B. Hikmah Pernikahan
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :
1. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.
2. Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
3. Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan
bencrengkramah dengan pacarannya.
4. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan
yang diciptakan.
C. Ketentuan Hukum Pernikah Dalam Islam
Anjuran untuk menikah dapat dilihat dalam surat an-Nur ayat 32 :
ُ فُ َق َرآ َءيُ ْغهِن ِ ُم يَ ُكون ُوا ن ْۗ َو َمآِئمُك ْ ِع َبا ِدمُك ِم ْن الصا ِل ِح َني
ُ َو ِۗ فَضْ هِل ِمن هللا
هللا َّ َو ْ ِمنمُك ْاَألاَي ٰمى َوَأن ِك ُحوا
ِإ ِإ
عَ ِل ٌمي َو ِاس ٌع
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-
Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. An-Nur :32).
Munasabah ayatnya dalam ayat ini Allah menganjurkan perkawinan dengan beberapa
fasilitas. Karena perkawinan merupakan jalan yang paling efektif untuk menjaga
kehormatan diri menjauhkan seorang mukmin dari berbuat zina dan dosa-dosa lainnya.
Pernikahan juga sebagai satu-satunya jalan untuk mendapatkan keturunan yang baik dan
membina masyarakat yang ideal. Oleh karena itu ayat ni juga mengharuskan orang tua
untuk menjaga kehormatan keluarganya dengan cara perkawinan tanpa terbebani dengan
masalah harta atau yang lainnya.
Hadist Rasulullah juga menjelaskan anjuran untuk menikah :Rosulullah SAW
bersabda: “Nikah itu sunahku,barang siapa yang tidak suka, bukan golonganku!”
(HR.Bukhari,Muslim).
Tafsiran hadist diatas bahwa berkeluarga merupakan salah satu aspek dari berbagai
aspek ibadah. Oleh karena itu,setiap muslim harus mempunyai kesadaran bahwa dalam
pembentukan keluarganya sebagai aplikasi dari keinginan untuk mengikuti
RosulullahSAW.
Kesadaran bahwa menikah merupakan perintah agama dan merupakan sunah Nabi akan
membawa implikasi positif terhadap kelangsungan keluarga yang dibentuk.1[5]
D. TUJUAN PERNIKAHAN
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini;
1
dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya
yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya
adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang
dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang
pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.
3. Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua
orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan
peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal
segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak
merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.
4. Melaksanakan Sunah Rasul
Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan
maksiat. Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang
dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu
sunnah dari Rasulullah.
Setidaknya terdapat lima rukun nikah yang wajib dipenuhi oleh calon
mempelai muslim yang ingin melangsungkan pernikahan. Kelima rukun nikah
tersebut antara lain:
1. Terdapat calon mempelai pria dan mempelai perempuan yang tidak terhalang secara
syar’i. Penghalang di sini adalah kedua mempelai tidak ada masih ada hubungan
mahram.
2. Terdapat wali dari calon mempelai perempuan
3. Terdapat dua orang saksi laki-laki yang menyaksikan sah tidaknya akad
4. Diucapkan ijab dari pihak wali calon mempelai perempuan atau yang mewakilinya
5. Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya.
“Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.” (HR. Al-
Khamsah kecuali An-Nasa`i).
Selain harus memenuhi rukun nikah yang sudah dijelaskan di atas, ada syarat
pernikahan dalam Islam yang harus dipenuhi oleh kedua calon mempelai. Berikut ini
syarat pernikahan dalam Islam:
o Beragama Islam
o Bukan mahram
Misalnya, jika di masa kecil keduanya dibesarkan dan disusui oleh satu
orang yang sama, maka keduanya dilarang untuk menikah. Karena keduanya
terikat secara mahram yakni satu sepersusuan. Saudara satu persusuan haram
untuk dinikahi.
Syarat ini seperti yang dikatakan Nabi ﷺdalam hadisnya sebagai berikut:
Jika wali nikah dari nasab keluarga tidak ada, bisa dicarikan
alternatifnya yakni wali hakim dengan syarat dan ketentuannya.
Terakhir, syarat nikah yang tidak kalah penting adalah tidak adanya
paksaan dari salah satu pihak kepada pihak lain. Kedua belah pihak saling
ridha, saling menyukai dan mencintai dan sepakat untuk menikah. Hal ini
sesuai dengan hadis Rasulullah ﷺdari Abu Hurairah ra sebagai berikut:
G. Thalak ( Perceraian )
1. Pengertian Thalak
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam
tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa
bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud
melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak
merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak
dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian
berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi
dibenarkan.
2. Sebab-Sebab Thalak
Adanya Ketidakjujuran
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan
kebaikan itu akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh
Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan
menunjukkan kepada kezaliman, dan kezaliman itu akan mengantarkan ke arah
neraka”. (HR Bukhar muslim).
Penyebab talak dalam islam yang pertama dan yang paling sering terjadi
dari kisah nyata nyata orang orang yang melakukan talak ialah adanya
ketidakjujuran antara salah satu pihak atau keduanya satu sama lain. keutamaan
jujur dalam islam memang penting dimana dalam pernikahan telah diucap janji
untuk saling menjaga, saling terbuka, dan saling setia, jika hal tersebut nyatanya
tidak mampu mereka laksananakan dalam kehidupan berkeluarga, jadilah talak
pada akhirnya karena hubungan yang tidak ada rasa percaya satu sama lain tidak
akan mungkin bisa bertahan.
3. Macam-Macam Thalak
a. Macam-macam Talak Berdasar Waktu Jatuhnya
Munajjaz atau Mu'ajjal
Talak yang jatuh pada saat diucapkan waktu itu juga. Ungkapan
yang berlaku selama suami yang dianggap sah telah menjatuhkan talak pada
istri sahnya. Misalkan seorang suami berucap, "Engkau telah ditalak," atau
"Engkau telah tertalak."
Mudhaf
Menyandarkan talak pada waktu yang akan datang. Sebagai contoh,
suami mengucapkan "Engkau tertalak pada esok hari."
Mu'allaq atau Talak Ta'liq
Macam talak berdasar waktu selanjutnya mu'allaq atau talak yang
bersyarat. Talak yang bergantung pada suatu perkara di masa
mendatang.Misalkan suami berkata, "Jika engkau masuk lagi ke rumah si
Fulan, maka engkau tertalak."
H. IDDAH
Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah diceraikan oleh mantan
suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun karena suaminya
meninggal dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri belum boleh melangsungkan
pernikahan kembali dengan laki-laki lain. Pada saat iddah inilah antara kedua belah pihak
yang telah mengadakan perceraian, masing-masing masih mempunyai hak dan kewajiban
antara keduanya.Lamanya masa iddah bagi perempuan adalah sebagai berikut:
1. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, iddahnya tiga kali suci
2. Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause) atau belum mengalami
sama sekali, iddahnya tiga bulan
3. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat bulan sepuluh hari
4. Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan
I. RUJUK
Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut
syarak, ia membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang diceraikan
dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.
Hukum rujuk
Hukum Penjelasan
Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum menyempurnakan gilirannya
Wajib
dari isteri-isterinya yang lain
Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti atau memudaratkan
Haram
isterinya itu
Makruh Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri
Harus Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama
Rukun rujuk
Perkara Syarat
Berakal
Suami Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj’i
Isteri Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan