Anda di halaman 1dari 20

LEMBAGA PENDIDIKAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester :
Kepribadian Guru
Dosen Pengampu:
Lutfi Abdul Manaf, M.Pd. I

Disusun oleh :

Anisa Elpi Nur Fitria (12201193382)


Shaila shailviana (12201193155)
Endah Fatwaning Tyas (12201193395)
Agus Mubaroku Sufyan (12201193393)

PAI 4 H
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil alamin. Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya. Tidak lupa
shalawat tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
mewariskan ilmu serta penuntun hidup yang mencerahkan umat manusia.
Dalam penyususnan makalah ini, kami sedikit mengalami hambatan.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyususnan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan
dengan penyusunan makalah ini maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung, yang telah memberikan sarana-prasarana untuk
penulis menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Ma'unah selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian,
dan membina mahasiswa.
3. Bapak selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan
bimbingan dan tugas menulis makalah ini.
4. Civitas akademika yang telah berkontribusi terhadap terkondisinya
tempat belajar.
5. Teman-teman kelas 5H Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal shaleh. Akhirnya, karya ini kami suguhkan kepada segenap
pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat Ridho Allah SWT.

Tulungagung, September 2021


Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MSALAH ................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 1
C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH ......................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH ......................................... 3
B. LEMBAGA PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN .... 5
C. LEMBAGA PENDIDIKAN KELUARGA ...................................... 8
D. LEMBAGA PENDIDIKAN MASYARAKAT .............................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ............................................................................. 15
B. SARAN ......................................................................................... 15
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu,
sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang
bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu
usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga
mengandung dua arti, yaitu: (1) pengertian secara fisik, materil, kongkrit,
dan (2) pengertian secara non-fisik, non-materil, dan abstrak.
Dalam bahasa Inggris, lembaga disebut institute (dalam pengertian
fisik), yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan
lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut institution, yaitu
suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam
pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan lembaga dalam
pengertian nonfisik disebut dengan pranata.
Secara terminologi menurut Hasan Langgulung, Lembaga
pendidikan adalah suatu sistem peraturan yang bersifat mujarrad, suatu
konsepsi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma, ideologiideologi dan
sebagainya, baik tertulis atau tidak, termasuk perlengkapan material dan
organisasi simbolik: kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu
yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu
dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan
tersebut adalah: masjid, sekolah, kuttab dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana lembaga pendidikan sekolah?
2. Bagaimana lembaga pendidikan madrasah dan pesantren?
3. Bagaimana lembaga pendidikan keluarga?
4. Bagaimana lembaga pendidikan masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lembaga pendidikan sekolah.

1
2

2. Untuk mengetahui lembaga pendidikan madrasah dan pesantren.


3. Untuk mengetahui lembaga pendidikan keluarga.
4. Untuk mengetahui lembaga pendidikan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lembaga Pendidikan Sekolah
Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendidik
anaknya, maka dipercayakanlah tugas mengajar itu kepada orang dewasa
lain yang lebih ahli dalam lembaga pendidikan formal, yaitu guru. Sekolah
sebagai wahana pendidikan ini, menjadi produsen (penghasil) individu
yang berkemampuan secara intelektual dan skill. 1 Karenanya, sekolah
perlu dirancang dan dikelola dengan baik. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal memiliki beberapa karakteristik antara lain :
1. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenis dan jenjang yang
memiliki hubungan hierarkis.
2. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen.
3. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan
yang harus diselesaikan.
4. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
5. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban
kebutuhan di masa yang akan datang.
Selain memiliki karakteristik, proses pendidikan di sekolah juga
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tumbuh sesudah keluarga (pendidikan kedua), maksudnya sekolah
memikul tanggung jawab dari keluarga untuk mendidik anak-anak
mereka.
2. Lembaga pendidikan formal, dalam arti memiliki program yang jelas,
teratur dan resmi.
3. Lembaga pendidikan tidak bersifat kodrati. Maksudnya hubungan
antara guru dan murid bersifat dinas, bukan sebagai hubungan darah.

1
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agam Islam, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 10.

3
4

Pada perisipnya, sekolah lahir dan berkembang secara efektif dan


efisien dari, oleh dan untuk masyarakat. Sekolah berkewajiban
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara.
Secara rinci, dapat kita lihat tentang apa peranan lembaga
pendidikan sekolah berikut ini :
1. Tempat anak didik belajar bergaul, baik sesamanya, dengan guru dan
dengan karyawan.
2. Tempat anak didik belajar mentaati peraturan sekolah.
3. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara.2
Selanjutnya, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bersifat
formal, maka sekolah memiliki fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas
tanggung jawab sebagai berikut:
1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan
tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku,
dalam hal ini Undang-undang Pendidikan; UUSPN Nomor 20 Tahun
2003.
2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan
bangsa.
3. Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab professional
pengolah dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini
berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.
Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua
setelah keluarga bertugas membantu lingkungan keluarga mendidik dan
mengajar serta memperbaiki dan memperluas wawasan dan tingkah laku
anak didik. Sekolah memberi sumbangan yang tak terhingga nilainya bagi
kelangsungan pendidikan dalam rangka mencerdaskan bangsa. Berikut
ini dikemukakan beberapa sumbangan sekolah bagi pendidikan anak :
2
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung:Angkasa, 1981), h. 69.
5

1. Sekolah melaksanakan tugas mendidik maupun mengajar anak, serta


memperbaiki, memperluas tingkah laku si anak didik yang dibawa
dari keluarga.
2. Sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menjadi pribadi
dewasa susila, sekaligus warga negara dewasa susila.
3. Sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menerima dan
memiliki kebudayaan bangsa.
4. Lewat bidang pengajaran, sekolah membantu anak didik
mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan kerja,
sehingga anak didik memiliki keahlian untuk bekerja dan ikut
membangun bangsa dan negara. 3
Dengan melihat karakteristik dan peranan sekolah sebagai
lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, maka sekolah diharapkan
dapat memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
B. Lembaga Pendidikan Madrasah dan Pesantren
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang
dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang didasari,
digerakkan, dan dikembangkan oleh jiwa Islam (al-Qur’an dan asSunnah).
Rumah al-Arqam ibn Abi al-Arqam merupakan lembaga pendidikan yang
pertama. Guru agung yang pertama adalah Nabi Muhammad SAW dengan
sekumpulan kecil pengikut-pengikutnya yang percaya kepadanya secara
diam-diam di rumah itulah Nabi mengajarkan alQur’an. Sebagai lembaga
pendidikan formal bukanlah lembaga baku, tetapi fleksibel, berkembang
dan menurut kehendak waktu dan tempat. Sejalan dengan makin
berkembangnya pemikiran tentang pendidikan, maka didirikanlah berbagai
macam lembaga pendidikan formal dalam Islam yang teratur dan terarah.
Beberapa lembaga pendidikan yang belajar dengan system klasikal, yaitu

3
Hasbullah, Dasar-Dasar…, h. 47.
6

berupa madrasah. Lembaga pendidikan inilah yang disebut dengan


lembaga pendidikan formal. 4
Lembaga pendidikan pesantren dapatlah dikategorikan sebagai
lembaga pendidikan non-formal. Sedang madrasah (sekolah) sebagai
lembaga pendidikan formal. Lembaga pendidikan formal di Indonesia
adalah :5
1. Raudhatul Athfal atau Busthanul Athfal, atau nama lain yang di
sesuaikan dengan organisasi pendirinya.
2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar Islam (SDI)
3. Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Islam
(SMPI) atau nama-nama lain yang setingkat dengan pendidikan ini,
seperti Madrasah Mu’allimin Mu’allimat (MMA), atau Madrasah
Mu’allimin Atas (MMA).
4. Perguruan Tinggi, antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Islam
Negeri (UIN) atau lembaga sejenis milik yayasan atau organisasi
keislaman, seperti Sekolah Tinggi, Universitas atau Institut swasta
milik organisasi atau yayasan tertentu.
Demikianlah beberapa lembaga pendidikan dalam Islam yang
dapat dikategorikan kepada pendidikan formal.
Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia yang tetap
mempertahankan kultur kepesantrenannya dengan senantiasa merespon
perkembangan zaman yang ada. Bila merujuk akar sejarah pesantren
adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren terus
berkembang secara dinamis, mereformasi diri, sehingga menjadi lembaga
pendidikan Islam masa depan, walaupun pada awalnya adalah kolot,
tradisional dan kumuh. Keunikan lembaga pendidikan pesantren berbeda

4
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru Upaya Mengembangkan Kepribadian
Guru yang Sehat di Masa Depan,(Yogyakarta : Penerbit CV. Cinta Buku Griya Abimana I/ A1),
Hal. 81.
5
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian… Hal 82-83.
7

dengan sistem madrasah dan sekolah umum yang telah terintegrasi dengan
sistem pendidikan nasional. Perkembangan pesantren ke arah lembaga
pendidikan Islam modern pelan tapi pasti. 6
Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah: (1) tujuan umum,
yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Islam, yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi, mubalig Islam
dalam masyarakat sekitar melaui ilmu dan amalnya; (2) tujuan khusus,
yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu
agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta dalam
mengamalkan dan mendakwahkannya dalam masyarakat.7
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai
keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga
pendidikan pada umumnya, yaitu:8
1. Memakai sistem tradisional, yang memiliki kebebasan penuh
dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua
arah antara kiai dan santri.
2. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi, karena
mereka praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler mereka
sendiri.
3. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar
dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan
ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren
tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka
hanya ingin keridhaan Allah SWT semata.
4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.

6
Muhajir, “PESANTREN SEBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM (Pesantren
Akomodatif dan Alternatif)” JURNAL SAINTIFIKA ISLAMICA, Vol.1 No. 2, Tahun 2014, hal. 15.
7
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian...Hal. 83.
8
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian…,Hal. 84.
8

5. Alumni pondok pesantren tak ingin menduduki jabatan pemerintahan,


sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintahan.
Sebagai lembaga tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren
memiliki model-model pengajaran yang bersifat non klasikal, yaitu model
sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan sorogan. Di
Jawa Barat, metode tersebut diistilahkan dengan bendungan,
sedangkan di Sumatera digunakan istilah halaqah.9
Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi kurikulum
yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab,
morfologi Arab, hukum Islam, yurispudensi Islam, Hadis, tafsir al-Qur’an,
teologi Islam, tasawuf, tarikh, dan retorika. Literatur ilmu-ilmu tersebut
memakai kitab-kitab klasik yang disebut dengan istilah “kitab kuning”
dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) kitabkitabnya berbahasa Arab; (2)
umumnya tidak memakai syakal, bahkan tanpa titik dan koma; (3) berisi
keilmuan yang cukup berbobot; (4) metode penulisannya dianggap kuno
dan relevansinya dengan ilmu kontemporer kerap kali tampak menipis; (5)
lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren; (6) banyak di antara
kertasnya berwarna kuning. 10
Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila
memenuhi lima syarat, yaitu (1) ada kiai, (2) ada pondok, (3) ada masjid,
(4) ada santri, (5) ada pengajaran membaca kitab kuning.11
C. Lembaga Pendidikan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena
sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak

9
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian…,Hal. 84.
10
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian…,Hal. 85.
11
Moh. Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian…,Hal. 87.
9

dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan
tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota kelurga yang lain. Sebagai komunitas masyarakat terkecil,
keluarga memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan
komunitas masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, kehidupan
keluarga yang harmonis perlu dibangun di atas dasar sistem interaksi yang
kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan baik.12
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung
dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang
tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan.
Ayah dan ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan,
membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya.
Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila sang
anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia
purnawan.pendidikan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung
jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga, atau proses transformasi
perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam
masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama
dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai
kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.13
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“Keluarga”: ibu bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang
sangat mendasar di masyarakat.8 Keluarga merupakan sebuah institusi
terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk

12
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga, h.3
13
Drijarkara, Pendidikan Filsafat, (Jakarta: PT Pembangunan, 1964), h.64-65
10

mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam


suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya. 14
Keluarga menurut Muhaimin adalah suatu kesatuan sosial terkecil
yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memilki tempat
tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang mendidik,
melindungi, merawat dan sebagainya. 15
Sedangkan pengertian keluarga menurut Hasan Langulung adalah
unit pertama dan istitusi pertama dalam masyarakat dimana hubungan-
hubungan yang terdapat di dalamnya, sebagaian besar bersifat hubungan-
hubungan langsung. 16
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang menjadi tujuan
pendidikan dalam keluarga, ialah “Anak dan anggota keluarga dapat
tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya untuk menjadi seseorang yang mandiri dalam
masyarakatnya dan dapat menjadi insan produktif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya itu. Kemudian setiap anggota keluarga berkembang
menjadi orang dewasa yang mengerti tindak budaya bangsanya dan
menjadi seorang yang bertaqwa sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga,
keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak
dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak.
Keberhasilan anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh
besarnya dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.
Pendidikan keluarga dilaksanakan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Anak menyerap norma-norma pada anggota keluarganya, baik ayah, ibu,

14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.471
15
Muhaimin Abd Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filososfis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya, h.289
16
Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), cet. Ke-
3, h.346
11

maupun kanak - kanaknya. Keluarga merupakan ajang pertama dimana


sifat-sifat kepribadian anak bertumbuh dan terbentuk. Pelaksanaan
kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa adanya
program waktu (tak terbatas) dan tanpa adanya evaluasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pendidikan keluarga :
1. Usaha untuk menciptakan suasana yang bersih dalam lingkungan
keluarga.
2. Sikap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan
kewajiban masing-masing.
3. Orang tua hendaklah mengetahui tabiat untuk anak-anaknya.
4. Hindari segala sesuatu yang menusuk perkembangan jiwa anak.
5. Biarkan anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan
keluarga.
6. Ciptakan kondisi yang harmonis antara anggota keluarga.17
D. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Dalam konteks lembaga pendidikan, masyarakat merupakan
lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat diartikan
sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh
pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan
sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi
krisis kehidupannya. 18
Pendidikan di lingkungan masyarakat bertujuan sebagai penambah
atau pelengkap pendidikan formal dan informal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
Masyarakat memiliki yang besar dalam pelaksanaan pendidikan
nasional. Peranan masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang

17
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-
Ma‟arif, 1980) h.147
18
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP
IKIP, 1986), h. 133
12

dapat mendukung pelaksanaan pendidikan nasional, ikut


menyelengglurakan pendidikan non pemerintah dan luinnya. Tripusat
pendidikan (Keluarga, Sekolah, Masyarakat) saling berhubungan dan
berpengaruh.
Keterkaitan ketiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat masing-masing memiliki finsi tersendiri dengan satu tujuan
yaitu membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
optimal, untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia
yang seutuhnya, berjatidiri, memiliki integritas, dan martabat. Agar fungsi
pendidikan dapat tercapai dengan baik, harus terjadi kerjasama yang
harmonis antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Masyarakat sebagai lingkungan/lembaga pendidikan ketiga
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi seseorang.
Dalam hal ini, masyarakat mempunyai peranan penting dalam upaya ikut
serta menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga, biaya,
sarana prasarana dan menyediakan lapangan kerja. Sebagaimana amanah
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada Pasal 9
berbunyi “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya
dalam penyelenggaraan pendidikan.” 19
Karenanya, partisipasi masyarakat membantu pemerintah dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sangat diharapkan. Selanjutnya,
pendidikan dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah
2. Peserta umumnya mereka yang tidak bersekolah atau drop out.
3. Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu
pendek.
4. Peserta tidak perlu homogen.
5. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis.
6. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus.
19
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.
13

7. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap


kebutuhan meningkatkan taraf hidup. 20
Selanjutnya, ada beberapa istilah yang diberikan kepada lembaga
pendidikan masyarakat sebagai jalur pendidikan luar sekolah :
1. Pendidikan sosial, yaitu proses yang diusahakan dengan sengaja di
dalam masyarakat untuk mendidik individu dan lingkungan sosial,
supaya bebas dan bertanggung jawab.
2. Pendidikan masyarakat, merupakan pendidikan yang ditujukan kepada
orang dewasa, termasuk pemuda di luar batas umur tertinggi,
kewajiban belajar dan dilakukan di luar lingkungan dan sistem
persekolahan resmi.
3. Pendidikan rakyat adalah tindakan-tindakan atau pengaruh yang
terkadang mengenai seluruh rakyat.
4. Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang dilakukan di
luarsistem persekolahan biasa.
5. Mass Education adalah pendidikan yang ditujukan kepada orang
dewasa di luar lingkungan sekolah
6. Adult Education adalah pendidikan untuk orang dewasa yang
mengambil umur batas tertinggi dari masa kewajiban belajar.
7. Extension Education adalah suatu bentuk dari adult education,yaitu
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah biasa, yang khusus
dikelola oleh Perguruan Tinggi untuk menyahuti hasrat masyarakat
yang ingin masuk dunia Universitas, misalnya Universitas Terbuka.
8. Fundamental Education ialah pendidikan yang bertujuan membantu
masyarakat untuk mencapai kemajuan sosial ekonomi, agar mereka
dapat menempati posisi yang layak.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat membantu pemerintah
dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa sangat diharapkan.

20
Wens Tanlain, dkk, Dasar-Dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta: Gramedia,1989), h.
14

Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga menjadi ajang


pengoptimalan perkembangan dan aktualisasi diri setiap individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga pendidikan sekolah adalah suatu lembaga pendidikan di
mana dalam tempat tersebut diadakan kegiatan pendidikan yang secara
teratur, sistematis, mempunyai tanggung jawab perpanjangan dalam
kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi, dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang
dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang didasari,
digerakkan, dan dikembangkan oleh jiwa Islam (al-Qur’an dan
asSunnah). Sejalan dengan makin berkembangnya pemikiran tentang
pendidikan, maka didirikanlah berbagai macam lembaga pendidikan
formal dalam Islam yang teratur dan terarah. Beberapa lembaga
pendidikan yang belajar dengan system klasikal, yaitu berupa
madrasah. Lembaga pendidikan inilah yang disebut dengan lembaga
pendidikan formal.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah
persekutuan antar sekelompok orang yang mempunyai pola-pola
kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada di
lingkungannya. Kegiatan pendidikan dalam lembaga ini tanpa ada
suatu organisasi yang ketat. Tanpa ada program waktu dan evaluasi.
Lembaga Pendidikan Masyarakat merupakan suatu lembaga
pendidikan yang secara teratur memiliki aturan sebagai lembaga non
formal dalam bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan
sengaja, tertib dan terencana diluar kegiatan lembaga Sekolah
(lembaga pendidikan formal).
B. Saran
Berdasarkan penulisan dalam makalah ini, maka diajukan beberapa
saran kepada :

15
16

1. Pendidik; sebaiknya sebagai pendidik tidak membeda-bedakan


dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik meskipun
tingkat pemahaman peserta didik berbeda-beda.
2. Calon pendidik; sebaiknya sebagai calon pendidik baik kelas atas,
menengah, ataupun bawah untuk tetap dapat mempertahankan
solidaritas kepada sesama calon pendidik lainnya.
3. Peserta didik; sebaiknya peserta didik tidak membeda-bedakan
dalam pertemanan baik dalam hal kelas sosial, warna kulit, jenis
kelamin, ras suku, maupun etnik.
4. Masyarakat; sebaiknya masyarakat tidak bersifat tertutup, namun
lebih bersifat terbuka dan bersosialisasi dengan baik dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras
tanpa adanya diskriminasi.
Daftar Rujukan

Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agam Islam. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Idris, Zahara. 1981. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung:Angkasa.
Moh. Roqib dan Nurfuadi. 2020. Kepribadian Guru Upaya Mengembangkan
Kepribadian Guru yang Sehat di Masa Depan. Yogyakarta : Penerbit CV.
Cinta Buku Griya Abimana I/ A1.
Muhajir, “PESANTREN SEBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM
(Pesantren Akomodatif dan Alternatif)” JURNAL SAINTIFIKA
ISLAMICA, Vol.1 No. 2, Tahun 2014, hal. 15.
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga,
h.3.
Drijarkara, Pendidikan Filsafat, (Jakarta: PT Pembangunan, 1964), h.64-65
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.471
Muhaimin Abd Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filososfis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, h.289
Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995),
cet. Ke- 3, h.346
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: PT.
Al-Ma‟arif, 1980) h.147
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP
IKIP, 1986), h. 133
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.
Wens Tanlain, dkk, Dasar-Dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta:
Gramedia,1989), h.

17

Anda mungkin juga menyukai