Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN SD

SEKOLAH SEBAGAI SISTEM SOSIAL

Dosen Pengampu : Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd.

Disusun oleh Kelompok 3:

1. Yuli Dwi Pangesti (5) 1401420064


2. Arum Ayu Ramadhani (16) 1401420171
3. Nadya Dewi Yatri (21) 1401420194

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (S1)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sekolah Sebagai Sistem Sosial” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pendidikan SD.

Makalah ini bisa selesai dengan baik dan tepat waktu tidak lepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Akhmad Junaedi, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan SD yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Seiring doa dan ucapan terima
kasih dari kami, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas budi baik semua orang yang
telah membantu kami.

Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun
yang membacanya. Dan kami mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Semarang, 8 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

C. Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sebuah Sekolah ............................................................................. 3

B. Sistem Sekolah ................................................................................................ 5

C. Sekolah Sebagai Sistem Sosial........................................................................ 7


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia atau proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya.
Pada era global, pendidikan berperan strategis dalam menentukan posisi bangsa.
Pendidikan yang berkualitas menjadi kunci peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
Salah satu perspektif yang perlu diperhatikan di Indonesia adalah pendidikan yang ideal
sesuai dengan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Terbentuknya lembaga pendidikan merupakan suatu konsekuensi logis dari taraf
perkembangan masyarakat yang sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan
masyarakat menjadikan pengorganisasian perangkat-perangkat pengetahuan dan
ketrampilan tidak lagi mungkin untuk ditangani secara langsung oleh masing-masing
keluarga. Diperlukannya pihak lain untuk mengurusi organisasi dan apresiasi pengetahuan
secara khusus serta mengupayakan untuk mentransformasikan kepada generasi muda
merupakan kekuatan yang melatarbelakangi berdirinya sekolah sebagai lembaga
pendidikan (Karsidi, 2008: 7).
Sekolah sebagai suatu lembaga harus bersifat terbuka yang mampu menyesuaikan diri
untuk merubah kondisi eksternal menjadi efektif dan bertahan, terutama di masyarakat
modern saat ini, di mana sekolah harus mampu menjadi sistem sosial dan kultural. Melalui
pendidikan yang tepat, aspek individu dan aspek sosial mampu berkembang secara selaras
sesuai dengan negara Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu jua.
Ciri-ciri masyarakat modern adalah bersifat rasional, berpikir untuk masa depan,
menghargai waktu, bersikap terbuka, berpikir objektif. Mengacu pada latar belakang di
atas, tulisan ini bermaksud untuk mengkaji tentang sekolah sebagai suatu sistem interaksi
sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian sebuah sekolah?
2. Bagaimanakah sistem sosial?
3. Bagaimanakah gambaran sekolah sebagai sistem sosial?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian sebuah sekolah.
2. Untuk mengetahui sistem sosial.
3. Untuk mengetahui gambaran sekolah sebagai sistem sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sekolah
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu: skhole, scola, scolae atau skhola yang
memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah
kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu
bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan
dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan
mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni).
Untuk mendampingi dalam kegiatan sekolah anak-anak didampingi oleh orang ahli dan
mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-
besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di
atas. Namun saat ini kata sekolah telah berubah arti menjadi suatu bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.
Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda-beda tergantung dengan
kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang
tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah
mempunyai peran penting dalam terlaksananya proses pendidikan.
Ukuran dan jenis sekolah bervariasi tergantung dari sumber daya dan tujuan
penyelenggara pendidikan. Sebuah sekolah mungkin sangat sederhana di mana sebuah
lokasi tempat bertemu seorang pengajar dan beberapa peserta didik, atau mungkin, sebuah
kompleks bangunan besar dengan ratusan ruang dengan puluhan ribu tenaga kependidikan
dan peserta didiknya. Berikut ini adalah sarana prasarana yang sering ditemui pada institusi
yang ada di Indonesia, berdasarkan kegunaannya:
1. Ruang Belajar
Ruang belajar adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar mengajar
dilangsungkan. Ruang belajar terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsinya yaitu:
 Ruang kelas atau ruang Tatap Muka, ruang ini berfungsi sebagai ruangan tempat
siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta didik dengan
pendidik, ruang belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan fungsi. Sistem kelas
terbagi 2 jenis yaitu kelas berpindah (moving class) dan kelas tetap.

3
 Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai ruang tempat peserta
didik menggali ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahlian melalui praktik,
latihan, penelitian, percobaan. Ruang ini mempunyai kekhususan dan diberi
nama sesuai kekhususannya tersebut, di antaranya:

1) Laboratorium Fisika/Kimia/Biologi,
2) Laboratorium bahasa,
3) Laboratorium komputer,
4) Laboratorium Pendidikan Agama (Musholla, Microteaching, dll)
5) Ruang keterampilan, dll

 Ruang Kantor
Ruang kantor adalah suatu tempat di mana tenaga kependidikan melakukan
proses administrasi sekolah tersebut, pada institusi yang lebih besar ruang
kantor merupakan sebuah gedung yang terpisah.
 Perpustakaan
Sebagai satu institusi yang bergerak dalam bidang keilmuan, maka keberadaan
perpustakaan sangat penting. Untuk meminjam buku, murid terlebih dahulu
harus mempunyai kartu peminjaman agar dapat meminjam sebuah buku.
 Halaman / Lapangan
Merupakan area umum yang mempunyai berbagai fungsi diantaranya:

1) Tempat upacara
2) Tempat olahraga
3) Tempat kegiatan luar ruangan
4) Tempat latihan
5) Tempat bermain/beristirahat

 Kantin
 Ruang organisasi peserta didik (OSIS, Pramuka, Senat Mahasiswa, dll)
 Ruang Komite
 Ruang Keamanan
 Ruang produksi, penyiaran dll.
 Ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Di Indonesia, sekolah menurut statusnya dibagi menjadi 2 macam yaitu:

4
1) Sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, mulai
dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
perguruan tinggi.
2) Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh non-
pemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan berupa yayasan pendidikan
yang sampai saat ini badan hukum penyelenggara pendidikan masih berupa
rancangan peraturan pemerintah.

B. Sistem Sosial
1. Pengertian Sistem Sosial
"Sistem sosial" merupakan ciptaan dari manusia, dalam hal ini "sistem sosial"
terjadi karena manusia adalah makhluk sosial. Istilah "sistem" berasal dari bahasa
Yunani "Systema" yang mempunyai pengertian yakni:
a. Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian.
b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara
teratur.
Jadi, dengan kata lain istilah "systema" itu mengandung arti sehimpunan bagian
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan. (Sumber: Tatang M. Amirin, Drs.).
Sedangkan pengertian "sistem sosial", menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam
bukunya Sosiologi Pedesaan, adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang
mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan
kegiatannya itu berlangsung terus menerus. Dari tiga hal di atas terdapat tiga hal
pokok, yaitu :
a. Dalam setiap "sistem sosial" ada sejumlah orang dan kegiatannya.
b. Dalam sustu "sistem sosial", orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu
berhubungan secara timbal-balik.
c. Hubungan yang bersifat timbal-balik dalam suatu "sistem sosial" bersifat
konstan.
2. Kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial.
Kehidupan sistem sosial harus dipandang sebagai suatu sistem yaitu sistem
sosial yakni suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsure-unsur yang saling
berhubungan dalam satu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama

5
manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan oleh karena itu
kehidupan sosial pada dasarnya ditandai oleh:
a. Adanya manusia yang hidup bersama yang dalam ukuran minimalnya berjumlah
dua orang atau lebih.
b. Manusia tersebut bergaul atau berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang
cukup lama oleh karena itu terjadilah adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta
munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan.
c. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Suatu sistem kehidupan bersama.
Ciri-ciri interaksi sosial menurut Loomis.
1. Pihak yang berinteraksi berjumlah lebih dari satu orang.
2. Adanya komunikasi antara pihak-pihak tersebut dengan menggunakan lambing-
lambang tertentu.
3. Adanya dimensi waktu yang mencakup masa lampau, masa kini, dan masa
mendatang.
4. Adanya tujuan-tujuan tertentu.
3. Kelompok Sosial
Salah satu wujud dari struktur sosial adalah kelompok sosial. Kelompok sosial
merupakan kumpulan manusia tetapi bukan sembarang kumpulan. Suatu kumpulan
manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara yang satu dengan lainnya dalam
kelompok itu.
3. Adanya suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota-aggota kelompok itu
sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
4. Unsur- Unsur Sistem Sosial
Suatu sistem sosial yang menjadi pusat perhatian barbagai ilmu sosial pada
dasarnya merupakan wadah dari proses-proses dan pola-pola interaksi sosial.
Menurut Soryono Soekanto unsur-unsur pokok suatu sistem sosial adalah:
1. Kepercayaan yang merupakan pemahaman terhadap semua aspek alam semesta
yang dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak.

6
2. Perasaan dan pikiran yaitu suatu keadaan kejiwaan manusia yang menyangkut
keadaan sekelilingnya baik yang bersifat alamiah maupun sosial.
3. Tujuan merupakan suatu cita-cita yang harus dicapai dengan cara mengubah
sesuatu atau mempertahankannya.
4. Kaidah atau norma yang merupakan pedoman untuk bersikap/berperilaku
secara pantas.
5. Kedudukan dan peranan: kedudukan merupakan posisi-posisi tertentu secara
vertical sedangkan peranan adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik
secara structural maupun prosesual.
6. Penguasaan yang merupakan proses yang bertujuan untuk mengajak, mendidik,
atau bahkan memaksa masyarakat untuk mentaati kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku.
7. Sanksi-sanksi positif dan negative.
8. Fasilitas.
9. Keserasian dan kelangsungan hidup.
10. Keserasian antara kualitas hidup dengan lingkungan.
C. Sekolah Sebagai Sistem Sosial
1. Kultur Sekolah
Sekolah adalah sebuah konsep yang mempunyai makna ganda. Pertama,
sekolah berarti suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan segala
perlengkapannya yang merupakan tempat untuk menyelenggarakan proses
pendidikan tertentu bagi kelompok manusia tertentu. Dengan demikian, apabila kita
mendengar perkataan “sekolah” maka yang terbayang adalah lingkungan fisik
seperti itu. Bayangan sekolah sebagai lingkungan fisik seperti itu diperkuat dengan
keseragaman relative mengenai bentuk bangunan dan perlengkapannya,sehingga
dapat dikatakan bahwa kondisi fisik sekolah-sekolah yang sejenis dan setingkat
relative sama. Kedua,sekolah berarti suatu proses atau kegiatan belajar mengajar.
Kita bisa menggunakan istilah “menyekolahkan” anak, atau mengatakan”anak saya
bersekolah SMP Negeri 1”. Dalam hal ini apabila mendengar
perkataan”sekolah”maka yang terbayang di kepala kita adalah proses pendidikan itu
sendiri.
Jadi, dalam hal ini sekolah dipandang sebagai sebuah pranata untuk memenuhi
kebutuhan khusus tertentu. Bisa juga “sekolah”diartikan sebagai sebuah
organisasi ,yaitu organiasi social yang mempunyai struktur tertentu yang melibatkan

7
sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu
kebutuhan. Sesungguhnya ketiga pengertian itu selalu berdampingan,karena proses
belajar berjalan dalam sebuah lokasi dan diselenggarakan oleh organisasi yang
mempunyai struktur dan tujuan tertentu. Penampilan keterpaduan antara ketiga
makna tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti jumlah,tingkat usia, serta
karakteristik lain yang menandai orang-orang yang terlibat didalamnya serta
tujuan,program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan,lama waktu
penyelenggaraan,dan pendekatan yang digunakan. Akan tetapi diantara semuanya
itu terdapat persamaan yaitu bahwa setiap lembaga yang dinamakan sekolah
berperan mengurusi manusia,bukan mengurusi benda-benda mati.
Setiap sekolah memiliki komponen-komponen sarana fisik seperti
lahan,bangunan (kantor, ruang belajar,jamban,dan lain-lain),kurikulum,dan orang-
orang (guru,pimpinan,karyawan non edukatif, dan pelajar). Komponen-komponen
tersebut menyumbang dengan fungsi dan perannya untuk keberhasilan lembaga.
Sebagai sebuah system,sekolah mempunyai keterkaitan dengan sistem lain yang
jumlahnya tidak sedikit. Sistem luar itu meliputi antara lain orang tua siswa,komuniti
sekitar sekolah.
Pola hubungan antara sekolah dengan system lain diwarnai dan diisi dengan
informasi-informasi yang berarah timbale balik. Input atau timbal balik itu dapat
berupa dorongan bagi sekolah untuk mengadakan perubahan pada struktur atau
interaksi edukatif di dalamnya atau untuk mempertahankan yang telah ada. Umpan
balik yang menimbulkan perubahan disebut morfogenis,sedangkan yang mendorong
untuk mempertahankan corak struktur dan interaksi yang telah ada dinamakan
umpan balik yang bersifat morfostatis.
2. Kelas sebagai Sistem Sosial
Sekolah terdiri atas kelas-kelas yang juga dapat dianalisis sebagai sebuah
system. Pengertian kelas dalam konteks sekolah dapat menimbulkan dua macam
asosiasi yaitu kelas sebagai ruangan tempat proses pendidikan berlangsung dan
kelas sebagai sekelompok atau sejumlah pelajar yang bersama-sam menempuh
suatu matapelajaran pada suatu lembaga pendidikan. Yang terakhir Kelas dapat di
artikan sebagai sejumlah pelajar yang untuk periode tertentu,misalnya satu
tahun,menempuh paket prigram yang sam atau hanya untuk sebuah mata pelajaran
saja. Disini kelas diartikan sebagai sekelompok pelajar seperti tersebut tadi tanpa

8
memperhatikan apakah mereka menempuh satu paket program pendidikan
bersama-sama ataukah hanya satu atau beberapa mata pelajaran saja.
Pada umumnya disekolah-sekolah tradisional pelajar dalam satu kelas
menempuh paket pendidikan yang sama sehingga karenanya mereka berada pada
tingkat ketempuhan program yang sama. Pada system pendidikan yang baru,setiap
pelajar mempunyai program pendidikan yang tersusun secara individual, dalam arti
seorang pelajar mempunyai program pendidikan yang berlainan dengan pelajar
yang lainnya. Dengan demikian sebuah kelas mungkin terdiri dari atas mahasiswa
yang hanya bertemu dalam mata pelajaran tertentu saja.
Sesungguhnya dalam kelas ini fungsi dan kesibukan formal yang pokok
diselenggarakan suatu sekolah. Di sekolah dasar, seorang guru mengajar sepanjang
tahun pelajaran. Ia mengajarkan seluruh mata pelajaran di kelas itu kecuali mata
pelajaran agama, olahraga dan kesenian yang telah diajarkan oleh guru khusus.
Guru SD umumnya merupakan guru kelas. Di SLTP dan SLTA guru mengajarkan
dan bertanggung jawab mengenai satu mata pelajaran tertentu saja tetapi untuk
semua kelas, setidak-tidaknya yang setingkat. Di perguruan tinggi lain halnya
meskipun seorang dosen pada dasarnya dosen mata kuliah, ia dapat memiliki latar
belakang pendidikan yang tidak konsisten dengan mata kuliah yang diajarkannya
tetapi diakui sebagai ahli dalam mata kuliah itu. Rekrutmen tenaga dosen dapat
mengikuti system terbuka.
Fungsi dan peran sekolah dalam proses sosialisasi yaitu mempersiapkan
seorang agar menjadi warga dewasa dalam masyarakat, diselenggarakan terutama
melalui proses pendidikan dalam kelas dalam melaksanakan fungsi ini sekolah
bekerjasama dengan keluarga, lingkungan, organisasi, dan lembaga-lembaga lain
yang hidup di masyarakat . kerjasama itu mungkin tidak dilaksanakan secara formal,
meskipun tidak tertutup kemungkinan memformalkannya. Akan tetapi, selama anak
atau pemuda berstatus pelajar, sekolahnyalah yang dipandang sebagai sosialisasi
terpenting. Sekolah harus bertanggung jawab mengenai hasil proses sosialisasi anak
sebelum menjadi pelajar di sekolah itu dan proses sosialisasi yang berlangsung
diluar sekolah selama yang bersangkutan menjadi pelajar itu. Sebagaimana
diketahui sosialisasi meliputi internalisasi nilai-nilai social cultural, norma-norma
dan peran-peran social. Peran-peran itu dikategorisasikan dalam dua kelompok,
yaitu peran-peran yang dilakukan dengan kompetensi “Teknis” yang berarti mahir

9
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dan kompetensi “social” yang berkenaan
dengan hubungan orang lain.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Sekolah adalah sebagai berikut, kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu:
skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan
utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan
remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca
huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni).
Pengertian "sistem sosial", menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam bukunya Sosiologi
Pedesaan, adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal
balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus menerus.
Dari tiga hal di atas terdapat tiga hal pokok, yaitu :
a. Dalam setiap "sistem sosial" ada sejumlah orang dan kegiatannya.
b. Dalam sustu "sistem sosial", orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu berhubungan
secara timbal-balik.
c. Hubungan yang bersifat timbal-balik dalam suatu "sistem sosial" bersifat konstan.

Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi komponen - komponen sosial


integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah yang bergantung antara satu sama lain.
Zamroni (2001) menyatakan bahwa pendekatan microcosmis melihat sekolah sebagai suatu
dunia sendiri, yang di dalamnya memiliki unsur-unsur untuk bisa disebut suatu masyarakat,
seperti pemimpin, pemerintahan, warga masyarakat atau aturan dan norma-norma serta
kelompok-kelompok sosialnya.

B. Saran
Kami berharap makalah Manajemen Pendidikan yang berjudul “Sekolah Sebagai
Sistem Sosial” ini dapat bermanfaat, serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca. Namun, terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu, kami terbuka atas kritik dan saran dari pembaca demi
kemajuan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Munib,ahmad. (2006). Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang.UNNES Press.

Nasutions,S. (2010). Sosiologi Pendidikan Jakarta. Bumi Aksara

Drs.Sutardjo Atmowidjoyo, M.pd(dkk). (2003). Sosiologi Pendidikan. Bandung. Pustaka


Pelajar

HAR Tilaar (2000), Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Padil, Moch. dan Triyo Supriyatno (2007), Sosiologi Pendidikan. Malang: UIN Press.

Hermanto Abdi, (1998), Hitam Putih Lembaga Sekolah Hari Ini. Jakarta: Grafitipers.

Tatang M. Tatang, (1982), Realitas Sosial Kontemporer, Surabaya: PT Bina Ilmu.

Batubara, Muhyi. (2004), Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Press.

Ahmadi, Abu. (1982), Sosiologi Pendidikan, Cet IV, Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Nasution, S. (1999), Sosiologi Pendidikan, Cet II, Jakarta: Bumi Aksara.

Ishomuddin, (1997), Dinamika Lembaga Pendidikan dalam Kehidupan Sosial, Malang: UMM
Press.

Gunawan, Ary. (2000), Sosiologi Pendidikan, Suatu Analisis Sosiologi Pelbagai Problem
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nawawi, Hadari, (1989), Organisasi Sekolah dan Sistem Sosial. Jakarta: CV. Haji Masagung.

12

Anda mungkin juga menyukai