Anda di halaman 1dari 30

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM UPAYA

MENANGGULANGI PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN

(Study Kasus di Kantor Urusan Agama Kec. Cisaat Kab. Sukabumi)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyusunan Skripsi

Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Sekolah Tinggi Agama Islam
Syamsul’Ulum Gunungpuyuh Sukabumi

Oleh: :

Nama : M. Fikri Hikmatullah

No Pokok/NIRM : 20.1.S1.063/014.06.0205.20

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SYAMSUL ‘ULUM


GUNUNGPUYUH KOTA SUKABUMI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Usulan Penelitian Skripsi dengan Judul:

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM UPAYA


MENANGGULANGI PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN

(Study Kasus di Kantor Urusan Agama Kec. Cisaat Kab. Sukabumi)

Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘ulum
Gunungpuyuh Kota Sukabumi

Diajukan Oleh:

Nama : M. Fikri Hikmatullah

No Pokok/NIRM : 20.1.S1.063/014.06.0205.20

Mengesahkan:

Penguji I Penguji II

.................................. ...............................

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Allah

SWT Tuhan semesta alam atas segala limpahan taufiq, inayahnya serta nikmat-

Nya kepada seluruh hamba-Nya terutama penulis yang selalu berjuang menimba

ilmu-Nya. Sholawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kehadirat

junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta seluruh

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya sampai akhir zaman. Syukur

alhamdulillah, berkat hidayah dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang amat sederhana ini yang berjudul “Peran Kantor

Urusan Agama (Kua) Dalam Upaya Menanggulangi Pernikahan Dibawah

Tangan”. Adapun Penulis skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program sarjana (S1) Program studi

Hukum Keluarga Islam guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Sukabumi, Desember 2023

Penulis

M. Fikri Hikmatullah

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

A. Judul Penelitian ................................................................................. 1


B. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9
1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E. Kajian Pustka .................................................................................... 10
F. Kerangka Berpikir ............................................................................. 17
G. Fokus Penelitian ................................................................................ 18
H. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 19
I. Sistematika Penelitian ....................................................................... 22
J. Metode Penelitian .............................................................................. 23
K. Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25

iii
A. Judul Penelitian

“PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM UPAYA


MENANGGULANGI PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN”
(Study Kasus di Kantor Urusan Agama Kec. Cisaat Kab. Sukabumi)

B. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak

bisa hidup sendiri, dan membutuhkan orang lain didalam mengarungi

bahtera kehidupan. Salah satu jalan mengarungi kehidupan adalah dengan

mengarungi pernikahan. Islam mendorong untuk membentuk keluarga,

islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena

keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang menjadi

pemenuhan keinginan manusia, tanpa menghilangkan kebutuhannya. 1

Perkawinan atau pernikahan merupakan salah satu bagian terpenting

dari siklus kehidupan manusia. Pernikahan merupakan peristiwa sakral

dalam kehidupan masyakat indonesia yang masih tetap menjunjung tinggi

nilai adat dan agama yang beraneka ragam. Perkawinan merupakan

sunatullah bagi manusia sebagai sarana untuk melangsungkan garis

keturunan selain itu perkawinan atau pernikahan merupakan sunah

nabiyyallah Muhammad Saw. Seperi dalam salah satu hadits Nabi yang

berbunyi “Nikah itu merupakan sunah ku, barang siapa yang membenci

1
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam,
(Jakarta:Amzah, 2012), h 23

1
sunah ku maka ia bukan dari golonganku..2Sebagaimana perintah Allah swt

dan Rasulullah saw. Allah SWT berfirman dalam Q.S. An-nur ayat:32

َ‫َو ِإ َمآئِ ُك ْمََۚ ِإنَيَ ُكونُواََفُقَ َرآ َء‬


َ ‫َم ْنَ ِعبََا ِد ُك ْم‬ َٰ ‫َو‬
ِ َ‫ٱلص ِل ِحين‬ ِ ‫َٱْل َ َٰيَ َم َٰى‬
َ ‫َمن ُك ْم‬ ْ ‫وأَن ِك ُحوا‬

َ َٰ ُ‫َۗوٱَّلل‬
َ‫َو ِسعَ َع ِلَيم‬ ِ ُ‫َيُ ْغنِ ِه ُمَٱَّلل‬
ْ َ‫َمنَف‬
َ َ‫ض ِلِۦه‬

Terjemahannya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang

diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba

sahayamu yang lelaki dan perempuan. jika mereka miskin Allah akan

memberi kemampuan kepada mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah maha

luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui”. 3

Pernikahan merupakan sebuah penghormatan dan penghargaan yang

tinggi terhadap harga diri yang diberikan oleh Islam khusus untuk manusia.

Dalam hukum Islam, Pernikahan harus dilaksanakan dengan memenuhi

syarat dan rukun Pernikahan.

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pernikahan berasal dari

kata “nikah” yang menurut bahasa artinya pernikahan yang dilakukan

dengan diawali mengikat perjanjian antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan untuk menjalin hubungan rumah tangga, perjanjian antara laki-

laki dan perempuan untuk menjalin hubungan suami istri secara sah yang

2
Thobibatussaadah, Tafsir Ayat Hukum Keluarga 1, (Yogyakarta: Idea Press, 2013)
Ahmad Hatta,Tafsir Qur’an Perkata: Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul &
3

Terjemah(Jakarta: Maghfira Pustaka,2009), h. 354

2
disaksikan oleh beberapa orang dan dibimbing oleh wali (dari pihak

perempuan).4

Adapun pernikahan menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor, 1

tahun 1974 di jelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan

yang Maha Esa. 5

Sedangkan definisi perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam adalah

akad yang sangat kuat atau mistaqan ghalidzan untuk menaati perintah

Allah Swt dan melaksanakannya merupakan ibadah.6

Dengan demikian bahwa tujuan perkawinan yang dikehendaki Al-

Quran adalah ketenangan hidup, adanya perlindungan. Untuk menciptakan

hidup yang tenang dengan cara saling mencintai dan mengasihi secara

intens. Semua itu harus bisa diwujudkan dalam keluarga dan memerlukan

ikhtiar yang sungguh-sungguh, teristimewa pada pasangan perempuan dan

laki-laki yang akan dan sedang membangun mahligai rumah tangga.

Pengetahuan tentang mewujudkan keluarga bahagia, kesadaran bersama

dalam membangun keluarga sehat dan berkualitas, kesungguhan dalam

mengatasi berbagai konflik di keluarga, serta komitmen dalam menghadapi

berbagai tantangan kehidupan global yang semakin berat.

4
Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality), 468
5
Abdul Manan.M.Fauzan,Pokok-pokokHukum Perdata,(Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2002), 149.
6
Direktorat Pembinaaan Badan peradilan Agama islam, Komplimasi Hukum Islam,
(Jakarta:2000), 14.

3
Aspek lain untuk mewujudkan tujuan perkawinan dalam al-quran

diatas bahwa perkawinan harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan

rukun perkawinan. Dimaklumi bersama yang menjadi rukun perkawinan

adalah calon mempelai, dua orang saksi, adanya wali nikah, dan ijab qabul.

Rukun nikah ini diharapkan dapat menjamin keabsahan nikah. Selain itu,

legalitas pernikahan harus dijamin melalui perundang-undangan yang

ditetapkan negara.7

Dalam konteks Indonesia, perkawinan dianggap sah selain memenuhi

syarat rukunnya juga harus tercatat. Sehingga secara legal formal

pernikahan seseorang diakui dan dijamin keabsahannya oleh negara.

Perkawianan yang sah akan memberikan rasa tenang dan tentram bagi siapa

saja yang menjalaninya. Ketenangan akan legalitas hubungan suami istri

legalitas atas anak-anak yang dilahirkan, terlindungi secara hukum oleh

negara.Rumah tangga lahir karena terjadinya perkawinan dan setiap orang

yang berumah tangga tentulah berharap rumah tangganya bahagia dan

kekal. 8

Dari kenyataan yang ada bahwa suatu pernikahan tidak selalu

langgeng. Tidak sedikit terjadi perceraian yang penyelesaian berakhir di

Pengadilan. Apabila pernikahaan itu terdaftar di KUA (Kantor Urusan

Agama) dan disamping itu juga mendapat akte nikah, maka untuk

menyelesaikan kasus perceraian itu lebih mudah mengurusnya. Berbeda

7
Thobibatussaadah, Tafsir Ayat Hukum Keluarga 1, h. 17
8
Maryani, “Implementasi Syariat Islam Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah: Kajian
Hukum Islam Dan Sosial Kemasyarakatan, (Jambi:IAIN Suthan Thaha Saifuddin Jambi
dan penerbit Al-Risalah), No. 1/juni 2011, h. 66

4
apabila tidak tercatat dan tidak ada akte nikah, maka pengadilan agama

tidak bersedia mengurusnya. Karena pernikahan itu dianggap seolah-olah

tidak pernah terjadi. Sekiranya hal semacam ini dibiarkan, maka banyak

orang yang melakukan akad nikah di bawah tangan. Sebagai resikonya,

apabila terjadi perselesihan tidak dapat di ajukan kepada Pengadilan Agama.

Pernikahan di bawah tangan biasannya dilakukan tanpa ada

pemberitahuan secara resmi kepada masyarakat luas, pelaksanaan akad

semacam ini memang boleh dan sah, walaupun tidak tercatat resmi oleh

negara.9 Kebanyakan orang meyakini bahwa nikah di bawah tangan di

anggap sah menurut hukum Islam apabila telah memenuhi rukun dan syarat-

syaratnya. Sekalipun pernikahan tersebut tidak dicatatkan di Kantor Urusan

Agama (KUA). atau perceraian itu dilakukan di luar sidang pengadilan

agama yang telah menjadi haknya. Akibat dari pemahaman tersebut timbul

dualisme hukum yang ada di negara Indonesia ini, yaitu disatu sisi

pernikahan itu harus dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dan disisi

lain pernikahan tanpa dicatatpun tetap berlaku dan diakui oleh masyarakat,

atau disisi lain perceraian itu hanya sah apabila di depan sidang pengadilan.

Dan disisi lain perceraian yang dilakukan diluar sidang pengadilan tetap

berlaku dan diakui oleh masyarakat.10

9
Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang, (Jakarta: Cendekiawa Sentra Muslim,
2002), 46.
10
Zahri, A. “Argunentasi Yuridis Pencatatan Perkawinan dalam Perspektif Hukum
Islam”.
Artikel diakses pada tanggal 11 November 2023 dari www.badilag.net/data/artikel,
perkawinan dibawah tangan tidak sah menurut hukum Islam.

5
Masalah perkawinan di Indonesia telah ada yang mengatur yaitu

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (Lembaran negara

No1 Tahun 1974), sebagai realisasi dari kebutuhan adanya peraturan tentang

perkawinan secara nasioanal. Penetapan umur sesuai dengan salah satu asas

yang dianut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan:

Undang-Undang perkawinan menganut prinsip bahwa calon suami istri

masak jiwa dan raganya. Hal ini sangat perlu untuk mewujudkan tujuan

perkawinan, ialah agar anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan

tersebut merupakan anak yang sehat. Disamping itu batas umur rendah

mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi hal mana adalah

bertentangan dengan usaha pemerintah untuk membatasi kelahiran dengan

menyelenggarakan Program Keluarga Berencana Nasional.

Penguatan persiapan perkawinan tidak hanya diorientasikan kepada

penguatan pengetahuan saja, namun juga memampukan pasangan nikah

dalam mengelola konflik dan menghadapi tantangan kehidupan global yang

semakin berat. upaya ini menjadi langkah strategis dalam memastikan

sebuah bangunan rumah tangga yang akan diciptakan, dibangun diatas

pondasi yang kuat dan kokoh. Sebagaimana yang tercantum dalam ayat Al-

Quran:

ِ ‫مَم ْنَأَنفُ ِس ُك ْمَأ َ ْز َٰ َو ًج‬


َ ‫اَلت َ ْس ُكنُ ٓواَ ِإلَ ْي َه‬
َ‫اَو َجعَ َل‬ ِ ‫وم ْنَ َءا َٰيَتِِۦٓهَأ َ ْنَ َخ َلقَ َلَ ُك‬
ِ

ََ‫ٍَلقَ ْو ٍمَ َيتَفَك ُرون‬ ََٰ ‫َو َرحْ َمةًََۚ ِإنَفِىَ َٰذَ ِل َك‬
ِ ‫َل َٰ َيت‬ َ ً ‫َب ْينَ ُكَمَم َودة‬

6
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir”. (Q.S Ar-Rum:21)

Kata “litaskunu” diartikan “agar cenderung dan merasa tenteram

(sakinah)”. Sakinah menurut Quraish Shihab (1999:191) adalah ketenangan

yang dinamis dan aktif. Untuk mencapai sakinah diperlukan kesiapan fisik,

mental, dan ekonomi, karena ketenangan itu memerlukan pemenuhan

kebutuhan fisik dan ruhani.

Di negara Indonesia, pernikahan itu sendiri memiliki beberapa

subbagian istilah diantaranya pernikahan monogami, pernikahan poligami,

pernikahan mut’ah, pernikahan bawah tangan, pernikahan adat, pernikahan

muhalil, pernikahan beda agama serta pernikahan-pernikahan lainnya yang

menjadi warna-warni di negara Indonesia. Akan tetapi pada permasalahan

ini, penulis hanya akan membahas tentang pernikahan dibawah tangan yang

terjadi didaerah penelitian.

Fenomena pernikahan di bawah tangan bukanlah fenomena yang baru

dan tidak aneh, sebab fenomena pernikahan semacam ini sudah dilakukan

oleh banyak kalangan masyarakat dari waktu ke waktu. Pelaku nikah di

bawah tangan ini terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dari segi usia,

tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. Pernikahan ini juga menimbulkan

kontroversi dari berbagai pihak dengan alasan merugikan kaum perempuan.

7
Pernikahan di bawah tangan saat ini sungguh merupakan akumulasi yang

didapat dari berbagai faktor diantaranya yaitu lemahnya sistem hukum

negara kita.

Yang menjadi fokus penelitian dalam hal ini adalah langkah apa saja

yang dilakukan oleh KUA Kabupaten Sukabumi dalam menanggulangi

pernikahan di bawah tangan sehingga dapat meminimalisir prakter

pernikahan di bawah tangan, di lanjutkan dengan meneliti berapa banyak

kasus pernikahan di bawah tangan di Kecamatan Cisaat, sehingga dapat

disimpulkan sejauh mana peran KUA Kabupaten Sukabumi dalam

meminimalisir Pernikahandi Bawah Tangan.

Atas dasar pemikiran diatas, penulis terdorong untuk mengkaji sejauh

mana peran KUA Kabupaten Sukabumi dalam meminimalisir pernikahan di

bawah tangan di kecamatan Cisaat dan akan menuangkannya dalam skripsi

yang berjudul “PERAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM

UPAYA MENANGGULANGI PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN”

(Study Kasus di Kantor Urusan Agama Kec. Cisaat Kab. Sukabumi).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana usaha Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cisaat

Kabupaten Sukabumi dalam mengurangi pernikahan di bawah tangan?

8
2. Bagaimana Langkah yang dilakukan KUA Kecamatan Cisaat

Kabupaten Sukabumi dalam meminimalisir pernikahan dibawah

tangan?

3. Bagaimana efektifitas peranan dalam meminimalisir pernikahan

dibawah tangan di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui usaha Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Cisaat Kabupaten Sukabumi dalam mengurangi pernikahan di

bawah tangan.

b. Untuk mengetahui Langkah yang dilakukan KUA Kecamatan

Cisaat Kabupaten Sukabumi dalam meminimalisir pernikahan

dibawah tangan.

c. Untuk mengetahui efektifitas peranan dalam meminimalisir

pernikahan dibawah tangan di Kecamatan Cisaat Kabupaten

Sukabumi.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan informasi dan gambaran yang komprehensif

serta sistematis seputar KUA dalam mengurangi nikah dibawah

tangan dan segala bentuk permasalahanya.

9
b. Dapat memberikan manfaat kepada penulis dan para pecinta

penelitian hukum dalam rangka pengembangan hukum Islam

umumnya dan khususnya hukum islam seputar nikah dibawah

tangan.

c. Dapat menambah ilmu pengatahuan sebagai bahan perbandingan

bagi penulis selanjutnya.

E. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan dalam bahasa Arab disebut dengan al-nikah yang

bermakna al- wathi’ dan al-dammu wa al-tadkhul. Terkadang juga

disebut dengan aal-dammuwa al-jam’u atau ‘ibarat ‘an al-wath’ wa

al’aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad. Beranjak dari

makna etimologis inilah para ulama fikih mendefinisikan pernikahan

dalam konteks hubungan biologis. 11

Dalam bahasa Indonesia, “pernikahan” berasal dari kata “nikah”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh”. Istilah kawin digunakan

secara umum, untuk tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia karena

mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan

terutama menurut Agama. Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena

dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penerimaan

11
Amir Narudin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia. Study Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Prenada
Media,2004), 38

10
dari pihak perempuan) dan kabul (pernyataan penerimaan dari pihak

lelaki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh.

Pernikahan merupakan sunnah karunia yang apabila dilaksanakan

akan mendapat pahala tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan

dosa tetapi dimakruhkan karena tidak mengikuti sunnah Rasul. 12

2. Dasar Hukum Pernikahan

Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad

yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang

sebelumnya tidak dibolehkan, maka dapat dikatakan bahwa hukum asal

dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

kepada sifatnya sebagai sunnah Allah dan Sunnah Rasul tentu tidak

mungkin dikatakan bahwa hukum asal perkawinan itu hanya semata

mubah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melangsungkan akad

perkawinan di suruh oleh agama dan dengan telah berlangsungnya akad

perkawinan itu, maka pergaulan laki-laki dengan perempuan menjadi

mubah.

Dalam hal menetapkan hukum hukum asal suatu perkawinan

terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Jumhur ulam

berpendapat bahwa hukum perkawinan itu adalah sunnah.

Oleh karena itu, meskipun perkawinan itu asalnya adalah mubah,

namun dapat berubah menurut Ahkamul-Khamsah (hukum yang lima)

menurut perubahan keadaan, yaitu:

12
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,1998),
h. 375

11
a. Nikah Wajib

Bagi yang sudah mampu nikah, nafsunya telah mendesak dan takut

terjerumus dalam perzinaan wajiblah dia nikah. Karena menjauhkan diri

dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu tidak dapat dilakukan

dengan baik kecuali dengan jalan menikah.

b. Nikah Haram

Orang yang belum mampu membiayai rumah tangga, atau

diperkirakan tidak dapat memenuhi nafkah lahir dan batin, haram

baginya menikah, sebab akan menyakiti perasaan wanita yang akan

dinikahinya. Demikian juga diharamkan menikah, apabila ada tersirat

niat menipu wanita itu atau menyakitinya. Kita pernah mendengar

cerita orang yang mengaku sebagai pegawai (karyawan) dan pengusaha,

tetapi setelah menikah ternyata pengangguran atau penjahat. Maka

orang tersebut haram untuk melaksanakan pernikahan.13

c. Nikah Sunnah

Pernikahan tidak menjadi wajib, tetapi sangat di anjurkan (atau di-

sunnah-kan) bagi yang memiliki hasrat atau dorongan seksual untuk

menikah dan memiliki kemampuan untuk melakukannya (secara fisikal

ataupun finansial); walaupun merasa yakin akan kemampuannya

mengendalikan dirinya sendiri sehingga tidak khawatir akan terjerumus

dalam perbuatan yang di haramkan Allah.

13
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga, (Jakarta : Siraja ,2006) h. 9

12
d. Nikah Makruh

Makruh kawin bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak

mampu memberi belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istri,

karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat. Juga

bertambah makruh hukumnya jika karena lemah syahwat itu ia berhenti

dari melakukan sesuatu ibadah atau menuntut suatu ilmu.41

e. Nikah Mubah

Pernikahan menjadi mubah (yakni bersifat nertal, boleh di kerjakan

dan boleh ditinggalkan) apabila tidak ada dorongan atau hambatan

untuk melakukannya ataupun meninggalkannya sesuai dengan

pandangan syariat.

3. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan

a. Rukun Pernikahan

Menurut hukum Islam pernikahan baru dapat dikatakan sah apabila

telah memenuhi rukun dan syarat pernikahan. Rukun adalah unsur

merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau

lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut

dan ada atau tidak adanya sesuatu. Sedangkan syarat bukan

merupakan bagian yang terdapat dalam suatu perbuatan, tetapi di

luar perbuatan tersebut. Namun demikian baik rukun maupun

syarat tetap menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan.

13
b. Syarat Nikah

Pernikahan tidak boleh bertentangan dengan larangan pernikahan

dalam al-Qur'an yang termuat dalam QS. Al- Baqarah:221 tentang

larangan pernikahan karena perbedaan agama.

4. Sebab dan Akibat Nikah di Bawah Tangan

Perkawinan siri atau perkawinan di bawah tangan ialah perkawinan

yang dilaksanakan dengan tidak memenuhi syarat dan prosedur

peraturan perundangan. Terdapat perbedaan pendapat tentang sah

tidaknya perkawinan di bawah tangan, di karenakan adanya perbedaan

penafsiran terhadap ketentuan Pasal 2 Ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan. Yang jelas ketentuan Pasal 2 Ayat 2 yang

mengharuskan pencatatan perkawinan terpisah dengan ketentual Pasal 2

Ayat 1 yang mengatur tentang sahnya perkawinan yang harus di lakukan

menurut hukum agama dan kepercayaannya.

Ada beberapa sebab mengapa nikah dibawah tangan selalu

bertambah besar dimasyarakat, diantaranya adalah :14

1. Tidak adanya kemampuan melaksanakan pernikahan secara hukum

negara, karena tidak bisa menyediakan tempat tinggal.

2. Tersedianya alat dan obat anti hamil tanpa ada kententuan-

ketentuan yang jelas bagi siapa dan kapan boleh didapatkan.

3. Kebanyakan laki-laki yang mencari cara pernikahan seperti ini

dikarenakan adanya ikatan dengan beberapa keluarga dan beberapa

14
Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang, (Jakarta:Cendikia Muslim, 2002), 55

14
istri dan anak-anaknya, dan ia takut jika ketahuan akan

menghancurkan rumah tangganya. Apa yang sebenarnya tertanam

dalam hati seorang istri hingga tetap menerimaa orang lain

walaupun perempuan yang dikawini itu ada cacat, penyakit, atau

lainnya, dan rela membiarkan tersembunyi dan tidak mau berterus

terang.

4. Permasalahan intern keluarga, biasanya terjadi setelah anak-anak

besar dan kesibukan istri mangasuh anakanya, hal ini menimbulkan

kebosanan dan keletian, hingga suami merasa butuh kepada

perempuan lain yang bisa mengembalikan fitalitas dan

semangatnya.

5. Pandangan masyarakat yang kejam terhadap suami yang beristri

dua, bahwa dia laki-laki yang suka beristri dua hanya

menginginkan kenikmatan dunia, hingga pernikahan itu

disembunyikan dari mata orang banyak.

6. Sebagian laki-laki ada yang mempunyai akhlak mulia, dan

mempunyai kemampuan beristri dua, sementara istri yang ada tidak

bisa memenuhi hasrat biologisnya, hingga terdorong melakukan

pernikahan seperti ini agar tidak jatuh kedalam perbuatan dosa.

Ada beberapa akibat hukum mengapa nikah dibawah tangan selalu

bertambah besar dimasyarakat, setiap pernikahan yang dilakukan tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak akan

mendapatkan kekuatan hukum yaitu suatu bukti yang otentik terhadap

15
pernikahan tersebut, konsekuensinya dari nikah dibawah tangan adalah

sebagai berikut :15

1. Suami istri tersebut tidak memempunyai akta nikah sebagai alat

bukti bahwa mereka telah menikah secarah sah menurut agama dan

Negara.

2. Anak-anak tidak akan memeperoleh akta kelahiran, untuk

memeperoleh akta kelahiran diperlukan akta nikah dari

orangtuanya.

3. Anak-anak tidak dapat mewarisi harta orangtuanya karena tidak

mempunyai bukti yang otentik yang menyatakan sebagai ahli

waris.

4. Hak-hak lainnya dalam pelaksanaan Administrasi Negara harus

dipatuhi sebagai bukti diri.

5. Nikah di Bawah Tangan Perspektif Hukum Islam

Menurut hukum islam, perkawinan di bawah tangan atau siri

adalah sah, asalkan telah terpenuhi syarat rukun perkawinan. Namun,

dari aspek peraturan perundangan perkawinan model ini belum lengkap

karena belum dicatatkan. Pencatatan perkawinan tidak berpengaruh pada

sah tidaknya perkawinan.16

Ada dua pemahaman tentang makna nikah sirri di kalangan

masyarakat indonesia. Pertama, nikah sirri di pahami sebagai sebuah

15
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana,2008), 51.
16
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam hukum indonesia,
(Jakarta: Kencana,2010) , h. 295

16
akad nikah yang tidak dicatat di Pegawai Pencatat Nikah, namun syarat

dan rukunnya sudah sesuai dengan hukum Islam. Kedua, nikah sirri

didefinisikan sebagai pernikahan yang dilakukan tanpa wali nikah yang

sah dari pihak perempuan.

Jadi nikah di bawah tangan itu merupakan nikah yang tidak

dicatatkan pada instansi terkait dalam hal ini Kantor Urusan Agama

(KUA), tapi dilaksanakan menurut agama dan kepercayaan masing-

masing Sedangkan nikah sirri adalah nikah yang sembunyi-sembunyi

tanpa diketahui oleh orang di lingkungan sekitar. Nikah semacam ini

(sirri) jelas-jelas sangat tidak untuk dilaksanakan.

F. Kerangka Berpikir

Manusia hidup di dunia ini pada umumnya ingin berbahagia dan

sejahtera lahir dan batin. Bermacam-macam ikhtiar dilakukan, baik siang

maupun malam semuanya bertujuan untuk meraih kehidupan yang lebih

baik. Salah satu cara manusia mencapai bahagia adalah dengan melakukan

pernikahan, yang mana pernikahan diartikan sebagaian orang sebagai

sunnah rasul untuk mencapai sebuah kebahagiaan. 17

Salah satu yang merupakan hak dan kewajiban manusia, baik

perempuan atau laki-laki adalah perkawinan, perkawinan adalah sunnatullah

yang umum dan berlaku bagi semua mahluk, baik manusia, tumbuhan,

17
Kustini, “Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai Komunitas Agama di Sukabumi
Jawa Barat”, Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai Komunitas Agama, Cet. 1,
(Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Nopember 2011).

17
maupun hewan18. Allah SWT telah menciptakan semua yang ada di bumi

berpasang-pasangan, manusia antara laki-laki dan perempuan yang

melakukan pernikahan dan menjadi suami istri secara sah. Suatu akad atau

perjanjian yang mengikat antara laki-laki dan perempuan untuk

menghalalkan hubungan badan antara kedua belah pihak dengan sukarela 19.

Berdasarkan landasan teori di atas, khususnya mengenai peranan

KUA dalam menanggulangi pernikahan dibawah tangan, maka kerangka

berfikir sebagai berikut:

1. Minimal ada empat peran KUA yang dapat digunakan dalam

menanggulangi pernikahan dibawah tangan, yaitu perannya dalam

pelayanan administrasi seperti pencatatan nikah, penyuluhan dan

sosialisasi Undang- Undang Perkawinan, pelayanan di bidang

perkawinan dan keluarga sakinah, dan pelayanan di bidang

kepenghuluan.

2. Upaya KUA dalam menanggulangi pernikahan dibawah tangan melalui

peran tersebut akan menjadi efektif bila dilakukan secara terprogram,

menggunakan berbagai media dan melibatkan semua elemen

masyarakat.

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan suatu penentuan konsentrasi sebagai

pedoman arah suatu penelitian dalam upaya mengumpulkan dan mencari

18
Fajar al-Qalami, abu, Op. Cit., 415
19
Laa Jamaa, Hadidjah Hukum Islam dan UU anti KDRT (Surabaya: PT Bina
Ilmu 2008), 103

18
informasi serta sebagai pedoman dalam mengadakan pembahasan atau

penganalisaan sehingga penelitian tersebut benar-benar mendapatkan hasil

yang diinginkan. Disamping itu juga fokus penelitian juga merupakan batas

ruang dalam pengembangan penelitian supaya penelitian yang dilakukan

tidak terlaksana dengan sia-sia karena ketidak jelasan dalam pengembangan

pembahasan.

Dengan demikian fokus penelitian dari penelitian ini adalah membahas

tentang Peran Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Upaya Menanggulangi

Pernikahan Dibawah Tangan.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian

terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama

seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa

penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian

penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal dan

skripsi terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

1. Ahmad Buhori Muslim dengan Nim:11100044200023 dengan judul

skripsi Perkawinan di bawah tangan di desa Wibawa Mulya kecamatan

Cibarusah kabupaten Bekasi, 2017: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terdapat

persamaan pada skripsi tersebut dengan judul skripsi penulis, yaitu pada

19
pembahasannya juga membahas tentang pernikahan di bawah tangan.

Akan tetapi dalam skripsinya penulis lebih mengkhususkan

menganalisisfaktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan

pernikahan di bawah tangan, dan dampak apa saja yang dirasakan

masyarakat yang tidak melakukan pencatatan perkawinan. Sedangkan

pada skripsi yang akan di tulis penulis membahas upaya yang dilakukan

kantor urusan agama dalam meminimalisir nikah di bawah tangan.

Yang tentunya akan terdapat perbedaan.

2. Skripsi yang di tulis oleh Rafiga Firdayani Daud yang berjudul “Upaya

Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Mengurangi Nikah Di Bawah

Tangan” mangkaji tentang kendala masalah yang dihadapi oleh Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Nuhon dalam mengatadi dan

mengurangi persoalan tentang nikah di bawah tangan yang hamper

selalu ada pelaku pada setiap tahunnya, adapun masalah yang dihadapi

diantaranya adalah: Pertama, sangat terbatasnya pendapatan

perekonomian masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga

mereka beralasan bahwa ketidakmampuan untuk mengurus

mendaftarkan pernikahan mereka pada Kantor Urusan Agama. Serta

pengurusan administrasi yang dianggap ribet. Kedua, adanya rasa malu

karena pasangan tersebut masih mempunyai status perkawinan dengan

orang lain. Sehinggs mereka tidak berani mendaftarkan pernikahan

tersebut ke Kantor Urusan Agama.

20
3. Skripsi yang di tulis oleh Muhammad Fahmi Syarif yang berjudul

“Peran Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam Meminimalisir Nikah

Dibawah Tangan” mengkaji tentang kurang tingginya kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya pencatatan pernikahan. Kedua, faktor

pendapatan yang minim. Ketiga, faktor pendidikan yang berdampak

kurangnya kesadaran terhadap pencatatan pernikahan. Dan Peran

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Carenang dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya yang memiliki jumlah tertinggi

masyarakat yang melakukan nikah di bawah tangan di Kecamatan

Carenang.

4. Skripsi yang di tulis oleh Rahmawati yang berjudul “Peran Kantor

Urusan Agama Dalam Mencegah Perkawinan Anak-Anak” mengkaji

tentang Dampak perkawinan anak-anak yang dibawah batas usia yang

diatur dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia adalah

berbahaya, terutama bagi kesehatan perempuan yang sangat beresiko

bagi kesehatan. Sebab secara medis menikah di usia tersebut dapat

mengubah sel normal yang biasanya tumbuh pada anak-anak dipaksa

menjadi sel ganas yang dapat mengakibatkan infeksi pada kandungan

dan akan menyebabkan kanker rahim serta yang lebih parahnya

beresiko kematian. Sebab secara fisik remaja belum cukup kuat untuk

melakukan proses persalinan. Sementara dari sisi ekonomi perkawinan

anak-anak sering kali belum mapan dalam memenuhi kebutuhan

21
tersebut. Sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan kekerasan rumah

tangga yang mengakibatkan perceraian.

I. Sistematika Penelitian

Penulisan Proposal skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal Proposal skripsi

Bagian ini berisi halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar dan

daftar isi.

2. Bagian Isi/Inti

Bagian ini terdiri dari 11 bab, diantaranya:

a. Judul Penelitian

b. Latar Belakang

c. Rumusan Masalah

d. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

e. Kajian Pustaka

f. Kerangka Berfikir

g. Fokus Penelitian

h. Penelitian Terdahulu

i. Sistematika Penelitian

j. Metode Penelitian

k. Tempat Dan Waktu Penelitian

3. Bagian Akhir

Pada bagian ini terdapat Daftar Pustaka

22
J. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini dilakukan dengan dua cara:

Pertama, studi literatur, yakni melakukan kajian terhadap literatur-

literatur atau buku-buku hasil karya pemikiran para ahli dalam menganalisis

atau menjelaskan konsep-konsep tentang keluarga sakinah, tafsir-tafsir Al-

Quran atau hadis yang berkaitan dengan keluarga yang ditulis para ahli

tafsir dan hadis. Berkaitan dengan penelitian ayat Alquran, peneliti

menyiapkan sarana-sarana untuk kajian Alquran secara tematis, antara lain

kamus bahasa Arab, Kitab asbab an nuzul, kamus ayat-ayat Alquran

(mu’jam al mufahharas), kitab-kitab tafsir dari para ahli tafsir yang ditulis

pada tiga periode, yaitu tafsir klasik, modern, dan mutakhir.

Kedua, studi lapangan, yakni menyelidiki peristiwa-peristiwa

sebagaimana terjadi secara natural, maka untuk ini peneliti memilih

pendekatan kualitatif-naturalistik Pendekatan ini disebut demikian karena

data yang dikumpulkan di lapangan cenderung berbentuk kata-kata dan

laporan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari data sebagai ilustrasi

dalam memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan. Sebagaimana

penelitian naturalistik pada umumnya, peneliti menetapkan paradigma

penelitiannya sebagaimana dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:37).

K. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kec.

Cisaat Kab. Sukabumi.

23
Adapaun waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2023

sampai Januari 2024.

24
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdul Manan. M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata,(Jakarta:PT Raja


Grafindo Persada,2002), 149.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana,2008), 51.
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam hukum indonesia,
(Jakarta: Kencana,2010) , h. 295

Ahmad Hatta,Tafsir Qur’an Perkata: Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul &


Terjemah(Jakarta: Maghfira Pustaka,2009), h. 354

Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam,


(Jakarta:Amzah, 2012), h 23

Amir Narudin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia. Study
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI,
(Jakarta: Prenada Media,2004), 38
Direktorat Pembinaaan Badan peradilan Agama islam, Komplimasi Hukum Islam,
(Jakarta:2000), 14.
Kustini, “Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai Komunitas Agama di
Sukabumi Jawa Barat”, Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai
Komunitas Agama, Cet. 1, (Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Nopember 2011) .

Maryani, “Implementasi Syariat Islam Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah:


Kajian Hukum Islam Dan Sosial Kemasyarakatan, (Jambi:IAIN Suthan
Thaha Saifuddin Jambi dan penerbit Al-Risalah), No. 1/juni 2011, h. 66

Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang, (Jakarta: Cendekiawa Sentra


Muslim,2002), 46.
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga, (Jakarta : Siraja ,2006) h. 9

25
Muhammad Fuad Syakir, Perkawinan Terlarang, (Jakarta:Cendikia Muslim,
2002), 55

Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:Pustaka Al-


Kautsar,1998), h. 375

Thobibatussaadah, Tafsir Ayat Hukum Keluarga 1, (Yogyakarta: Idea Press,


2013) Thobibatussaadah, Tafsir Ayat Hukum Keluarga 1, h. 17

Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality), 468


Zahri, A. “Argunentasi Yuridis Pencatatan Perkawinan dalam Perspektif Hukum
Islam”. Artikel diakses pada tanggal 11 November 2023 dari
www.badilag.net/data/artikel, perkawinan dibawah tangan tidak sah
menurut hukum Islam.

Skripsi dan Jurnal :

Firdayani Daud Rafiga, 2018. Upaya Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam
Mengurangi Nikah Di Bawah Tangan (Studi Pada KUA Kecamatan Nuhon
Kabupaten Banggai). Skripsi. Palu: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
(FSEI) Institut Agama Islam Negeri.
Fahmi Muhammad Syarif, 2019. Peran Kantor Urusan Agama (Kua) Dalam
Meminimalisir Nikah Dibawah Tangan (Studi Kasus di Kec. Carenang Kab.
Serang). Skripsi. Banten: Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri.
Rahmawati, 2020. Peran Kantor Urusan Agama Dalam Mencegah Perkawinan
Anak-Anak (Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah
Abang Kota Jakarta Pusat). Skripsi. Jakarta Pusat: Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai