Anda di halaman 1dari 13

A. Pemikiran Tentang Pencatatan Perkawinan di Indonesia.

Di Indonesia masalah perkawinan diatur dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun


1974, yang mulai diundangkan pada tanggal 2 januari 1974. Undang-undang tersebut
dibuat dengan mempertimbangkan bahwa falsafah Negara Republik Indonesia adalah
Pancasila, maka perlu dibuat undang-undang perkawinan yang berlaku bagi semua warga
negara . Bagi umat islam di Indonesia, undang-undang tersebut meskipun tidak sama
persis dengan hukum pernikahaan di dalam fikih islam, namun dalam pembuatannya telah
di cermati secara mendalam sehingga tidak bertentangan dengan hokum islam.
Undang-undang RI tentang Perkawinan No. 1 tahun 1974 diundangkan pada
tanggal 2 Januari 1974 dan diberlakukan bersamaan dengan dikeluarkannya peraturan
pelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan.
Menurut UU Perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU
Perkawinan).
Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat pada pasal 2
UU Perkawinan, yang berbunyi:
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu;
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Hikmah Pernikahan
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :
1. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.
2. Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
3. Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan
bencrengkramah dengan pacarannya.
4. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan
yang diciptakan.
C. Ketentuan Hukum Pernikah Dalam Islam
Anjuran untuk menikah dapat dilihat dalam surat an-Nur ayat 32 :

ُ  ‫فُ َق َرآ َءيُ ْغهِن ِ ُم‬ ‫يَ ُكون ُوا‬ ‫ ن‬ ْۗ ‫ َو َمآِئمُك‬ ْ ‫ ِع َبا ِدمُك‬ ‫ ِم ْن‬ ‫الصا ِل ِح َني‬
ُ ‫ َو‬ ِۗ ‫فَضْ هِل‬ ‫ ِمن‬ ‫هللا‬
‫هللا‬ َّ ‫ َو‬  ْ ‫ ِمنمُك‬ ‫ ْاَألاَي ٰمى‬ ‫َوَأن ِك ُحوا‬
‫ِإ ِإ‬
                                ‫عَ ِل ٌمي‬ ‫ َو ِاس ٌع‬ 
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-
Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. An-Nur :32).

Munasabah ayatnya dalam ayat ini Allah menganjurkan perkawinan dengan beberapa
fasilitas. Karena perkawinan merupakan jalan yang paling efektif untuk menjaga
kehormatan diri menjauhkan seorang mukmin dari berbuat zina dan dosa-dosa lainnya.
Pernikahan juga sebagai satu-satunya jalan untuk mendapatkan keturunan yang baik dan
membina masyarakat yang ideal. Oleh karena itu ayat ni juga mengharuskan orang tua
untuk menjaga kehormatan keluarganya dengan cara perkawinan tanpa terbebani dengan
masalah harta atau yang lainnya.
 Hadist Rasulullah juga menjelaskan anjuran untuk menikah :Rosulullah SAW
bersabda: “Nikah itu sunahku,barang siapa yang tidak suka, bukan golonganku!”
(HR.Bukhari,Muslim).
Tafsiran hadist diatas bahwa berkeluarga merupakan salah satu aspek dari berbagai
aspek ibadah. Oleh karena itu,setiap muslim harus mempunyai kesadaran bahwa dalam
pembentukan keluarganya sebagai aplikasi dari keinginan untuk mengikuti
RosulullahSAW.
Kesadaran bahwa menikah merupakan perintah agama dan merupakan sunah Nabi akan
membawa implikasi positif terhadap kelangsungan keluarga yang dibentuk.1[5]

D. TUJUAN PERNIKAHAN
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini;

1
dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya
yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya
adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang
dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang
pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.
3. Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua
orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan
peluang bagi kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal
segala ilmu dalam beragama yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak
merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.
4. Melaksanakan Sunah Rasul
Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan
maksiat. Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang
dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu
sunnah dari Rasulullah.

E. Dalil Naqli Tentang Pernikahan


‫ون ِبهِۦ‬ ۟ ُ‫ث ِم ْن ُه َما ر َجااًۭل َكثِيرً ا َو ِن َسآ ۭ ًء ۚ َوٱ َّتق‬
َ ُ‫وا ٱهَّلل َ ٱلَّذِى َت َسآ َءل‬ َّ ‫س ٰ َوحِدَ ۢ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ ۟ ُ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱل َّناسُ ٱ َّتق‬
ٍ ۢ ‫وا َر َّب ُك ُم ٱلَّذِى َخلَ َق ُكم مِّن َّن ْف‬
ۭ ِ
َ ‫َوٱَأْلرْ َحا َم ۚ ِإنَّ ٱهَّلل َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ۭ ًبا‬

“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah


menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia
kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.”

[QS. An Nisaa (4):1].

F. Rukun dan Syarat Nikah


1. Rukun Pernikahan Dalam Islam

Setidaknya terdapat lima rukun nikah yang wajib dipenuhi oleh calon
mempelai muslim yang ingin melangsungkan pernikahan. Kelima rukun nikah
tersebut antara lain:
1. Terdapat calon mempelai pria dan mempelai perempuan yang tidak terhalang secara
syar’i. Penghalang di sini adalah kedua mempelai tidak ada masih ada hubungan
mahram. 
2. Terdapat wali dari calon mempelai perempuan
3. Terdapat dua orang saksi laki-laki yang menyaksikan sah tidaknya akad
4. Diucapkan ijab dari pihak wali calon mempelai perempuan atau yang mewakilinya
5. Diucapkannya kabul dari pengantin laki-laki atau yang mewakilinya. 

Persaksian akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadits secara marfu: 

“Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.” (HR. Al-
Khamsah kecuali An-Nasa`i).

2. Syarat Pernikahan dalam Islam

Selain harus memenuhi rukun nikah yang sudah dijelaskan di atas, ada syarat
pernikahan dalam Islam yang harus dipenuhi oleh kedua calon mempelai. Berikut ini
syarat pernikahan dalam Islam:

o Beragama Islam

Syarat pertama yang harus dipenuhi dalam pernikahan menurut Islam


adalah calon suami maupun calon istri adalah beragama Islam disertai dengan
nama dan orangnya. Tidaklah sah jika seorang muslim menikahi seorang non-
muslim dengan tata cara Islam (ijab kabul). 

o Bukan mahram

Syarat kedua yang harus dipenuhi dalam pernikahan Islam adalah


kedua mempelai bukanlah mahram. Hal ini menandakan tidak terdapat unsur
penghalang perkawinan. Oleh karena itu, sebelum menikah perlu menelusuri
nasab pasangan yang akan dinikahi. 

Misalnya, jika di masa kecil keduanya dibesarkan dan disusui oleh satu
orang yang sama, maka keduanya dilarang untuk menikah. Karena keduanya
terikat secara mahram yakni satu sepersusuan. Saudara satu persusuan haram
untuk dinikahi. 

o Adanya wali bagi calon pengantin perempuan

Sebuah pernikahan secara Islam dikatakan sah apabila terdapat atau


dihadiri oleh wali nikah bagi calon pengantin perempuan. 

Syarat ini seperti yang dikatakan Nabi ‫ ﷺ‬dalam hadisnya sebagai berikut:

“Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah ‫ﷺ‬: ‘Perempuan


tidak boleh menikahkan (menjadi wali)terhadap perempuan dan tidak boleh
menikahkan dirinya.” (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu Majah).

Jika mempelai perempuan masih memiliki ayah kandung, maka dialah


pihak paling utama untuk menjadi wali nikah. Namun, jika ayah perempuan
sudah meninggal atau memiliki uzur tertentu bisa diwakilkan. 

Wali nikah biasanya bisa diwakilkan oleh saudara kandung laki-laki


(kakak atau adik mempelai) yang ada di keluarga, atau juga laki-laki tertua
yang ada di keluarga yang masih ada misalnya kakek, paman dan seterusnya
berdasarkan nasab.  

Jika wali nikah dari nasab keluarga tidak ada, bisa dicarikan
alternatifnya yakni wali hakim dengan syarat dan ketentuannya. 

o Dihadiri 2 orang saksi

Selain dihadiri oleh wali nikah untuk calon mempelai perempuan,


nikah juga harus dihadiri oleh 2 orang saksi. Kedua orang saksi ini satu berasal
dari pihak calon mempelai laki-laki, satu dari calon mempelai perempuan.
Seorang saksi pernikahan disyaratkan harus beragama Islam, baligh, dan
mengerti maksud akad.  

o Kedua mempelai sedang tidak berihram atau haji


Para jumhur ulama melarang nikah saat haji atau umrah (saat ihram).
Syarat ini pernah ditegaskan oleh seorang ulama dari mazhab Syafi’i yang
menulis dalam kitab “Fathul Qarib al-Mujib” yang menyebut salah satu
larangan dalam haji adalah melakukan akad nikah maupun menjadi wali dalam
pernikahan:

“Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang dilakukan ketika


ihram) yaitu akad nikah. Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang
ihram, bagi dirinya maupun bagi orang lain (menjadi wali)”

o Tidak ada paksaan

Terakhir, syarat nikah yang tidak kalah penting adalah tidak adanya
paksaan dari salah satu pihak kepada pihak lain. Kedua belah pihak saling
ridha, saling menyukai dan mencintai dan sepakat untuk menikah. Hal ini
sesuai dengan hadis Rasulullah ‫ ﷺ‬dari Abu Hurairah ra sebagai berikut:

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah


atau dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai
dimintai izinnya.” 

(HR Al Bukhari: 5136, Muslim: 3458).

G. Thalak ( Perceraian )
1. Pengertian Thalak
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam
tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa
bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud
melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak
merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak
dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian
berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi
dibenarkan.
2. Sebab-Sebab Thalak
Adanya Ketidakjujuran
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan
kebaikan itu akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh
Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan
menunjukkan kepada kezaliman, dan kezaliman itu akan mengantarkan ke arah
neraka”. (HR Bukhar muslim).
Penyebab talak dalam islam yang pertama dan yang paling sering terjadi
dari kisah nyata nyata orang orang yang melakukan talak ialah adanya
ketidakjujuran antara salah satu pihak atau keduanya satu sama lain. keutamaan
jujur dalam islam memang penting dimana dalam pernikahan telah diucap janji
untuk saling menjaga, saling terbuka, dan saling setia, jika hal tersebut nyatanya
tidak mampu mereka laksananakan dalam kehidupan berkeluarga, jadilah talak
pada akhirnya karena hubungan yang tidak ada rasa percaya satu sama lain tidak
akan mungkin bisa bertahan.

Dari Tutur Kata


“Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, … (QS Al
Baqarah :83). Selanjutnya hingga dapat terjadi talak ialah dari tutur kata. Laki
laki dan wanita memiliki karakter dasar yang berlawanan, laki laki memang
cenderung tidak memperlihatkan rasa kepeduliannya secara langsung atau terbiasa
berkata kata yang menurutnya biasa saja tapi kasar di telinga wanita. cara
Rasulullah memuliakan istri juga selalu kata baik sehingga tidak menyakiti
wanita. Untuk masalah ini kedua pasangan harus saling terbuka mengenai kalimat
seperti apa yang disukai atau yang menimbulkan sakit hati, sehingga tidak
menyebabkan rasa sakit yang dipendam yang dapat berujung kepada talak.
Tidak Menjaga Pandangan
“Janganlah engkau iringkan satu pandangan kepada wanita yang bukan
mahram dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu halal
bagimu, tetapi tidak yang kedua!“. (HR Abu Daud). Jelas bahwa Allah selalu
memerintahkan untuk menjaga pandangan, melihat kepada yang bukan muhrim
membuat mudah merasuknya syetan ke dalam hati dan syetan senang
menunjukkan keburukan pasangannya, baik laki laki atau wanita wajib menjaga
diri, wajib hanya melihat kepada seeorang yang telah menjadi muhrimnya saja.
bahaya nafsu dalam islam contohnya adalah terjadi permasalahan dalam rumah
tangga.
Minim Ilmu
“Mintalah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Nya dari
ilmu yang tidak bermanfaat”. (HR Ibnu Majah no 3843). Wanita dan pria yang
dewasa ketika menikah seharusnya sudah memiliki ilmu tentang kehidupan
rumah tangga sehingga nantinya mudah beradaptasi dan memahami kebiasaan
satu sama lain serta mmapu berbuat yang terbaik untuk satu sama lain.
kedewasaan akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga sebab itu wajib
untuk selalu belajar dewasa dalam segala hal. keutamaan berilmu dalam islam
juga penting dalam kehidupan rumah tangga.
Kurang Bersyukur
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik baiknya (QS At Tin : 4). Kurangnya rasa syukur membuat kasih sayang
kepada pasangan berkurang karena tidak melihat sisi baik dari pasangannya
sehingga menjadi penyebab talak. keutamaan bersyukur dalam islam harus
diterapkan sebagai cara untuk mengatasinya sehingga pasangan saling
mensyukuri keberadaan satu sama lain dan rasa cinta timbul lebih dalam.
Niat Awal Bukan Karena Allah
“Mereka mencintainya (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka
mencintai Allah, sedang orang orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada
Allah”. (Al Baqarah : 165). Jika niat awal menikah karena fisik atau harta maka
nantinya akan dihinakan Allah dan tidak memiliki kehidupan rumah tangga yang
berkah karena tidak menerima apa adanya.
Hawa Nafsu
“Dijadikan indah bagi manusia kesukaan kepada benda benda yang
diingini, yaitu perempuan perempuan dan anak anak, harta benda yang banyak
dari emas dan perak”. (Ali Imron : 14). Nafsu dapat menyebabkan talak karena
membuat seseorang hilang kendali dan hanya berfikir secara jangka pendek tidak
mempertimbangkan masa depan.

3. Macam-Macam Thalak
a. Macam-macam Talak Berdasar Waktu Jatuhnya
 Munajjaz atau Mu'ajjal
Talak yang jatuh pada saat diucapkan waktu itu juga. Ungkapan
yang berlaku selama suami yang dianggap sah telah menjatuhkan talak pada
istri sahnya. Misalkan seorang suami berucap, "Engkau telah ditalak," atau
"Engkau telah tertalak."
 Mudhaf
Menyandarkan talak pada waktu yang akan datang. Sebagai contoh,
suami mengucapkan "Engkau tertalak pada esok hari."
 Mu'allaq atau Talak Ta'liq
Macam talak berdasar waktu selanjutnya mu'allaq atau talak yang
bersyarat. Talak yang bergantung pada suatu perkara di masa
mendatang.Misalkan suami berkata, "Jika engkau masuk lagi ke rumah si
Fulan, maka engkau tertalak."

b. Macam-Macam Talak Ditinjau dari Segi Jumlah


 Talak Satu
Talak satu ialah talak yang pertama kali diucapkan oleh suami pada
istrinya dan hanya dengan satu kata talak.
 Talak Dua
Talak dua merupakan talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
yang kedua kali atau untuk yang pertama kalinya tetapi dengan dua talak
sekaligus. Misalkan, "Aku talak kamu dengan talak dua."
 Talak Tiga
Talak tiga adalah talak yang disampaikan oleh suami kepada istrinya
untuk yang ketiga kalinya. Bisa pula pertama kali diucapkan, tapi langsung
talak tiga. Contohnya suami berujar: "Aku talak kamu dengan talak tiga."

c. Macam-Macam Talak Berdasarkan Segi Tegas Atau Tidaknya


 Talak Sarih
Talak sarih ialah talak yang diucapkan dengan kata-kata yang jelas
maknanya untuk menceraikan. Misal: "Saya ceraikan kamu" atau "Kamu
telah haram bagiku".Talak dengan ketegasan jenis ini berarti pasangan
tersebut sudah sah bercerai menurut Islam.
 Talak Kinaya
Sedangkan talak kinaya diucapkan dengan kata-kata yang belum jelas
maknanya. Contoh: "Aku tidak bisa hidup denganmu lagi".
d. Macam-Macam Talak Ditinjau dari Segi Boleh Tidaknya Rujuk
 Talak Raj'i
Talak raj'i merupakan talak yang boleh untuk rujuk lagi saat istri sedang
dalam masa iddah. Namun, apabila istri sudah di luar masa iddah, rujuk hanya
boleh dilakukan dengan akad nikah yang baru. Jenis talak raj'i, suami hanya
memiliki kesempatan untuk menjatuhkan talak 1 dan 2. Sedangkan yang ketiga,
talaknya akan menjadi talak bain.
 Talak Bain
Talak Bain terbagi jadi dua, yakni talak bain sugra dan talak bain
kubra. Talak bain sugra ialah talak yang hilangnya kepemilikan mantan
suami terhadap mantan istri. Tapi diperbolehkan mantan suami untuk rujuk
dengan melakukan akad nikah ulang.

e. Macam Talak Berdasar Segi Langsung Atau Tidaknya Menjatuhkan


 Talak Muallaq
Talak Muallaq merupakan talak yang dikaitkan dengan syarat tertentu.
Talak ini jatuh apabila syarat yang disebutkan suami terwujud.Misalkan suami
mengatakan, "Engkau tertalak apabila meninggalkan salat". Maka bila istri
benar-benar tidak salat, jatuhlah talak.
 Talak Ghairu Muallaq
Sebaliknya, talak Ghairu Muallaq tidak dikaitkan dengan suatu syarat
tertentu. Semisal suami mengatakan, "Sekarang juga engkau aku talak."
f. Talak Ditinjau dari Segi Keadaan Istri
 Talak Sunny
Talak Sunny adalah talak yang dijatuhkan oleh suami pada istri sah
yang pernah dicampurinya. Pada waktu itu keadaan istri tengah suci atau
tidak haidh atau tidak bermasalah secara hukum syara'.Keadaan istri sudah
suci belum dicampuri oleh suami, atau sedang hamil dan jelas
kehamilannya.
 Talak Bid'iy
Talak bid'iy yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang
pernah dicampurinya. Pada saat itu keadaan istri sedang haid atau
bermasalah (dalam pandangan syar'i).
 Talak La Sunny Wala Bid’iy
Secara bahasa berarti "Bukan talak sunny dan talak bid’iy",
merupakan talak yang dijatuhkan suami dengan keadaan istri belum pernah
dicampuri sama sekali. Belum pernah haid karena masih kecil atau sudah
berhenti haid (menopause).

g. Talak Ditinjau Dari Segi Cara Suami Menyampaikan Talak


 Talak dengan Ucapan
Talak yang disampaikan oleh suami pada istrinya secara langsung,
dengan ucapan lisan dan di hadapan istrinya. Sehingga mendengar ucapan
suami dengan jelas.
 Talak dengan Tulisan
Berikutnya talak dengan tulisan, tentunya disampaikan oleh suami
dalam bentuk untaian kata. Kemudian sang istri membaca dan memahami
isinya.
h. Talak dengan Isyarat
Talak selanjutnya disampaikan menggunakan isyarat dari suami yang
tidak bisa bicara (tuna wicara). Sepanjang isyarat itu jelas dan benar sesuai yang
dimaksudkan untuk talak. Sementara sang istri memahami isyarat tersebut.
i. Talak dengan Utusan
Jenis yang terakhir ialah talak yang dijatuhkan suami melalui perantara
orang lain yang dipercaya. Orang tersebut yang akan menyampaikan maksud
bahwa suami mentalak sang istri.

H. IDDAH
Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah diceraikan oleh mantan
suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun karena suaminya
meninggal dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri belum boleh melangsungkan
pernikahan kembali dengan laki-laki lain. Pada saat iddah inilah antara kedua belah pihak
yang telah mengadakan perceraian, masing-masing masih mempunyai hak dan kewajiban
antara keduanya.Lamanya masa iddah bagi perempuan adalah sebagai berikut:
1. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, iddahnya tiga kali suci
2. Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause) atau belum mengalami
sama sekali, iddahnya tiga bulan
3. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat bulan sepuluh hari
4. Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan

I. RUJUK
Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut
syarak, ia membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang diceraikan
dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.

Hukum rujuk
Hukum Penjelasan
Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum menyempurnakan gilirannya
Wajib
dari isteri-isterinya yang lain
Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti atau memudaratkan
Haram
isterinya itu
Makruh Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri
Harus Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama

Rukun rujuk
Perkara Syarat
Berakal
Suami Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj’i
Isteri Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan

Contoh lafaz rujuk


1. Lafaz sarih
Lafaz terang dan jelas menunjukkan rujuk. Contoh : “Saya rujuk awak
kembali” atau “Saya kembali semula awak sebagai isteri saya.”
2.     Lafaz kinayah
Lafaz kiasan atau sindiran. Contoh : “Saya jadikan awak milik saya semula”
atau “Saya pegang awak semula”. Lafaz kinayah perlu dengan niat suami untuk
merujuk kerana jika dengan niat rujuk, maka jadilah rujuk. Namun jika tiada niat
rujuk, maka tidak sahlah rujuknya.

Anda mungkin juga menyukai