Anda di halaman 1dari 24

PERNIKAHAN ENDOGAMI DALAM AL-QUR’AN

(KAJIAN Q.S AL-AHZAB [33]: 50 DENGAN

PENDEKATAN MA’NA CUM MAGHZA)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Palangka Raya
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Oleh:
Yulianti Hanifah
NIM. 1703130038

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

TAHUN AJARAN 1442 H/ 2021 M


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kita haturkan kepada Allah SWT. Atas limpahan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya lah proposal skripsi ini bisa terselesaikan dengan

baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada keharibaan junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju

zaman terang-benderang. Adapun judul proposal skripsi yang yang akan diangkat

penulis yaitu “Pernikahan Endogami dalam Al-Qur’an (Kajian Q.S al-Ahzab

[33]: 50 dengan Pendekatan Ma’nā-Cum-Maghzā)”.

Tujuan dalam pembuatan proposal skripsi ini untuk memenuhi syarat gelar

sarjana agama Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Pembuatan proposal skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan dalam perangkaian kata-kata dan sebagainya. Peneliti

sangat berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran guna

menyempurnakan proposal skripsi ini agar dapat menjadi sumber acuan

pembelajaran kedepannya dan memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Palangka Raya, Januari 2021

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

E. Definisi Operasional............................................................................... 7

F. Kajian Pustaka........................................................................................ 9

G. Sistematika Penulisan........................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................... 12

A. Pendekatan Ma’nā Cum Maghzā.......................................................... 12

B. Cara Kerja Pendekatan Ma’nā Cum Maghzā....................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 15

A. Jenis Penelitian..................................................................................... 15

B. Sumber Data......................................................................................... 15

C. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 15

D. Metode Analisis Data........................................................................... 16

iii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengajarkan penganutnya memandang kehidupan sebagai

suatu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang lain

dan masyarakat. Karena kehidupan manusia saling melengkapi antara satu

dan lainnya dalam tatanan sosial islam.1

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin memberikan ajaran-

ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, adapun berupa

ibadah kepada Allah Swt, hubungan kepada sesama makhluk, hubungan

kepada alam, anjuran, kewajiban, larangan, hukum, dan lainnya. Termasuk

dalam sebuah pernikahan agar dapat membentuk umat yang ideal. 2 Q.S

Yasin [36]: 36, Allah Swt berfirman:

ۢ ‫مِم‬ ِ
‫ض‬ ُ ِ‫ُك لَّ َه ا َّ ا تُ ْن? ب‬
ُ ‫ت ا اْل َ ْر‬ َ ‫ُس ْب ٰح َن الَّ ذ ْي َخ لَ َق ا اْل َ ْز َو‬
‫اج‬
٣٦ ‫َو ِم ْن اَ ْن ُف ِس ِه ْم َو مِم َّ ا اَل َي ْع لَ ُم ْو َن‬

Terjemah Kemenag 2002


36. Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan
semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri,
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.3
1
Nik Kustafa Nil Hasan, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam M. Rusli Karim, ed.,
Berbagai Aspek Ekonomi Islam, cet, 1 (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya dan P3EI UII, 1992),
hal. 15
2
Abdur Rahman I, Perkawinan dalam Syariat Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal.
17
3
Quran Kemenag in Ms Word, versi 1.0, tahun 2018

1
2

Pernikahan adalah suatu ibadah dalam Islam. Pernikahan dapat

dinilai ibadah tersebut dengan mematuhi rukun dan syaratnya serta tidak

melakukan yang dilarang dalam sebuah pernikahan.4 Hal yang dilarang

dalam pernikahan tersebut diantaranya menikahi kerabat dekat atau

sedarah atau mahram yang disebutkan dalam Q.S an-Nisa [4]: 23. Menurut

Kompilasi Hukum Islam (KHI) bab mengenai larangan kawin dikatakan

bahwa dilarang menikahi saudaranya karena adanya hubungan darah baik

terhubung secara vertikal dan horizontal.5

Pernyataan Q.S an-Nisa [4]: 23 dan HKI diatas tentang larangan

seseorang menikahi mahramnya tentulah memiliki tujuan dan hikmahnya.

Tujuan dan hikmah ini dijawab melalui sains dengan menggunakan ilmu

genetika yang mempelajari sifat yang dibawa seseorang kepada

keturunannya yang akan diturunkan lagi kepada anak dan cucunya.6

Menurut penelitian jika hubungan seseorang yang menikah dan dinikahi

dekat, maka genetika yang mereka bawa dapat menghasilkan mutasi gen

yang sama sehingga beresiko sebesar 1 dari 4 untuk menghasilkan

keturunan yang mengidap gangguan tertentu.

Pada Q.S an-Nisa [4]: 23 menikahi sepupu tidak termasuk dalam

hal yang dilarang. Begitu pun Q.S al-Ahzab [33]: 50 yang menjelaskan

tentang dibolehkannya menikahi sepupu, Allah Swt berfirman:

4
Nurhadi, “Pembatalan Perkawinan Karena Hubungan Mahram: Dalam Prespektif
Hukum Islam”, Eksyar, Vol. 02, No. 01, Juni 2015, hal. 245
5
Supriatna, (dkk). Fiqh Munakahat II: dilengkapi dengan UU No, 1/1974 dan kompilasi
hukum islam (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008), hal. 139-140
6
Muhammad Jusuf, Genetika (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal.2 dan 5
3

‫ٰت ٰخ ٰلتِ َ ٰيِت‬


ِ ‫ك وبن‬ ِ ِ
َ ِ‫ٰت َع ّٰمت‬
ِ ‫ك وبن‬ ِ
ْ ّ‫ك ال‬ َ َ َ ‫ك َو َبنٰت َخال‬ َ َ َ ‫و َبنٰت َع ِّم‬... َ
٥٠ ...‫ك‬ َ ۗ ‫اج ْر َن َم َع‬
َ ‫َه‬

Terjemah Kemenag 2002


50. ...dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari
saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari
saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan
dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan
dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah
bersamamu...7

Q.S al-Ahzab [33]: 50 seperti menguatkan Q.S an-Nisa [4]: 23

bahwa menikahi sepupu adalah hal yang tidak diharamkan walaupun

sepupu adalah kerabat dekat. Akan tetapi, beberapa penelitian ilmiah yang

meyatakan bahwa pernikahan yang dilakukan dengan kerabat dekat

termasuk sepupu tetap memiliki resiko dalam kesehatan. Karena

pernikahan antar sepupu pun memiliki resiko sekitar 6% sampai 8 % akan

menghasilkan anak dengan kelainan lahir, keterbelakangan mental, dan

gangguan genetik.8

Pernikahan endogami adalah suatu pernikahan antara etnis, klan,

suku, atau kekerabatan dalam lingkungan yang sama. Pengertian lainnya

diungkapkan oleh Goode bahwa pernikahan endogami adalah bentuk yang

berlaku dalam masyarakat yang hanya memperbolehkan anggotanya

masyarakatnya menikah dengan anggota lain dari golongan sendiri.9 Maka

7
Quran Kemenag in Ms Word, versi 1.0, tahun 2018
8
Aubrey Milunsky, Gen dan Kesehatan Anda: Panduan Sangat Penting Bagi Keluarga
untuk Menyelamatkan Nyawa Anda terj. Paramita, (Jakarta: Indeks, 2015), hal. 328
9
J William Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 134
4

pernikahan antar sepupu termasuk pernikahan endogami dalam penelitian

ini.

Adanya perbedaan dari teks ayat Q.S al-Ahzab [33]: 50 yang

membolehkan seorang laki-laki untuk menikahi sepupu, dengan

pernyataan dalam beberapa penelitian ilmiah terhadap ilmu genetika

menyatakan bahwa, pernikahan antar saudara dekat tidaklah baik termasuk

dalam pernikahan antar sepupu. Karena dapat mengakibatkan kecacatan

fisik atau keterbelakangan mental pada keturunannya. Maka dari itu agar

dapat memahami maksud Q.S al-Ahzab [33]: 50 dengan ilmu pengetahuan

sains, digunakanlah pendekatan yang mendukung agar masyarakat dapat

memahami makna lain Q.S al-Ahzab [33]: 50 dengan kekeinian dan

kedisinian. Pendekatan tersebut adalah ma’nā cum maghzā. Sahiron

Syamsuddin mengatakan:

Ada tiga hal penting yang seyogyanya dicari oleh seorang penafsir
ketika menggunakan pendekatan, yakni (1) makna historis (al-
ma’nā al-tārikhī), (2) signifikasi fenomenal historis (al-maghzā al-
tārikhī), dan (3) signifikasi fenomenal dinamis (al-maghzā al-
mutaḥarik) untuk konteks setiap teks al-Qur’an ditafsirkan.10

Pendekatan ma’nā cum maghzā menurut penulis adalah suatu ilmu

yang baru dan pantas untuk digunakan dalam penafsiran al-Qur’an.

Terlebih pendekatan ma’nā cum maghzā dikembangkan oleh seorang

sarjana studi al-Qur’an di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sahiron

Syamsuddin. Sahiron memodifikasi dan mengembangkan teori Rahman

dan Abu Zayd yang kemudian disebut ma’nā cum maghzā. Teori ma’nā
10
Shahiron Syamsuddin (ed), Pendekatan Ma’nā-Cum-Maghzā atas al-Qur’an dan
Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer (Yogyakarta: Asosiasi
Ilmu Alqur’an & Tafsir se-Indonesia, 2020), hal. 9
5

cum maghzā memiliki perbedaan dari teori double Movement milik Fazlur

Rahman dan Pendekatan Kontekstual (Contextual Approach) milik

Abdullah Saeed, yaitu teori ma’nā cum maghzā diharapkan mampu

digunakan dalam penafsiran seluruh teks al-Qur’an.11 Maka dari itu penulis

mengangkat kajian penelitian ini dengan judul “Pernikahan Endogami

Menurut Al-Qur’an (Kajian Q.S al-Ahzab [33]: 50 dengan

Pendekatan Ma’nā Cum Maghzā)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pernikahan endogami dalam Q.S al-Ahzab [33]: 50 dengan

pendekatan ma’nā cum maghzā?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami pernikahan endogami yang disebutkan

dalam Q.S al-Ahzab [33]: 50 melalui pendekatan ma’nā cum

maghzā.

D. Manfaat Penelitian
11
Sahiron Syamsuddin, “Ma’na-Cum-Maghza Approach to The Quran: Interpretation of
Q.S 5:51”, Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR) 137, (tt:
Atlantis Press, 2017), hal. 132
6

Apabila tujuan diatas dapat tercapai maka akan memberikan

kemanfaatan sebagai berikut:

1. Manfaat Bidang Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu

memberikan manfaat untuk pengembangan khazanah keilmuan

serta sebagai bahan masukan, dan tambahan pustaka bagi

perpustakaan IAIN Palangka Raya. Selain itu, diharapkan

mampu memberikan sumbangan bagi peneliti lain untuk

mengkaji hal tersebut dengan lebih mendalam lagi.

2. Manfaat Bidang Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

bagi masyarakat luas pada umumnya, agar mereka dapat

mengambil sebuah pelajaran dari kajian tafsir ini yang berupa

wawasan al-Qur’an mengenai pernikahan endogami dalam al-

Qur’an pada Q.S al-Ahzab [33]: 50 dengan Pendekatan ma’nā

cum maghzā.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Dengan adanya kajian ini diharapkan mampu

memberikan manfaat bagi peneliti sebagai petunjuk atau

arahan, acuan serta bahan pertimbangan bagi seorang peneliti

yang akan mengkaji selanjutnya.

E. Definisi Operasional
7

Definisi operasional merupakan sesuatu yang penting dalam

sebuah karya imiah sehingga dalam penelitian ini penulis memaparkan

beberapa variabel sehingga dasar pokok dalam penjelas data ini dengan

menyertakan gambaran umum terkait dengan penelitian ini agar mudah

dipahami. Maka dari itu diperoleh definisi operasional yang berkenaan

dengan pernikahan endogami.

Menurut Goode bahwa pernikahan endogami adalah bentuk yang

berlaku dalam masyarakat yang hanya memperbolehkan anggotanya

masyarakatnya menikah dengan anggota lain dari golongan sendiri.12

Pernikahan endogami di Indonesia tidak dapat terpungkiri masih

terjadi. Berdasarkan penelitian, ada beberapa faktor yang mendorong

masyarakat melakukan pernikahan endogami, sebagai berikut:

a. Orientasi Spasial (kewilayahan)

Hal ini terjadi akibat masyarakat yang masih cenderung

beranggapan jika jodoh itu berada di luar desa maka dikatakan

jauh. Sehingga mereka menginginkan jodoh yang dekat atau yang

sedesa.

b. Kemurnian keturunan

Menikah dengan kerabat akan jelas asal usul keturunannya.

Masyarakat yang melakukan ini cenderung menolak pernikahan

dari luar kekerabatan karena tidak ingin adanya percampuran darah

dari keturunan luar.

c. Mejaga harta keluarga


12
J William Goode, Sosiologi Keluarga, hal. 134
8

Keluarga yang menjalankan pernikahan ini cenderung ingin

menjaga harta keluarga diteruskan dan dikuasai secara asli dari

keluarga sendiri.

d. Faktor perjodohan

Bagi masyarakat mencari jodoh lebih baik di lingkungan

sendiri, dan kepercayaan itu dipegang teguh hingga anak cucunya.

Sehingga tidak heran pernikahan endogami yang disebabkan

perjodohan.13

Pernikahan endogami dalam penelitian ini adalah pernikahan antar

sepupu. Menurut islam menikah antar sepupu bukanlah hal yang dilarang

sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S al-Ahzab [33]: 50. Di Indonesia

pun pernikahan antar sepupu sering terjadi, karena faktor-faktor di atas.

Akan tetapi, berbeda dengan pernyataan para ilmuan masa kini yang

meneliti tentang genetika manusia. Beberapa penelitian mengatakan

bahwa pernikahan kerabat dekat atau mahram termasuk sepupu memiliki

resiko 6 % hingga 8 % dalam menghasilkan keturunan yang memiliki

kelainan dan keterbelakangan mental. Hal tersebut akan melemahkan

kondisi anak serta keturunannya kemudian. Karena perbedaan tersebut,

penelitian tentang pernikahan endogami menjadi pembahasan yang

diambil sebagai proposal skripsi peneliti.

13
A. Darussalam, “Pernikahan Endogami Prespektif Islam dan Sains” Tahdis Vol. 8 No.
1, 2017, hal. 16-17
9

F. Tinjauan Pustaka

Peneliti melakukan tinjauan terhadap karya ilmiah yaitu skripsi

yang ditulis oleh Muhammad Irwansyah yang berjudul “Pernikahan

dengan Kerabat Dekat Prespektif Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI”,

2018. Skripsi tersebut membahas tentang pernikahan endogami yakni

kerabat dekat dari prespektif tafsir ilmi kementerian agama RI dan dari

segi sains juga diungkapkan. Namun skripsi ini hanya terbatas membahas

dari segi prespektif Kementerian Agama RI, tidak melihat dari prespektif

keilmuan lainnya.Begitu pula segi sainsnya pun penulis mengungkapkan

bahwa penelitiannya belum dilakukan secara mendalam dan menyeluruh.

Adapun skripsi lainnya yang membahas tentang pernikahan

endogami ditulis oleh Ni’mah Fikriyah Harfi dengan judul “Urgensi Nikah

Endogami di Kalangan Pesantren Prespektif Pengasuh Pondok Pesantren

di Malang Raya”, 2018. Skripsi tersebut lebih berfokus pernikahan

endogami dalam lingkungan pesantren di daerah Malang yang terjadi

diakibatkan perjodohan.

Kemudian skripsi lainnya ditulis oleh Hafidhoh Nuurul Ismatullah

dengan judul “Praktik Perkawinan Endogami Prespektif Hukum Medis

dan Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun II Desa Tipar Kidul Kecamatan

Ajibarang Kabupaten Banyumas)”, 2018. Skripsi tersebut membahas

tentang pernikahan endogami yang terjadi di daerah tersebut dengan

mengaitkan dari sudut pandang hukum medis dan hukum islam.


10

Ringkasnya, penelitian sebelumnya hanya berfokus pada suatu

pembahasan yang lebih banyak terjadi di masyarakat setempat. Sedangkan

penelitian ini akan berfokus pada pendekatan ma’nā cum maghzā untuk

kembali menganalisis Q.S al-Ahzab [33]: 50 sehingga masyarakat dapat

kembali memahami al-Qur’an seiring perkembangan zaman.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri lima bab, yaitu:

Bab pertama, adalah pendahuluan, merupakan gambaran umum

yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, adalah gambaran umum tentang pengertian pernikahan

endogami, pernikahan endogami menurut islam, dan pernikahan endogami

menurut ilmu medis.

Bab ketiga, adalah gambaran umum tentang pendekatan ma’nā

cum maghzā terkait pengertian ma’nā cum maghzā dan cara kerja ma’nā

cum maghzā dalam penafsirkan al-Qur’an.

Bab keempat, adalah analisis terhadap Q.S al-Ahzab [33]: 50

tentang pernikahan endogami dari beberapa penafsiran dan ilmu genetika

menggunakan pendekatan ma’nā cum maghzā.

Bab kelima, adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

terhadap penelitian ini.


11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Ma’na Cum Maghza

Sahiron Syamsuddin adalah sorang sajana studi al-Qur’an di UIN

Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang mencetuskan pendekatan Ma’na Cum

Maghza. Sahiron mengatakan pendekatan ma’nā cum maghzā yaitu:

Pendekatan yang digunakan ketika seseorang ingin menggali atau


merekonstruksi makna dan pesan utama historis, yang dimaksud
oleh pengarang teks atau dipahami oleh audiens historis, dan
kemudian mengembangkan signifikasi teks tersebut untuk konteks
kekinian dan kedisinian.14

Pendekatan tersebut hadir dari hasil analisis yang dilakukan oleh

Sahiron terhadap aliran penafsiran al-Qur’an yaitu aliran quasi-objektivis

progresif yang memiliki pandangan “keseimbangan hermeneutik” yaitu

memperhatikan makna asal literal (al-ma’na al-ashli) dan pesan utama

(signifikasi; al-maghza).

Aliran quasi-objektivis progresif adalah suatu rangka

memproyeksikan pengembangan metode pembacaan al-Qur’an pada masa

kini yang cenderung manafsirkan al-Qur’an sesuai keinginan pembaca,

bertentangan dengan kewajiban seorang mufassir yang membiarkan teks

yang ditafsirkan seperti berbicara dan menyampaikan pesan tertentu.

Sehingga aliran tersebut memiliki beberapa kelemahan. Pertama, aliran

14
Shahiron Syamsuddin (ed), Pendekatan Ma’nā-Cum-Maghzā, hal. 8-9

12
tersebut tidak memperhatikan beberapa hukum al-Qur’an yang tersurat

pada

13
13

kenyataanya tidak berlaku lagi karena tidak diaplikasikan di kehidupan

saat ini, seperti hukum perbudakan. Kedua, tidak membedakan pesan inti

dan tidak inti dari al-Qur’an. Ketiga, pandangan aliran tersebut tidak

memberikan peran akal yang signifikan. Keempat, penganut aliran tersebut

tidak memiliki ketertarikan untuk melakukan pembaharuan pemahaman

para penganut terhadap al-Qur’an sebagai wadah menjawab tantangan-

tantangan modern dengan adanya perbedaan yang besar antaran situasi

masa lalu saat wahyu turun dan masa kini.15

Beberapa kekurangan terhadap aliran tersebut dan analisis Sahiron

terhadap pentingnya penafsiran al-Qur’an berdasarkan makna dan

signifikansi (ma’na cum maghza) memunculkan pendekatan ma’na cum

maghza yang merupakan gabungan antara obyektivitas dan subyektifitas

dalam penafsiran, antara wawasan teks dan wawasan penafsir, antara masa

lalu dan masa kini, dan antara aspek ilahi dan aspek manusiawi.

B. Cara Kerja Pendekatan Ma’na Cum Maghza dalam Penafsiran

Makna dan signifikansi (Ma’na Cum Maghza) dalam

pengaplikasiannya dijelaskan oleh Sahiron ada tiga langkah. Pertama,

penafsir terlebih dahulu menganalisis bahasa atau teks ayat tersebut pada

abad ke-7 dengan membandingkan dan menganalisis penggunaan kata

tersebut, baik dalam kosa kata, istilah dan struktur bahasanya dengan teks-

15
Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an (Edisi Revisi
dan Perluasan) (Yogyakarta: PESANTREN NAWASEA PRESS, 2017), hal. 139-140
14

teks ayat lainnya yang berkaitan, hadis Nabi, puisi, dan teks-teks

komunitas lain yang hidup pada masa Nabi.

Kedua, penafsir melihat kejadian-kejadian yang terjadi dan kondisi

atau situasi saat ayat tersebut diturunkan, hal ini berkaitan dengan asbabun

nuzul.

Ketiga, penafsir menggali maksud atau pesan utama dari ayat al-

Qur’an tersebut dengan mencermati dan memaknai ayat tersebut dari

analisis langkah pertama dan kedua. Sehingga penafsir dapat memaknai

atau mengkontekstualisasikan maksud atau pesan utama ayat tersebut

untuk konteks kekinian.

Penafsiran ayat al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan

Ma’na Cum Maghza sangat diperlukan ketelitian dan kehati-hatian.

Terlebih pada aspek bahasa yang dapat berkembang akibat aspek sinkronik

dan diakronik. Sinkronik adalah bahasa yang tetap dan tidak berubah

dalam sebuah komunitas. Sedangkan diakronik adalah bahasan yang

berubah akibat perubahan konteks sejarah.

Secara singkatnya, cara kerja pendekatan ini adalah penafsir

mencari makna historis (al-ma’nā al-tārikhī), signifikasi fenomenal

historis, dan signifikasi fenomenal dinamis (al-maghzā al-mutaḥarik).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan

kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan metode

maudu’i (tematik) dan pendekatan ma’nā cum maghzā.

B. Sumber Data

Sumber data sebuah penelitian terbagi mejadi dua, yaitu sumber

data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah al-Qur’an dan penafsiran yang membahas tentang

pernikah endogami Q.S al- Ahzab [33]: 50. Sedangkan sumber data

skunder dalam penelitian ini, seperti kitab-kitab tafsir, buku-buku sains

dan medis, jurnal, artikel, dan literatur lainnya yang bersifat relevan.

C. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan

mengumpulkan data dari sumber data yang berasal dari data primer

dan skunder karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

15
16

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif-

analitik yaitu mendeskripsikan data-data baik primer dan skunder yang

diperoleh kemudian diikuti dengan analisis dan interprestasi data

tersebut. Sehingga menemukan penjelasan yang jelas dan

komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Shahiron Syamsuddin (ed.), Pendekatan Ma’nā-Cum-Maghzā atas al-Qur’an dan

Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer.

Yogyakarta: Asosiasi Ilmu Alqur’an & Tafsir se-Indonesia. 2020.

------- Hermeneutika dan Pengermbangan Ulumul Qur’an (Edisi Revisi dan

Perluasan). Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press. 2017.

Nusantari, Elya. Genetika Belajar Genetika dengan Mudah & Komprehensif

(Dilengkapi Data Hasil Riset tentang Kesulitan Memahami Konsep

Genetika dan Riset dalam Pembelajaran Genetika). Yogyakarta:

Deepublish. 2014.

JURNAL, ARTIKEL, DAN SKRIPSI

Irwansyah, Muhammad. Pernikahan Kerabat Dekat Prespektif Tafsir Ilmi

Kemeterian Agama RI. Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2018.

Harfi, Ni’mah Fikriyah. Urgensi Nikah Endogami di Kalangan Pesantren

Prespektif Pengasuh Pondok Pesantren di Malang Raya. Skripsi, Malang:

UIN Maulana Malik Ibrahim. 2018.

17
Ismatullah, Hafidhoh Nuurul. Praktik Perkawinan Endogami Prespektif Hukum

Medis dan Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun II Desa Tipar Kidul

Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas). Skripsi, Semarang: UIN

Walisongo. 2018.

Muhsin, Muhammad Khafidzul, Perkawinan Endogami Ditinjau dari Hukum

Islam (Studi Kasus Anggota Kader Partai Pengadilan Sejahtera Salatiga).

Skripsi, Salatiga: IAIN Salatiga. 2018.

Darussalam, Ahmad. Pernikahan Endogami Prespektif Islam dan Sains. Tahdis:

Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis. Vol. 8 No. 1. 2017.

Yusdiawati, Yayuk. Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan Pada

Perkawinan Sepupu. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya. Vol. 19

No. 2. 2017.

Khafizoh, Anis. Perkawinan Sedarah Dalam Prespektif Hukum Islam dan

Genetika. Syariati: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum. Vol. III No. 01.

2017.

Fadilah, Adi. Ma’na-Cum-Maghza Sebagai Pendekatan Kontekstual dalam

Perkembangan Wacana Hermeneutika Alquran di Indonesia. Quhas:

Journal of Qur’an and Hadith Studies. Vol. 8 No. 1. 2019.

Setiawan, Asep. Hermeneutika Al-Qur’an “Madzhab Yogya” (Telaah atas Teori

Ma’na-Cum-Maghza dalam Penafsiran al-Qur’an). Jurnal Studi Ilmu-

Ilmu al-Qur’an dan Hadis. Vol. 17 No. 1. 2016.

18
APLIKASI

Qur’an Kemenag in Ms Word, versi 1.0. 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai