan kepada mempelai wanita biasanya ditetapkan juamlah
yang bisa diterima oleh keluarga mempelai wanita atau jumlah yang
sekiranya sama dengan saudara perempuan mempelai wanita.
4. Syekh Nawawi Al-Bantani
Al-Imaam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar
al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i juga dikenal dengan nama Syekh
Nawawi al-Bantani (lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah
atau tahun 1813 M, meninggal di Mekah, Hijaz, sekitar tahun 1314
Hijriyah atau 1897 M) adalah salah satu ulama besar Indonesia yang
bereputasi bersekala internasional yang menjadi Imam Masjid Raya Arab
Saudi. Beliau bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia.
Beliau adalah seorang ulama yang sangat produktif dan intelektual dalam
menulis kitab-kitab, karyanya berjumlah tidak kurang dari 115 kitab yang
meliputi berbagai bidang diantaranya Fikih, Tauhid, Tasawuf, Tafsir Dan
Hadis.18
5. Kitab Nihayatuz Zain
Kitab Nihayatuz Zain Kitab ini merupakan syarah kitab Qurrah al-
Ain kitab fiqh Mazhab Syafi’i karya al-‘Allamah Syaikh Zaynuddin
Ahmad bin Abdul Aziz bin Zaynuddin al-Malibari al-Fannani (987H).
Kitab Nihayah al-Zain fi Irsyad al-Mubtadi-in ()نهاية الزين في إرشاد المبتدئين
merupakan kitab fiqih Mazhab Al-Syafi'i yang dijadikan rujukan para
ulama. Kitab ini merupakan salah satu karya berkualitas yang disusun oleh
Al-'Allamah Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Tanari Al-Bantani
(1314H).19
G. Kajian Pustaka
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-Bantani, Diakses tanggal 20 September 2023.
19
https://abusyahmin.blogspot.com/search?q=nihayah+zain, Diakses tanggal 2 Oktober 2023.
8
1. Penelitian Terdahulu
َعْن َم ْنُص وٍر َعْن ِإْبَر اِه يَم َعْن َعْلَق َم َة َعْن اْبِن َمْس ُعوٍد َأَّنُه ُس ِئَل َعْن َر ُج ٍل َتَز َّو َج اْم َر َأًة
َد اِق ٍد ِم
َو ْمَل َيْف ِر ْض َهَلا َص َد اًقا َو ْمَل َي ْد ُخ ْل َهِبا َح ىَّت َم اَت َق اَل اْبُن َمْس ُعو َهَلا ْث ُل َص
ِس َناٍن ِق ِم ِع ِن ِئ
َس ا َه ا اَل َو ْك َس َو اَل َش َطَط َو َع َل ْيَه ا اْل َّد ُة َو َهَلا اْل َرياُث َفَق اَم َم ْع ُل ْبُن
اَأْلْش َج ِعُّي َفَق اَل َقَض ى ِفيَن ا َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َس َّل يِف َبْر َع ِبْنِت اِش ٍق
َو َو َو َم
ٍد ِض ٍة ِم ِم
اْم َر َأ َّنا ْثَل َم ا َقَض ْيَت َفَف ِر َح اْبُن َمْس ُعو َر َي الَّلُه َعْنُه
9
Artinya :
“Dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud, bahwa dia pernah ditanya tentang
seorang laki-laki yang menikah dengan seorang wanita, ia belum
menentukan maskawin dan belum menggaulinya, hingga laki-laki itu
meninggal dunia. maka Ibnu Mas’ud berkata, “Ia berhak
mendapatkan maskawin seperti layaknya wanita lainnya, tidak kurang
dan tidak lebih, ia wajib beriddah dan memperoleh warisan.
muncullah Ma’qil bin sinan Al-Asyja’i dan berkata, “Rasulullah
shalallahu Alaihi wa sallam pernah menetapkan terhadap Barwa’
binti Wasyiq – salah seorang perempuan dari kami – seperti yang
engkau tetapkan, maka gembiralah Ibnu Mas’ud dengan ucapan
tersebut”.20
Sedangkan meurut pendapat Imam Malik berbeda pendapat,
menurut Imam Malik wanita yang belum ditentukan maharnya ( mahar
mitsil ) dan belum disetubuhi oleh suaminya lalu suaminya meninggal
maka istri tersebut tidak mendapatkan maskawain tetapi hanya
mendapatkan harta warisan. Adapun kebijakan Imam Malik mengenai
tidak dibayarnya mahar mitsil akibat meninggalnya suaminya Qobla
Dukhul adalah atsar para sahabat yang diturunkan oleh Imam Tirmidzi
yang berbunyi:
َق اَل َبْعُض َأْه ِل اْلِعْلِم ِم ْن َأْص َح اِب الَّنِّيِب َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم ِم ْنُه ْم َعِلُّي ْبُن َأيِب
َط اِلٍب َو َز ْي ُد ْبُن َثاِبٍت َو اْبُن َعَّب اٍس َو اْبُن ُعَم َر ِإَذا َتَز َّو َج الَّر ُج ُل اْلَم ْر َأَة َو ْمَل َيْد ُخ ْل َهِبا
َو ْمَل َيْف ِر ْض َهَلا َص َد اًقا َح ىَّت َم اَت َقاُلوا َهَلا اْلِم َرياُث َو اَل َص َد اَق َهَلا َو َعَلْيَه ا اْلِعَّد ُة
Artinya :
“Sebagian Ahli Ilmu dari sahabat Nabi SAW berkata: diantara
mereka adalah Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas dan
Ibnu Umar “Apabila seorang laki-laki menikahi seorang perempuan
20
Sapri Marlian, “Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Mahar Mitsil Yang Belum Dibayar
Ketika Suami Meninggal Dunia Qabla Dukhul”, (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, 2014), 6.
10
dan belum terjadi hubungan badan (qobla dukhul), dan maharnya
belum ditentukan, sehingga suami meninggal dunia, mereka berkata:
si istri berhak mendapatkan warisan dan tidak berhak mendapatkan
mahar dan istri wajib beriddah”. 21
21
Sapri Marlian, “Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Mahar Mitsil Yang Belum Dibayar
Ketika Suami Meninggal Dunia Qabla Dukhul”,(Riau: Universitas Jember, 2019), 8.
22
Gita Micahya, “Pemberian Mahar Yang Tidak Diucapkan (Mahar Mitsil) Kepada Calon Istri
Dalam Pernikahan”, (Jember: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), 22.
11
Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafii`i dan faktor yang menyebabkan
perbedaan pendapat antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi`i. Faktor
yang menyebabkan perbedaan pendapat antara dua Mazhab yaitu
Mazhab Imam Sayfi`i dan Mazhab Imam Hanafi terletak pada
pemahaman dan penerimaan hadits yang diterima oleh kedua belah
belah Mazhab. Mazhab Hanafi menolak hadis riwayat Sahl bin Sa’ad
as Saidy tentang minimal mahar karena tidak memenuhi syarat dan
minimal mahar yang harus dibayarkan adalah 10 dirham. Sedangkan
Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa sesuatu yang halal dan bermanfaat,
dapat dijual atau disewakan boleh dijadikan mahar.
Dari semua Sekripsi terdahulu penulis menemukan perbedaan
dan persamaan. Perbedaanya adalah penelitian terdahulu menerangkan
tentang pendapat Imam Malik mengeneai mahar mitsil yang belum
dibayar dan suami meninggal dulu sebelum bercampur dengan
istrinya, juga pendapat Imam Syafi`i dan Iman Hanafi mengenai
mahar jasa, serta ada juga pendapat yang membahas Mahar yang tidak
disebutkan dalam pernikahan. Persamaan dari skripsi terdahulu dengan
peneliti sekarang adalah sama-sama membahas tentang Mahar.
2. Kajian Teori
A. Pernikahan
Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.23 Istilah nikah menurut
fiqh menggunakan kata nikah dan kata zawaj (berpasangan). Dalam
istilah bahasa Indonesia disebut perkawinan.24 Al-Qur'an menyebut
pernikahan dengan istilah mitzaqon gholidhon yang artinya janji yang
kuat. Hal ini tertuang dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 21:
23
Supenianto, himpunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan kompilasi
hukum islam serta pengertia dalam pembahasannya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2011), 64.
24
Muhammad Yunus Samad, Hukum Pernikahan Dalam Islam, Vol. 5 No. 1, (Parepare: Istiqra,
September 2017), 77.
12
َو َك ْيَف َتْأُخ ُذ ْو َنُه َو َقْد َأفَض ى َبْع ُض ُك ْم إىل َبْع ٍض َو َأَخ ْذ َن ِم ْنُك ْم ِم ْيَثاًقا َغِلْيًظا
Artinya :
َو ِم ْن َأْيِت ِه َأْن َخ َل َق َلُك ْم َمْن َأنُف ِس ُك ْم َأْز َو اًج اِلَتْس ُك ُنوا ِإَلْيَه ا َو َجَع َل َبْيَنُك ْم َم َو َّدًة
َو َر َمْحٌةِإَّن يِف َذِلَك آَل َيٍت ِّلَق ْو ٍم َيَتَف َّك ُر ْو َن
Artinya:
25
Departemen Agama RI, ”Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang”, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 109.
13
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi kaum yang
berpikir.”26
1. Bagi orang yang sudah siap menikah dan khawatir jika tidak
menikah akan melakukan perbuatan keji yaitu berzina, maka
pernikahan adalah suatu keharusan bagi mereka. Karena
melindungi diri dari apa yang dilarang oleh hukum itu wajib,
sedangkan mencegah perbuatan zina tersebut hanya bisa dicegah
dengan perkawinan. Oleh karena itu, hukum menikah baginya
adalah wajib.27
2. Bagi seseorang yang sehat dan mampu menikah, namun masih
mampu menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan, jika ia tidak
menikah, maka menikah adalah sunnah baginya, namun menikah
itu dianjurkan dan mungkin lebih utama dari amal lainnya.28
3. Perkawinan yang sah menjadi makruh bilamana seseorang layak
untuk nikahi dari segi fisik, namun belum terlalu mendesak dan
biaya perkawinan belum tersedia, maka jika perkawinan itu tidak
membahagiakan hidupnya, istrinya dan anak-anaknya, maka
perkawinan itu dihukumi makruh.29
4. Pernikahan yang sah menjadi haram ketika seseorang menyadari
bahwa ia tidak dapat hidup dalam berumah tangga, menunaikan
tugas-tugas internalnya, seperti menggauli istri atau ada hal-hal
yang membuat dia tidak mampu melayaninya seperti kebutuhan
26
Departemen Agama RI,” Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang”, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 585.
27
Sayyid Sabiq, “Fiqih Sunnah”, (Jakarta: Cakrawala, 2008), 208.
28
Sayyid Sabiq, “Fiqih....209.
29
Dwi Dasa Suryantoro, Ainur Rofiq, Nikah Dalam Pandangan Hukum Islam, Vol. 07. No.1 ,
(Situbondo: Ahsana Media, 2021), 41.
14
batinnya karena sakit jiwa atau kusta atau penyakit kelamin
lainnya, dia tidak boleh berbohong tentang itu, tetapi dia harus
menjelaskan semua itu kepada suaminya. Ibarat seorang pedagang
yang harus menjelaskan kondisi barangnya jika ada cacat.30
5. Perkawinan dihukumi mubah apabila seseorang tidak ada suatu
perkara yang menghambat atau menghalangi terjadinya
perkawinan.31
Dari semua hukum pernikahan yang telah dipaparkan di atas
menyimpulkan bahwa bergantinya hukum pernikahan dipengaruhi
oleh keadaan orang tersebut.
1. Wali
30
Dwi Dasa Suryantoro dan Ainur Rofiq, Nikah Dalam Pandangan Hukum... ...41.
31
Sayyid Sabiq, ”Fiqih Sunnah”, (Jakarta: Cakrawala, 2008), 209.
32
. M. Kevin Zulqarnain, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i, (Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2019).
15
2. Mahar
3. Calon Suami
4. Calon Istri
5. Shighat33
1. Calon Istri
2. Calon Suami
3. Wali
4. Dua Orang Saksi
5. Shighat34
Menurut Imam Hanafi wali bukanlah rukun yang harus ada dan
bukan merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya hukum
menikah, tetapi hanya sebagai pemenuhan perjanjian perkawinan,
kecuali perkawinan wanita belum dewasa dan atau orang gila bukan
ketika dia sudah dewasa. Wali hanyalah syarat sah dalam perkawinan
orang yang tidak dewasa, gila dan budak. Jika tidak, tidak diperlukan
untuk nikahnya wanita Mukallaf yang merdeka, sehingga tanpa izin
wali pun, nikahnya tetap sah.35 Adapun rukun nikah menurut Sebagian
ulama Hanafiyah cukup dengan ijab dan qabul, akad dilaksanakan oleh
wali pihak perempuan dengan calon mempelai pria, reaksi calon
mempelai pria disebut dengan qabul).36
1. Calon Suami
33
Robi Rendra Tribuana, Hukum Menikah Ketika Sakit Yang Menghalangi Keharmonisan Rumah
Tangga Analisis Pendapat Imam Malik Bin Anas, Vol. 18, No. 1, (Al-Fikra: Jurnal Ilmiah
Keislaman, 2019), 128-129.
34
Ahmad Atabik Dan Khoridatul Mudhiiah, Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam,
Vol. 5, No. 2, (Kudus: Yudisia, 2014), 291.
35
Qurrotul Ainiyah, “Kedudukan Wali Dalam Pernikahan, Perspektif Imam Syafi’i Dan Imam
Hanafi”, Vol 3, (Sioarjo: Mukammil, 2020), 118.
36
. M. Kevin Zulqarnain, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i, (Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, 2019).
16
2. Calon Istri
3. Wali Nikah
4. Dua Orang Saksi
5. Ijab Dan qabul.37
17
5. Wanita ini belum menikah atau tidak dalam keadaan masa iddah,
6. Tidak dipaksa.
7. Tidak dalam keadaan Ihram untuk Haji atau Umroh.39
Pernikahan tidak akan sah tanpa adanya wali nikah, pada KHI wali
nikah nasab dibagi menjadi empat klompok, yang mana kedudukannya
berurutan, kelompok yang satu didahulukan dan kelompok yang lain
sesuai dengan urutan kekerabatan dengan mempelai wanita.
Wali dan saksi bertanggung jawab atas keabsahan akad nikah. Oleh
karena itu, tidak semua orang dapat menjadi saksi atau wali, namun
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
39
Sururiyah Wasiatun Nisa’, “Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam”, Vol. 21, No. 2, (Riau:
Hukum Islam, 2021), 307.
40
Supenianto, Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya, (Jakarta : Pustaka Setia, 2011), 68.
18
pendapat Imam Hanafi dan Imam Hambali saksi bisa dua orang
perempuan dan satu orang laki-laki. 41
Syarat ijab qobul adalah:
1. Pasangan suami istri telah tamyiz
2. Saat pengucapan ijab qobul berlangsung dalam satu majelis.
Artinya, dalam mengucapkan ijab qobul tidak boleh diselingi
dengan kata-kata atau, menurut adat istiadat setempat, ada
penyelingan yang menghalangi berlangsungnya ijab qobul.42
B. Mahar
Dalam bahasa Arab mahar biasa disebut shaduqat (QS An-Nisa
ayat 4) :
وأُتوا ا َس اَء َص ُد َقِتِه َّن ْحِنَل ًة َف ِإْن ِط َنْب َلُك ْم َعْن َش ْي ٍء ِم ْن ُه َنْف ًس ا َفُك ُل وُه َه ِنيًئ ا
َمل
َّم ِر يًئا
Artinya :
“Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari (mahar) itu dengan senang hati, terimalah
dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati”.43
Mahar berasal dari kata shidiq, shadaq dan atau shadaqah, yang
artinya perasaan jujur dan hati yang suci, arti mahar adalah Harta yang
diperoleh secara jujur (halal) yang kemudian diberikan kepada calon
istri yang didasari oleh keikhlasan.44
KHI (Kompilasi Hukum Islam) mendefinisikan mahar berdasarkan
Pasal 1 huruf d adalah
41
Sururiyah Wasiatun Nisa’, Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam, Vol. 21, No. 2, (Riau:
Hukum Islam, 2021), 307.
42
Dea Salma Sallom, Syarat Ijab Kabul Dalam Perkawinan: Ittihad Al-Majlis Dalam Akad Nikah
Perspektif Ulama Empat Madzhab, Vol. 22, No. 2, (Yogyakarta: Hukum Islam, 2022) 163.
43
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 105.
44
Gita Micahya, “Pemberian Mahar Yang Tidak Diucapkan (Mahar Mitsil) Kepada Calon Istri
Dalam Pernikahan”, (Jember: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), 19.
19
Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak
bertentangan dengan hukum Islam;45
Secara Etimologis, mahar adalah Maskawin. Secara terminologi,
merupakan pemberian wajib suami kepada istri sebagai ketulusan hati
calon laki-laki agar tercipta rasa cinta kasih suami pada diri istri. Atau
pemberian wajib dari suami kepada istri, baik berupa barang maupun
jasa (Memerdekakan , pendidikan, dan lain-lain)46
Meneurut pendapat Imam Syafi'i juga mengatakan bahwa mahar
adalah sesuatu yang harus diberikan oleh laki-laki kepada perempuan
agar dapat menguasai seluruh bagian tubuhnya. Jika wanita tersebut
telah menerima mahar tersebut tanpa paksaan atau tipu muslihat dan
memberikannya kepadanya, maka dia boleh menerimanya dan tidak
dipersalahkan.47
45
Supenianto, Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya, (Jakarta : Pustaka Setia, 2011), 19.
46
Putra Halomoan, Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan Ditinjau Menurut
Hukum Islam, Vol. 02. No. 2, (Padangsidampun: Lentera Pustaka, 2016), 109.
47
Putra Halomoan, Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan Ditinjau Menurut
Hukum... ...109.
20
ِم ِك ِط ِم
َو َمْن ْمَّل َيْس َت ْع ْنُك ْم َط ْو اًل َأْن َيْن َح اْلُم ْحَص َنِت اْلُم ْؤ َنِت َفِم ْن َّم ا َم َلَك ْت-٢٥
َأَمْياُنُك ِم ِتُك اْل ْؤ ِم َنِت الَّل َأْع َل ِبِإَمْياِنُك ُض ُك ِم ٍض َفاْنِك َّن ِبِإْذِن
ُحْو ُه ْم َبْع ْم ْن َبْع َو ُه ُم ْم ْن َفَتْي ُم ُم
َأْه ِلِه َّن َو اُتوُه َّن ُأُج وَر ُه َّن ِباْلَم ْع ُر ْو ِف ْحُمَص َنِت َغْيَر ُمْس ِف َح ٍت َو اَل ُم َتِخ َذ ِت َأْخ َد اٍن َف ِإَذا
ِب ِل ِل ِت ِم ِن ِب ِح ٍة ِص ِإ
ُأْح َّن َف ْن َأَتَنْي َف ا َش َفَعَلْيِه َّن ْص ُف َم ا َعَلى اْلُم ْحَص ْن َن اْلَع َذ ا َذ َك َمْن
ِح ِم ِش
َخ َي اْلَعَنَت ْنُك ْم َو َأْن َتْص ُرِبْو ا َخ ْيٌر َّلُك ْم َو اُهلل َغُفْو ٌر َّر يٌم
Artinya :
“Siapa di antara kamu yang tidak mempunyai biaya untuk menikahi
perempuan merdeka yang mukmin (boleh menikahi) perempuan
mukmin dari para hamba sahaya yang kamu miliki. Allah lebih tahu
tentang keimananmu. Sebagian kamu adalah sebagian dari yang lain
(seketurunan dari Adam dan Hawa). Oleh karena itu, nikahilah
mereka dengan izin keluarga (tuan) mereka dan berilah mereka
maskawin dengan cara yang pantas, dalam keadaan mereka
memelihara kesucian diri, bukan pezina dan bukan (pula) perempuan
yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya. Apabila mereka
telah berumah tangga (bersuami), tetapi melakukan perbuatan keji
(zina), (hukuman) atas mereka adalah setengah dari hukuman
perempuan-perempuan merdeka (yang tidak bersuami). Hal itu
(kebolehan menikahi hamba sahaya) berlaku bagi orang-orang yang
takut terhadap kesulitan (dalam menghindari zina) di antara kamu.
Kesabaranmu lebih baik bagi kamu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.48
48
Departemen Agama RI, ”Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang”, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 111.
21
seorang hamba harus dengan izin majikannya, tanpa izinnya maka
perkawinan tersebut tidak sah. Budak mempunyai hak yang sama
untuk menerima mahar seperti perempuan merdeka. Dan tidak sah
mengawini seorang budak kecuali dia bersih dari zina dan tidak
mempunyai kekasih. Jika seorang budak menikah lalu melakukan zina,
maka harus diterapkan had, yaitu hukuman cambuk dalam kadar yang
telah ditentukan Allah. Hukum-hukum tersebut didentikkan sebagai
bentuk ungkapan cinta, kebaikan, dan kemurahan hatinya terhadap
hamba-hambanya.Hadis yang menyebutkan mahar dari Nabi
Muhammad SAW:
49
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 7, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 77.
50
Rusdaya Basri, ”Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah”, (Sulawesi Selatan: CV.
Kaaffah Learning Center, 2019), 89.
22
2. Barang yang dijadikan mahar harus suci, tidak sah apabila
mahar sesuatu yang najis dan haram seperti kahamar, babi dan
darah.
3. Mahar tidak boleh ghasab, mahar harus milik sendiri.
4. Sesuatu yang dijadikan mahar harus jelas, diketahui bentuk dan
jumlahnya.
Dari syarat-syarat mahar diatas disimpulkan bahwa pemillihan mahar
itu tidak boleh sembarangan, mahar yang diberikan kepada istri harus
mahar yang benar-benar terjaga aman dari hal-hal yang mungkin bisa
menimbulkan masalah dan pengambilan mahar tidak boleh
mengandung hal yang dilarang agama seperti dilarang mahar yang
mengandung najis, hasil mencuri, hasil ghashab.Memang mahar itu
tidak ada batasan sedikit atau banyak tetapi mahar tidak boleh
menggunakan satu biji gandung dan sebagainya karena mahar harus
sesuatu yang bisa bermanfaat dan kemanfaatannya bisa dilihat secara
dahir seperti rumah, meja, tanah, baju. Mahar juga bisa menggunakan
jasa seperti menjahit, berkebun, mengajarkan Al-Qur’an dan lainnya.
23
yang diterima oleh perempuan lain dalam keluarga perempuan
tersebut, misalnya saudara perempuan atau kakak perempuannya
yang telah menikah.52
C. Mahar Mitsil
Mahar Mitsil adalah mahar yang jumlahnya ditetapkan menurut
jumlah yang biasa diterima oleh keluarga pihak istri, karena pada
waktu akad jumlah mahar itu belum ditetapkan bentuknya.53
Menurut Imam Hanafi, mahar mitsil ditentukan berdasarkan status
perempuan sejenis dari suku bapak dan bukan dari suku ibu. Menurut
Imam Maliki, mahar ditentukan berdasarkan kondisi fisik dan akhlak
wanita. Imam Syafi'i mengibaratkannya dengan istri salah satu anggota
keluarga, yaitu istri saudara dan paman, kemudian dengan saudara
perempuan dan seterusnya. Bagi Imam Hambali, hakim harus
menentukan mahar mitsil yang serupa dengan wanita yang dekat
dengan wanita tersebut, seperti ibu, bibi. Sedangkan Imamiyah Syi'ah
mengatakan bahwa mahar mitsil tidak memiliki ketentuan secara
syar'ah, nilainya ditentukan oleh seorang urf yang memahami
permasalahan perempuan, baik dari segi nasab maupun statusnya, serta
mengetahui kondisinya bisa bertambah atau berkurangnya Mahar.54
24
Perkawinan yang tidak disebutkan dan maharnya tidak ditetapkan
pada saat pengucapan akad disebut nikah tafwidh. Menurut
sebagian besar ulama, menikah tanpa menyebutkan mahr pada saat
akad nikah itu diperbolehkan.
Imam Syafi'i menjelaskan tentang kebolehan melakukan
perkawinan tanpa adanya mahar dengan syarat bahwa tidak adanya
mahar tersebut harus disertai dengan kerelaan dari pihak pempelai
wanita.56
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian kepustakaan atau kepustakaan (library research) dapat
dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah bahan
penelitian.57 yaitu dengan menyatukan teori-teori dalam buku, pendapat
para ahli dan artikel ilmiah lainnya yang relevan dengan pembahasan
skripsi ini. Penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan cenderung menggunakan analisis dari
sesuatu yang dianalisis.58
2. Sumber Data
56
Muhammad Fanani, “Analisis Terhadap Istinbaṭ Hukum Imam Asy-Syafi’i Tentang Mahar
Talaq Qabla Ad-Dukhul Dalam Nikah Tafwiḍ”, (Yogyakarta : Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah
Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018), 22.
57
Supriyadi, “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan, Vol. 02. No. 2, (Semarang: Lentera Pustaka, 2016), 85.
58
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penelitian_Kualitatif, Diakses Tanggal 21 September 2023.
25
Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian Kepustakaan
(library research) maka sumber data tertulis sebagai berikut:
a. Sumber primer adalah karangan asli yang ditulis secara lengkap.
Sumber primer memuat hasil penelitian asli, kajian mengenai sumber
baru atau penjelasan sebuah gagasan dalam semua bidang. Sumber
informasi primer dapat berupa monografi (buku), artikel majalah, hasil
penelitian serta laporan langsung atau reportase. 59Adapun sumber
Primer dari penulisan karya ilmiyah ini adalah Kitab Nihayatuz Zain
Karya Syekh Nawawi Banten
b. Sumber sekunder adalah semua jenis ringkasan sumber primer dan
alat untuk mencari sumber primer. Jadi sumber primer tidak memuat
pengetahuan baru, yang hanya mengulang dan mengorganisasikan
pengetahuan yang sudah ada. Sumber informasi meliputi sumber
sekunder diantaranya ensiklopedia, kamus, indeks, ringkasan, biografi
da lain-lain.60 Adapun sumber Sekunder dari penulisan karya ilmiyah
ini berupa dokumen-dokumen, jurnal-jurnal, penelitian terdahulu,
buku-buku yang ada kaitan dengan judul skripsi meskipun tidak secara
langsung.
3. Metode Pengumpulan Data
Metoe pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah
metode Dokumen, metode pengumpulan data Dokumen adalah metode
yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
dan menganalisis dokumen, baik tertulis maupun gambar, elektronik dan
hasil karya. Dokumen yang didapat dianalisis, dibandingkan dan
dipadukan membemtuk suatu kajian yang sistematis, terpadu dan utuh.
Dokumenter lebih dari sekedar mengumpulkan, penulisan dan pelaporan
dalam Suatu bentuk kutipan mengenai sekumpulan dokumen.Hasil
59
Nurul Alifah Rahmawati, “Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Sumber
Informasi Di Perpustakaan”, Vol. 9, No. 2, (Yogyakarata: Libria, 2017), 129.
60
Nurul Alifah Rahmawati, “Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Sumber
Informasi Di Perpustakaan”, Vol. 9, No. 2, (Yogyakarta: Libria, 2017), 129.
26
penelitian yang dilaporkan merupakan hasil analisis ke dokumen-dokumen
tersebut.61
4. Metde Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam proposal ini yaitu:62
a. Editing
Tujuan dari langkah peneditan adalah untuk mengurangi kesalahan
atau kekurangan pada daftar kalimat yang sudah selesai.Tahap editing
berarti upaya memverifikasi data yang diajukan oleh pengumpul data.
b. Sistematisasi
Sistematisasi adalah upaya mengelompokkan data yang telah diedit
secara sistematis kemudian diberi label menurut kategori dan urutan
permasalahan (sistematisasi) dengan tujuan menempatkan data tersebut
dalam suatu kerangka pembahasan sistematisasi berdasarkan urutan
permasalahan.
I. Sistematika Pembahasan
61
Natalina Nilamsari, “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif”, Vol.13, No.2,
(Wacana, Juni 2014), 181.
62
. M. Kevin Zulqarnain, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i, (Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019).
27
Sistematika skripsi ini terdiri atas lima bab yang masing-masing bab
terdiri atas rangkaian pembahasan yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainya, sehingga membentuk suatu uraian sistematik sebagai satu
kesatuan yang lengkap dan benar.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Fanani Muhammad, 2018, Analisis Terhadap Istinbaṭ Hukum Imam Asy-Syafi’i
Tentang Mahar Talaq Qabla Ad-Dukhul Dalam Nikah Tafwiḍ, Yogyakarta
: Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fathoni Muhammad Fikri Nur, Juli 2018, Faktor-Faktor Penyebab Calon
Pengantin Memilih Mahar Dengan Bentuk Uang Hias (Studi Kasus Di
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur), Institut Agama Islam
Negeri Metro.
Jafar Muhammad, 2021, Hukum Hafalan Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Mahar
Nikah (Studi Terhadap Hadis Tentang Mahar), Vol: 8, No. 2, Acah: Al-
Mizan.
Samad Muhammad Yunus, 2017, Hukum Pernikahan Dalam Islam, Vol. 5 No. 1,
Parepare: Istiqra.
Muhazir, 2018, Aqad Nikah Pespektif Fiqh Dan Kompilasi Hukum Islam Vol. 6,
No. 2, Langsa: Al-Qadha.
Nilamsari Natalina, 2014, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian
Kualitatif, Volume Xiii No.2, Jakarta: Wacana.
Azizah Nuril, 2014, Hadits-Hadis Tentang Keutamaan Nikah Dalam Kitab Lubab
Al-Hadits Karya Jalal Al-Din Al-Suyuthi, Vol. 12 No. 1 Ponorogo:
Dialgia.
Rahmawati Nurul Alifah, 2017, Penggunaan Teknologi Informasi Dalam
Pelayanan Sumber Informasi Di Perpustakaan, Vol. 9, No. 2, Yogyakarta:
Libria.
Halomoan Putra, 2016, Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan
Ditinjau Menurut Hukum Islam , Vol. 02. No. 2. Padang sidumpun: Lenter
pustaka.
Ainiyah Qurrotul, 2020, Kedudukan Wali Dalam Pernikahan (Perspektif Imam
Syafi’i Dan Imam Hanafi), Vol 3 Nomor 2, Sidoarjo: Mukammil.
Tribuana Robi Rendra, 2019, Hukum Menikah Ketika Sakit Yang Menghalangi
Keharmonisan Rumah Tangga Analisis Pendapat Imam Malik Bin Anas,
Vol. 18, No. 1, Pekanbaru: Al-Fikra.
30
Marlian Sapri , 2014, Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Mahar Mitsil Yang
Belum Dibayar Ketika Suami Meninggal Dunia Qabla Dukhul”, Riau:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Sabiq Sayyid, 2008, Fiqih Sunnah, Jakarta: Cakrawala.
Maharani Sifa, 2018, Konsep Mahar Menurut Imam Syafi’i Dan Relevansinya
Dengan Kompilasi Hukum Islam, Universitas Negeri Makassar.
Supenianto, 2011, Himpunan Peraturan Perundang–Undangan Yang Berkaitan
Dengan Kompilasi Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya,
Jakarta : Pustaka Setia.
Supriyadi, 2016, Community Of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi
Pengetahuan Antar Pustakawan, Vol. 02. No. 2, Semarang: Lentera
Pustaka.
Nisa Sururiyah Wasiatun, Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam, Vol. 21,
No. 2, 2021, Riau: Hukum Islam.
Nur Syamsiah, 2022, Fikih MunakahatTasikmalaya : Hasna Pustaka.
Rahmawati Theadora, 2021, Fiqih Munakahat 1 (Dari Proses Menuju Pernikahan
Hingga Hak Dan Kewajiban Suami Istri) Pamengkasan: Cv Duta Media.
Tim Penyusun INAIFAS, 2020, Pedoman Penuli san Karya Ilmiyah. Edisi
Revisi. Jember: INAIFAS PRESS Kencong-Jember.
Fauziyah Ulfiyatul(dkk), 2020, Tinjauan Maqasid Al-Syari’ah Terhadap
Penetapan Permohonan Wali Adhal Di Pengadilan Agama Lamongan
Studi Terhadap Penetapan No. 0073/Pdt.P/2008/Pa.Lmg, Vol. I, No. 2,
Tuban: The Indonesian Journal Of Islamic Law And Civil Law.
Undang-Undang Tentang Perkawinan, Bab 1 Dasar Perkawinan, 2015, Jakarta:
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.
Zulaifi, 2021, Kontekstualisasi Mahar Menurut Pemikiran Ulama Empat Mazhab
Dan Relevansinya Di Era Kontemporer, (Mataram Ntb: Program Studi
Hukum Keluarga Islam (Hki) Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri
(Uin) Mataram.
31