PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Ahmad Ma`mun Faozi
NIMKO: 202044030511
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG JEMBER
OKTOBER 2023
KONSEP MAHAR MITSIL MENURUT SYEKH NAWAWI
BANTEN DALAM KITAB NIHAYATUZ ZAIN
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember
Untuk Mengikuti Seminar Proposal
Fakultas Syari’ah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah
Oleh :
AHMAD MA`MUN FAOZI
NIM: 202044030511
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Al-Falah As-Sunniyyah Kencong Jember
Untuk Mengikuti Seminar Proposal
Fakultas Syari’ah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah
Oleh :
AHMAD MA`MUN FAOZI
NIM: 202044030511
Disetujui
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyahh
Universitas Al-Falah As-Sunniyyah
Kencong Jember
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................i
Halaman Persetujuan......................................................................................ii
F. Definisi Istilah......................................................................................... 8
iii
A. Judul Penelitian
B. Latar Belakang
Menyatukan dua pasang manusia paling baik dan diakui adalah dengan
melakukan proses penyatuan yang disebut dengan pernikahan. Perkawinan
menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.3 Seperti halnya yang sudah disebutkan dalam Undang-
1
Ulfiyatul Fauziyah(Dkk), Tinjauan Maqasid Al-Syari’ah Terhadap Penetapan Permohonan Wali
Adhal Di Pengadilan Agama Lamongan Studi Terhadap Penetapan No. 0073/Pdt.P/2008/Pa.Lmg,
Vol. I, No. 2, (Tuban: The Indonesian Journal Of Islamic Law And Civil Law, 2020), 140.
2
Abdul Ridho Hamdi (Dkk), Penetapan Wali ‘Adhol Dalam Perkawinan Masyarakat Muslim, Vol.
8, No. 1, (Binjai: Jurnal Nuansa Akademik, 2023), 47.
3
Supenianto (dkk), Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2011), 64.
1
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang berbunyi
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.4
ضلِ ِه ْي ِم ْن عِبَ ِاد ُك ْم َوإِ َمابِ ُك ْم إِ ْن يَ ُك ْونُ ْوا فُ َقَراءَ يُ ْغنِ ِه ُم ه
ْ َاَّللُ ِم ْن ف ِ ِ واَنْكِحوا ْاْلََيمى ِمْن ُكم وال ه
َ ْ صل ح َْ ََ ُ َ
يمِ ِ وه
ٌ اَّللُ َواس ٌع َعل َ
Artinya:
ََل تَ ْسأ َِل الْ َم ْرأَةُ طَ ََل َق: صلهى هللاُ َعلَْي ِه َو َسله َم ِ َ ََِب ُهَريْ َرةَ َر ِض َى هللاُ َعْنهُ ق
َ ال َر ُس ْو ُل هللا َ َال ق ْ َِع ْن أ
ص ْف َحتَ َها َولَتَ ْنكِ ْح فَإِ هن ََلَا َما قُ ِد َر ََلَا َ اختِ َهالِتَ ْستَ ْف ِر
َ غ ْ
Artinya:
"Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: “Rasulullah SAW. Bersabda: “Seorang
wanita janganlah minta perceraian saudara perempuannya (dari suaminya)
4
Jamaluddin dan Anda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi: Unimal Press, 2016),
307.
5
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 503.
2
supaya ia menumpahkan pinggangnya. Dan hendaklah ia menikah,
sesungguhnya ia memperolah apa yang telah ditetapkan untuknya.”6
Artinya:
“Dari Sahal bin Sa'ad bahwa Nabi saw. berkata kepada se- orang lelaki :
Kawinlah, kendatipun dengan maskawin dari besi."8
Selain mahar bisa diberikan denagan materi, mahar juga bisa diberikan
dengan memberikan manfaat, nabi telah mencontohakan boleh memberi mahar
berupa mengajarkan Al-Quran pada hadis beliau yang ada pada kitab Sahih
Bukhori hadis tersebut sebagai berikut :
6
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 8, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 485.
7
Muhazir, Aqad Nikah Pespektif Fiqh Dan Kompilasi Hukum Islam, Vol. 6, No. 2, (Lansa: Al-
Qadhâ, Juli – Desember 2018), 28.
8
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 7, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 79.
3
ِ ول هللاِ صلهى هللا علَي ِه وسلهم إِ ْذ قَام ِ ند رس ِ ِ ِ ِ ُ عن سه ِل اب ِن سع ِد ال هساعِ ِدي ي ُق
ت َ َ ََ َْ ُ َ ُ َ َ ول إِيِن لَفي الْ َق ْوم ع َ َْ ْ َْ َْ
ت ِ ِ َول هللاِ إِ هَّنَا قَ ْد وهبت نَ ْفسها ل
ْ َت فَ َقال ْ ك فَلَ ْم ُُيبُ َها َشْي ئًا ُثُه قَ َام
َ َك فَ َرفْي َه َار أَي
َ َ َ ْ ََ َ َ ت ََي َر ُس ْ َْامَرأَةٌ فَ َقال
ت إِ هَّنَا ِ ِ اَّللِ إِ هَّنَا قَ ْد وهبت نَ ْفسها لَك فَرفِيها رأَيك فَلَم ُيب ها َشي ئا ُثُه قَام
ْ َت الثهالثَةَ فَ َقال َ ً ْ َ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ول ه َ ََي َر ُس
ال َه ْل عِنْ َد َك َ َ ق، َنك َخْي َها ِ اَّللِ أول ه َ ال ََي َر ُس َ ك فَ َق َام َر ُجل فَ َق َ َك فَ َريْ َه َار أَي
َ َت نَ ْف َس َها لْ َفَ َق ْد َوَهب
َما: ال َ ُثُه َجاءَ فَ َق، ب َ َب فَطَل
ٍِ ِ
َ ب َولَ ْو َخاَتََا م ْن َحديد فَ َذ َه ُ ُب فَاطْل ْ ال ا ْذ َه َ َ ق، ال ََل َ َِمن َش ْي ٍء ق
َمعىن ُس ْوَرةُ َك َذا: ال َ َرآن َش ْي ؟ ق ِ ك ِمن ال ُق ٍ وج ْدت َشي ئا وََل خاَتََا ِمن ح ِد
َ َ ال َه ْل َم َع َ فَ َق، يد َ ْ َ َ ًْ ُ َ َ
. ك ِمن القرآن َ ب فَ َق ْد أَنْ َك ْحتَ َك َها مبَا َم َعْ ال ا ْذ َه
َ ََو ُس ْوَرةُ َك َذا ق
Artinya:
“Dari Sahal bin Sa'ad As Sa'idiy katanya: "Sesungguhnya saya berada pada
kaum disisi Allah saw, tatkala ada seorang perempuan ber diri seraya berkata:
"Wahai Rasulullah saw., sesungguhnya dia telah memberikan dirinya, maka
bagaimana pendapatmu?". Beliau tidak menjawab sedikitpun. Wanita itu bediri
seraya berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia telah memberikan
dirinya, maka bagaimana pendapatmu?". Kemudian ada seorang laki-laki
berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah saw., kawinkanlah saya dengannya".
Nabi bertanya: "Apakah engkau memiliki sesuatu?". Dia menjawab: "Tidak".
Nabi berkata: "Pergilah, maka carilah meskipun hanya sebuah cincin dari
besi". Lalu ia pergi mencari kemudian datang seraya berkata: "Saya tidaklah
menemukan sesuatu kendatipun hanya sebuah cincin dari besi". Nabi bertanya:
"Apakah engkau menguasai sesuatu dari Al Qur'an?". Dia menjawab: "Saya
mempunyai surat demikian dan surat demikian". Nabi berkata: "Pergilah,
maka sesungguhnya saya telah memilikkannya kepadamu dean maskawin
sesuatu dari Al Qu’ran .”9
9
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 7, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 77-79.
4
seperti membangun rumah, menjahit pakaian, melayani dalam waktu tertentu
atau mengajarkan Al-Quran kepada sang istri.10
Mengenai jenis mahar, para ulama fiqh sepakat bahwa mahar dibagi menjadi
dua jenis, yaitu mahar musamma dan mahar mitsil (sebanding).11
A. Mahar Musamma
Mahar Musammā adalah mahar yang disepakati oleh pengantin laki-
laki dan pengantin perempuan yang disebutkan dalam redaksi akad.12
B. Mahar Mitsil
Mahar Mitsil adalah mahar yang jumlahnya ditetapkan menurut
jumlah yang biasa diterima oleh keluarga pihak istri, karena pada waktu
akad nikah jumlah mahar itu belum ditetapkan bentuknya.13
10
Sifa Maharani, Konsep Mahar Menurut Imam Syafi’i Dan Relevansinya Dengan Kompilasi
Hukum Islam, (Universitas Negeri Makassar, 2018), 43.
11
Muhammad Fikri Nur Fathoni, Faktor-Faktor Penyebab Calon Pengantin Memilih Mahar
Dengan Bentuk Uang Hias (Studi Kasus Di Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur),
(Institut Agama Islam Negeri Metro, 2018), 15.
12
Syamsiah Nur, Fikih Munakahat(Tasikmalaya: Hasna Pustaka,2022 ), 87.
13
Syamsiah Nur, Fikih... ...88.
5
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah
selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat
teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan
masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penulis harus realistis.15
14
Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. Edisi Revisi. (Jember: INAIFAS
PRESS Kencong-Jember, 2020), 37.
15
Tim Penyusun INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. Edisi Revisi, (Jember: INAIFAS
PRESS Kencong-Jember, 2020), 31.
6
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Kampus
3. Bagi Masyarakat
7
F. Definisi Istilah
Definisi istilah dalam judul “Konsep Mahar Mitsil Menurut Syekh Nawawi
Banten Dalam Kitab Nihayatuz Zain”
1. Konsep
Konsep menurut kamus bahasa Indonesia adalah gambaran mental dari
objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
akal budi untuk memahami hal-hal lain.16
2. Mahar
Mahar merupakan pemberian wajib dari calon suami kepada calon
istrinya sebagai ketulusan hati calon suami untuk menciptakan rasa cinta
pada seorang suami untuk calon istrinya17
3. Mahar Mitsil
Mitsil adalah sebutan dari salah satu jenis mahar yang mengandung arti
mempelai pria memberikan mahar kepada mempelai wanita tanpa
menyebutkannya pada waktu akad nikah atau ijab qobul. Jumlah mahar
yang diberikan kepada mempelai wanita biasanya ditetapkan juamlah yang
bisa diterima oleh keluarga mempelai wanita atau jumlah yang sekiranya
sama dengan saudara perempuan mempelai wanita.
4. Syekh Nawawi Al-Bantani
Al-Imaam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-
Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i juga dikenal dengan nama Syekh
Nawawi al-Bantani (lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah
atau tahun 1813 M, meninggal di Mekah, Hijaz, sekitar tahun 1314 Hijriyah
atau 1897 M) adalah salah satu ulama besar Indonesia yang bereputasi
bersekala internasional yang menjadi Imam Masjid Raya Arab Saudi.
Beliau bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia. Beliau
adalah seorang ulama yang sangat produktif dan intelektual dalam menulis
16
Konsep menurut KBBI, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konsep, diakses tanggal 19 September
2023.
17
Syamsiah Nur, Fikih Munakahat, (Tasikmalaya: Hasna Pustaka, 2022), 79.
8
kitab-kitab, karyanya berjumlah tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi
berbagai bidang diantaranya Fikih, Tauhid, Tasawuf, Tafsir Dan Hadis.18
5. Kitab Nihayatuz Zain
Kitab Nihayatuz Zain Kitab ini merupakan syarah kitab Qurrah al-
Ain kitab fiqh Mazhab Syafi’i karya al-‘Allamah Syaikh Zaynuddin Ahmad
bin Abdul Aziz bin Zaynuddin al-Malibari al-Fannani (987H). Kitab
Nihayah al-Zain fi Irsyad al-Mubtadi-in ()نهاية الزين في إرشاد المبتدئين
merupakan kitab fiqih Mazhab Al-Syafi'i yang dijadikan rujukan para
ulama. Kitab ini merupakan salah satu karya berkualitas yang disusun oleh
Al-'Allamah Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Tanari Al-Bantani
(1314H).19
G. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-Bantani, Diakses tanggal 20 September 2023.
19
https://abusyahmin.blogspot.com/search?q=nihayah+zain, Diakses tanggal 2 Oktober 2023.
9
hadits).Didalam sekripsi ini membahas tentang wanita yang maharnya
belum ditentukan dan belum pernah disetubuhi oleh suaminya menurut
pedapat dari HR. Ahmad bahwa wanita tersebut berhak mendapat
maskawin atau mahar dan mendapatkan harta warisan.
ِ ٍ ِ
ْصوٍر َع ْن إِبْ َراه َيم َع ْن َع ْل َق َمةَ َع ْن ابْ ِن َم ْسعُود أَنههُ ُسئ َل َع ْن َر ُج ٍل تَ َزهو َج ْامَرأَةً َوََل
ُ َع ْن َمْن
ص َد ِاق نِ َسائِ َها ََل ِ ٍ ِ
َ ال ابْ ُن َم ْسعُود ََلَا مثْ ُل
َ َات ق
َ ص َداقًا َوََلْ يَ ْد ُخ ْل ِبَا َح هَّت َم ْ يَ ْف ِر
َ ض ََلَا
ٍ َاث فَ َقام مع ِقل بن ِسن
َ ان ْاْلَ ْش َجعِ ُّي فَ َق ِ ِ
ال ُ ْ ُ ْ َ َ ُ ط َو َع َل يْ َها الْع هدةُ َوََلَا الْم َري
َ َس َوََل َشط
َ َوْك
ت
َ ضْي
ِ ٍِ ِ ِ اَّلل علَي ِه وسلهم ِِف ب روع بِْن
َ َت َواش ٍق ْامَرأَة منها مثْ َل َما ق َ َ َْ َ َ َ ْ َ ُصلهى ه
ِول ه
َ اَّلل ُ ضى فِينَا َر ُس
َ َق
ٍ فَ َفرِح ابن مسع
ود َر ِض َي ه
ُاَّللُ َعْنه ُْ َ ُْ َ
Artinya :
“Dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud, bahwa dia pernah ditanya tentang
seorang laki-laki yang menikah dengan seorang wanita, ia belum
menentukan maskawin dan belum menggaulinya, hingga laki-laki itu
meninggal dunia. maka Ibnu Mas’ud berkata, “Ia berhak mendapatkan
maskawin seperti layaknya wanita lainnya, tidak kurang dan tidak
lebih, ia wajib beriddah dan memperoleh warisan. muncullah Ma’qil
bin sinan Al-Asyja’i dan berkata, “Rasulullah shalallahu Alaihi wa
sallam pernah menetapkan terhadap Barwa’ binti Wasyiq – salah
seorang perempuan dari kami – seperti yang engkau tetapkan, maka
gembiralah Ibnu Mas’ud dengan ucapan tersebut”.20
Sedangkan meurut pendapat Imam Malik berbeda pendapat,
menurut Imam Malik wanita yang belum ditentukan maharnya ( mahar
mitsil ) dan belum disetubuhi oleh suaminya lalu suaminya meninggal
maka istri tersebut tidak mendapatkan maskawain tetapi hanya
20
Sapri Marlian, “Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Mahar Mitsil Yang Belum Dibayar
Ketika Suami Meninggal Dunia Qabla Dukhul”, (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, 2014), 6.
10
mendapatkan harta warisan. Adapun kebijakan Imam Malik mengenai
tidak dibayarnya mahar mitsil akibat meninggalnya suaminya Qobla
Dukhul adalah atsar para sahabat yang diturunkan oleh Imam Tirmidzi
yang berbunyi:
ٍ ِاَّللُ َعلَْي ِه و َسلهم ِمْن ُهم َعلِ ُّي بْن أَِِب طَال صلهى ه ِ ْ ض أ َْه ِل الْعِلْ ِم ِمن أ
ب ُ ْ َ َ َص َحاب النِ ِي
َ هِب ْ ُ ال بَ ْعَ َق
ِ ٍ ِوَزي ُد بن ََثب
ْ اس َوابْ ُن عُ َمَر إِذَا تََزهو َج الهر ُج ُل الْ َم ْرأَةَ َوََلْ يَ ْد ُخ ْل ِبَا َوََلْ يَ ْف ِر
ض ََلَا ٍ ت َوابْ ُن َعبه ُْ ْ َ
ُاق ََلَا َو َعلَْي َها الْعِ هدة َ ص َد َ اث َوََل ُ ات قَالُوا ََلَا الْ ِم َري
َ ص َداقًا َح هَّت َم
َ
Artinya :
“Sebagian Ahli Ilmu dari sahabat Nabi SAW berkata: diantara mereka
adalah Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar
“Apabila seorang laki-laki menikahi seorang perempuan dan belum
terjadi hubungan badan (qobla dukhul), dan maharnya belum
ditentukan, sehingga suami meninggal dunia, mereka berkata: si istri
berhak mendapatkan warisan dan tidak berhak mendapatkan mahar
dan istri wajib beriddah”. 21
21
Sapri Marlian, “Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Mahar Mitsil Yang Belum Dibayar
Ketika Suami Meninggal Dunia Qabla Dukhul”, (Riau: Universitas Jember, 2019), 8.
11
Normatif. Penelitian ini mendeskripsikan tentang perkawinan yang
calon mempelai pria pada saat Akad Nikah tidak menyebutkan
mahar.Perkawinan yang tidak menyebutkan mahar dalam Akad Nikah
dibolehkan oleh Agama Islam dan tidak bertentangan dengan pasal 31
Instruksi Presiden Republik Indonesia No 1 Tahun 1991 Tentang
Penyebaran Kompilasi Hukum Isalm dengan sarat pihak mempela pria
sepakat terhadap jumlah yang ditentukan oleh kedua belah pihak.22
c. M.Kevin Zulqarnain Dengan Skripsinya Yang Berjudul “Mahar Jasa
Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i”.Metode penelitian ini termasuk dari
jenis penelitian kepustakaan (library Reasearch), sedangkan dilihat dari
sifat penelitian ini termasuk penelitian Deskriptif Analisis.Penelitian ini
membahas tentang mahar jasa dalam pandangan Mazhab Hanafi dan
Mazhab Syafii`i dan faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat
antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi`i. Faktor yang menyebabkan
perbedaan pendapat antara dua Mazhab yaitu Mazhab Imam Sayfi`i dan
Mazhab Imam Hanafi terletak pada pemahaman dan penerimaan hadits
yang diterima oleh kedua belah belah Mazhab. Mazhab Hanafi menolak
hadis riwayat Sahl bin Sa’ad as Saidy tentang minimal mahar karena
tidak memenuhi syarat dan minimal mahar yang harus dibayarkan
adalah 10 dirham. Sedangkan Mazhab Syafi'i berpendapat bahwa
sesuatu yang halal dan bermanfaat, dapat dijual atau disewakan boleh
dijadikan mahar.
Dari semua Sekripsi terdahulu penulis menemukan perbedaan
dan persamaan. Perbedaanya adalah penelitian terdahulu menerangkan
tentang pendapat Imam Malik mengeneai mahar mitsil yang belum
dibayar dan suami meninggal dulu sebelum bercampur dengan istrinya,
juga pendapat Imam Syafi`i dan Iman Hanafi mengenai mahar jasa, serta
ada juga pendapat yang membahas Mahar yang tidak disebutkan dalam
Gita Micahya, “Pemberian Mahar Yang Tidak Diucapkan (Mahar Mitsil) Kepada Calon Istri
22
Dalam Pernikahan”, (Jember: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), 22.
12
pernikahan. Persamaan dari skripsi terdahulu dengan peneliti sekarang
adalah sama-sama membahas tentang Mahar.
2. Kajian Teori
A. Pernikahan
Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.23 Istilah nikah menurut
fiqh menggunakan kata nikah dan kata zawaj (berpasangan). Dalam
istilah bahasa Indonesia disebut perkawinan.24 Al-Qur'an menyebut
pernikahan dengan istilah mitzaqon gholidhon yang artinya janji yang
kuat. Hal ini tertuang dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 21:
Artinya :
23
Supenianto, himpunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan kompilasi hukum
islam serta pengertia dalam pembahasannya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2011), 64.
24
Muhammad Yunus Samad, Hukum Pernikahan Dalam Islam, Vol. 5 No. 1, (Parepare: Istiqra,
September 2017), 77.
25
Departemen Agama RI, ”Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang”, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 109.
13
Islam menganjurkan kepada umatnya agar melangsungkan
pernikahan salah satu anjuran Agama Islam tertuang pada ayat Al-
Qur'an yang tepatnya terdapat pada surat Ar-Rum ayat 21 sebagai
berikut :
1. Bagi orang yang sudah siap menikah dan khawatir jika tidak
menikah akan melakukan perbuatan keji yaitu berzina, maka
pernikahan adalah suatu keharusan bagi mereka. Karena melindungi
diri dari apa yang dilarang oleh hukum itu wajib, sedangkan
mencegah perbuatan zina tersebut hanya bisa dicegah dengan
perkawinan. Oleh karena itu, hukum menikah baginya adalah
wajib.27
2. Bagi seseorang yang sehat dan mampu menikah, namun masih
mampu menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan, jika ia tidak
26
Departemen Agama RI,” Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang”, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 585.
27
Sayyid Sabiq, “Fiqih Sunnah”, (Jakarta: Cakrawala, 2008), 208.
14
menikah, maka menikah adalah sunnah baginya, namun menikah
itu dianjurkan dan mungkin lebih utama dari amal lainnya.28
3. Perkawinan yang sah menjadi makruh bilamana seseorang layak
untuk nikahi dari segi fisik, namun belum terlalu mendesak dan
biaya perkawinan belum tersedia, maka jika perkawinan itu tidak
membahagiakan hidupnya, istrinya dan anak-anaknya, maka
perkawinan itu dihukumi makruh.29
4. Pernikahan yang sah menjadi haram ketika seseorang menyadari
bahwa ia tidak dapat hidup dalam berumah tangga, menunaikan
tugas-tugas internalnya, seperti menggauli istri atau ada hal-hal yang
membuat dia tidak mampu melayaninya seperti kebutuhan batinnya
karena sakit jiwa atau kusta atau penyakit kelamin lainnya, dia tidak
boleh berbohong tentang itu, tetapi dia harus menjelaskan semua itu
kepada suaminya. Ibarat seorang pedagang yang harus menjelaskan
kondisi barangnya jika ada cacat.30
5. Perkawinan dihukumi mubah apabila seseorang tidak ada suatu
perkara yang menghambat atau menghalangi terjadinya
perkawinan.31
Dari semua hukum pernikahan yang telah dipaparkan di atas
menyimpulkan bahwa bergantinya hukum pernikahan dipengaruhi
oleh keadaan orang tersebut.
28
Sayyid Sabiq, “Fiqih Sunnah”, (Jakarta: Cakrawala, 2008), 209.
29
Dwi Dasa Suryantoro, Ainur Rofiq, Nikah Dalam Pandangan Hukum Islam, Vol. 07. No.1 ,
(Situbondo: Ahsana Media, 2021), 41.
30
Dwi Dasa Suryantoro dan Ainur Rofiq, Nikah Dalam Pandangan Hukum... ...41.
31
Sayyid Sabiq, ”Fiqih Sunnah”, (Jakarta: Cakrawala, 2008), 209.
15
adalah sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah atau tidaknya
suatu amalan (ibadah), dan yang termasuk dalam rangkaian pekerjaan
tersebut, seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbiratul ihram
untuk shalat. Sedangkan Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh
seseorang sebelum melakukan sesuatu, misalnya menikah, syarat yang
harus dipenuhi antara lain sudah dewasa, mempunyai calon pengantin,
adanya wali, saksi dan lain sebagainya.32
1. Wali
2. Mahar
3. Calon Suami
4. Calon Istri
5. Shighat33
1. Calon Istri
2. Calon Suami
3. Wali
4. Dua Orang Saksi
5. Shighat34
Menurut Imam Hanafi wali bukanlah rukun yang harus ada dan
bukan merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya hukum
menikah, tetapi hanya sebagai pemenuhan perjanjian perkawinan,
kecuali perkawinan wanita belum dewasa dan atau orang gila bukan
32
. M. Kevin Zulqarnain, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i, (Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, 2019).
33
Robi Rendra Tribuana, Hukum Menikah Ketika Sakit Yang Menghalangi Keharmonisan Rumah
Tangga Analisis Pendapat Imam Malik Bin Anas, Vol. 18, No. 1, (Al-Fikra: Jurnal Ilmiah
Keislaman, 2019), 128-129.
34
Ahmad Atabik Dan Khoridatul Mudhiiah, Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam,
Vol. 5, No. 2, (Kudus: Yudisia, 2014), 291.
16
ketika dia sudah dewasa. Wali hanyalah syarat sah dalam perkawinan
orang yang tidak dewasa, gila dan budak. Jika tidak, tidak diperlukan
untuk nikahnya wanita Mukallaf yang merdeka, sehingga tanpa izin wali
pun, nikahnya tetap sah.35 Adapun rukun nikah menurut Sebagian ulama
Hanafiyah cukup dengan ijab dan qabul, akad dilaksanakan oleh wali
pihak perempuan dengan calon mempelai pria, reaksi calon mempelai
pria disebut dengan qabul).36
1. Calon Suami
2. Calon Istri
3. Wali Nikah
4. Dua Orang Saksi
5. Ijab Dan qabul.37
35
Qurrotul Ainiyah, “Kedudukan Wali Dalam Pernikahan, Perspektif Imam Syafi’i Dan Imam
Hanafi”, Vol 3, (Sioarjo: Mukammil, 2020), 118.
36
. M. Kevin Zulqarnain, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i, (Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, 2019).
37
Supenianto, Himpunan Peraturan Perundang–Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2011), 66.
38
Sururiyah Wasiatun Nisa’, “Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam”, Vol. 21, No. 2, (Riau:
Hukum Islam, 2021), 309.
17
5. Mempelai pria dalam keadaan ridho dan tidak ada keterpaksaan
untuk menikahi calon istrinya.
Pernikahan tidak akan sah tanpa adanya wali nikah, pada KHI wali
nikah nasab dibagi menjadi empat klompok, yang mana kedudukannya
berurutan, kelompok yang satu didahulukan dan kelompok yang lain
sesuai dengan urutan kekerabatan dengan mempelai wanita.
Sururiyah Wasiatun Nisa’, “Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam”, Vol. 21, No. 2, (Riau:
39
18
4. Kelompok keempat yakni kelompok saudara laki-laki kandung
kakek, saudara laki-laki seayah, dan keturunan laki-laki mereka.40
Wali dan saksi bertanggung jawab atas keabsahan akad nikah. Oleh
karena itu, tidak semua orang dapat menjadi saksi atau wali, namun yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
40
Supenianto, Himpunan Peraturan Perundang–Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2011), 68.
41
Sururiyah Wasiatun Nisa’, Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam, Vol. 21, No. 2, (Riau:
Hukum Islam, 2021), 307.
42
Sururiyah Wasiatun Nisa’, Akad....307.
43
Dea Salma Sallom, Syarat Ijab Kabul Dalam Perkawinan: Ittihad Al-Majlis Dalam Akad Nikah
Perspektif Ulama Empat Madzhab, Vol. 22, No. 2, (Yogyakarta: Hukum Islam, 2022) 163.
19
B. Mahar
Dalam bahasa Arab mahar biasa disebut shaduqat (QS An-Nisa
ayat 4) :
44
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 105.
45
Gita Micahya, “Pemberian Mahar Yang Tidak Diucapkan (Mahar Mitsil) Kepada Calon Istri
Dalam Pernikahan”, (Jember: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), 19.
46
Supenianto, Himpunan Peraturan Perundang–Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi
Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2011), 19.
47
Putra Halomoan, Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan Ditinjau Menurut
Hukum Islam, Vol. 02. No. 2, (Padangsidampun: Lentera Pustaka, 2016), 109.
20
Meneurut pendapat Imam Syafi'i juga mengatakan bahwa mahar
adalah sesuatu yang harus diberikan oleh laki-laki kepada perempuan
agar dapat menguasai seluruh bagian tubuhnya. Jika wanita tersebut
telah menerima mahar tersebut tanpa paksaan atau tipu muslihat dan
memberikannya kepadanya, maka dia boleh menerimanya dan tidak
dipersalahkan.48
Dasar hukum mahar tertuang dalam Al-Qur’an Surah An- Nisa ayat
25 yang beerbunyi sebagai berikut :
48
Putra Halomoan, Penetapan Mahar Terhadap Kelangsungan Pernikahan Ditinjau Menurut
Hukum... ...109.
21
tentang keimananmu. Sebagian kamu adalah sebagian dari yang lain
(seketurunan dari Adam dan Hawa). Oleh karena itu, nikahilah mereka
dengan izin keluarga (tuan) mereka dan berilah mereka maskawin
dengan cara yang pantas, dalam keadaan mereka memelihara kesucian
diri, bukan pezina dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-
laki lain sebagai piaraannya. Apabila mereka telah berumah tangga
(bersuami), tetapi melakukan perbuatan keji (zina), (hukuman) atas
mereka adalah setengah dari hukuman perempuan-perempuan merdeka
(yang tidak bersuami). Hal itu (kebolehan menikahi hamba sahaya)
berlaku bagi orang-orang yang takut terhadap kesulitan (dalam
menghindari zina) di antara kamu. Kesabaranmu lebih baik bagi kamu.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.49
49
Departemen Agama RI, ”Al-Quran Dan Terjemahnya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Balitbang”, (Jakarta: Diklat Kemenag Ri, 2019), 111.
22
صلهى ٍ ِ ٍ ِ ٍ
َ هِبُّ ِ فَ َرأَى الن، س َعلَى َوْزد نَ َواة َ ََعن اَنس أَ هن َعْب َد الهر ْْحَن ابْ َن َع ْوف تَ َزهو َج ْامَرأَةٌ أَن
َت ْامَرأَةٌ َعلَى َوْزِن نَ َواةٍ َو َع ْن قَتَ َادة
ُ ال إِِيِن تََزَو َج َ اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم بَ َش
َ اشةَ الْعُ ْر ِس فَ َسأَلَهُ فَ َق ه
ٍ ف تََزوج ْامرأَةً َعلَى وْزِن نَواةٍ ِم ْن ذَ َه ٍ ِ َع ْن اَلن
.ب َ َ َ َ َ أَ هن َعْب َد الهر ْْحَ ِن ابْ َن َع ْو: هس
Artinya:
Dari Anas bahwa Abdurrohman bin Auf kawin dengan seorang wanita
dengan mahar emas seberat biji kurma, lantas Nabi melihat kecerahan
wajah Pengantin pria. Nabi bertanya kepadanya, Ialu Abdurohman
menjawab: "Sesungguhnya saya telah menikah dengan seorang wanita
dengan maskawin seberat biji kurma (dari emas). Dari Qotadah dari
Anas bahwa Abdurrohman bin Auf kawin dengan seorang wanita
dengan mahar emas seberat biji kurma"50
Syarat-syarat mahar sebagai berikut:51
1. Sesuatu yang dijadikan mahar wajib hal yang berharga dan bisa
diambil manfaatnya walaupun sedikit.
2. Barang yang dijadikan mahar harus suci, tidak sah apabila mahar
sesuatu yang najis dan haram seperti kahamar, babi dan darah.
3. Mahar tidak boleh ghasab, mahar harus milik sendiri.
4. Sesuatu yang dijadikan mahar harus jelas, diketahui bentuk dan
jumlahnya.
Dari syarat-syarat mahar diatas disimpulkan bahwa pemillihan mahar
itu tidak boleh sembarangan, mahar yang diberikan kepada istri harus
mahar yang benar-benar terjaga aman dari hal-hal yang mungkin bisa
menimbulkan masalah dan pengambilan mahar tidak boleh
mengandung hal yang dilarang agama seperti dilarang mahar yang
mengandung najis, hasil mencuri, hasil ghashab.Memang mahar itu
tidak ada batasan sedikit atau banyak tetapi mahar tidak boleh
menggunakan satu biji gandung dan sebagainya karena mahar harus
sesuatu yang bisa bermanfaat dan kemanfaatannya bisa dilihat secara
Achmad Sunarto, Tarjamah Sahih Bukhori 7, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 1993), 77.
50
Rusdaya Basri, ”Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah”, (Sulawesi Selatan: CV.
51
23
dahir seperti rumah, meja, tanah, baju. Mahar juga bisa menggunakan
jasa seperti menjahit, berkebun, mengajarkan Al-Qur’an dan lainnya.
52
Theadora Rahmawati, ”Fiqih Munakahat 1 Dari Proses Menuju Pernikahan Hingga Hak Dan
Kewajiban Suami Istri”, (Pamengkasan: Cv Duta Media, 2021), 88.
53
Theadora Rahmawati, ”Fiqih Munakahat 1....88.
54
Gita Micahya, “Pemberian Mahar Yang Tidak Diucapkan (Mahar Mitsil) Kepada Calon Istri
Dalam Pernikahan”, (Jember: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), 28.
24
perempuan dan seterusnya. Bagi Imam Hambali, hakim harus
menentukan mahar mitsil yang serupa dengan wanita yang dekat dengan
wanita tersebut, seperti ibu, bibi. Sedangkan Imamiyah Syi'ah
mengatakan bahwa mahar mitsil tidak memiliki ketentuan secara
syar'ah, nilainya ditentukan oleh seorang urf yang memahami
permasalahan perempuan, baik dari segi nasab maupun statusnya, serta
mengetahui kondisinya bisa bertambah atau berkurangnya Mahar.55
55
Muallim Hasibuan, “Mahar Musamma Dan Mahar Mitsil Dalam Pelaksanaan Perkawinan”, Vol.
09. No. 01, (Sabang: Al Ilmu, 2003), 29.
56
Dani Miharja,“Batasan Mahar Dalam Perkawinan Menurut Imam Syafi’i Dan Imam Malik”,
(Bandung: Universitas Islam Negeri Bandung, 2017), 29.
57
Muhammad Fanani, “Analisis Terhadap Istinbaṭ Hukum Imam Asy-Syafi’i Tentang Mahar Talaq
Qabla Ad-Dukhul Dalam Nikah Tafwiḍ”, (Yogyakarta : Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas
Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018), 22.
25
H. Metode Penelitian
58
Supriyadi, “Community Of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar
Pustakawan, Vol. 02. No. 2, (Semarang: Lentera Pustaka, 2016), 85.
59
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penelitian_Kualitatif, Diakses Tanggal 21 September 2023.
60
Nurul Alifah Rahmawati, “Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Sumber Informasi
Di Perpustakaan”, Vol. 9, No. 2, (Yogyakarata: Libria, 2017), 129.
26
pengetahuan baru, yang hanya mengulang dan mengorganisasikan
pengetahuan yang sudah ada. Sumber informasi meliputi sumber
sekunder diantaranya ensiklopedia, kamus, indeks, ringkasan, biografi
da lain-lain.61 Adapun sumber Sekunder dari penulisan karya ilmiyah
ini berupa dokumen-dokumen, jurnal-jurnal, penelitian terdahulu, buku-
buku yang ada kaitan dengan judul skripsi meskipun tidak secara
langsung.
3. Metode Pengumpulan Data
Metoe pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah metode
Dokumen, metode pengumpulan data Dokumen adalah metode yang
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan
menganalisis dokumen, baik tertulis maupun gambar, elektronik dan hasil
karya. Dokumen yang didapat dianalisis, dibandingkan dan dipadukan
membemtuk suatu kajian yang sistematis, terpadu dan utuh. Dokumenter
lebih dari sekedar mengumpulkan, penulisan dan pelaporan dalam Suatu
bentuk kutipan mengenai sekumpulan dokumen.Hasil penelitian yang
dilaporkan merupakan hasil analisis ke dokumen-dokumen tersebut.62
4. Metode Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam proposal ini yaitu:63
a. Editing
Tujuan dari langkah pengeditan adalah untuk mengurangi kesalahan
atau kekurangan pada daftar kalimat yang sudah selesai.Tahap editing
berarti upaya memverifikasi data yang diajukan oleh pengumpul data.
b. Sistematisasi
Sistematisasi adalah upaya mengelompokkan data yang telah diedit
secara sistematis kemudian diberi label menurut kategori dan urutan
permasalahan (sistematisasi) dengan tujuan menempatkan data tersebut
61
Nurul Alifah Rahmawati, “Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Sumber Informasi
Di Perpustakaan”, Vol. 9, No. 2, (Yogyakarta: Libria, 2017), 129.
62
Natalina Nilamsari, “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif”, Vol.13, No.2,
(Wacana, Juni 2014), 181.
63
. M. Kevin Zulqarnain, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i, (Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019).
27
dalam suatu kerangka pembahasan sistematisasi berdasarkan urutan
permasalahan.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika skripsi ini terdiri atas lima bab yang masing-masing bab
terdiri atas rangkaian pembahasan yang saling berhubungan antara satu dengan
yang lainya, sehingga membentuk suatu uraian sistematik sebagai satu kesatuan
yang lengkap dan benar.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Irfah Abu, 13 April 2014, Nihayah Zain,
https://abusyahmin.blogspot.com/search?q=nihayah+zain, diakses tanggal
2 Oktober 2023.
Jafar Muhammad, 2021, Hukum Hafalan Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Mahar
Nikah (Studi Terhadap Hadis Tentang Mahar), Vol: 8, No. 2, Acah: Al-
Mizan.
Konsep menurut KBBI, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konsep, diakses tanggal
19 September 2023.
Maharani Sifa, 2018, Konsep Mahar Menurut Imam Syafi’i Dan Relevansinya
Dengan Kompilasi Hukum Islam, Universitas Negeri Makassar.
Mahkamah Agung, 2011, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta : Mahkamah Agung RI.
Marlian Sapri, 2014, Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Mahar Mitsil Yang
Belum Dibayar Ketika Suami Meninggal Dunia Qabla Dukhul”, Riau:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Mitcahya Gita, 2014, Pemberian Mahar Yang Tidak Diucapkan (Mahar Mitsil)
Kepada Calon Istri Dalam Pernikahan, Jember: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Muhazir, 2018, Aqad Nikah Pespektif Fiqh Dan Kompilasi Hukum Islam Vol. 6,
No. 2, Langsa: Al-Qadha.
Nilamsari Natalina, 2014, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif,
Volume Xiii No.2, Jakarta: Wacana.
Nisa Sururiyah Wasiatun, Akad Nikah Online Perspektif Hukum Islam, Vol. 21, No.
2, 2021, Riau: Hukum Islam.
Nur Syamsiah, 2022, Fikih MunakahatTasikmalaya: Hasna Pustaka.
Rahmawati Nurul Alifah, 2017, Penggunaan Teknologi Informasi Dalam
Pelayanan Sumber Informasi Di Perpustakaan, Vol. 9, No. 2, Yogyakarta:
Libria.
Rahmawati Theadora, 2021, Fiqih Munakahat 1 (Dari Proses Menuju Pernikahan
Hingga Hak Dan Kewajiban Suami Istri) Pamengkasan: Cv Duta Media.
Sabiq Sayyid, 2008, Fiqih Sunnah, Jakarta: Cakrawala.
30
Samad Muhammad Yunus, 2017, Hukum Pernikahan Dalam Islam, Vol. 5 No. 1,
Parepare: Istiqra.
Sunarto Achmad, 1993, Tarjamah Sahih Bukhori 7, Semarang: Cv. ASY SYIFA’.
Supenianto, 2011, Himpunan Peraturan Perundang–Undangan Yang Berkaitan
Dengan Kompilasi Hukum Islam Serta Pengertia Dalam Pembahasannya,
Jakarta: Pustaka Setia.
Supriyadi, 2016, Community Of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi
Pengetahuan Antar Pustakawan, Vol. 02. No. 2, Semarang: Lentera Pustaka.
Suryantoro Dwi Dasa dan Rofiq Ainur, juli 2021, Nikah Dalam Pandangan Hulum
Islam, Vol. 07. No.1, Situbondo: Ahsana Media.
Tim Penyusun INAIFAS, 2020, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. Edisi Revisi.
Jember: INAIFAS PRESS Kencong-Jember.
Tribuana Robi Rendra, 2019, Hukum Menikah Ketika Sakit Yang Menghalangi
Keharmonisan Rumah Tangga Analisis Pendapat Imam Malik Bin Anas,
Vol. 18, No. 1, Pekanbaru: Al-Fikra.
Undang-Undang Tentang Perkawinan, Bab 1 Dasar Perkawinan, 2015, Jakarta:
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah.
Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-Bantani, diakses tanggal 20
September 2023.
Wikipedia, Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penelitian_Kualitatif, diakses Tanggal
21 September 2023.
Zukqarnain M. Kevin, 2019, Mahar Jasa Dalam Mazhab Hanafi Dan Syafi’i,,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Zulaifi, 2021, Kontekstualisasi Mahar Menurut Pemikiran Ulama Empat Mazhab
Dan Relevansinya Di Era Kontemporer, (Mataram Ntb: Program Studi
Hukum Keluarga Islam (Hki) Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (Uin)
Mataram.
31