Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG MUNAKAHAT/PERNIKAHAN

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam

Dari Dosen Pengajar Ibu Sumiyati,,S.pd.I.,M.T.I

Disusun Oleh :

Nama : Akhi Thaariq Rizqi Anto 22.22.201.0045

Rahmat Wahyudin 22.22.201.0016

Prodi : Teknik Sipil

Kelas :B

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengajar : Ibu Sumiyati,,S.pd.I.,M.T.I

UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI

2023
DAFTAR ISI
BAB II........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
A. Pengertian Munakahat/Pernikahan............................................................................1
B. Hukum Pernikahan.......................................................................................................1
C. Kedudukan dan Tujuan Pernikahan..........................................................................2
D. Rukun Akad Nikah.......................................................................................................2
E. Pelaksanaan Pernikahan..............................................................................................3
1. Calon pasangan suami istri.......................................................................................3
2. Wali.............................................................................................................................3
3. Saksi............................................................................................................................4
4. Mahar.........................................................................................................................4
5. Ijab Qabul..................................................................................................................5
F. Perempuan Yang haram Dinikahi...............................................................................5
G. Thalak dan ‘Iddah.....................................................................................................6
1.Pengertian dan Hukum Talak......................................................................................6
2. Macam-macam Talak...............................................................................................6
3. ‘Iddah..........................................................................................................................7
H. Hikmah Pernikahan..................................................................................................9
KESIMPULAN.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munakahat/Pernikahan
Nikah menurut bahasa berarti menghimpun,sedangkan menurut terminologis adalah
akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimsehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduannya.Pernikahan secara
luas adalah suatu ikatan lahir dan batin antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama
dalam suatu rumah tanggauntuk mendapatkan keturunan yang dilangsungkan menurut
ketentuan-ketentuan syariat islam.
Allah juga berfirman dalam surat An-Nahl ayat 72
َ‫َوهّٰللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا َّو َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْز َوا ِج ُك ْم بَنِ ْين‬
ۙ َ‫ت هّٰللا ِ هُ ْم يَ ْكفُرُوْ ن‬ ِ ۗ ‫َو َحفَ َدةً و ََّر َزقَ ُك ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬
ِ ‫ت اَفَبِ ْالبَا ِط ِل يُْؤ ِمنُوْ نَ َوبِنِ ْع َم‬

Wallāhu ja'ala lakum min anfusikum azwājaw wa ja'ala lakum min azwājikum banīna wa
ḥafadataw wa razaqakum minaṭ-ṭayyibāt, a fa bil-bāṭili yu`minụna wa bini'matillāhi hum
yakfurụn
Artinya:
“ Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu
rezeki yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?

B. Hukum Pernikahan
Asal hukum pernikahan adalah Mubah (boleh).Kemudian hukumnya bergantung pada
kondisi atau keadaan orang yang bersangkutan,karena itu hukum nikah,bisa
wajib,sunnat,mubah,makruh atau haram.
Nikah yang hukumnya wajib adalah nikah bagi orang yang telah cukup sandang pangan
dan dikhawatirkan terjerumus pada perzinaan,sedangkan nikah yang hukumnya sunnat
adalah bagi orang yang berkeinginan menikah serta cukup sandang pangan.
Adapun nikah yang makruh bagi orang yang tidak mampu.sementara nikah yang
hukumya haram bagi orang yang berkehendak menyakiti orang yang dinikahinya.

1
C. Kedudukan dan Tujuan Pernikahan
Pernikahan di dalam ajaran islam berada pada tempat yang tinggi dan mulia.Karena
itu,Islam menganjurkan agar perkawinan itu dipersiapkan secara matang.Pernikahan
memiliki arti yang luas,tinggi,dan mulia karena dari perkawinan akan lahir generasi
penerus,baik dan buruknya perilaku mereka sangat dipengaruhi oleh peristiwa yang dimulai
dalam pernikahan.
‫ فمن رغب عن سنتي فليس مني (رواه ابن ماجه من رواية عائشة‬،‫النكاح سنتي‬

Annikahu sunnati, faman roghiba an sunnati falaisa minni.

Artinya, "Nikah adalah Sunahku, barangsiapa tidak suka dengan sunnahku maka dia
bukanlah golongan kami." (HR. Ibnu Majah dari riwayat Sayyidah Aisyah)

Pernikahan menurut ajaran islam bertujuan untuk menciptakan keluarga yang


tentram,damai,dan sejahtera lahir batin.Hal ini,diungkapkan dalam firman Allah swt.

ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن خَ ل‬

Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala
bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn

Artinya: "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

D. Rukun Akad Nikah


Sebelum membahas rukun nikah, ada baiknya membahas hukum
menikah. Adapun hukum menikah, dalam pernikahan berlaku hukum taklifi
yang lima yaitu:
a. Wajib bagi orang yang sudah mampu nikah, sedangkan nafsunya telah
mendesak untuk melakukan persetubuhan yang dikhawatirkan akan
terjerumus dalam praktek perzinahan.
b. Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir
dan batin kepada calon istrinya, sedangkan nafsunya belum mendesak.
c. Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai
kemampuan untuk nikah, tetapi ia masih dapat menahan diri dari
perbuatan haram.

2
d. Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu
memberbelanjakan calon istrinya.
e. Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan
segera nikah atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk nikah.
E. Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan dinyatakan sah apabila terkumpulnya rukun-rukunya,yaitu adanya calon
pasangan,wali,dua orang saksi,mahar atau mas kawin dan ijab qabul.Masing-masing rukun
dijelaskan sebagai berikut:
1. Calon pasangan suami istri
Yaitu laki-laki muslim dan perempuan muslimah yang tidak diharamkan untuk
menikah.
2. Wali
Yaitu orang yan bertanggung jawab menikahkan pengantin
perempuan.Macam-macam wali sebagai berikut:
a. Wali Nasab
Yaitu orang yang terdiri dari keluarga dari calon mempelai wanita dan berhak
menjadi wali. Imam Syafi‟i berpendapat bahwa anak laki- laki tidak
termasuk ashabah seorang wanita.Menurut Imam Syafi‟i,berpendapat bahwa
anak laki laki tidak termasuk ashabah seorang wanita.Menurut Imam
Syafi‟i,suatu pernikahan baru dianggap sah bila dinikahkan oleh wali yang
dekat lebih dulu,bila tidak ada yang dekat,baru dilihat urutan secara
tertib.Maka selanjutnya bila wali tidak ada,maka hakimlah yng bertindak
sebagai wali.
b. Wali Hakim
Yaitu orang yang dianggap oleh pemerintah untuk bertindak sebagi wali
dalam suatu pernikahan.Wali dapat menggantikan wali nasab apabila:
Calon mempelai wanita tidak mempunyai wali nasab sama sekali.Walinya
mafqud,artinya tidak tentu keberadaannya Wali berada di tempat yang jaraknya
sejauh perjalanan yang memperbolehkan untuk sholat qashar. Walinya berada dalam
penjara yang tidak dapat di jumpai Wali sedang melakukan ibadah haji atau
umroh.Walinya gila atau fasiq.
c. Wali Muhakkam
Yaitu seseorang yang diangkat oleh kedua calon pasangan suami istri untuk
bertindak sebagai wali dalam akad nikah mereka. Orang yang bisa diangkat

3
sebagi wali muhakkam adalah orang lain yang terpandang,disegani,luas ilmu
fiqh nya terutama tentang munakahat,berpandangan luas,adil,islam,dan laki
laki.
Adapun cara pengangkatannya secara tahkim adalah: calon suami dan istri
mengucapkan tahkim yang sama kemudian calon hakim tersebut menjawab.
Wali muhakkam terjadi apabila:
1. Wali nasab tidak ada
2. Wali nasab gaib atau berpergian jauh dua hari perjalanan serta tidak ada
wakilnya disitu.
3. Tidak ada Qadli atau pegawai pencatat nikah.
d. Wali Maula
Yaitu wali yang menikahkan budaknya .Laki laki boleh menikahkan budak
perempuannya yang berada dalam kekuasaanya bila mana budak itu rela
menerimanya.
Urutan orang yang menjadi wali bagi perempuan yang dinikahkan sebagai berikut:
a. Ayah Kandung
b. Kakek dari ayah
c. Saudara laki-laki seibu seayah
d. Saudara laki-laki seayah
e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu seayah
f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
g. Saudara laki-laki seibu seayah dari ayah
h. Saudara laki-laki seayah dari ayah
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu seayah dari ayah
j. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah dari ayah.
3. Saksi
Yaitu dua orang laki-laki dewasa yang menjadi saksi atas terjadinya suatu
pernikahan untuk menguatkan akad nikah yang terjadi dan menjadi saksi keabsahan
keturunan yang lahir dari pernikahan tersebut.
4. Mahar
Yaitu pemberian dari pihak laki-laki kepada perempuan pada saat
pernikahan.Jumlah dan jenis mahar tidak di tentukan oleh ajaran Islam,tetapi
dianjurkan disesuaikan dengan kemampuan laki-laki.Apabila pasangan itu bercerai
sebelum bercampur (Qabla Dukhul),laki-laki memiliki hak untuk menerima

4
pengembalian mahar seperduanya.Apabila perceraian itu terjadi setelah bercampur
(Ba’da Dukhul),maka perempuan memiliki hak sepenuhnya terhadap mahar yang di
terimannya pada saat pernikahan.
5. Ijab Qabul
Ijab adalah ucapan penyerahan dari wali perempuan kepada pihak laki-laki
dan Qabul adalah ucapan penerimaan pihak laki-laki atas penyerahan perempuan
dari walinya.
Setelah ijab qabul dilakukan,pasangan itu sah sebagai suami istri.Masing-
masing memiliki hak dan kewajiban,yaitu suami berkewajiban memberi nafkah lahir
dan batin,memberi sandang,pangan,dan papan,memberi keamanan dan ketentraman
dalam keluarga.Sementra itu ia pun memiliki hak mendapatkan pelayanan dan
ketaatan dari istrinya.Istri mempunyai kewajiban mentaati suami,mengelola
nafkah,dan mengatur tata laksana rumah tangga dengan baik.
F. Perempuan Yang haram Dinikahi
Perempuan yang diharamkan dinikahi adalah Muhrim atau atau Mahram,yang terdiri
atas:
1. Diharamkan karena keturunan
a. Ibu dan setrusnya ke atas
b. Anak perempuan dan seterusnya ke bawah
c. Saudara perempuan sekandung,seayah atau seibu
d. Bibi (saudara ibu,baik sekandung atau perantaraan ayah atau ibu)
e. Anak perempuan dari saudara laki-laki atau perempuan kebawah
2. Diharamkan karena susunan
a. Ibu yang menyusui
b. Saudara perempuan yang mempunyai hubungan susunan
3. Diharamkan karenan suatu perkawinan
a. Ibu istri (Mertua) dan seterusnya ke atas,baik ibu dari keturunan maupun susunan
b. Anak tiri (anak istri yang dikawin dengan suami lain),jikan sudah campur dengan
ibunya
c. Wanita-wanita yang pernah dikawini ayah,kakek sampai ke atas
d. Istri ayah dan seterusnya
e. Istri anaknya yang laki-laki (menantu) dan seterusnya.
4. Diharamkan untuk sementara

5
a. Pertalian nikah,yaitu perempuan yanh masih berada dalam ikatan
pernikahan,sampai dicerai habis masa idahnya.
b. Talak bain kubra,yaitu perempuan yang ditalak dengan talak tiga,haram dinikahi
oleh bekas suaminya,kecuali telah dinikahi oleh laki-laki lain serta telah
digauli.Apabila perempuan tersebut dicerai dan habis masa idahnya boleh
dinikahi oleh bekas suaminya yang pertama.
c. Menghimpun dua perempuan bersaudara,kecuali salah satu dicerai atau
meninggal.
d. Menghimpun perempuan lebih dari empat Berlainan Agama,kecuali perempuan
itu masuk islam.
G. Thalak dan ‘Iddah
1.Pengertian dan Hukum Talak
Thalak adalah melepaskan ikatan suami istri atau jalan akhir yang ditempuh
suami istri,jika cara lain untuk mencapai kebaikan bersama tidak di temukan.
Thalak halal hukumnya,tetapi komsekuensinya sangat berat,terutama jika
pasangan itu telah memiliki keturunan,oleh karena itu,kendatipun halal,Allah
membencinya,sebagaimana disabdakan nabi :
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ض َي هللاُ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
ِ ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َر‬

ُ‫َّحه‬
َ ‫صح‬َ ‫ َو‬, ‫ َوابْنُ َما َج ْه‬, ‫ق ) َر َواهُ َأبُو دَا ُو َد‬
ُ َ‫َأبـْغَضُ اَ ْل َحالَ ِل ِع ْن َد هَّللَا ِ اَلطَّال‬

‫ َو َر َّج َح َأبُو َحاتِ ٍم ِإرْ َسالَ ُه‬, ‫اَ ْل َحا ِك ُم‬

Artinya:

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW ber-sabda: “Perbuatan halal yang paling dibenci
Allah ialah cerai”. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits Shahih menurut Hakim.
Abu Hatim lebih menilainya Hadits Mursal)

2. Macam-macam Talak
a. Talak Sunni dan Talak Bidh’i
Talak Sunni adalah talak yang dijatuhkan suami ketika istrinya sedang
suci,tidak sedang haid atau tidak dicampuri.
Sedangkan Talak Bidh’i adlah talak yang dijatuhkan suami ketika istrinya
sedang haid,atau lebih dicampuri.Talak Bidh’i hukumnya adalah haram.
b. Talak Sirih dan Talak Kinayah

6
Talak Sirih adalah talak yang diucapkan suami dengan menggunakan kata
talak (cerai),firak (pisah),atau sarah (lepas).Talak menggunakan kata-kata tersebut
dinyatakan sah.
Talak Kinayah adalah ucapan yang tidak jelas namun mengarah kepada
talak.Misalnya,ucapan yang berada pada mengusir,menyuruh
pulang,mengucapnya dibarengi niat,maka talaknya jatuh.
c. Talak Raj’i dan talak Bain
Talak Raj’i adalah talak yang bisa dirujuk kembali oleh bekas suaminya
tanpa memerlukan nikah kembali.Hal ini berupa talak satu dan talak dua yang
dijatuhkan suami kepada istrinya.
Talak bain terdiri atas talak bain surga dan talak kubra.Talak bain surga
adalah talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri dan talak
tebus.Pada talak ini suami boleh merujuka kembali bekas istrinya,kecuali dengan
pernikahan baru baik pada masa iddah maupun sesudahnya.Talakbain kubra
adalah talak tiga di mana bekas suami tidak boleh merujuk kembali bekas
istrinya,kecuali bekas istrinya itu dinikahi oleh laki-laki lain dan telah
dicampuri.Jika suaminya itu menceraikannya,maka bekas suami yang pertama
boleh menikahinya kembali,sebagaimana allah swt. berfirman:

ۗ ِ ‫ظنَّٓا َأن يُقِي َما ُحدُو َد ٱهَّلل‬


َ ‫فَِإن طَلَّقَهَا فَاَل تَ ِحلُّ لَ ۥهُ ِم ۢن بَ ْع ُد َحتَّ ٰى تَن ِك َح َزوْ جًا َغ ْي َر ۥهُ ۗ فَِإن طَلَّقَهَا فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َمٓا َأن يَتَ َرا َج َعٓا ِإن‬
َ ‫َوتِ ْل‬
َ‫ك ُحدُو ُد ٱهَّلل ِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬

Fa in ṭallaqahā fa lā taḥillu lahụ mim ba'du ḥattā tangkiḥa zaujan gairah, fa in


ṭallaqahā fa lā junāḥa 'alaihimā ay yatarāja'ā in ẓannā ay yuqīmā ḥudụdallāh, wa
tilka ḥudụdullāhi yubayyinuhā liqaumiy ya'lamụn

Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum
Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.(Q.S.Al-
Baqarah,230)
3. ‘Iddah

7
Iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang ditalak oleh suaminya sampai
ia dapat menikah kembali dengan laki-laki lain.Lamanya masa iddah bagi
seoarang perempuan sebagai berikut:
a. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal,iddahnya tiga kali
suci,sebagaimana firman allah swt.:
‫ت يَتَ َربَّصْ نَ بَِأنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلَثَةَ قُر ُٓو ٍء‬
ُ َ‫َو ْٱل ُمطَلَّ ٰق‬
Wal-muṭallaqātu yatarabbaṣna bi`anfusihinna ṡalāṡata qurū`
Artinya:Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga
quru (suci).Q.S.Al-Baqarah,228)
b. Perempuan yang tidak lagi mengalami haid (monopause) atau belum
mengalaminya sama sekali,iddahnya tiga bulan,sebagaimana firman Allah
swt.:
ۤ ٰۤ
َ‫ْض ِم ْن نِّ َس ۤا ِٕى ُك ْم اِ ِن ارْ تَ ْبتُ ْم فَ ِع َّدتُه َُّن ثَ ٰلثَةُ اَ ْشه ۙ ٍُر و َّٰالّـِٔ ْي لَ ْم يَ ِحضْ ۗن‬
ِ ‫َوالّـِٔ ْي يَ ِٕى ْسنَ ِمنَ ْال َم ِحي‬
Wal-lā'ī ya'isna minal-maḥīḍi min nisā'ikum inirtabtum fa ‘iddatuhunna ṡalāṡatu
asyhur(in), wal-lā'ī lam yaḥiḍn(a)
Artinya:
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka
masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan
yang tidak haid. urusannya.(Q.S.Ath-Thalaq,4).
c. Peremppuan yang ditinggal mati suaminya,iddahnya empat bulan sepuluh
hari,sebagaimana firman allah swt.:

‫َوٱلَّ ِذينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِمن ُك ْم َويَ َذرُونَ َأ ْز ٰ َوجًا يَتَ َربَّصْ نَ بَِأنفُ ِس ِه َّن َأرْ بَ َعةَ َأ ْشه ٍُر َو َع ْشرًا ۖ فَِإ َذا بَلَ ْغنَ َأ َجلَه َُّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما فَ َع ْلنَ فِ ٓى‬
ِ ‫َأنفُ ِس ِه َّن بِ ْٱل َم ْعر‬
‫ُوف ۗ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬

Wallażīna yutawaffauna mingkum wa yażarụna azwājay yatarabbaṣna


bi`anfusihinna arba'ata asy-huriw wa 'asyrā, fa iżā balagna ajalahunna fa lā junāḥa
'alaikum fīmā fa'alna fī anfusihinna bil-ma'rụf, wallāhu bimā ta'malụna khabīr
Artinya:
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh
hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.

8
d. Perempuan yang sedang hamil,iddahnya sampai melahirkan sebagaimana
firman Allah swt.:
‫ض ْعنَ َح ْملَه ۗ َُّن‬
َ َّ‫ت ااْل َحْ َما ِل اَ َجلُه َُّن اَ ْن ي‬ ٰ ُ‫َوا‬
ُ ‫ول‬
wa ulātul-aḥmāli ajaluhunna ay yaḍa‘na ḥamlahunn(a)
Artinya:
Adapun perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka adalah sampai
mereka melahirkan kandungannya.(Q.S.Ath-Thalaq,4).
Perempuan dalam masa iddah diharamkan menerima lamaran laki-laki
lain,selain bekas suaminya (bagi perempuan yang ditalak raj’i).Bekas suaminya
itu wajib memberikan nafkah sampai habis masa iddahnya.
H. Hikmah Pernikahan
1. Memelihara Derajat Manusia
Manusia sebagai makhluk Allah memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar untuk
mempertahankan hidupnya,seperti makan dan minum serta kebutuhan seksual
untuk mempertahankan keturunannya.Seksual adalah kebutuhan dasar yang tidak
bisa digantikan dengan yang lain.Karena itu,islam memberikan jalan untuk
menyalurkan kebutuhan tersebut melalui pernikahan
Melalui perkawanian yang sah,seorang manusia dapat memenuhi kebutuhan
biologisnya dengan cara yang berbeda dengan cara binatang.Penyaluran
kebutuhan seks secara bebas adalah perilaku yang tidak bermoral.Manusia adalah
makhluk yang mulia.Karena itu,pernikahan merupakan upaya memelihara
kemuliaan manusia sebagai pemegang amanat Allah di muka bumi.
2. Menjaga Garis Keturunan
Pernikahan ju berarti memelihara garis keturunan dalam proses regenerasi
manusia.Dengan pernikahan,kekerabatan dan status-status orang menjadi
jelas,istilah dan fungsi suami,istri,ayah,ibu,saudara dan sebagainya dapat
ditetapkan dengan jelas.
3. Mengembangkan Kasih Sayang
Manusia adalah makhluk yang dianugrahi Allah rsa kasih sayang.Oleh karena
itu,kasih sayang merupakan kebutuhan dasar manusia,baik untuk menerima
maupun memberikannya kepada orang lain.Melalui pernikahan,rasa kasih sayang
itu dapat diterima dan diberikan secara nyata dan tuntas.

9
Kasih sayang adalah hal yang paling asasi bagi manusia dan pernikahan
merupakan tempat yang baik bagi persemaian kasih sayang tersebut,tanpa
merusak nilai-nilai kemanusiaan yang suci.

KESIMPULAN

Pernikahan adalah kebersamaan manusiawi yang merupakan tuntutan naluri,


dianjurkan oleh agama dan dapat membawa kemaslahatan manusia, baik secara
individu, maupun social.
Rukun nikah adalah ijab dan qobul, sedangkan syarat nikah adalah:
1. Beragama islam bagi pengantin laki-laki
2. Bukan laki-laki mahrom bagi calon istri
3. Mengetahui wali akad nikah
4. Tidak sedang melaksanakan haji
5. TIdak karena paksaan
Ada dua jenis perwalian yakni perwalian ijbar dan perwalian ikhtiar.
Perwalian ijbar adalah yang dimiliki oleh bapak dan kakek ketika tidak ada
bapak. Maka seorang bapak boleh mengawinkan anak perawan yang masih
kecil atau besar tanpa seizinnya. Dan disunnahkan meminta izinnya. Sedangkan
perwalian ikhtiar dimiliki oleh semua wali‟ ashabah dalam mengawinkan
seorang perempuan janda. Seorang wali tidak boleh mengawinkan seorang
janda kecuali dengan izinnya.
Macam-macam wali ada 4 yaitu:
1.Wali Nasab yaitu orang yang terdiri dari keluarga calon mempelai wanita dan
berhak menjadi wali.
2. Wali hakim yaitu orang yang dianggap oleh pemerintah untuk bertindak
sebagai wali dalam suatu pernikahan.
3.Wali Muhakkam yaitu seseorang yang diangkat oleh kedua calon pasangan
suami istri untuk bertindak sebagai wali dalam akad nikah mereka.
4.Wali Maula yaitu wali yang menikahkan budaknya .
Tidak semua wanita boleh dipersunting sebagai istri. Wanita yang
hendak dipersunting disyaratkan bukan mahram bagi laki-laki yang hendak
menikahinya, baik haram dinikahi selama-lamanya maupun sementara waktu.

10
Maksud haram selama-lamanya (mahram abadi) adalah wanita tersebut tidak
boleh dinikahi sepanjang waktu. Sedangkan maksud haram sementara (mahram sementara)
adalah wanita tersebut tidak boleh dinikahi karena kondisi tertentu
yang dialaminya.

Mahram abadi antara lain:


1. Mahram karena hubungan nasab
2. Mahram karena faktor perbesanan
3. Mahram karena faktor persusuan
Sedangkan mahram sementara dibagi kedalam 2 kategori yaitu:
1. Larangan untuk Dikumpulkan dalam Satu Waktu
2. Haram dinikahi karena faktor tertentu

11
DAFTAR PUSTAKA

Wibisana. (2016). Pernikahan dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim Vol.14
No.2.

Yusuf, Muhamad. (1996). Hukum Perkawinan Dalam Islam Menurut 4 Mazhab. Jakarta:
Hidakarya Agung
Buku Pendidikan Agama BAB VII Tentang Munakahat

12

Anda mungkin juga menyukai