Anda di halaman 1dari 81

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................3
1. LEMBAGA PENDIDIKAN.................................................................4
1.1. PENDIDIKAN FORMAL................................................................4
Pengetahuan dan pembelajaran...............................................................7
Mendapat gelar dan sertifikat...................................................................7
Berbagi pengetahuan dan kemampuan akademis......................................7
Melatih kedisiplinan..................................................................................8
1.2. PENDIDIKAN NONFORMAL........................................................11
1.3. PENDIDIKAN INFORMAL...........................................................14
2. Hakikat Peserta Didik...................................................................18
2.1. Pengertian Peserta didik...........................................................18
2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta didik..........................21
2.3. Teori Perkembangan Peserta didik.............................................26
3. HAKIKAT PENDIDIK.....................................................................34
3.1. Pengertian Pendidik..................................................................34
3.2. Kedudukan Pendidik.................................................................35
3.2.1. Kedudukan dan fungsi pendidik..............................................35
3.3. Kedudukan guru dalam presfektif islam......................................40
3.4. Kompetensi Pendidik.................................................................41
1. Kompetensi pedagogis....................................................................42
2. Kompetensi kepribadian..................................................................43
3. Kompetensi sosial...........................................................................45
4. Kompetensi Profesional...................................................................46
3.5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik........................................47
4. Aliran Aliran Pendidikan, Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi...53
4.1. Aliran-aliran Pendidikan Klasik...................................................53

1
4.1.1. Aliran Empirisme....................................................................53
4.1.1.1. Tujuan Aliran Empirisme.....................................................54
4.1.1.2. Penerapan Aliran Empirisme................................................55
4.1.2. Aliran Nativisme.....................................................................56
4.1.2.1. Tujuan Aliran Nativisme......................................................57
4.1.2.2. Penerapan Aliran Nativisme.................................................58
4.1.3. Aliran Konvergensi.................................................................59
4.1.3.1. Tujuan Aliran Konvergensi...................................................60
4.1.3.2. Penerapan Aliran Konvergensi.............................................60
5. KEWIBAWAAN.............................................................................62
5.1. Pengertian Kewibawaan (Gezag)...............................................62
5.2. Fungsi Kewibawaan Dalam Pendidikan.......................................67
5.3. Perbedaan Kewibawaan Dan Gezag...........................................68
6. PENDIDIKAN...............................................................................71
6.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI......................71
6.2. ISI PENDIDIKAN.......................................................................72
6.3. METODE PENDIDIKAN..............................................................73
6.4. ALAT-ALAT PENDIDIKAN..........................................................74
6.4.1. MACAM-MACAM ALAT PENDIDIKAN........................................74
6.4.1.1. PEMBIASAAN......................................................................74
6.4.1.2. PENGAWASAN....................................................................75
6.4.1.3. PERINTAH..........................................................................76
6.4.1.4. LARANGAN.........................................................................77
6.4.1.5. GANJARAN.........................................................................78
6.4.1.6. HUKUMAN..........................................................................78

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Allah dengan segala
rahmat serta taufiq-Nya yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
portofolio ini dapat tersusun sampai dengan selesai dengan tepat waktu.
Adapun portofolio ini saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nisrokha, S.Pd.I.,


M.Pd. selaku Pengampu Mata Kuliah Ilmu Pendidikan yang dengan sabar
membersamai kami hingga selesainya rangkaian materi di semester ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam penyusunan portofolio ini hingga selesai.

Penulis menyadari portofolio ini masih jauh dari sempurna. Oleh


sebab itu, penulis memohon maaf apabila ditemukan banyak kesalahan
dalam portofolio ini. Semoga Allah menerima segala usaha kita terutama
upaya kita untuk mencari ilmu dan menjadikannya bermanfaat khusunya
untuk diri dan umumnya untuk umat.

Jakarta , 29 juni 2023

3
1. LEMBAGA PENDIDIKAN
1.1. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh
secara teratur, sistematis, bertingkat atau berjenjang, dan dengan
mengikuti syarat-syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal,
sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dan oleh serta
untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan
pelayanan kepada generasi muda dalam mendidik warga negara.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan


berjenjang yang terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan perguruan tinggi. Pendidikan formal
terdiri dari pendidikan formal negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.

Tujuan diselenggarakannya pendidikan formal adalah sebagai


berikut: membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar,
memperbaiki, memperluas pengetahuan, dan tingkah laku peserta didik
yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat.

Sebagaimana yang dijelaskan1 bahwa jalur pendidikan terdiri atas


pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling memperkaya
dan melengkapi. Dari UU di atas kita tahu antara tiga jalur pendidikan
tersebut saling berkaitan dan berfungsi untuk saling melengkapi. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang memiliki kurikulum dan
perencanaan yang sistematis memiliki beberapa fungsi, antara lain.

Membantu lingkungan keluarga dalam mendidik dan mengajar


tingkah laku anak sebagai peserta didik, memperbaiki dan memperluas
pengetahuan yang mereka miliki, dan juga mengembangkan bakat mereka.

1
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13 Ayat 1

4
Mengembangkan kepribadian peserta didik melalui kurikulum yang ada,
antara lain;

 Peserta didik dapat bergaul dengan lingkungan sekolah (guru,


karyawan, teman) dan juga dengan masyarakat sekitar.
 Membiasakan peserta didik untuk taat kepada peraturan dan
kedisiplinan.
 Mempersiapkan peserta didik untuk terjun di masyarakat sesuai
dengan norma-narma yang berlaku.

Sedangkan tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal adalah:

 Sebagai tempat sumber ilmu pengetahuan.


 Tempat untuk mencerdaskan bangsa.
 Tempat untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya
pendidikan sebagai bekal hidup di masyarakat.

Definisi lain tentang sekolah dapat diuraikan sebagai pendidikan


yang diperoleh seseorang di suatu tempat yang secara teratur, sistematis,
bertingkat, serta dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat.
Selain itu terdapat beberapa karakteristik proses pendidikan yang
berlangung di sekolah, diantaranya :

 Seorang guru ialah orang yang ditetapkan secara resmi oleh


lembaga.
 Sekolah memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.
 Terdapat adanya batasan usia yang sesuai dengan jenjang
pendidikan.
 Sekolah memiliki kurikulum formal.
 Terdapat perencanaan, metode, media,serta evaluasi pembelajaran.
 Sekolah memiliki batasan lamanya menempuh proses belajar.

5
 Para peserta didik yang telah tamat atau lulus akan diberikan tanda
lulus berupa ijazah.
 Peserta didik yang telah dinyatakan lulus dapat meneruskan ke
jenjang yang lebih tinggi.

Pengiriman anak ke sekolah-sekolah oleh para orang tua dilatar


belakangi karena tidak semua tugas mendidik dapat dipenuhi oleh orang
tua di dalam keluarga masing-masing terutama dalam hal ilmu pengetahuan
dan bermacam-macam keterampilan. Oleh karenanya anak anak dikirimkan
ke sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya. Sekolah memiliki
tanggung jawab atas pendidikan para peserta didik selama mereka
diserahkan dan berada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu sekolah
memainkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang diantaranya adalah
sebagai berikut :

 Sekolah membantu para orang tua dalam mengajarkan kebiasaan


kebiasaan yang baik juga menanamkan budi pekerti yang baik.
 Sekolah memberikan pendidikan yang dapat digunakan sebagai
bekal kehidupan di dalam masyarakat yang tidak dapat diberikan
oleh orang tua di rumah.
 Sekolah melatih anak-anak untuk memperoleh berbagai kecakapan
seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu
lain yang sifatnya dapat mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan anak-anak
 Sekolah memberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,
persoalan benar atau salah dan sebagainya.

Jadi pendidikan di sekolah atau pendidikan formal adalah pendidikan


yang diperoleh seseorang di lembaga pendidika sekolah secara teratur,
sistematis, berjenjang dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
ketat mulai dari taman kanak - kanak sampai dengan perguruan tinggi.

6
Meskipun pada dasarnya pengetahuan adalah sesuatu yang bisa
didapatkan dengan banyak cara lain tapi pendidikan formal memberi
seseorang gelar dan sertifikat yang akan membantu dalam pencapaian
seseorang tersebut.
Secara lebih jelas tujuan pendidkan formal adalah sebagai berikut:

Pengetahuan dan pembelajaran


Secara tradisional, sekolah dan perguruan tinggi bertanggung jawab
atas pendidikan pendidikan formal peserta didiknya yang berpengaruh
terhadap pola pikir seseorang. Tujuan utama pendidikan formal adalah
untuk menyebarkan pengetahuan.
Melalui pendidikan formal peserta didik akan belajar seni dan sains
dasar untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut akan
membantu seseorang mengembangkan pandangan dan wawasan nusantara
tentang berbagai hal.

Mendapat gelar dan sertifikat.


Pendidikan formal memberikan peserta didiknya gelar dan sertifikat
prestasi yang tidak dimiliki oleh jenis pendidikan lain. Peserta didik
membutuhkan gelar akademik mereka sebagai bukti bahwa mereka telah
berhasil menempuh pendidikan dari suatu lembaga pendidikan.

Berbagi pengetahuan dan kemampuan akademis.


Pengetahuan adalah kekuatan. Sehingga untuk menjadi kuat,
seorang individu harus berpengetahuan luas. Salah satu cara untuk
memahami pentingnya pengetahuan dan menggunakannya dalam
kehidupan praktis adalah dengan menempuh pendidikan formal.

7
Pengetahuan dan kemampuan akdemis meliputi kemampuan
menghafal, menganalisis, logika, problem solving 2, dan lain sebagainya.

Melatih kedisiplinan .
Pendidikan formal menanamkan rasa disiplin dalam diri seseorang.
Di sekolah dan perguruan tinggi seseorang tentu akan terikat untuk
mengikuti seperangkat aturan dan regulasi. Secara perlahan seseorang
tersebut akan mulai mengikuti aturan ini dalam kehidupan sehari-hari dan
akan menjadi suatu pembiasaan.
5. Spesialisasi.
Hanya melalui pendidikan formal seseorang dapat masuk dalam
dunia khusus. Orang-orang yang menggerakkan dunia saat ini adalah
mereka yang telah memahami sifat kompleks dari berbagai subjek.
Pemahaman semacam ini membutuhkan waktu dan sistem pembelajaran
yang bertahap.
Sekolah dan perguruan tinggi dalam kajian sosiologi pendidikan
membantu kita mengembangkan rasa persaingan dan memotivasi
seseorang untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.

6. Pendidikan yang terorganisir.


Pendidikan formal adalah cara pendidikan yang terorganisir.
Apabila tidak ada sistem pendidikan yang sistematis, proses pembelajaran
akan menjadi tidak merata.
7. Mengembangkan diri dan kreatifitas.
Dalam pendidikan formal peserta didik dapat mengambangkan diri
dan kreatifitasnya melalui berbagai cara, salah satunya pada program
ekstrakulikuler.
2
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih anak
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah perorangan maupun kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama- sama.

8
8. Membangun jiwa social.
Dalam pendidikan formal seorang peserta didik akan berinteraksi
dengan peserta didik lain yang akan memperluas hubungan sosial peserta
didik itu sendiri.
Kelebihan dan Kekuarangan Pendidikan Formal Setidaknya ada
keuntungan yang menjadi keunggulan dan kekurangan dari sistem
pendidikan formal.
Keuntungan:
1. Model pendidikan yang terorganisir dan isi pembelajaran yang up to
date
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan dari guru yang terlatih dan
profesional
3. Proses pembelajaran yang terstruktur dan sistematis
4. Penilaian menengah dan akhir dipastikan agar peserta didik dapat
meneruskan ke fase pembelajaran berikutnya
5. Lembaga diatur secara manajerial dan fisik
6. Menghasilkan ijazah yang diakui secara resmi
7. Akses mudah ke pekerjaan
Kekurangan:
1. Terkadang peserta didik yang brilian merasa bosan karena harus
menunggu lama hingga berakhirnya sesi akademik untuk maju ke
jenjang selanjutnya.
2. Pemborosan waktu karena beberapa peserta didik yang malas
mungkin gagal belajar dengan baik meskipun dimotivasi oleh
pengajar yang profesional.
3. Adanya kekhawatiran peluang adopsi kebiasaan buruk karena
kehadiran peserta didik ada yang baik dan kurang baik di kelas.
4. Beberapa sistem pendidikan yang tidak profesional dan tidak standar
dapat menyebabkan pemborosan waktu dan biaya peserta didik

9
yang berujung pada kekecewaan dari pendidikan formal dan
mendorong mereka untuk melanjutkan ke pendidikan non-formal.
5. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mahal dan kaku
dibandingkan dengan bentuk pembelajaran lainnya

Contoh pendidikan formal yang dapat dilihat atau dibedakan berdasarkan


jenjang pendidikannya yaitu sebagai berikut:
1. Prasekolah

Pendidikan prasekolah juga dikenal sebagai pendidikan anak usia dini.


Anak-anak usia 3 sampai 6 tahun mempelajari dasar-dasar seperti
membaca, menulis, berhitung, dan banyak lagi. Contohnya yaitu Taman
Kanak-Kanak (TK), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
2. Sekolah dasar

Sekolah dasar menangani tahun pertama pendidikan bagi anak-anak.


Selama tahap ini, peserta didik mempelajari dasar-dasar membaca,
matematika, dan pendidikan dasar lainnya. Contohnya yaitu Sekolah Dasar
(SD), Madarasah Ibtidaiyah (MI).
3. Sekolah Menengah

Sekolah menengah dibagi menjadi pendidikan menengah pertama dan


pendidikan menengah atas. Namun perlu diingat pada dasarnya Sekolah
Menengah Pertama (SMP) termasuk dalam pendidikan dasar, yaitu
pendidikan yang berhubungan dengan pengetahuan umum yang lebih maju
tentang mata pelajaran.

Sedangkan pendidikan menegeah atas atau setingkat SMA mulai fokus pada
pendidikan yang relevan dengan pekerjaan setelah pendidikan wajib.

Setelah lulus, peserta didik dapat memilih untuk mencari pekerjaan dengan
pengetahuan yang mereka miliki, atau mereka dapat mencari pendidikan

10
lanjutan yang mengkhususkan diri dalam bidang pilihan mereka. Contoh
sekolah menengah yaitu SMP, MTs, SMA, MA, SMK, MAK.
4. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi mencakup program sarjana dan pascasarjana, sekolah
hukum, sekolah kedokteran, pendidikan vokasi, dan banyak lagi. Pendidikan
ini umumnya disediakan untuk membantu peserta didik mencari pendidikan
untuk bidang khusus yang mereka inginkan. Contoh saja dalam hal ini yaitu
akademi, universitas, institut3, sekolah tinggi, politeknik4.

Itulah tadi artikel lengkap yang bisa kami jelaskan pada semua
pembaca berkenaan dengan pengertian pendidikan formal, ciri, tujuan,
fungsi, kelebihan, kekuarangan, dan contohnya yang mudah ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. PENDIDIKAN NONFORMAL


Pendidikan non formal adalah Pendidikan yang dilakukan secara
terencana, sistematis, integral, dan berlangsung diluar system Pendidikan
formal (sekolah) dengan sasaran pokok adalah anggota masyarakat. Maka
dari itu, program Pendidikan non formal harus dibentuk sedemikian rupa
agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik perhatian para
konsumen Pendidikan.

• KONSEP DASAR PENDIDIKAN NON FORMAL

Konsep dasar Pendidikan nonformal terbagi menjadi 3 :

3
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun ilmu pengetahuan dan
teknologi tertentu.
4
Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi atau
pelatihan vokasional.

11
1. Pendidikan nonformal sebagai suplemen ( penambah ). ( Adanya
sebagai pendidikan tambahan diluar sekolah yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan/keterampilan kecakapan hidup )
2. Pendidikan nonformal sebagai komplemen ( pelengkap ). ( Adanya
sebagai pelengkap seseorang dalam memenuhi Pendidikan
formalnya )
3. Pendidikan nonformal sebagai substitusi ( pengganti ). ( Adanya
sebagai pengganti bagi seseorang yang tidak menikmati Pendidikan
formal )

• TUJUAN PENDIDIKAN NON FORMAL

Sebagai subsistem dari Pendidikan nasional yang diselenggarakan


Bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat, Pendidikan nonformal
memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa


2. Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
3. Mempertinggi budi pekerti
4. Memperkuat kepribadian dan semangat kebangsaan serta cinta
tanah air
5. Bertanggung jawab atas pembangunan bangsa
6. Mengembangkan sikap dan kepribadian bangsa
7. Mengembangkan sumber daya manusia
8. Meningkatkan mutu taraf hidup bangsa dan negara
• FUNGSI PENDIDIKAN NON FORMAL

Pendidikan Non-formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik


dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian fungsional.

12
• PERSAMAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN PENDIDIKAN FORMAL

1. Sarana untuk menambah pengetahuan peserta didik.


2. Sarana untuk menambah koneksi dan kenalan bagi peserta didik.

• PERBEDAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN PENDIDIKAN FORMAL

Perbedaan antara dua subsistem ini ditemukan dalam beberapa hal:

1. Pengadaan ujian formal


2. Kurikulum
3. Tempat pembelajaran
4. Durasi pendidikan
5. Penyelenggara Pendidikan
6. Persyaratan khusus bagi peserta didik
7. Klasifikasi terhadap tenaga pengajar
• CONTOH-CONTOH PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Taman kanak-kanak (TK)


2. Taman bermain anak (TBA)
3. Lembaga kursus dan pelatihan
4. Sanggar5
5. Kelompok belajar
6. Pusat kegiatan belajar masyarakat
7. Majelis taklim
8. Dll

5
tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekelompok orang untuk
berkegiatan seni.

13
1.3. PENDIDIKAN INFORMAL
Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan secara
mandiri dari lingkungan keluarganya sendiri maupun dari lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Pendidikan informal sendiri tidak memiliki fasilitator dan tempat


belajar yang jelas, namun pendidikan ini sangat penting bagi anak di usia
dini sebelum akan mengenal kehidupan sosial anak diwajibkan memiliki
moral dan etika yang baik. Terlepas dari tidak adanya seorang guru dalam
kegiatan pendidikan informal ini peran orang tua sangat penting dalam
proses untuk mengembangkan karakter dan moral yang beretika.

Peran orang tua dalam pendidikan informal sebagai berikut:

A. Peran Orangtua Sebagai Pendidik | Dalam keluarga, orangtua


selalu melakukan komunikasi dua arah yang bersifat mendidik,
demokratis, jujur, tidak anti-kritik, terbuka, berwawasan, serta
tegas. Ketika, orangtua harus memberikan hukuman ketika anak
melakukan sesuatu yang melanggar norma dan aturan yang
ada.
Contohnya melakukan pelanggaran, maka si anak sebaiknya
ditegur dan diajarkan hal - hal yang tidak melanggar lagi tanpa
harus kekerasan yang merusak mental anak bahkan melakukan
kekerasan fisik.
B. Peran Orangtua Sebagai Pembimbing | Orangtua seharusnya
memberikan arahan dan motivasi dengan tujuan anak
mengembangkan dirinya sesuai bakat sesuai bakat dan minat.
C. Peran Orangtua Sebagai Motivator | Prinsip "Tut Wuri
Handayani" diterapkan orangtua sehingga mampu mendorong anak
lebih giat akan belajar.

14
D. Peran Orangtua Sebagai Inovator | Dalam peran ini orangtua
wajib melakukan inovasi yang bisa menciptakan pembelajaran
informal agar kondusif dan tidak jenuh.
Definisi Pendidikan Informal Menurut Para Ahli

 Menurut Axin (1976) dan Soedomo (1989)

mendefinisikan pendidikan informal sebagai proses belajar-mengajar yang


dilakukan tanpa sengaja. Dalam hal ini, satu orang pembelajar membantu
orang lain untuk belajar, sedangkan orang yang belajar tidak tahu dirinya
sedang belajar.

 Menurut Aini, Wirdatul (2006)

pendidikan yang tidak terorganisasi secara struktural, tidak memiliki


jenjang bertingkat, tidak ada ijazah, dilakukan seumur hidup, hasil
pengalaman individual, dan proses belajarnya tidak dilakukan di dalam kelas.

Ciri-ciri Pendidikan Informal Pendidikan, apapun jenisnya, bisa dikenali dari


ciri-cirinya (karakteristiknya).

Ada 8 ciri-ciri yang bisa dilihat dalam jalur pendidikan informal, yaitu:

a) Tidak ada syarat khusus yang wajib dilengkapi.


b) Peserta didik tidak perlu mengikuti ujian.
c) Proses pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat.
d) Tidak ada kurikulum, jadwal, metodologi, hingga evaluasi.
e) Tidak ada jenjang pendidikan, karena itulah maka proses pendidikan
informal dalam keluarga dapat terlihat dari kualitas diri / pribadi
anggota keluarga yang tercermin di kehidupan sehari-hari.
f) Tidak ada manajemen.

15
g) Pendidikan dilakukan terus-menerus tanpa terikat ruang
maupun waktu – tanpa mengenal umur, mental, fisik. H. Orangtua
menjadi guru terbaik untuk anak-anaknya, tapi tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh saudara, teman, atau lainnya.
Contoh-contoh pendidikan informal dalam kehidupan nyata yaitu:

a. Sosialisasi dengan lingkungan


b. Pendidikan agama
c. Pendidikan sopan santun
d. Pendidikan budi pekerti
e. Pendidikan etika
f. Pendidikan moral
Alasan Mengapa diperlukannya Pendidikan Informal, banyak sekali alasan
mengapa pendidikan informal itu penting dalam kehidupan kita, hanya saja
disini terdapat beberapa poin mengenai ini.

1. Berperan penting dalam membentuk karakter seseseorang.


2. Untuk mendekatkan hubungan emosional seseorang dengan
keluarganya.
3. Tidak semua hal diajarkan di sekolah
4. Waktu belajar yang lebih panjang dari pendidikan manapun.

Upaya – Upaya Pendidikan Informal upaya perbaikan pendidikan informal


bagi anak diusia sejak dini agar maksimal dampak positif yaitu sebagai
berikut:

 Pahami lingkungan sekitar anak bagi keluarga .


 Tegur anak dengan tutur kata sopan tanpa kekerasan fisik yang bisa
menggangu kondisi mental anak.
 Ajarkan anak tentang agama sebagai penguat norma sosial .
 Jauhkan anak dari kegiatan yang tidak bermanfaat .

16
 Peran pemerintah bagi anak yang keluarga dan lingkungan yang
tidak mendukung .
 Biarkan anak melakukan kemauan sendiri jika mengarah ke kegiatan
yang positif.

Lembaga Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang


berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal ini
dapat diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Proses kesetaraan dapat dilakukan melalui program yang telah disediakan


oleh pemerintah. Program belajar tersebut teridiri dari program Paket A
(setara SD), program Paket B (setara SMP), dan program Paket C (setara
SMA). Jika siswa telah mengikut program ini, maka akan mendapatkan
ijazah yang setara dengan pendidikan formal.

Adapun lembaga yang menyelenggarakan program tersebut di antaranya


adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan
Masyarakat (SKB), Kantor Organisasi Kemasyarakatan, atau lembaga
lainnya.

pendidikan informal yang dilakukan di lingkungan keluarga khususnya orang


tua dan lingkungan.

Jalur pendidikan ini diberikan kepada setiap individu sejak lahir dan
sepanjang hayatnya, baik melalui keluarga maupun lingkungannya. Jalur
pendidikan ini akan menjadi dasar yang akan membentuk kebiasaan, watak,
dan perilaku seseorang di masa depan

Fungsi dan Peranan Pendidikan Informal:

17
fungsi dan peranan utama pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter
dan kepribadian seseorang.

Adapun beberapa fungsi dan peranannya adalah sebagai berikut;

1. Membantu meningkatkan hasil belajar anak, baik pendidikan formal


maupun non formal.
2. Mengontrol dan memotivasi anak agar lebih giat belajar.
3. Membantu pertumbuhan fisik dan mental anak, baik dari dalam
keluarga maupun lingkungan.
4. Membentuk kepribadian anak dengan metode yang disesuaikan
dengan kebutuhan, kemampuan, dan perkembangan anak.
5. Memotivasi anak agar mampu mengembangkan potensi atau bakat
yang dimilikinya.
6. Membantu anak didik agar lebih mandiri dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya.

Dari penjelasan di atas, kita menyadari bahwa peran keluarga,


khususnya orang tua, sangat besar terhadap pertumbuhan seorang anak.
Artinya, orang tua akan selalu terlibat dalam proses pembelajaran seorang
anak sepanjang hidupnya.

2. Hakikat Peserta Didik


2.1. Pengertian Peserta didik
Peserta didik atau yang biasa disebut dengan siswa merupakan
salah satu dari komponen pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan. Peserta
didik merupakan salah satu obyek penting dalam dunia pendidikan, karena
proses pembelajaran atau proses pendidikan tidak akan mungkin
berlangsung tanpa adanya peserta didik. Lalu apa itu peserta didik? Peserta
didik adalah manusia yang dapat diamati dari berbagai dimensi yang

18
berbeda. Hal ini membuktikan bahwa individu sebagai manusia sangat
kompleks serta tidak mudah untuk dipahami.

Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang


ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal. [2] Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik merupakan sumber


utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”. Sudarwan Danim
(2010:2) menambahkan bahwa terdapat hal-hal essensial mengenai hakikat
peserta didik, yaitu:

1. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi


dasar kognitif atau intelektual, afektif atau aspek perasaan, dan
psikomotorik atau keterampilan motorik.

2. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi


perkembangan dan pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.

3. Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan


sekedar miniatur orang dewasa.

4. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan


yang harus dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal
tertentu banyak kesamaan.

5. Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar


pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan
sepanjang hayat.

6. Peserta didik memiliki adaptabilitas didalam kelompok sekaligus


mengembangkan dimensi individualitasnya sebagai insan yang unik.

19
7. Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara
individual dan kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi
dari orang dewasa termasuk gurunya.

8. Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam


menghadap lingkungannya.

9. Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling


dominan untuk membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.

10. Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki aneka


keunggulan, namun tidak akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa
melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.

Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa “Peserta didik


merupakan salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru,
tujuan, dan metode pengajaran”. Sedangkan Samsul Nizar (2002: 47)
menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan orang yang dikembangkan”.

Abu Ahmadi (1991: 251) juga menjelaskan tentang pengertian


peserta didik yaitu “Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang
memerlukan usaha,bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa,
guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat
manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai
suatu pribadi atau individu”.

Peserta didik adalah manusia yang dapat diamati dari berbagai


dimensi yang berbeda. Sunarto (1994) menjelaskan, peserta didik adalah
manusia yang “unik” yang jika dikaji maka manusia memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :

20
1. Homo religius, beragama. Kerena memiliki kemampuan berpikit,
bertindk,yang mengatur siistem kehidupan di bumi, dan makhluk yang
memiliki kekuatan/kelebihan maupun kelemahan/keterbatasan.

2. Homo sapiens, yang dapat berpikir sehingga mampu berpikir dengan akal
pikiran, nalar, cipta dan karsa, berbuat, belajar, dan mampu menjalankan
hidup lebih baik.

3. Homo faber, karena akal pikirannya mampu menghasilkan sesuatu


melalui belajar/pendidikan.

4. Homo homini socius, memiliki jati diri. Mampu berinteraksi dengan


dirinya dan lingkungannya sehingga dapat bermasyarakat.

5. Etis dan estetis, memiliki kesadaran susila, memiliki cita rasa keindahan.

6. Monodualis, memiliki jiwa dan roh.

2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta didik


Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan dapat diartikan
sebagai perubahan yang bersifat progresif dan terus menerus. Untuk
mempermudah pemahaman terhadap dua istilah tersebut, perlu disepakati
dahulu apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan apa pengertian
perkembangan serta hubungan dari keduanya.

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif


yang mengacu pada jumlah, besar, serta luas yang bersifat konkret yang
biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan
merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
kematangan fungsi-fungsi fisi yang berlangsung secara normal dalam
perjalanan waktu tertentu. Hasil pertumbuhan berupa bertambahnya

21
ukuran kuantitatif dari fisik anak seperti tinggi dan berat badan, kekuatan,
ataupun proporsi sehingga secara ringkas pertumbuhan adalah proses
perubahan dan kematangan fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau
perbandingan.

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu


pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani
tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada
penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan
organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang
kehidupan manusia, sedangkan proses pertumbuhan seringkali akan
berhenti jika seseorang telah mencapai kematangan fisik. Meskipun antara
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai perbedaan pengertian, tetapi
selalu harus dipahami bahwa antara keduanya merupakan proses yang
saling tergantung dan saling mempengaruhi. Misalnya, ketika membahas
perkembangan kecerdasan anak tidak akan dapat terlepas; dari
pembahasan tentang berfungsinya sel-sel otak sebagai faktor fisiologis yang
menunjang manifestasi kecerdasan itu sendiri. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia mengikuti pola yang bersifat umum, tetapi irama
dengan tempo perkembangan bersifat individual.

lrama pertumbuhan dan perkembangan menyangkut urutan dari


kemampuan spesifik seseorang termasuk sikap dalam menerima perubahan
tersebut, sedangkan tempo perkembangan menyangkut waktu atau satuan
waktu untuk memperoleh perubahan.

Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan


dan kematangan. Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat
erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya adalah perubahan,
perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih baik. Terdapat
beberapa perbedaan antara pertumbuhan dengan perkembangan.

22
Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau
fisik, sedangkan perkembangan berhubungan dengan aspek-aspek psikis
atau rohaniah.

Pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahan secara


kuantitas, yaitu penambahan dalam ukuran besar atau tinggi, sedangkan
perkembangan berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan
dan penyempurnaan fungsi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedangkan
perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.

Permasalahan peserta didik merupakan salah satu permasalahan


serius yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah rendahnya
kualitas pembelajaran, termasuk pembelajaran agama. Proses pembelajaran
pendidikan agama terjadi kerap kali baru bersifat seadanya, rutinitas,
formalitas, kering, dan kurang makna. Kualitas semacam itu akan
menghasilkan mutu pendidikan agama yang rendah pula. Beberapa
Permasalahan perkembangan peserta didik di masyarakat antara lain:

1. Masalah kesehatan reproduksi dan pacaran

Peserta didik yang belum menikah belum berhak mendapatkan informasi


maupun pelayanan medis untuk reproduksi, hal ini dihukumi secara sosial
termasuk agama. Serta suguhan media yang dapat merangsang libido
peserta didik.

2. Masalah merokok

Peserta didik yang digolongkan sebagai perokok berat adalah bila ia


mengkonsumsi lebih dari batang rokok perhari dan dengan jeda waktu lima
menit setelah bangun pagi. Setidaknya, secara umum bahaya penghisap
rokok terbukti membahayakan kesehatan para perokok aktif dan pasif.

23
3. Masalah perilaku konsumtif

Kata konsumtif menjelaskan bahwa beberapa barang yang kurang


diperlukan, dikonsumsi secara berlebihan hanya dengan tujuan untuk
mencapai kepuasan. Kata tersebut juga memiliki hubungan dengan
produsen dan konsumen.

a. Perkelahian atau tawuran antar peserta didik mulai dari SMP,SMA,SMK


bahkan sampai perguruan tinggi.

b. Masalah frustasi dan stress, ini sering kali terjadi dirasakan oleh peserta
didik. Beberapa penelitian menunjukan penyebab peserta didik stress
diantaranya adalah:

1) Intensitas belajar yang tinggi

2) Rentang waktu belajar yang lebih lama

3) Tugas sekolah yang membludak

4) Cemas menghadapi ujian

5) Keadaan keluarga yang kurang harmonis dan kurang mendukung


terhadap peserta didik

6) Kondisi keluarga yang memprihatinkan

c. Masalah narkoba dan miras

Peredaran narkoba dan miras yang semakin merajalela di kalangan pelajar


membuat pelajar terkena dampak dari penyalahgunaan narkoba. Apabila
kita melihat di media massa dan elektronik banyak dijumpai peserta didik
yang tertangkap oleh petugas membawa, memakai dan mengedarkan
narkoba dan miras. Biasanya mereka lakukan dengan dalih untuk
menghilangkan stress.

24
Dalam Islam pendidik atau guru adalah seseorang yang memegang
amanah untuk mendidik dan mengajar, serta memiliki peran transfer of
knowledge dan transfer of value. Harapannya guru dapat memberikan misi
ilmu pengetahuan dengan menyesuaikan perkembangan dan tuntutan masa
depan. Guru berperan aktif dalam membantu tugas Negara yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan itu tercantum dalam konstitusi
Negara kita. Disisi lain, guru juga sebagai “the second parent” atau orang
tua kedua setelah orang tua dirumah. Secara umum, tugas pendidik
menurut islam adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi subjek
didik. Pendidik tidak saja bertugas menstrasfer ilmu, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah mentrasfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai, yang
terpenting adalah nilai ajaran islam. Peranan guru adalah terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah
laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Peran Pendidik dalam menghadapi Permasalahan perkembangan peserta


didik antara lain:

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan


reproduksi,bahaya seks bebas dan penyalahgunaan narkoba serta miras

2. Membantu peserta didik mengembangkan sikap apresiatif terhadap


postur tubuh atau kondisi dirinya

3. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan


masalah dan mengambil keputusan

4. Melatih peserta didik mengembangkan resiliensi (kemampuan bertahan


dalam kondisi sulit dan penuh godaan)

25
5. Menjalin hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan bersedia
mendengarkan keluhan dan problem yang dihadapinya

6. Memupuk spirit keagamaan peserta didik melalui pembelajaran agama


secara humanis dan lebih toleran

7. Menerapkan model pembelajaran agama yang memungkinkan peserta


didik untuk berfikir kritis, reflektif, dan positif

8. Membantu peserta didik mengembangkan etos kerja yang tinggi dan


menumbuhkan jiwa kewirausahaan

9. Merumuskan tujuan kurikulum yang mencakup aspek kognitif, afektif,


dan psikomotorik

10. Pendidik harus menjadi figur dan tauladan yang baik bagi peserta
didiknya

11. Pendidik harus mampu membentuk kepribadian yang sehat bagi peserta

2.3. Teori Perkembangan Peserta didik


Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan yang
dikemukakan ahli psikologi perkembangan yaitu: enviromentalisme,
naturalisme, etologis, komparatif dan organismik, perkembangan kognitif,
perkembangan moral, pengondisian klasik, pengondisian operan,
pemodelan, sosial-historis, psikonalitik, psiko-sosial, perkembangan bahasa,
dan humanistik. Berikut ini penjelasan masing-masing teori tentang
perkembangan peserta didik:

1. Teori Environmentalisme Teori enviromentalisme menyatakan


perkembangan ditentukan oleh lingkungan. Teori ini dikemukakan filsuf
Inggris Jhon Locke (1632-1704). Locke terkenal dengan istilah tabularasa
(meja lilin putih). Locke mengakui kalau individu memiliki temperamen yang

26
berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk jiwa
(Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada usia dini,
anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan
membentuk jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi (dua gagasan selalu
muncul bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi
(peniruan), dan reward and punishment (penghargaan dan hukuman).

2. Teori Naturalisme

Teori naturalisme memandang anak berkembang dengan cara-


caranya sendiri melihat, berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yang
mendorong anakmengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat
pertumbuhan yang berbeda. Teori ini dikemukakan Jean Jecques Rousseau
(1712-1778) dalam bukunya yang berjudul Emile. Belajar dari alam anak-
anak mungkin berubah mungkin tidak, tetapi anak tetap saja sebagai
pribadi yang utuh dan kuat. (Crain, 2007: 15-17) [6]

3. Teori Etologis

Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam
konteks evolusi. Teori etologis dikemukakan antara lain Darwin, Lorenz
Tindbergen, dan Bowlby. Charles Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak
hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam
tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988)
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam
lingkungan tertentu dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk
berkembang dengan benar (Crain, 2007: 64). Jhon Bowlby (1907- 1990)
perkembangan manusia ditentukan lingkungan yang diadaptasinya. Untuk
mendapatkan perlindungan anak-anak harus mengembangkan tingkah laku

27
kemelekatan (attachment) yaitu sinyal yang mempromosikan dan
mempertahankan kedekatan anak dengan pengasuhnya (Bowlby, 1982: 182)

4. Teori Komparatif dan organismik

Teori komparatif dan organismik dikemukakan Heinz Werner (1890-


1964) menyatakan bahwa perkembangan tidak sekedar mengacu kepada
peningkatan ukuran, tetapi perkembangan mencakup perubahan-perubahan
di dalam struktur yang dapat didefinisikan menurut prinsip ontogenik.
Werner menyatakan: Kapanpun perkembangan berlangsung, dia melangkah
maju dari kondisi yang relatif tidak memiliki banyak perbedaan menuju
kondisi yang perbedaan dan integrasi herarkhisnya semakin tinggi (Werner
dan Kaplan, 1956: 866) Pernyataan ini menunjukkan perkembangan harus
dipelajari dari sisi aktivitas yang muncul dipermukaan dan aspek kejiwaan
organisme pelakunya. Di samping itu prinsip ontogenik harus merupakan
dasar perbandingan pola-pola perkembangan di beragam wilayah, spesies,
dan kondisi patologis yang berbeda.

5. Teori Perkembangan moral

Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg


dilahirkan pada tanggal 25 Oktober 1925 di Bronxeville (New York).
Kohlberg sangat tertarik dengan karya Piaget yang berjudul The Moral
Judgment of the Child. Ketertarikannya tersebut mendorongnya untuk
melakukan penelitian tentang proses perkembangan “Pertimbangan Moral”
pada anak. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral menurut
Kohlberg adalah internalisasi, yaitu perubahan perkembangan dari perilaku
yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan
secara internal (Moshman, 2005: 74)

6. Teori Pengondisian klasik

28
Teori pengondisian klasik dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849-1936)
yang menyatakan bahwa perkembangan manusia berasal prinsip stimulus
dan respon. Melalui eksprimennya Pavlov menemukan bahwa pengondisian
dapat menimbulkan respon-respon bawaan terjadi secara spontan melalui
latihan berulang-ulang.

7. Pengondisian Operan

Pengondisian operan dikemukakan Skinner (1905-1990). Untuk


menemukan teori pengondisian operan sebagai sebuah teori perkembangan
Skinner membuat “Skinner Box.” Di dalam kotak Skinner mencobakan
perkembangan pengetahuan latihan yang disertai dengan reward dan
punishment.

8. Teori Perkembangan Psikoanalisis

Di bagian ini yang menjadi fokus adalah teori perkembangan


psikoseksual dari Sigmund Freud dan teori perkembangan psikososial Erik
Erikson:

a. Teori Perkembangan Psikoseksual Freud (Freud’s Psychosexual


Developmental Theory)

Teori Freud ini berfokus pada perkembangan emosional dan sosial


dari anak-anak, serta asal-mula unsur-unsur kepribadian psikologis, seperti
ketergantungan, kerapian obsesif, dan kesombongan. Menurut Freud,
perkembangan seseorang digambarkan sebagai sejumlah tahapan
psikoseksual yang digambarkan pada lima tahapan antara lain: oral, anal,
phallic, latensi, dan genital (Santrock,1995:22). setiap tahapan tersebut
berkaitan dengan kepuasan libido seksual yang dapat memainkan peranan
pada kepribadian seseorang ketika dia dewasa.

29
b. Teori Perkembangan Psikososial Erikson (Erikson’s Psychosocial
Developmental Theory)

Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa


perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia. Erik Erikson
memodifikasi dan memperluas teori Freud. Teori Erikson juga sama seperti
teori Freud, yaitu berfokus pada perkembangan kehidupan emosional dan
unsur-unsur kepribadian psikologis. Akan tetapi, Erikson juga berfokus pada
proses perkembangan dan identitas diri, serta berpendapat bahwa
hubunganhubungan sosial itu lebih penting daripada naluri seksual atau
agresif. Erikson (1963) memperluas tahap perkembangan Freud menjadi
delapan untuk mencakup berubahnya perhatian di sepanjang masa dewasa.
Daripada memberi istilah pada tahap-tahap setelah bagian-bagian dari
tubuhnya, Erikson memberi label tahap-tahap setelah krisis kehidupan yang
mungkin telah anak-anak (dan kemudian orang dewasa) temui selama
tahap tersebut.

8 Tahap tersebut antara lain:

1) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

2) Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu

3) Inisiatif vs Kesalahan

4) Kerajinan vs Inferioritas

5) Identitas vs Kekacauan Identitas

6) Keintiman vs Isolasi

7) Generativitas vs Stagnasi

8) Integritas vs Keputusasaan

30
9. Teori Perkembangan Kognitif Piaget (Piaget’s Cognitive Developmental
Theory)

Teori ini digagas Jean Piaget (1896-1980) yang menyatakan bahwa


tahapan berpikir manusia sejalan dengan tahapan umur seseorang. Piaget
mencatat bahwa seorang anak berperan aktif dalam memperoleh
pengetahuan tentang dunia. Tahap berpikir manusia menurut Piaget
bersifat biologis. Melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa anak-anak
melewati tahap-tahap perkembangan kognitif dengan urutan yang tidak
pernah berubah dengan keteraturan yang sama (Crain, 2007:17). Piaget
kemudian membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat,
yaitu:

a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

b. Tahap Preoperasional (usia 2-7/8 tahun)

c. Tahap Operasional Konkret (usia 7/8-11 atau 12 tahun)

d. Tahap Operasional Formal

10. Teori Sosial Bandura (Bandura’s Social Learning Theory)

Teori pemodelan dikemukakan Albert Bandura, lahir pada tanggal 4


Desember 1925 di sebuah kota kecil, Mundare, yang terletak Alberta bagian
utara, Kanada. Sampai saat ini Bandura masih bekerja Universitas Stanford.
Bandura menyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan hasil
interaksi antara faktor heriditas dan lingkungan. Bandura merumuskan
sebuah teori pembelajaran observasional yang menyeluruh yang dia
kembangkan untuk mencakup penguasaan, dan praktik dari bermacam-
macam keterampilan, strategi dan perilaku.

31
Prinsip-prinsip kognitif sosial telah diaplikasikan dalam pembelajaran
kognitif, motorik, sosial, pengaturan diri, perkembangan moral, pendidikan,
kesehatan, dan nilai sosial.

11. Teori Sosiokultural Vygotsky (Vygotsky’s Sociocultural Theory)

Teori sosial-historis dikemukakan Vygotsky (1896-1934). Lev


Vigotsky berpandangan bahwa konteks sosial merupakan hal yang sangat
penting dalam proses belajar seorang anak. Pengalaman interaksi sosial ini
sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berfikir anak.
Interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan menciptakan
bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi.

Dalam teorinya, Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget


mengenai bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa
berbasissosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak
yang bersifat egosentris dan berorientasi non sosial. Meskipun pada
akhirnya anak-anak akan belajar dengan sendirinya, beberapa konsep
melalui pengalaman sehari-hari. Vygotsky tetap percaya, bahwa anak akan
jauh lebih maju dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-
anak tidak akan mengembangkan pemikiran operasional formal mereka,
tanpa adanya bantuan orang lain.

12. Teori Perkembangan bahasa

Teori perkembangan bahasa digagas oleh Chomsky (1928).


Chomsky menyatakan kemampuan berbahasa adalah bawaan manusia yang
tidak dimiliki makhluk lain. Kemampuan berbahasa telah dibawa manusia
sejak lahir.

13. Teori Humanistik.

32
Penggagas aliran humanistik adalah Abraham Maslow (1908-1970).
Menurut Maslow pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh
hakikat batin yang esensial dan biologis. Inti batin manusia mendorongnya
untuk mencapai perealisasian kemanusiaanya seutuhnya.

Pada sejumlah orang yang melakukan aktualisasi diri, mereka


cenderung merdeka dari tekanan budaya, dan tetap mempertahankan
kapasitas untuk memandang dunia secara spontan, segar, dan lugu seperti
anak (Maslow, 1962: 207-208). Dengan kata lain Maslow menyatakan
hanya manusia yang merdeka dari tekanan budaya yang dapat mencapai
kesempurnaan perkembangannya.

33
3. HAKIKAT PENDIDIK
3.1. Pengertian Pendidik
Dalam KBBI, pendidik artinya orang yang mendidik. Asal kata
pendidik yaitu didik yang berarti memelihara, merawat dan memberi
latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang
diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya). 6

Dalam ilmu pendidikan, pendidik adalah tokoh masyarakat dan


mereka yang mengfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat
menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal
ataupun nonformal. Para pendidik dikenal dengan sebutan guru.
Menurut Ramli, Pendidik merupakan pelaku utama dalam tujuan dan
sasaran pendidikan yaitu membentuk manusia yang berkepribadian dan
dewasa.7

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional menjelaskan bahwa Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.8

Pendidik, peserta didik dan tujuan utama pendidikan merupakan


komponen utama dalam pendidikan, ketiga komponen tersebut
merupakan komponen yang satu jika hilang salah satu dari komponen

6
Kamus Besar Bahasa Indonesia
7
Ramli, M. “Hakikat Pendidikdan Peserta Didik”. Jurnal Tarbiyah
Islamiyah Vol. 5, No. 1 (2015):62
8
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

34
tersebut maka hilang pula hakikat pendidikan tersebut. Hakikat
pendidik dan peserta didik inilah yang perlu menjadi bahan
pengetahuan sebagai landasan untuk melakukan kegiatan transformasi
ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan sebagai obyek
dalam penanaman nilai moral, sosial, intelektual, keterampilan dan
9
spiritual.

Dalam beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


seorang pendidik ialah orang yang memiliki tanggung jawab dalam
memelihara dan memberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan baik formal maupun
non formal untuk tujuan dan sasaran pendidikan yaitu membentuk
manusia yang berkepribadian dan dewasa.

3.2. Kedudukan Pendidik


3.2.1. Kedudukan dan fungsi pendidik
Pendidikan mempunyai beberapa komponen yang terdiri atas
tujuan, kurikulum, bahan pembelajaran, metode pembelajaran,
guru, peserta didik, sarana prasarana dan lingkungan pendidkan.
Guru adalah seseorang yang memiliki sikap dan perilaku baik
sehingga bisa dijadikan sebagai suri tauladan bagi peserta didik.
Pepatah jawa mengatakan bahwa “guru yaiku digugu lan ditiru
(guru yaitu dipercaya dan dicontoh)” artinya ialah guru merupakan
seseorang yang dipercaya ucapannya dan dicontoh perilakunya,
sehingga guru harus mampu memahami kompetensi dalam
menjalankan profesinya. Apabila guru melakukan kesalahan, baik

9
Ramli, M. “HakikatPendidikdanPesertaDidik”. Jurnal Tarbiyah Islamiyah Vol. 5,
No. 1 (2015):62

35
perkataan maupun perbuatan maka peserta didik akan mengikuti
kesalahan tersebut sehingga guru juga harus memiliki sifat
profesionalitas dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Peran guru dalam dunia Pendidikan tidak sekedar menyampaikan
sebuah informasi saja, melainkan seorang guru juga harus bisa
menanamkan nilai moral, nilai spiritual, nilai sosial, nilai ekonomi,
nilai politik dan sebagainya kepada setiap peserta didik. Guru
menjadi patokan utama untuk mengubah tingkah laku dan
10
meningkatkan kualitas peserta didik.
Untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik hendaknya
bertolak pada prinsip amar ma’ruf nahi mungkar karena pendidik
sebagai panutan bagi peserta didiknya. Dari pandangan tersebut di
atas maka dapat dipahami bahwa fungsi utama pendidik pada
umunya adalah mentransfer ilmu pengetahuan dan
mentransformasikan nilai dan norma kepada peserta didik sehingga
terbentuk kepribadian diharapkan. Tugas pendidik tersebut
merupakan tugas mulia dan melebihi tanggung jawab moral yang
diembannya. Sesungguhnya peranan dan fungsi guru tidak hanya
terbatas pada empat dinding kelas, ia mempunyai tugas di kelas, di
dalam dan di luar sekolah serta di masyarakat.
Secara umum Ahmad Farid mengutip Cece Wijaya dan A.
Tabrani Rusyan, menjelaskan beberapa peranan dan fungsi
pendidik tersebut sebagai berikut:
 Guru sebagai pengajar dan pendidik
 Guru sebagai anggota masyarakat
 Guru sebagai pemimpin
 Guru sebagai pelaksana administrasi
10
Ahmat, H. M. Et All. “Kedudukan
Guru dalam Prespektif
Pendidikan Islam”.
Jurnal Pneidikan Islam Vol 18, No. 2 (2021)
36
 Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar.

Pendidik berfungsi sebagai spiritual father (bapak rohani), bagi


peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu,
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk.
Oleh karena itu, pendidik memiliki kedudukan tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli sungguh banyak fungsi guru


yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang
telah yang menerjunkan diri menjadi guru. Semua fungsi yang
diharapkan dari guru seperti diuraikan dibawah ini, sebagai:

1. Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-
betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
2. Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapa memberikan petunjuk (ilham)
bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus
bertolak dari teori-teori belajar, dari penaglaman pun bisa dijadikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan
teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak
didik.
3. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi
informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai

37
kuncinya, ditopang dengan bahan yang akan diberikan kepada anak
didik.
4. Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru.
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan
akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga
dapat mencapai efektivitas dan efesiensi belajar pada diri anak didik.
5. Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru
dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik
malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Peranan guru
sebagai motivator sangat penting dalam intrkasi edukatif, karena
menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan
kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan
sosialisasi diri.
6. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat
menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan pengajaran.
Proses intraksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pendidikan.
7. Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan
belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang
pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang
kurang memadai akan menyebabkan anak didik malas belajar.
8. Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua
peranan yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.
Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena kehadiran guru di
sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia

38
dewasa. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya.
9. Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan
pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki
intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar
dipahami anak didik. Guru harus berusaha membantunya, dengan
cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga
apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik,
tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik.
Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
10. Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik,
karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru
dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang
dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat
kegiatan pengajaran. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik,
pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak
menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.
11. Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan dalarn berbagai bentuk dan
jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil. Media berfungsi
sebagai alat komunikasi guna engefektifkan proses interaksi edukatif.
Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru
yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran.
12. Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik
supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan
perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena

39
posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena
pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-
keterampilan yang dimilikinya. atau karena memiliki sifat-sifat
kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan sernua kelebihan yang dimiliki, ia dapat
melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau
sesuatu yang disupervisi.
13. Evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik
dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek
ekstrinsik dan intrinsik.11

3.3. Kedudukan guru dalam presfektif islam


Setiap muslim memiliki kewajiban yaitu untuk menuntut ilmu.
Dalam proses menuntut ilmu di bimbing oleh seorang guru, oleh
karena itu kedudukan guru dalam Islam sangat istimewa. Guru
tidak hanya sekedar melaksanakan tranfer ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) saja pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung namun, seorang guru juga sebagai penanaman nilai
(value) guna untuk menciptakan sikap dan perilaku yang baik bagi
setiap peserta didik.12

Kedudukan guru sebagai pendidik, maka guru memiliki


kewajiban untuk mewujudkan tujuan pendidikan islam, yaitu
membimbing, mendidik, dan mengembangkan semua kemampuan
yang dimiliki oleh setaip peserta didik sehingga terbentuk manusia

11
Ramli, M. “HakikatPendidikdanPesertaDidik”. Jurnal Tarbiyah Islamiyah Vol. 5, No. 1
(2015):72-74
12
Ahmat, H. M. Et All. “KedudukanGurudalamPrespektifPendidikanIslam”.
Jurnal Pneidikan Islam Vol 18, No. 2 (2021)

40
yang senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT. Tujuan Pendidikan
bisa terwujud apabila seorang guru bisa melakukan berbagai cara
dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar diantaranya
yaitu melatih, membimbing, menasehati, memberi contoh yang
baik, memberi dorongan atau motivasi, memuji kelebihan anak
didiknya, menghukum apabila salah, dan bahkan mendoakan. Cara
– cara itulah yang harus dilakukan secara konsisten oleh seorang
guru.13

3.4. Kompetensi Pendidik


Kompetensi di dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti
kekuasaan untuk menetapkan sesuatu. Dari definisi kompetensi dapat
ditarik kesimpulan bahwa didalam suatu pekerjaan harus memiliki
kemampuan yang sesuai degan bidangnya sehingga dari kemampuan
yang dimiliki dapat tercapainya tujuan yang sesuai dengan profesinya.14

Pendidik sebagai suatu pekerjaan yang profsional harus memerlukan


kompetensi khusus dalam menjalankan tugasnya seperti kompetensi
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan memilki
prilaku yang baik dan berakhlakul kharima yang harus dikuasai oleh
seorang pendidik agar tercapainya dan terjalankanya tugas
keprofesionalanya adapun empat kompetensi yang wajib dimiliki oleh
seorang pendidik diantaranya. Kompetensi Pendidik Kompetensi
merupakan kemampuan atau kecakapan, maksudnya kompetensi

13
Ahmat, H. M. Et All. “Kedudukan
Guru dalam Prespektif
Pendidikan Islam”.
Jurnal Pneidikan Islam Vol 18, No. 2 (2021)
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia
41
merupakan prilaku yang rasional guna mencapai suatu tujuan sesuai
dengan apa yang diarapkan.15

Berdasarkan pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19


tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
meliputi: Kompetensi Pedagogis, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
professional, dan Kompetensi sosial.16 Berikut penjelasannya:

1. Kompetensi pedagogis

Kemampuan pedagogis merupakan kemampuan dan


keterampilan yang kaitanya dengan interaksi pembelajaran antara
pendidik dan peserta didik didalam ruangan kelas. Yang
cakupannya termasuk kemampuan pendidik dalam menjelaskan
materi, melaksanakan metode pembelajaran, memberikan sebuah
pertanyaan, dan mengelolah kelas serta melakukan evaluasi. 17

Menurut siswantari, Kompetensi pedagogis merupakan


kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman terhadap
peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, memahami kurikulum, evaluasi hasil belajar, dan

15
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396
16
PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) Tentang Standar Nasional Pendidikan
17
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396
42
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.18

2. Kompetensi kepribadian

Kemampuan kepribadian merupakan kemampuan dan


karakteristik individu yang mencerminkan atau menggambarkan
sikap dan perilaku sesungguhnya seorang pendidik dalam
menjalankan tugasnya hal ini memunculkan ciri seorang pendidik
yang sabar, tenang, bertanggung jawab, demokratis, ikhlas, cerdas,
good atitude, ramah, tegas, berani kreatif dll.19

Kompetensi kepribadian dapat juga dikatakan sebagai


kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian
berkaitan dengan perilaku pribadi pendidik itu sendiri yang kelak
harus memiliki nilai-nilai moral yang luhur terpuji sehingga dalam
sikapnya sehari-hari akan terpancar keindahan apabila dalam sikap
pergaulan, pertemanan, dan juga ketika melaksanakan tugas
dalam pembelajaran. Seorang pendidik atau guru akan bertambah
berwibawa apabila pembelajaran disertai nilai-nilai luhur terpuji
dan mencerminkan pendidik yang digugu dan ditiru.20

Yang menjadi ukuran nilai standar dalam kompetensi


kepribadian adalah di Indonesia secara umum pribadi yang dijiwai

18
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542
19
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396
20
Hatta, H. M. “Empat Kompetensi untuk
Membangun Profesionalisme

43
Guru”. Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2018. Hlm 19.

44
oleh falsafah Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai budaya
bangsa kita yang sekian banyak dinamika dan ragamnya. Zaman Ki
Hajar Dewantoro dikemukakan bahwa seorang pendidik di muka
harus memberi contoh dan teladan, kalau sedang berada di tengah
membangkitkan motivasi, tetapi bila berada di belakang
mendorong untuk belajar atau beraktivitas.21

Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat


dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai
berikut:

a. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil;


b. Memiliki kepribadian yang dewasa;
c. Memiliki kepribadian yang arif
d. Memiliki kepribadian yang berwibawa; dan
22
e. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

yang harus dilakukan dalam aksentasi kepada peserta didik


kita dalam pelaksanaan kompetensi kepribadian ketika berada
dalam proses pembelajaran:

a. Guru harus mengetahui kepribadian dan emosi anak;


b. Memahami motivasi anak;
c. Perilaku anak dalam kelompok kerja;
d. Perilaku individu anak;
e. Kebiasaan sikap anak sehari-hari di sekolah terhadap
pembelajaran dan tugas-tugas yang diberikan guru,
f. Disiplin belajar anak.

21
Ibid.
22
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542.

45
3. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang berkaitan


dengan berhubungan dengan orang lain yang biasa disebut dengan
interaksi dengan orang lain yang dimana pendidik dituntut untuk
memilki kompetensi berinteraksi dengan peserta didik, masyarakat,
dan lainya.23

Pendidik/guru sebagai mahluk sosial hidup di tengah-tengah


masyarakat merupakan salah satu kehidupan pribadi yang
mendapatkan perhatian khusus di masyarakat. Segala aktivitasnya
senantiasa dipantau terus hingga nama sebagai guru telah berakhir,
tetapi dalam hal statusnya hanya berubah namun tetap orang
menyebutnya sebagai guru, itulah kuatnya peran dan status guru
di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Kompetensi sosial
dalam belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar kehidupannya,
sehngga peran dan cara pandang, cara berpikir, cara bertinda
selalu menjadi tolok ukur terhadap kehidupannya di masyarakat.
Guru menjadi contoh yang diperlakukan secara normatif karena
kebiasaannya dalam status sosialnya, oleh karena itu diperlukan
sejumlah kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat dia tinggal
dan berada.

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator


esensial sebagai berikut:

23
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396.

46
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, baik lisan maupun tulisan;
b. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan; dan
c. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar, sesuai
dengan kebudayaan dan adat istiadat.24

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan pendidik


dalam penguasan materi pelajaran yang secara mendalam.
Pendidik tak cukup jika hanya memiliki kemampuan materi secara
formal saja akan tetapi harus memiliki kemampuan dalam materi
lainya.25

Seorang pendidik harus memiliki kemampuan yang


berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum mata pelajaran dan substansi keilmuan yang menaungi
materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan
sebagai pendidik.26

Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut


memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

24
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542.
25
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396.
26
Siswantari. Op. Cit.

47
a. Menguasai substansi keilmuan sosial dan ilmu lain yang terkait
bidang studi; dan
b. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi
pembelajaran.27

3.5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik


Seorang pendidik dituntut mampu memainkan peranan dan
fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya, sehingga dapat
menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat,
warga negara dan pendidik sendiri. Antara satu peran dan peran
lainnya harus ditempatkan secara proporsional. Kadangkala seorang
pendidik menganggap bahwa tugas sesungguhnya adalah memberikan
dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja,
namun selain itu pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan
(manager of learning), pengarah (director of learning), fasilitator dan
perencana (the planner of future society).28

Kewajiban guru diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun


2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian Kedua (Hak dan Kewajiban),
Pasal 20 sebagai berikut: Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru berkewajiban.29

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran


yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

27
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542.
28
Djollong, A. F. “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”. Istiqra Vol. 4, No.2 (2017):126
29
UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 20 Tentang Guru Dan Dosen

48
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik
dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Batasan tugas guru tersebut menunjukkan bahwa sosok guru


memiliki peran strategis dalam proses pendidikan, bahkan sumber daya
pendidikan lain yang memadai seringkali kurang berarti jika tidak
disertai dengan kualitas guru yang bermutu. Dengan kata lain, guru
merupakan kunci sukses dan ujung tombak dalam upaya meningkatkan
kualitas layanan dan hasil pendidikan.

Sebagai pendidik, seorang guru memiliki banyak tugas dan


tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab tersebut sesungguhnya
sangat berat. Di pundak seorang gurulah tujuan pendidikan secara
umum dapat tercapai atau tidak. Mengapa di pundak seorang guru, dan
bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab orang tua peserta didik
yang mendapattkan amanat langsung dari Allah Swt. Mc.Leod
menyatakan bahwa guru adalah "A person whose occupation is
theacing others, artinya ialah, seseorang yang tugas utamanya adalah
mengajar". Syaiful Bahri Djamarah dalam Bahaking Rama menjelaskan
bahwa tugas guru sebagai pendidik, yaitu merumuskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta didik dan tugas guru
sebagai pengajar berarti meneruskan mengembangkan ilmu

49
pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik serta tugas guru
sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan peserta didik. Guru
dalam fungsinya dapat disebut sebagai arsitek pembelajaran,
merancang pembelajaran secara baik dan sempurna. Tugas-tugas guru
dapat dijalankan dengan sempurna apabila dilandasi dengan rancangan
pembelajaran yang baik, di dalam proses pembelajaran dapat diukur
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.30

Tugas-tugas guru yang melingkupi tiga aspek besar yaitu; pendidik,


pengajar dan pelatih sebagai proses awal dan penting dalam
perubahan peserta didik secara sempurna dan menyeluruh. Peserta
didik akan memiliki perilaku yang bukan hanya kecerdasan dan
intelektul yang tinggi akan tetapi juga memiliki perilaku dan akhlaq
yang mulia. Dirinya akan menjadi pionir dalam dinamika masyarakat di
mana saja peserta didik tumbuh dan berkembang. Guru memiliki
persyaratan tertentu yang secara fungsional mengikat segala gerak dan
langkah yang dilakukannya. Persyaratan-persyaratan berupa memiliki
status pendidikan yang memadai, pengetahuan yang mendalam dan
juga ahli dan terampil dalam melaksanaka pembelajaran. Selain itu
guru harus memiliki sikap tertentu yang tuntutannya berbeda dengan
yang lain, seperti kegiatan pengajaran adalah suatu pengabdian,
kejujuran, memiliki hubungan baik dengan sesama profesi dan
masyarakat sekitar. Hal-hal tersebut memang menjadi keharusan
dimiliki oleh seorang guru. Pada dirinya memiliki tanggung jawab
perubah artinya ditangan guru peserta yang dihadapi menjadi peserta
didik yang baik, maju, profesional dan kompetitif. Guru dalam
fungsinya sebagai pengajar artinya mentransformasikan berbagai ilmu

30 Djollong, A. F. “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”. Istiqra Vol. 4, No.2

4
pengetahuan dengan menggunakan pendekatan, model, strategi,
metode dan tehnik yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
peserta didik. Guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang
banyak dan luas sebagai upaya untuk memudahkan penyampaian
dalam proses pembelajaran. Guru bukan hanya memiliki ilmu
pengetahuan yang banyak akan tetapi mengetahui pula kebutuhan,
problem dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Karena itu
pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat memberikan perubahan
pada peserta didik pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Mengajar artinya proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari
guru kepada siswa.31

Sebagai pengajar, guru berkewajiban membantu peserta didik


yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahui. Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua
kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua
kandung atau wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Oleh
karena itu, pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan
agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik.
Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua, setelah orang tua anak
didik di dalam keluarga di rumah. Tanggung jawab guru dapat
dijabarkan ke dalam kompetensi yang lebih khusus, berikut ini.

a. Tanggung jawab moral; bahwa setiap guru harus mampu


menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila
dan mengamalkannya dalam pergaulan sehari-hari.
b. Tanggung jawab dalam pendidikan di sekolah; bahwa setiap guru
harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu

31
Djollong, A. F. “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”. Istiqra Vol. 4, No.2

5
mengembangkan kurikulum, silabus dan rencana pelaksanan
pembelajaran, melaksanakan pembeljaran yang efektif, menjadi
model bagi peserta didik, memberikan nasehat, melaksanakan
evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik.
c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru
harus turut serta mensukseskan pembangunan, yang harus
kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani
masyarakat.Tanggungjawab dalam bidang keilmuan; bahwa setiap
guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi
spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.32

Tugas dan tanggung jawab guru, adalah mendidik dengan berbagai


dimensi aplikasinya, dengan orientasi utama mengembangkan kecerdasan
yang ada dalam diri setiap peserta Menjadi manusia yang cerdas, dan siap
menghadapi segala tantangan di masa depan. Tugas dan tanggung jawab
ini merupakan suatu perkara yang sangat berat. Di samping, menuntut
adanya kriteria dan persyaratan tertentu bagi setiap pendidik, juga
mengharuskan adanya perhatian bersama dari segenap komponen terkait
terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban guru.

Guru sebagai pendidik dan pengajar, merupakan tugas dan tanggung


jawab yang dapat dilaksanakan apabila guru memiliki syarat-syarat
kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan
mengajar apabila guru mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa
tanggung jawab yang besar untuk memajukan peserta didik, bersikap
realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap
perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan. Tugas pendidik
secara umum sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakekatnya
32
Djollong, A. F. “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”. Istiqra Vol. 4, No.2 (2017):128

5
mengemban misi “rahmat li al-alamin”, yakni suatu misi yang mengajak
manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah swt, guna
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini
dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid,
kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi. Selain itu tugas pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia
untuk ber-taqarrub kepada Allah swt.

5
4. Aliran Aliran Pendidikan, Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi
4.1. Aliran-aliran Pendidikan Klasik

Hidayati, W. (2013) menuturkan bahwa eori pendidikan klasik


ini lahir dengan adanya sudut pandang dan penyimpulan teori
berbagai tokoh, yang berpandangan bahwa pendidikan sebagai
upaya memelihara,mengawetkandan
meneruskanwarisanbudaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan
peranan isi pendidikan dari pada proses. Berikut terdapat aliran -
aliran pendidikan klasik.

4.1.1. Aliran Empirisme


Komaruddin Sassi, (2022) menyatakan bahwa Empirisme
adalah aliran yang memahami bahwa faktor lingkungan memiliki
peran penting dan diyakini secara optimis dalam pembentukan
dan perkembangan manusia. Aliran ini beranggapan bahwa
pengetahuan sebagai sumber pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/penginderaan.

Tokoh utama dari aliran empirisme adalah Jhon Locke


(1632-1704). Pendapat atau argumen dasar dari aliran
empirisme yang sangat dikenal banyak orang adalah “tabula rasa”,
sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong
atau lembaran kosong. Aliran empiris menganggap setiap anak
lahir seperti tabula rasa, maksudnya dalam keadaan kosong dan
tak punya kemampuan apa-apa sehingga dalam perkembangan
anak sangat ditentukan oleh manusia di lingkungannya atau oleh
pendidikan dan pengalaman yang diterima sejak kecil.

Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak


lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat indra, yang
kemudian dipahami di dalam otak, dan akibat dari rangsangan
5
tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang
telah merangsang alat-alat indra tersebut. Aliran ini menganggap
pengalaman sebagai satu-satunya sumber dan dasar ilmu
pengetahuan.

4.1.1.1. Tujuan Aliran Empirisme.


a) Menekankan Peranan Pengalaman dalam Memperoleh
Pengetahuan.

Aliran ini menganggap bahwa pengetahuan hanya dapat


diperolehmelalui pengalaman yang dialami seseorang lewat
pengalaman inderawi.Semua pengetahuan hanya bisa
didapatkan melalui kesan-kesan yangditangkap melalui indera
manusia dan kemudian berkumpul dalam dirimanusia sehingga
menjadi sebuah pengalaman.

b) Mengecilkan Peranan Akal

Akal atau pembawaan manusia sejak lahir atau faktor keturunan


samasekali tidak dianggap pada aliran ini. Hal-hal tersebut
dianggap samasekali tidak memberikan pengaruh dalam
perkembangan manusia.

c) Membentuk Manusia Menjadi Pribadi yang Bekerja Keras

Karena perkembangan manusia ditentukan oleh pengalaman


ataupengetahuan yang diperoleh melalui dunia luar, sedangkan
pembawaanmanusia sejak lahir dianggap sama sekali tidak
mempengaruhiperkembangan manusia, maka manusia akan
berusaha keras untuk dapatberkembang dengan

5
memperolehnya melalui pengetahuan atau berbagaipengalaman
agar dapat bersaing antara manusia satu dengan lainnya.

d) Menjadikan Pendidikan Sebagai Sumber Utama dalam


Perkembangan Hidup Manusia.

Karena menanggap bahwa pengalaman dan pengetahuan yang


diperolehdari luar merupakan satu-satunya sumber
perkembangan hidup manusia,maka pendidikan merupakan
sesuatu yang sangat penting dalammemperoleh pengetahuan
atau menambah pengalaman.

4.1.1.2. Penerapan Aliran Empirisme


Penerapan Aliran Empirisme Penerapan aliran ini terlihat
dalam dunia pendidikan dan bidang ilmu pengetahuan. Empirisme
memiliki andil yang besar dalam ilmu pengetahuan yaitu dalam
pengembangan berfikir induktif. Dalam ilmu pengetahuan,
sumbangan utama adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan
penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Menurut
teori ini, pendidikan memegang peranan penting sebab pendidikan
menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak,
selain itu teori ini dipandang sebagai aliran yang sangat optimis
terhadap pendidikan, karena teori ini Penerapan aliran ini terlihat
dalam dunia pendidikan dan bidang ilmu pengetahuan.
Empirisme memiliki andil yang besar dalam ilmu pengetahuan yaitu
dalam pengembangan berfikir induktif. Dalam ilmu pengetahuan,
sumbanganutama adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan
penerapan metode ilmiahuntuk membangun pengetahuan. Menurut
teori ini, pendidikan memegang peranan penting sebab pendidikan
menyediakan lingkungan yang sangat ideal kepada anak-anak,

5
selain itu teori ini dipandang sebagai aliran yang sangat optimis
terhadap pendidikan, karena teori ini hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diproses dari lingkungan, kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan keberhasilan
seseorang dan masih menganggap manusia sebagai makhlukyang
pasif, mudah dibentuk atau direkayasa. Paham empirisme diperlukan
dalam mengkaji teori-teori dalam pemasalahan fakta. Paham
empirisme juga diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan
jawaban dalam sebuah hipotesis

4.1.2. Aliran Nativisme


Istilah aliran Nativisme berasal dari kata “natives” yang
artinya “terlahir”. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur
Schopenhauer (1788-1869), seorang filosofis Jerman yang
mengasumsikan perkembangan kepribadian setiap individu
justru sangat ditentukan oleh kemampuan dasar sebagai
bawaan dan bakat serta faktor yang bersifat kodrati
(Komaruddin Sassi, 2022), pembawaan yang telah ada pada
waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya.

Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat


mengubah sifat-sifat, dengan kata lain bahwa Heredity(hereditas,
bawaan) sebagai penentu kepribadian (Khoiriyah Ulfa, 2015).
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan
anak tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri,
jadi lingkungan sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak.
Penganut aliran ini menyatakan bahwa
jika anak membawa pembawaan
jahat maka dia
akan jahat,
sebaliknya
5
jika anak membawa pembawaan yang baik
maka dia akan baik (Paul
Ricoeur, 2012).

5
Jadi aliran nativisme mengangkat pemahaman bahwa
pengaruh luar tidak dapat mengubah perkembangan seorang
anak atau tidak memiliki pengaruh sama sekali, karena menurut
mereka baik buruknya seorang anak ditentukan oleh pembawaan
sejak lahir dan peran pendidikan disini hanya sebatas
mengembangkanbakatsaja. Misalnya, seorang anak memiliki
bakat bermain bola, walaupun orang tuanya sering menasehati
bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi pikiran dan
perasaanya tetap tertuju pada bola dan dia akan tetap berbakat
menjadi pemain bola.

4.1.2.1. Tujuan Aliran Nativisme


Setiap aliran memiliki tujuannya masing-masing,tujuan dari
aliran nativismediantaranya sebagai berikut :

a) Menemukan bakat terpendam yang dimiliki

Dengan adanya aliran nativisme dan memahaminya bahwa


anak yangterlahir ke dunia mebawa bakatnya masing-
masing,diharapkan setiappeserta didik menyadari dan
menemukan apa yang menjadi bakatnya.

b) Mengasah kompetensi diri

Fokus terhadap satu hal merupakan kunci sukses dari hal


tersebut. Setelah menyadari bakat apa yang dimiliki maka
langkah selanjutnya adalah fokus terhadap bakat yang dimiliki.
Dengan mengetahui apa yang menjadi bakat bawaannya maka
aktivitas dominan yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik
adalah mengasahnya. Peserta didik tidak diarahkan untuk
mencari danmengasah bakat lain diluar apa yang menjadi
bawaannya.

5
c) Menjadi ahli di bidangnya

Seseorang yang menjadi ahli diawali dari latihan yang terus


meneruspada bidang yang sama.Aliran nativisme berfokus
pada satu halsehingga peserta didik akan mampu secara
kontinyu mengasahbakatnya. Dengan meluangkan cukup
waktu & energi untukmempertajam bakat maka tak akan heran
jika anak tersebut akanmenjadi ahli dibidangnya. Dan memang
inilah yang menjadi tujuan dari nativisme.

4.1.2.2. Penerapan Aliran Nativisme


Teori nativisme dalam bidang pendidikan yang berkenaan
dengan perkembangan seorang individu dapat berupa kompetensi,
kecerdasan, atau bahkan bakat asli yang dimiliki oleh seorang
individu tanpa adanya pengaruh dari faktor lingkungan secara
signifikan. Misalnya berkaitan dengan kecerdasan, seorang individu
yang memiliki IQ 200, hal ini murni dimiliki oleh seorang individu
sejak lahir bukan karena faktor eksternal seperti seorang individu
meraih IQ tersebut dari hasil dia belajar atau dari hasil dukungan
lingkungan sekitar seperti teman, guru, ataupun orang tua
sehingga dapat meningkatkan motivasinya untuk belajar.

Teori nativisme sebenarnya secara langsung maupun tidak


langsung, disadari maupun tidak disadari sebenarnya telah
diterapkan oleh sebagian besar bahkan seluruh sekolah yang ada
di Indonesia. Contohnya seperti persyaratan PPDB yang
mengharuskan seorang calon peserta didik memiliki IQ standar
minimal, pernah memperoleh juara/prestasi di kelas, maupun
adanya peraturan standar rata-rata nilai minimal yang dimiliki
peserta didik dari hasil belajar di jenjang sekolah sebelumnya. Dari

5
dua fenomena tersebut yang menjadi kunciutamanya adalah faktor
kecerdasan (IQ). Hal ini dapat disimpulkan pula bahwaproses
pendidikan yang dilaksanakan disekolah tersebut bukan
untukmenggembleng siswa dari yang belum atau kurang terampil
menjadi terampilsecara optimal, namun rata-rata sudah memiliki
keterampilan yang tinggi.

Dan hal lainnya, yang dapat kita rasakan akan implementasi


teori nativisme di sekolah yaitu adanya tes penjurusan pada
jenjang sekolah menengah atas yang mana terdiri atas jurusan
ilmu pengetahuan alam, ilmupengetahuan sosial, bahasa, dan
agama. Banyak sekolah yang menerapkan hal tersebut dengan
dilihat dari hasil tes/seleksi kemampuan peserta didik yang memilik
potensi dominan atau kecenderungan dari salah satu jurusan
tersebut. Di samping itu untuk jenjang sekolah dasar maupun
sekolah menengah pertama implementasi teori nativisme ini dapat
berupa seleksi atau tes masuk mengikuti program ekstrakurikuler di
sekolah. Biasanya untuk hal ini, guru kelas maupun guru mata
pelajaran sangat berperan aktif dalam mengarahkan dan
membimbing siswanya dalam memilih program ekstrakurikuler. Di
sekolah-sekolah elit bahkan diadakan tes bakat dan minat kepada
calon peserta didiknya

4.1.3. Aliran Konvergensi


Dikarenakan teori nativisme dianggap pesimistik,
sementara teori empirisme mengasumsikan teorinya terlalu
optimistik, maka lahir teori konvergensi
dipelopori William Stern (1871-1983) seorang filsuf
Jerman yang memadukan kedua teori sebelumnya dengan
anggapan bahwa perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh
faktor
6
bakat atau kampung dasar secara kodrati sekaligus faktor
lingkungan alam sekitar secara bersamaan. Dengan kata lain
aliran ini berfokus pada kebebasan pada siswa dalam
pembentukan dan perkembangan kepribadiannya.

Berdasarkan aliran konvergensi ini bahwa pendidikan


sebagai salah satu pemeran dalam pendidikan perlu menengahi
berkenaan apa yang akan diberikan lingkungan kepada anak didik
untuk mengembangkan hal yang baik dan mencegah
berkembangnya hal yang buruk, secara langsung atau tidak
langsung.

4.1.3.1. Tujuan Aliran Konvergensi


Aliran ini mengajak kita untuk senantiasa bersyukur atas
apa yang telah Allah berikan berupa bakat yang dimilik sejak lahir.
Serta dengan semaksimal mungkin mengolah bakat yang telah
dimiliki tersebut dengan dibantu oleh lingkungan sekitar agar
potensi yang dimiliki dapat berkembang dengan maksimal.

4.1.3.2. Penerapan Aliran Konvergensi


Konvergensi memang tidak sepenuhnya menjadi aliran yang
diterapkan di Indonesia, namun sejak pertama kali dirumuskannya
sistem pendidikan di Indonesia, aliran ini telah diterapkan oleh
bapak pendidikan nasional Indonesia yaitu Bapak Ki Hajar
Dewantara. Ki Hajar Dewantara menerapkan aliran ini karena
menurutnya selain menyadari sangat pentingnya pendidikan bagi
proses tumbuh kembang karakter dan kemampuan seseorang,
beliau juga mengakui adanya peran yang cukup penting dari faktor
pembawaan hal tersebut sesuai dengan pengertian aliran
konvergensi. Di Indonesia sendiri aliran pendidikan tidak diterapkan

6
dengan mentah–mentah. Akan tetapi, aliran tersebut diterapkan
dengan menggunakan pendekatan fungsional yakni diterima sesuai
kebutuhan. Karena semua aliran pasti tidak bisa diterapkan tanpa
pendekatan tersebut, aliran pendidikan harus disesuaikan dengan
keadaan di Indonesia, bahkan tiap daerah pun bisa memiliki cara
pengajaran yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena pihak
pengajar juga pihak yang diajarkan serta lingkungan sekitar yang
ada di tiap – tiap daerah berbeda.

6
5. KEWIBAWAAN
5.1. Pengertian Kewibawaan (Gezag)
Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidik harus
mempunyai kewibawaan dalam melaksanakan pendidikan.

Kewibawaan atau Gezag adalah suatu daya mempengaruhi yang


terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan
dia, secara tidak sadar akan suka rela menjadi tunduk dan patuh
kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi
secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa diharuskan
dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh,
menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
Gezag dikatakan sebagai syarat mutlak dalam pelaksanaan
pendidikan karena gezag merupakan syarat yang tidak boleh ditawar-
tawar lagi, syarat yang tidak boleh tidak ada. Oleh karena apabila
pengakuan dan penerimaan anjuran-anjuran dari pendidik itu tidak
berdasarkan adanya kewibawaan dalam pendidikan, jadi anak menuruti
anjuran-anjuran itu hanya berdasarkan rasa takut akan sesuatu,
berdasarkan akan rasa terpaksa, sehingga akhirnya anak tidak
menyadari akan makna dan pentingnya anjuran-anjuran itu, maka
sulitlah baginya untuk dapat berdiri sendiri, untuk mencapai tingkat
kedewasaan. Kewibawaan mendidik hanya dimiliki oleh mereka yang
sudah dewasa.
Gezag berasal dari kata Zeggen yang berarti berkata. Siapa
yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain,

6
berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain. Gezag
atau kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang tua.
Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah
dan ibu) itu adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas
dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua atau keluarga
mendapat hak untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak
dapat dicabut karena terikat oleh kewajiban
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kewibawaan adalah suatu kualitas yang dimiliki seseorang yang dapat
meyebabkan orang lain merasa hormat dan segan kepadanya serta
tunduk kepadanya atas apa yang dikehendakinya.
Seorang guru merupakan contoh perilaku bagi masyarakat dan
lingkungannya. oleh karenanya, dia harus menunjukkan sikap yang
baik bagi setiap orang. Pengenalan dan pengakuan terhadap wibawa
membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan wibawa
itu berjalan sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada anak-anak, atau
bahasa yang mudah dipahami oleh murid-muridnya. Bahkan murid
tersebut akan mengaplikasikan kebaikan seperti yang dilakukan oleh
gurunya.
Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan anak
pendidik. Dengan bahasa anak didik dapat mengerti apa arti anjuran.
Larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal
dan diakui berwibawa dan pengaruh pendidik.
Guru yang berwibawa menunjukkan kecerdasan intelektual,
emosional, spiritual dan sosial yang dia miliki. Guru harus memiliki
sejumlah keterampilan yang ia dapatkan dari proses latihan dari
lembaga pendidikan pelatihan lanjutan setelah memyelesaikan studi di
lembaga tenaga kependidikan. Keterampilan yang dimaksud adalah

6
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang berprofesi sebagai guru
pengajar.
Guru adalah pendidik, merupakan orang yang membagi ilmu,
mengajarkan, mendidik, serta membina murid-muridnya atau peserta
didiknya. Guru juga merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran berlangsung. Guru harus bisa membawa siswa
atau peserta didiknya kepada tujuan yang akan dicapai. Serta guru
harus memiliki pandangan atau wawasan yang luas dan salah satu
kriteria menjadi profesi guru adalah memiliki kewibawaan. Kewibawaan
adalah salah satu kriteria yang sangat penting bagi seorang guru.
Karena dengan kewibawaan dapat membuat peserta didik menjadi
segan dan hormat apa yang dikehendakinya.
Selain miliki sifat kewibawaan, seorang guru juga harus memiliki
sifat atau akhlak yang terpuji dan menghindari sifat atau akhlak yang
tercela. Karena murid atau peserta didiknya akan mencontohi sifat
gurunya. Jika seorang guru memiliki sifat terpuji maka peserta didiknya
akan menjadi senang dan hormat kepadamnya. Sedangkan jika
seorang guru memiliki sifat yang tercela maka peserta didiknya akan
benci dan menjauhinya.
Adapun dalam menggunakan kewibawaan perlu memperhatikan
hal-hal berikut :
1. Dalam menggunakan kewibawaan, hendaklah didasarkan atas
perkembangan anak didik.
2. Penerapan kewibawaan hendaknya didasarkan rasa cinta kasih
sayang kepada anak didik.
3. Hendaknya kewibawaan digunakan untuk kepentingan anak didik.\
4. endaknya kewibawaan digunakan dalam suasana pergaulan antara
pendidik dan anak didik, karena dengan pergaulan maka proses
pendidikan bisa berjalan lancar.

6
Ditinjau dari daya yang mempengaruhi yang ada pada seseorang ini
ditimbulkan, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
1. Kewibawaan Lahir
Kewibawaan lahir adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan
lahiriah seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian
lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan
menimbulkan kewibawaan lahir.
2. Kewibawaan Batin
Kewibawaan batin adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan
batin seseorang, seperti:
a. Adanya rasa cinta : Kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang,
apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain.
b. Adanya rasa demi kamu : Demi kamu atau you attitude yaitu sikap
yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran
bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk
kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang yang
menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang.
c. Adanya kelebihan batin : Seorang guru yang menguasai bidang studi
yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif,
bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan
kewibawaan batin.
d. Adanya ketaatan terhadap norma : Menunjukan bahwa dalam
tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh,
selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang
telah digariskan.
Pada umumnya disepakati bahwa kewibawaan batin lebih dibutuhkan
oleh para pendidikan dalam menjalankan tugasnya. Kewibawaan
merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada

6
kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan
adanya kewibawaan ini, segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh
pendidikan akan diikuti secara suka rela oleh peserta pendidik.
Sebaliknya jika kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dari
pendidikan tidak mungkin dituruti oleh peserta pendidik.
Kelas adalah tempat belajar yang terdiri atas guru, siswa, materi
yang diajar. Di dalam kelas antara guru dan siswanya saling
berinteraksi dengan menggunakan media yang diperlukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Selain memantau siswanya belajar
ilmu pengetahuan, guru juga membentuk sikap dan perilaku siswa atau
peserta didiknya serta membentuk keterampilannya. Dari penjelasan ini,
dapat disimpulkan ciri-ciri seorang guru adalah peserta didik dengan
rasa mendalam tunduk atau hormat kepada gurunya, peserta didik
menyimpan kepercayaan terhadap integritas probadi guru dan peserta
didik atas dasar sukarela penuh terhadap perintah dan anjuran guru.
Dalam kehidupan juga terdapat kewibawaan yaitu kewibawaan
pemimpin atau kepala dan kewibawaan keistimewaan. Selain itu juga
terdapat dua tingkatan pengakuan kewibawaan. Adapun dalam
menggunakan kewibawaan perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. Dalam menggunakan kewibawaan, hendaklah didasarkan atas
perkembangan anak didik
2. Penerapan kewibawaan hendaknya didasarkan rasa cinta kasih
sayang kepada anak didik
3. Hendaknya kewibawaan digunakan untuk kepentingan anak didik
4. Hendaknya kewibawaan digunakan dalam suasana pergaulan antara
pendidik dan anak didik, karena dengan pergaulan maka proses
pendidikan bisa berjalan lancar.

6
5.2. Fungsi Kewibawaan Dalam Pendidikan
Berbicara tentang fungsi-fungsi kewibawaan dalam pendidikan
berarti kita akan berbicara tentang perbawa pendidikan. Selain
perbawa pendidikan, ada lagi macam perbawa yang lain seperti
perbawa seorang saudara yang lebih tua, atau perbawa perkumpulan
anak-anak muda diluar kehidupan lingkungan keluarga.
Pergaulan antara anak-anak dan anak-anak biarpun sering seorang
anak menguasai dan dituruti oleh anak lainnya, tetapi kekuasaan atau
Gezag yang terdapat pada anak itu tidak bersifat gezag pendidikan
karena kekuasaan itu tidak tertuju pada tujuan pendidikan. Jadi, jika
seorang pendidik dapat menguasiai atau memiliki pengaruh terhadap
peserta didiknya itu untuk tujuan pendidikan berarti disebut Gezag
pendidikan. Tetapi, tidak semua pergaulan antara orang dewasa dan
anak-anak merupakan pendidikan, ada juga pergaulan tersebut
berpengaruh negatif atau pergaulan yang netral saja.
Satu-satunya pengaruh yang dinamakan pendidikan adalah pengaruh
yang menuju kedewasaan si anak untuk mendorong si anak menjadi
orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya
dengan berdiri sendiri.
Tidak setiap macam tnduk atau menurut terhadap orang lain dapat
dikatakan “tunduk terhadap wibawa pendidikan”. Langeveld
menyatakan bahwa pendidikan yang sungguh-sungguh baru dapat
diberikan setelah anak itu mengenal akan kewibawaan, kira-kira anak
berumur tiga tahun. Langeveld menjelaskan, sikap anak terhadap
kewibawaan pendidik sebagai berikut:
1. Sikap menurut atau mengikut (volgen)
2. Sikap tunduk atau patuh (gehoorzamen)

6
Dari penjelasan diatas, bahwa fungsi kewibawaan pendidikan adalah
membawa si anak kearah pertumbuhannya yang kemudian dengan
sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau mengerjakannya juga.
Berikut ini beberapa fungsi-fungsi kewibawaan dalam pendidikan
adalah sebagai berikut:
1. Mempengaruhi anak untuk menuju kekedewasaan
2. Membantu anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup
memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri
3. Membawa anak kearah pertumbuhan yang kemudian dengan
sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga
4. Anak akan mengerti bahasa untuk menerima petunjuk-petunjuk
tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh
pendidik
5. Membuat sianak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.
6. Pendidik dapat menjalankan kewajibannya atas dasar cinta.
7. Perputaran masyarakat menjadi baik
8. Anak-anak akan berkembang jasmani dan rohaninya.
9. Keluarga dapat terpelihara dan selamat
Selain mengetahui fungsi-fungsi dari kewibawaan dalam pendidikan
kita sebagai pendidik harus menjaga kewibawaan tersebut agar tidak
goyah atau tidak lemah.

5.3. Perbedaan Kewibawaan Dan Gezag


Perbedaan antara kewibawaan orang tua dan kewibawaan guru atau
pendidik-pendidik lainnya terhadap anak didik, sebagai berikut:
1. Kewibawaan Orang tua
orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama dan
sudah semestinya, merekalahh pendidik asli, yang menerima tugas dari

6
Tuhan Yang Maha Esa untuk mendidik anak-anaknya. Oleh krena itu,
mereka seharusnya mempunyai kewibawaan terhadap anak-anaknya.

Adapun kewibawaan yang dimiliki orang tua ada dua sifat, yakni
sebagai berikut:
a. Kewibawaan pendidikan
Ini berarti bahwa dengan kewibawaan itu orang tua bertujuan
memelihara kesalamatan anak-anaknya agar mereka dapat hidup dan
selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia
dewasa.
b. Kewibawaan Keluarga
Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga, tiap-tiap
keluarga merupakan masyarakat kecil yang sudah tentu dalam
masyarakat itu harus ada peraturan yang ahrus dipatuhi dan dijalankan.
Tiap-tiap anggota keluarga harus patuh kepada peraturan-peraturan
yang berlaku dalam keluarga itu. Dengan demikian, orang tua sebagai
kepala keluarga dan dalam kekeluargaannya mempunyai kewajiban
terhadap anggota keluarganya. Kewibawaan orang tua itu bertujuan
untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga itu.
2. Kewibawaan Guru atau Pendidik Lainnya
Guru atau pendidik lainnya menerima jabatannya sebagai
pendidik bukan dari Tuhan melainkan menerima dari pemerintah. Ia
ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh
negara atau masyarakat. Adapun kewibawaan yang dimiliki guru dan
pendidik lainnya ada dua sifat, yakni sebagai berikut:
a. Kewibawaan Pendidikan
Guru atau pendidik lainnya telah diserahi sebagian dari tugas
orang tua untuk mendidik anak-anak, selain itu, guru atau pendidik
juga menerima sebagian tugas dari pemerintah yang mengangkat

7
mereka. Kewibawaan yang ada pada guru ini terbatas oleh banyaknya
anak-anak yang diserahkan dan setiap tahun berganti murid.

b. Kewibawaan Memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru atau pendidik juga
mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah diberi kekuasaan
oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan
tersebut meliputi pimpinan kelas, disanalah anak-anak telah diserahkan
kepadanya.

7
6. PENDIDIKAN
6.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA
AHLI
A. Menurut Langeveld Pendidikan ialah “Suatu bimbingan yang diberikan
oleh Orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
tujuan,yaitu kedewasaan”.

B. Menurut Ki Hajar Dewantara “Mendidik adalah menuntun segala


kekuatan kodrat yang ada pada Anak supaya mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.

C. Menurut Reksosiswoyo “Mendidik ialah pertolongan yang diberikan oleh


siapapun yang bertanggung jawab atas pertumbuhan Anak untuk
membawanya ketingkat dewasa” .

D. Menurut GBHN 1973, pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar


untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik
didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

E. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan ialah


prosess pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok
dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran
maupun pelatihan .

F. Pendidikan menurut Ibnu Qayyim ketika sedang mengomentari tafsiran


Ibn Abas Radhiyallahu ‘Anhu terhadap kata Rabbani yang ditafsirkan
dengan makna tarbiyah, beliau berkata, “tafsiran Ibn Abbas
Radhiyallahu ‘Anhu ini dikarenakan

7
bahwa kata Rabbani itu pecahan dari kata tarbiyah yang artinya adalah
mendidik manusia dengan ilmu sebagaimana seorang Bapak mendidik
anaknya.

Kemudian setelah itu beliau menukilkan pendapat Al-Mubarrid


Radhiyallah ‘Anhu yang mengatakan, “bahwa Rabbani adalah seseorang
yang mengajarkan ilmu dan mendidik manusia dengan ilmu tersebut.
Selanjutnya beliau berkata, kata Rabbani diartikan dengan makna yang
seperti itu dikarenakan ia adalah pecahan dari kata kerja (fi’il) Raba-
Yarubu-Raban yang artinya adalah seorang pendidik (perawat) yaitu
seorang yang merawat ilmunya sendiri agar menjadi sempurna,
sebagaimana seorang yang mempunyai harta merawat hartanya agar
bertambah, dan merawat manusia dengan ilmu tersebut sebagaimana
seorang bapak merawat anak

anaknya.

G. Menurut Drikarya (2006), mendidik adalah pertolongan atau pengaruh


yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak
supaya anak menjadi dewasa. Tujuan untuk mendewasakan seorang
anak tersebut ditetapkan sebagai isi atau materi pendidikan.

6.2. ISI PENDIDIKAN


Menurut Drikarya (2006), mendidik adalah pertolongan atau
pengaruh yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak
supaya anak menjadi dewasa. Tujuan untuk mendewasakan seorang anak
tersebut ditetapkan sebagai isi atau materi pendidikan.

Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta


didik untuk keperluan pertumbuhan kepribadiannya. Nilai yang dimaksud

7
dalam alinea di tersebut adalah nilai-nilai kemanusiaan yang berupa
pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal yang berharga
bagi hidup manusia. Nilai tersebut akan membentuk sikap dan kepribadian
peserta didik pada hidup yang baik.

6.3. METODE PENDIDIKAN


Metode adalah cara yang teratur untuk mencapai tujuan. Metode
pendidikan adalah cara-cara yang dipakai oleh orang atau sekelompok
orang untuk membimbing anak/peserta didik sesuai dengan
perkembangannya kearah tujuan yang hendak dicapai. Metode pendidikan
tersebut selalu terkait dengan proses pendidikan, yaitu bagaimana cara
melaksanakan kegiatan pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan
(Sumitro, 2005).

Bentuk-bentuk Pendidikan:

● Pendidikan Otoriter. Pendidik ditempatkan pada pihak yang berkuasa dan


utama (primer), sedangkan peserta didik ditempatkan pada pihak yang
sekunder.

● Pendidikan Liberal. Bentuk pendidikan liberal menekankan pada hak


individu dan kebebasan, dalam pendidikannya anak dijadikan subyek yang
memegang peranan penting. Anak (peserta didik) diberi kedaulatan untuk
mencapai kehidupan bebas.

● Pendidikan Demokratis. Bentuk pendidikan demokratis yakni bentuk


pendidikan yang menempatkan pendidik dan peserta didik dalam
kedudukan yang seimbang. Pendidik menempatkan diri sebagai
pembimbing peserta didik, dilain pihak peserta didik mempunyai kedudukan
sebagai subyek sekaligus obyek.

7
6.4. ALAT-ALAT PENDIDIKAN
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses Pendidikan. Alat pendidikan adalah alat, metode, dan
teknik yang digunakan dalam meningkatkan efektifitas dan komunikasi dan
interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Roestiyah NK,, dkk,, “ media pendidikan adalah,
metode dan alat yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas
komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran disekolah

Bentuk Alat-alat Pendidikan yaitu:

- Alat Pendidikan Preventif yaitu yang sifatnya pencegahan, yaitu mencegah


Anak sebelum ia melakukan sesuatu yang tidak baik, dan menjaga agar hal-
hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses
pendidikan dapat dihindarkan.

- Alat Pendidikan Represif yaitu bertujuan Anak untuk kembali pada hal-hal
yang benar yang baik dan tertib.

Menurut langeveld (1971) alat pendidikan adalah suatu perbuatan atau


situasi yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan.

6.4.1. MACAM-MACAM ALAT PENDIDIKAN


6.4.1.1.PEMBIASAAN.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembiasaan ialah “segala
sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk membiasakan Individu dalam
bersikap, berperilaku, dan berpikir dengan benar” Sebagai permulaan dan
sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan merupakan alat. Sejak dilahirkan

7
anak harus dilatih dengan kebiasaan kebiasaan dan perbuatan perbuatan
yang baik, seperti diberi makan dengan teratur, dimandikan dan yang
lainnya. Pembiasaan yang baik penting bagi pembentukan watak anakanak,
yang akan terus berpengaruh kepada anak itu pada hari tua. Menanamkan
kebiasaan kepada anak-anak adalah sukar dan memakan waktu yang lama.
Akan tetapi, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan akan sukar pula
kita ubah. Maka dari itu, lebih baik kita menjaga anak-anak kita supaya
mempunyai kebiasaan kebiasaan yang baik.

Syarat pembiasaan dapat tercapai dengan baik :

- Memulai pembiasan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu


mempunyai kebiasaan yang lain berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan

- Pembiasaan itu terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur


sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

- Pendidik hendaklah konsekwen, bersikap tegas dan tetap teguh pada


pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan member kesempatani kepada
anak untuk melanggar kebiasaan yang lebih ditetapkan itu.

- Pembiasaan yang mula mulanya mekanistis itu harus semakin menjadi


pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.

6.4.1.2.PENGAWASAN
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Aturan-aturan
dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai
dengan pengawasan yang terus menerus. Terus menerus di sini
dimaksudkan adalah pendidik hendaknya konsekuen, apa yang telah
dilarang hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar dan apa yang
telah diperintahkan jangan sampai diingkari. Pengawasan itu penting sekali

7
dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak
berbuat sekehendaknya. Anak tidak dapat membedakan yang baik dan
yang buruk, mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak
senonoh, dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang
membahayakan dan mana yang tidak. Jadi dalam hal ini harus ada
perbandingan antara pengawasan dan kebebasan.

Tujuan mendidik adalah membentuk anak supaya akhirnya dapat


berdiri sendiri dan bertanggungjawab sendiri atas perbuatannya, mendidik
ke arah kebebasan. Makin besar anak itu makin dikurangi pengawasan
terhadapnya dan sebaliknya makin diperbesar kebebasan yang diberikan
kepadanya.

6.4.1.3.PERINTAH
Dalam islam perintah disebut juga dengan amar ma’ruf. Perintah
bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang dan yang harus
dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini termasuk pula
peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap
perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah
perbuatan susila. Perintah dalam pendidikan islam bersifat memberi arah
atau mengandung tujuan kearah perbuatan yang mulia.

Syarat-syarat memberi perintah :

- Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar


sehingga mudah dimengerti oleh anak.

- Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga


jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak.
Tiap-tiap perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.

7
- Kadang-kadang kita perlu mengubah perintah menjadi permintaan
sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.

- Jangan terlalu banyak dan berlebihan memberikan perintah, sebab dapat


mengakibatkan anak itu tidak patuh, melainkan menentang.

- Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya.


Suatu perintah harus ditaati oleh seorang anak berlaku pula bagi anak yang
lain.

- Suatu perintah yang bersifat mengajak si pendidik turut melakukannya,


umumnya lebih ditaati oleh anak dan dikerjakannya dengan gembira.

6.4.1.4.LARANGAN
Larangan biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang
tidak baik, yang merugikan atau yang membahayakan dirinya. Seorang ibu
atau ayah yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan
bermacam-macam sikap atau sifat yang kurang baik pada anak itu, seperti:

- Keras kepala atau melawan.

- Pemalu dan penakut.

- Perasaan kurang harga diri.oleh anak. Tiap-tiap perintah hendaknya

disesuaikan dengan kesanggupan anak.

- Kurang mempunyai perasaan bertanggungjawab.

- Pemurung atau pesimis.

- Acuh tak acuh terhadap sesuatu.

7
6.4.1.5. GANJARAN
Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat
merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat
penghargaan. Umumnya,anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatan
yang Menyebabkan mendapat ganjaran itu baik. Pendidik bermaksud juga
supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk
memperbaiki dan mempertinggi prestasi yang telah dicapainya.

Macam-macam contoh perbuatan atau sikap pendidik yang dapat


merupakan ganjaran bagi anak didiknya yaitu :

- Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu


jawaban yang diberikan oleh seorang anak.

- Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian).

- Pekerjaan biasa juga menjadi suatu ganjaran.

- Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sangat perlu

- Ganjaran biasa juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan

berguna bagi anak-anak.

6.4.1.6. HUKUMAN
Dalam islam hukuman disebut juga dengan ‘iqab. Abdurrahman an-Nahlawi
menyebutkan dengan tarhid yang berarti ancaman atau intimidasi melalui
hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang. Menurut Amir Daien
Indra Kusuma menyebutkan hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita
secara sadar, dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang
baik dari segi kejasmanian maupun kerohanian orang itu mempunyai
kelemahan dibandingkan diri kita, dan oleh karena itu kita mempunyai
tanggung jawab untuk membimbingnya dan melindunginya.

7
Tujuan memberi hukuman kepada anak didik adalah sebagai berikut:

- Hukuman diberikan karena ada pelanggaran

- Hukuman diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran

Berikut ini beberapa ciri-ciri pemberian hukuman sesuai dengan perspektif


pendidikan islam oleh Asma Hasan Fahmi :

 Hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan pengarahan.

 Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya


sebelum dipukul. Anak yang belum berusia sepuluh tahun tidak boleh
dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.

 Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya apabila


sikap keras pendidik telah dianggap perlu, maka harus dilaksanakan
dan diutamakan dari sikap lunak dan kasih sayang.

Anda mungkin juga menyukai