DAFTAR ISI.........................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................3
1. LEMBAGA PENDIDIKAN.................................................................4
1.1. PENDIDIKAN FORMAL................................................................4
Pengetahuan dan pembelajaran...............................................................7
Mendapat gelar dan sertifikat...................................................................7
Berbagi pengetahuan dan kemampuan akademis......................................7
Melatih kedisiplinan..................................................................................8
1.2. PENDIDIKAN NONFORMAL........................................................11
1.3. PENDIDIKAN INFORMAL...........................................................14
2. Hakikat Peserta Didik...................................................................18
2.1. Pengertian Peserta didik...........................................................18
2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta didik..........................21
2.3. Teori Perkembangan Peserta didik.............................................26
3. HAKIKAT PENDIDIK.....................................................................34
3.1. Pengertian Pendidik..................................................................34
3.2. Kedudukan Pendidik.................................................................35
3.2.1. Kedudukan dan fungsi pendidik..............................................35
3.3. Kedudukan guru dalam presfektif islam......................................40
3.4. Kompetensi Pendidik.................................................................41
1. Kompetensi pedagogis....................................................................42
2. Kompetensi kepribadian..................................................................43
3. Kompetensi sosial...........................................................................45
4. Kompetensi Profesional...................................................................46
3.5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik........................................47
4. Aliran Aliran Pendidikan, Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi...53
4.1. Aliran-aliran Pendidikan Klasik...................................................53
1
4.1.1. Aliran Empirisme....................................................................53
4.1.1.1. Tujuan Aliran Empirisme.....................................................54
4.1.1.2. Penerapan Aliran Empirisme................................................55
4.1.2. Aliran Nativisme.....................................................................56
4.1.2.1. Tujuan Aliran Nativisme......................................................57
4.1.2.2. Penerapan Aliran Nativisme.................................................58
4.1.3. Aliran Konvergensi.................................................................59
4.1.3.1. Tujuan Aliran Konvergensi...................................................60
4.1.3.2. Penerapan Aliran Konvergensi.............................................60
5. KEWIBAWAAN.............................................................................62
5.1. Pengertian Kewibawaan (Gezag)...............................................62
5.2. Fungsi Kewibawaan Dalam Pendidikan.......................................67
5.3. Perbedaan Kewibawaan Dan Gezag...........................................68
6. PENDIDIKAN...............................................................................71
6.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI......................71
6.2. ISI PENDIDIKAN.......................................................................72
6.3. METODE PENDIDIKAN..............................................................73
6.4. ALAT-ALAT PENDIDIKAN..........................................................74
6.4.1. MACAM-MACAM ALAT PENDIDIKAN........................................74
6.4.1.1. PEMBIASAAN......................................................................74
6.4.1.2. PENGAWASAN....................................................................75
6.4.1.3. PERINTAH..........................................................................76
6.4.1.4. LARANGAN.........................................................................77
6.4.1.5. GANJARAN.........................................................................78
6.4.1.6. HUKUMAN..........................................................................78
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Allah dengan segala
rahmat serta taufiq-Nya yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
portofolio ini dapat tersusun sampai dengan selesai dengan tepat waktu.
Adapun portofolio ini saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu saya dalam penyusunan portofolio ini hingga selesai.
3
1. LEMBAGA PENDIDIKAN
1.1. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh
secara teratur, sistematis, bertingkat atau berjenjang, dan dengan
mengikuti syarat-syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal,
sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dan oleh serta
untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan
pelayanan kepada generasi muda dalam mendidik warga negara.
1
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13 Ayat 1
4
Mengembangkan kepribadian peserta didik melalui kurikulum yang ada,
antara lain;
5
Para peserta didik yang telah tamat atau lulus akan diberikan tanda
lulus berupa ijazah.
Peserta didik yang telah dinyatakan lulus dapat meneruskan ke
jenjang yang lebih tinggi.
6
Meskipun pada dasarnya pengetahuan adalah sesuatu yang bisa
didapatkan dengan banyak cara lain tapi pendidikan formal memberi
seseorang gelar dan sertifikat yang akan membantu dalam pencapaian
seseorang tersebut.
Secara lebih jelas tujuan pendidkan formal adalah sebagai berikut:
7
Pengetahuan dan kemampuan akdemis meliputi kemampuan
menghafal, menganalisis, logika, problem solving 2, dan lain sebagainya.
Melatih kedisiplinan .
Pendidikan formal menanamkan rasa disiplin dalam diri seseorang.
Di sekolah dan perguruan tinggi seseorang tentu akan terikat untuk
mengikuti seperangkat aturan dan regulasi. Secara perlahan seseorang
tersebut akan mulai mengikuti aturan ini dalam kehidupan sehari-hari dan
akan menjadi suatu pembiasaan.
5. Spesialisasi.
Hanya melalui pendidikan formal seseorang dapat masuk dalam
dunia khusus. Orang-orang yang menggerakkan dunia saat ini adalah
mereka yang telah memahami sifat kompleks dari berbagai subjek.
Pemahaman semacam ini membutuhkan waktu dan sistem pembelajaran
yang bertahap.
Sekolah dan perguruan tinggi dalam kajian sosiologi pendidikan
membantu kita mengembangkan rasa persaingan dan memotivasi
seseorang untuk berkontribusi pada pembangunan bangsa.
8
8. Membangun jiwa social.
Dalam pendidikan formal seorang peserta didik akan berinteraksi
dengan peserta didik lain yang akan memperluas hubungan sosial peserta
didik itu sendiri.
Kelebihan dan Kekuarangan Pendidikan Formal Setidaknya ada
keuntungan yang menjadi keunggulan dan kekurangan dari sistem
pendidikan formal.
Keuntungan:
1. Model pendidikan yang terorganisir dan isi pembelajaran yang up to
date
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan dari guru yang terlatih dan
profesional
3. Proses pembelajaran yang terstruktur dan sistematis
4. Penilaian menengah dan akhir dipastikan agar peserta didik dapat
meneruskan ke fase pembelajaran berikutnya
5. Lembaga diatur secara manajerial dan fisik
6. Menghasilkan ijazah yang diakui secara resmi
7. Akses mudah ke pekerjaan
Kekurangan:
1. Terkadang peserta didik yang brilian merasa bosan karena harus
menunggu lama hingga berakhirnya sesi akademik untuk maju ke
jenjang selanjutnya.
2. Pemborosan waktu karena beberapa peserta didik yang malas
mungkin gagal belajar dengan baik meskipun dimotivasi oleh
pengajar yang profesional.
3. Adanya kekhawatiran peluang adopsi kebiasaan buruk karena
kehadiran peserta didik ada yang baik dan kurang baik di kelas.
4. Beberapa sistem pendidikan yang tidak profesional dan tidak standar
dapat menyebabkan pemborosan waktu dan biaya peserta didik
9
yang berujung pada kekecewaan dari pendidikan formal dan
mendorong mereka untuk melanjutkan ke pendidikan non-formal.
5. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mahal dan kaku
dibandingkan dengan bentuk pembelajaran lainnya
Sedangkan pendidikan menegeah atas atau setingkat SMA mulai fokus pada
pendidikan yang relevan dengan pekerjaan setelah pendidikan wajib.
Setelah lulus, peserta didik dapat memilih untuk mencari pekerjaan dengan
pengetahuan yang mereka miliki, atau mereka dapat mencari pendidikan
10
lanjutan yang mengkhususkan diri dalam bidang pilihan mereka. Contoh
sekolah menengah yaitu SMP, MTs, SMA, MA, SMK, MAK.
4. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi mencakup program sarjana dan pascasarjana, sekolah
hukum, sekolah kedokteran, pendidikan vokasi, dan banyak lagi. Pendidikan
ini umumnya disediakan untuk membantu peserta didik mencari pendidikan
untuk bidang khusus yang mereka inginkan. Contoh saja dalam hal ini yaitu
akademi, universitas, institut3, sekolah tinggi, politeknik4.
Itulah tadi artikel lengkap yang bisa kami jelaskan pada semua
pembaca berkenaan dengan pengertian pendidikan formal, ciri, tujuan,
fungsi, kelebihan, kekuarangan, dan contohnya yang mudah ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
3
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun ilmu pengetahuan dan
teknologi tertentu.
4
Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi atau
pelatihan vokasional.
11
1. Pendidikan nonformal sebagai suplemen ( penambah ). ( Adanya
sebagai pendidikan tambahan diluar sekolah yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan/keterampilan kecakapan hidup )
2. Pendidikan nonformal sebagai komplemen ( pelengkap ). ( Adanya
sebagai pelengkap seseorang dalam memenuhi Pendidikan
formalnya )
3. Pendidikan nonformal sebagai substitusi ( pengganti ). ( Adanya
sebagai pengganti bagi seseorang yang tidak menikmati Pendidikan
formal )
12
• PERSAMAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN PENDIDIKAN FORMAL
5
tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekelompok orang untuk
berkegiatan seni.
13
1.3. PENDIDIKAN INFORMAL
Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan secara
mandiri dari lingkungan keluarganya sendiri maupun dari lingkungan
masyarakat sekitarnya.
14
D. Peran Orangtua Sebagai Inovator | Dalam peran ini orangtua
wajib melakukan inovasi yang bisa menciptakan pembelajaran
informal agar kondusif dan tidak jenuh.
Definisi Pendidikan Informal Menurut Para Ahli
Ada 8 ciri-ciri yang bisa dilihat dalam jalur pendidikan informal, yaitu:
15
g) Pendidikan dilakukan terus-menerus tanpa terikat ruang
maupun waktu – tanpa mengenal umur, mental, fisik. H. Orangtua
menjadi guru terbaik untuk anak-anaknya, tapi tidak menutup
kemungkinan dilakukan oleh saudara, teman, atau lainnya.
Contoh-contoh pendidikan informal dalam kehidupan nyata yaitu:
16
Peran pemerintah bagi anak yang keluarga dan lingkungan yang
tidak mendukung .
Biarkan anak melakukan kemauan sendiri jika mengarah ke kegiatan
yang positif.
Jalur pendidikan ini diberikan kepada setiap individu sejak lahir dan
sepanjang hayatnya, baik melalui keluarga maupun lingkungannya. Jalur
pendidikan ini akan menjadi dasar yang akan membentuk kebiasaan, watak,
dan perilaku seseorang di masa depan
17
fungsi dan peranan utama pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter
dan kepribadian seseorang.
18
berbeda. Hal ini membuktikan bahwa individu sebagai manusia sangat
kompleks serta tidak mudah untuk dipahami.
19
7. Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara
individual dan kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi
dari orang dewasa termasuk gurunya.
20
1. Homo religius, beragama. Kerena memiliki kemampuan berpikit,
bertindk,yang mengatur siistem kehidupan di bumi, dan makhluk yang
memiliki kekuatan/kelebihan maupun kelemahan/keterbatasan.
2. Homo sapiens, yang dapat berpikir sehingga mampu berpikir dengan akal
pikiran, nalar, cipta dan karsa, berbuat, belajar, dan mampu menjalankan
hidup lebih baik.
5. Etis dan estetis, memiliki kesadaran susila, memiliki cita rasa keindahan.
21
ukuran kuantitatif dari fisik anak seperti tinggi dan berat badan, kekuatan,
ataupun proporsi sehingga secara ringkas pertumbuhan adalah proses
perubahan dan kematangan fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau
perbandingan.
22
Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau
fisik, sedangkan perkembangan berhubungan dengan aspek-aspek psikis
atau rohaniah.
2. Masalah merokok
23
3. Masalah perilaku konsumtif
b. Masalah frustasi dan stress, ini sering kali terjadi dirasakan oleh peserta
didik. Beberapa penelitian menunjukan penyebab peserta didik stress
diantaranya adalah:
24
Dalam Islam pendidik atau guru adalah seseorang yang memegang
amanah untuk mendidik dan mengajar, serta memiliki peran transfer of
knowledge dan transfer of value. Harapannya guru dapat memberikan misi
ilmu pengetahuan dengan menyesuaikan perkembangan dan tuntutan masa
depan. Guru berperan aktif dalam membantu tugas Negara yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan itu tercantum dalam konstitusi
Negara kita. Disisi lain, guru juga sebagai “the second parent” atau orang
tua kedua setelah orang tua dirumah. Secara umum, tugas pendidik
menurut islam adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi subjek
didik. Pendidik tidak saja bertugas menstrasfer ilmu, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah mentrasfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai, yang
terpenting adalah nilai ajaran islam. Peranan guru adalah terciptanya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah
laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.
25
5. Menjalin hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan bersedia
mendengarkan keluhan dan problem yang dihadapinya
10. Pendidik harus menjadi figur dan tauladan yang baik bagi peserta
didiknya
11. Pendidik harus mampu membentuk kepribadian yang sehat bagi peserta
26
berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk jiwa
(Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada usia dini,
anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan
membentuk jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi (dua gagasan selalu
muncul bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi
(peniruan), dan reward and punishment (penghargaan dan hukuman).
2. Teori Naturalisme
3. Teori Etologis
Etologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hewan dalam
konteks evolusi. Teori etologis dikemukakan antara lain Darwin, Lorenz
Tindbergen, dan Bowlby. Charles Darwin (1809-1882) menyatakan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak
hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam
tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988)
menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam
lingkungan tertentu dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk
berkembang dengan benar (Crain, 2007: 64). Jhon Bowlby (1907- 1990)
perkembangan manusia ditentukan lingkungan yang diadaptasinya. Untuk
mendapatkan perlindungan anak-anak harus mengembangkan tingkah laku
27
kemelekatan (attachment) yaitu sinyal yang mempromosikan dan
mempertahankan kedekatan anak dengan pengasuhnya (Bowlby, 1982: 182)
28
Teori pengondisian klasik dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849-1936)
yang menyatakan bahwa perkembangan manusia berasal prinsip stimulus
dan respon. Melalui eksprimennya Pavlov menemukan bahwa pengondisian
dapat menimbulkan respon-respon bawaan terjadi secara spontan melalui
latihan berulang-ulang.
7. Pengondisian Operan
29
b. Teori Perkembangan Psikososial Erikson (Erikson’s Psychosocial
Developmental Theory)
3) Inisiatif vs Kesalahan
4) Kerajinan vs Inferioritas
6) Keintiman vs Isolasi
7) Generativitas vs Stagnasi
8) Integritas vs Keputusasaan
30
9. Teori Perkembangan Kognitif Piaget (Piaget’s Cognitive Developmental
Theory)
31
Prinsip-prinsip kognitif sosial telah diaplikasikan dalam pembelajaran
kognitif, motorik, sosial, pengaturan diri, perkembangan moral, pendidikan,
kesehatan, dan nilai sosial.
32
Penggagas aliran humanistik adalah Abraham Maslow (1908-1970).
Menurut Maslow pertumbuhan dan perkembangan manusia ditentukan oleh
hakikat batin yang esensial dan biologis. Inti batin manusia mendorongnya
untuk mencapai perealisasian kemanusiaanya seutuhnya.
33
3. HAKIKAT PENDIDIK
3.1. Pengertian Pendidik
Dalam KBBI, pendidik artinya orang yang mendidik. Asal kata
pendidik yaitu didik yang berarti memelihara, merawat dan memberi
latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang
diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya). 6
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia
7
Ramli, M. “Hakikat Pendidikdan Peserta Didik”. Jurnal Tarbiyah
Islamiyah Vol. 5, No. 1 (2015):62
8
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
34
tersebut maka hilang pula hakikat pendidikan tersebut. Hakikat
pendidik dan peserta didik inilah yang perlu menjadi bahan
pengetahuan sebagai landasan untuk melakukan kegiatan transformasi
ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan sebagai obyek
dalam penanaman nilai moral, sosial, intelektual, keterampilan dan
9
spiritual.
9
Ramli, M. “HakikatPendidikdanPesertaDidik”. Jurnal Tarbiyah Islamiyah Vol. 5,
No. 1 (2015):62
35
perkataan maupun perbuatan maka peserta didik akan mengikuti
kesalahan tersebut sehingga guru juga harus memiliki sifat
profesionalitas dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Peran guru dalam dunia Pendidikan tidak sekedar menyampaikan
sebuah informasi saja, melainkan seorang guru juga harus bisa
menanamkan nilai moral, nilai spiritual, nilai sosial, nilai ekonomi,
nilai politik dan sebagainya kepada setiap peserta didik. Guru
menjadi patokan utama untuk mengubah tingkah laku dan
10
meningkatkan kualitas peserta didik.
Untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik hendaknya
bertolak pada prinsip amar ma’ruf nahi mungkar karena pendidik
sebagai panutan bagi peserta didiknya. Dari pandangan tersebut di
atas maka dapat dipahami bahwa fungsi utama pendidik pada
umunya adalah mentransfer ilmu pengetahuan dan
mentransformasikan nilai dan norma kepada peserta didik sehingga
terbentuk kepribadian diharapkan. Tugas pendidik tersebut
merupakan tugas mulia dan melebihi tanggung jawab moral yang
diembannya. Sesungguhnya peranan dan fungsi guru tidak hanya
terbatas pada empat dinding kelas, ia mempunyai tugas di kelas, di
dalam dan di luar sekolah serta di masyarakat.
Secara umum Ahmad Farid mengutip Cece Wijaya dan A.
Tabrani Rusyan, menjelaskan beberapa peranan dan fungsi
pendidik tersebut sebagai berikut:
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai anggota masyarakat
Guru sebagai pemimpin
Guru sebagai pelaksana administrasi
10
Ahmat, H. M. Et All. “Kedudukan
Guru dalam Prespektif
Pendidikan Islam”.
Jurnal Pneidikan Islam Vol 18, No. 2 (2021)
36
Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar.
1. Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-
betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
2. Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapa memberikan petunjuk (ilham)
bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus
bertolak dari teori-teori belajar, dari penaglaman pun bisa dijadikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan
teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak
didik.
3. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi
informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai
37
kuncinya, ditopang dengan bahan yang akan diberikan kepada anak
didik.
4. Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru.
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan
akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga
dapat mencapai efektivitas dan efesiensi belajar pada diri anak didik.
5. Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru
dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik
malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Peranan guru
sebagai motivator sangat penting dalam intrkasi edukatif, karena
menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan
kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan
sosialisasi diri.
6. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat
menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan pengajaran.
Proses intraksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pendidikan.
7. Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan
belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang
pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang
kurang memadai akan menyebabkan anak didik malas belajar.
8. Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua
peranan yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.
Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena kehadiran guru di
sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia
38
dewasa. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya.
9. Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan
pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki
intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar
dipahami anak didik. Guru harus berusaha membantunya, dengan
cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga
apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik,
tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik.
Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
10. Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik,
karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru
dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang
dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat
kegiatan pengajaran. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik,
pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak
menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.
11. Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan dalarn berbagai bentuk dan
jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil. Media berfungsi
sebagai alat komunikasi guna engefektifkan proses interaksi edukatif.
Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru
yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran.
12. Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik
supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan
perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena
39
posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena
pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-
keterampilan yang dimilikinya. atau karena memiliki sifat-sifat
kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan sernua kelebihan yang dimiliki, ia dapat
melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau
sesuatu yang disupervisi.
13. Evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik
dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek
ekstrinsik dan intrinsik.11
11
Ramli, M. “HakikatPendidikdanPesertaDidik”. Jurnal Tarbiyah Islamiyah Vol. 5, No. 1
(2015):72-74
12
Ahmat, H. M. Et All. “KedudukanGurudalamPrespektifPendidikanIslam”.
Jurnal Pneidikan Islam Vol 18, No. 2 (2021)
40
yang senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT. Tujuan Pendidikan
bisa terwujud apabila seorang guru bisa melakukan berbagai cara
dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar diantaranya
yaitu melatih, membimbing, menasehati, memberi contoh yang
baik, memberi dorongan atau motivasi, memuji kelebihan anak
didiknya, menghukum apabila salah, dan bahkan mendoakan. Cara
– cara itulah yang harus dilakukan secara konsisten oleh seorang
guru.13
13
Ahmat, H. M. Et All. “Kedudukan
Guru dalam Prespektif
Pendidikan Islam”.
Jurnal Pneidikan Islam Vol 18, No. 2 (2021)
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia
41
merupakan prilaku yang rasional guna mencapai suatu tujuan sesuai
dengan apa yang diarapkan.15
1. Kompetensi pedagogis
15
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396
16
PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) Tentang Standar Nasional Pendidikan
17
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396
42
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.18
2. Kompetensi kepribadian
18
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542
19
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396
20
Hatta, H. M. “Empat Kompetensi untuk
Membangun Profesionalisme
43
Guru”. Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2018. Hlm 19.
44
oleh falsafah Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai budaya
bangsa kita yang sekian banyak dinamika dan ragamnya. Zaman Ki
Hajar Dewantoro dikemukakan bahwa seorang pendidik di muka
harus memberi contoh dan teladan, kalau sedang berada di tengah
membangkitkan motivasi, tetapi bila berada di belakang
mendorong untuk belajar atau beraktivitas.21
21
Ibid.
22
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542.
45
3. Kompetensi sosial
23
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396.
46
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, baik lisan maupun tulisan;
b. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan; dan
c. Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan
orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar, sesuai
dengan kebudayaan dan adat istiadat.24
4. Kompetensi Profesional
24
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542.
25
Ritonga, I. A. Et All. “Kedudukan Pendidik dan Tugas Pendidik” Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol. 4, No. 6 (2022)
5396.
26
Siswantari. Op. Cit.
47
a. Menguasai substansi keilmuan sosial dan ilmu lain yang terkait
bidang studi; dan
b. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi
pembelajaran.27
27
Siswantari. “KompetensiPendidikdanTenagaKependidikanpadaPendidikanNonformal”.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 17, No. 5 (2011):542.
28
Djollong, A. F. “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”. Istiqra Vol. 4, No.2 (2017):126
29
UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 20 Tentang Guru Dan Dosen
48
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik
dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
49
pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik serta tugas guru
sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan peserta didik. Guru
dalam fungsinya dapat disebut sebagai arsitek pembelajaran,
merancang pembelajaran secara baik dan sempurna. Tugas-tugas guru
dapat dijalankan dengan sempurna apabila dilandasi dengan rancangan
pembelajaran yang baik, di dalam proses pembelajaran dapat diukur
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.30
4
pengetahuan dengan menggunakan pendekatan, model, strategi,
metode dan tehnik yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
peserta didik. Guru dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang
banyak dan luas sebagai upaya untuk memudahkan penyampaian
dalam proses pembelajaran. Guru bukan hanya memiliki ilmu
pengetahuan yang banyak akan tetapi mengetahui pula kebutuhan,
problem dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Karena itu
pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat memberikan perubahan
pada peserta didik pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik.
Mengajar artinya proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari
guru kepada siswa.31
31
Djollong, A. F. “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik”. Istiqra Vol. 4, No.2
5
mengembangkan kurikulum, silabus dan rencana pelaksanan
pembelajaran, melaksanakan pembeljaran yang efektif, menjadi
model bagi peserta didik, memberikan nasehat, melaksanakan
evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik.
c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru
harus turut serta mensukseskan pembangunan, yang harus
kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani
masyarakat.Tanggungjawab dalam bidang keilmuan; bahwa setiap
guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi
spesifikasinya, dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.32
5
mengemban misi “rahmat li al-alamin”, yakni suatu misi yang mengajak
manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah swt, guna
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini
dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid,
kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi. Selain itu tugas pendidik yang
utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia
untuk ber-taqarrub kepada Allah swt.
5
4. Aliran Aliran Pendidikan, Empirisme, Nativisme, dan Konvergensi
4.1. Aliran-aliran Pendidikan Klasik
5
memperolehnya melalui pengetahuan atau berbagaipengalaman
agar dapat bersaing antara manusia satu dengan lainnya.
5
selain itu teori ini dipandang sebagai aliran yang sangat optimis
terhadap pendidikan, karena teori ini hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diproses dari lingkungan, kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan keberhasilan
seseorang dan masih menganggap manusia sebagai makhlukyang
pasif, mudah dibentuk atau direkayasa. Paham empirisme diperlukan
dalam mengkaji teori-teori dalam pemasalahan fakta. Paham
empirisme juga diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan
jawaban dalam sebuah hipotesis
5
Jadi aliran nativisme mengangkat pemahaman bahwa
pengaruh luar tidak dapat mengubah perkembangan seorang
anak atau tidak memiliki pengaruh sama sekali, karena menurut
mereka baik buruknya seorang anak ditentukan oleh pembawaan
sejak lahir dan peran pendidikan disini hanya sebatas
mengembangkanbakatsaja. Misalnya, seorang anak memiliki
bakat bermain bola, walaupun orang tuanya sering menasehati
bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi pikiran dan
perasaanya tetap tertuju pada bola dan dia akan tetap berbakat
menjadi pemain bola.
5
c) Menjadi ahli di bidangnya
5
dua fenomena tersebut yang menjadi kunciutamanya adalah faktor
kecerdasan (IQ). Hal ini dapat disimpulkan pula bahwaproses
pendidikan yang dilaksanakan disekolah tersebut bukan
untukmenggembleng siswa dari yang belum atau kurang terampil
menjadi terampilsecara optimal, namun rata-rata sudah memiliki
keterampilan yang tinggi.
6
dengan mentah–mentah. Akan tetapi, aliran tersebut diterapkan
dengan menggunakan pendekatan fungsional yakni diterima sesuai
kebutuhan. Karena semua aliran pasti tidak bisa diterapkan tanpa
pendekatan tersebut, aliran pendidikan harus disesuaikan dengan
keadaan di Indonesia, bahkan tiap daerah pun bisa memiliki cara
pengajaran yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena pihak
pengajar juga pihak yang diajarkan serta lingkungan sekitar yang
ada di tiap – tiap daerah berbeda.
6
5. KEWIBAWAAN
5.1. Pengertian Kewibawaan (Gezag)
Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidik harus
mempunyai kewibawaan dalam melaksanakan pendidikan.
6
berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain. Gezag
atau kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama pada orang tua.
Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah
dan ibu) itu adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas
dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua atau keluarga
mendapat hak untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak
dapat dicabut karena terikat oleh kewajiban
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kewibawaan adalah suatu kualitas yang dimiliki seseorang yang dapat
meyebabkan orang lain merasa hormat dan segan kepadanya serta
tunduk kepadanya atas apa yang dikehendakinya.
Seorang guru merupakan contoh perilaku bagi masyarakat dan
lingkungannya. oleh karenanya, dia harus menunjukkan sikap yang
baik bagi setiap orang. Pengenalan dan pengakuan terhadap wibawa
membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan wibawa
itu berjalan sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada anak-anak, atau
bahasa yang mudah dipahami oleh murid-muridnya. Bahkan murid
tersebut akan mengaplikasikan kebaikan seperti yang dilakukan oleh
gurunya.
Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan anak
pendidik. Dengan bahasa anak didik dapat mengerti apa arti anjuran.
Larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal
dan diakui berwibawa dan pengaruh pendidik.
Guru yang berwibawa menunjukkan kecerdasan intelektual,
emosional, spiritual dan sosial yang dia miliki. Guru harus memiliki
sejumlah keterampilan yang ia dapatkan dari proses latihan dari
lembaga pendidikan pelatihan lanjutan setelah memyelesaikan studi di
lembaga tenaga kependidikan. Keterampilan yang dimaksud adalah
6
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang berprofesi sebagai guru
pengajar.
Guru adalah pendidik, merupakan orang yang membagi ilmu,
mengajarkan, mendidik, serta membina murid-muridnya atau peserta
didiknya. Guru juga merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran berlangsung. Guru harus bisa membawa siswa
atau peserta didiknya kepada tujuan yang akan dicapai. Serta guru
harus memiliki pandangan atau wawasan yang luas dan salah satu
kriteria menjadi profesi guru adalah memiliki kewibawaan. Kewibawaan
adalah salah satu kriteria yang sangat penting bagi seorang guru.
Karena dengan kewibawaan dapat membuat peserta didik menjadi
segan dan hormat apa yang dikehendakinya.
Selain miliki sifat kewibawaan, seorang guru juga harus memiliki
sifat atau akhlak yang terpuji dan menghindari sifat atau akhlak yang
tercela. Karena murid atau peserta didiknya akan mencontohi sifat
gurunya. Jika seorang guru memiliki sifat terpuji maka peserta didiknya
akan menjadi senang dan hormat kepadamnya. Sedangkan jika
seorang guru memiliki sifat yang tercela maka peserta didiknya akan
benci dan menjauhinya.
Adapun dalam menggunakan kewibawaan perlu memperhatikan
hal-hal berikut :
1. Dalam menggunakan kewibawaan, hendaklah didasarkan atas
perkembangan anak didik.
2. Penerapan kewibawaan hendaknya didasarkan rasa cinta kasih
sayang kepada anak didik.
3. Hendaknya kewibawaan digunakan untuk kepentingan anak didik.\
4. endaknya kewibawaan digunakan dalam suasana pergaulan antara
pendidik dan anak didik, karena dengan pergaulan maka proses
pendidikan bisa berjalan lancar.
6
Ditinjau dari daya yang mempengaruhi yang ada pada seseorang ini
ditimbulkan, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
1. Kewibawaan Lahir
Kewibawaan lahir adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan
lahiriah seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian
lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan
menimbulkan kewibawaan lahir.
2. Kewibawaan Batin
Kewibawaan batin adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan
batin seseorang, seperti:
a. Adanya rasa cinta : Kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang,
apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain.
b. Adanya rasa demi kamu : Demi kamu atau you attitude yaitu sikap
yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran
bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk
kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang yang
menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang.
c. Adanya kelebihan batin : Seorang guru yang menguasai bidang studi
yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif,
bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan
kewibawaan batin.
d. Adanya ketaatan terhadap norma : Menunjukan bahwa dalam
tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh,
selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang
telah digariskan.
Pada umumnya disepakati bahwa kewibawaan batin lebih dibutuhkan
oleh para pendidikan dalam menjalankan tugasnya. Kewibawaan
merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada
6
kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan
adanya kewibawaan ini, segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh
pendidikan akan diikuti secara suka rela oleh peserta pendidik.
Sebaliknya jika kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dari
pendidikan tidak mungkin dituruti oleh peserta pendidik.
Kelas adalah tempat belajar yang terdiri atas guru, siswa, materi
yang diajar. Di dalam kelas antara guru dan siswanya saling
berinteraksi dengan menggunakan media yang diperlukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Selain memantau siswanya belajar
ilmu pengetahuan, guru juga membentuk sikap dan perilaku siswa atau
peserta didiknya serta membentuk keterampilannya. Dari penjelasan ini,
dapat disimpulkan ciri-ciri seorang guru adalah peserta didik dengan
rasa mendalam tunduk atau hormat kepada gurunya, peserta didik
menyimpan kepercayaan terhadap integritas probadi guru dan peserta
didik atas dasar sukarela penuh terhadap perintah dan anjuran guru.
Dalam kehidupan juga terdapat kewibawaan yaitu kewibawaan
pemimpin atau kepala dan kewibawaan keistimewaan. Selain itu juga
terdapat dua tingkatan pengakuan kewibawaan. Adapun dalam
menggunakan kewibawaan perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. Dalam menggunakan kewibawaan, hendaklah didasarkan atas
perkembangan anak didik
2. Penerapan kewibawaan hendaknya didasarkan rasa cinta kasih
sayang kepada anak didik
3. Hendaknya kewibawaan digunakan untuk kepentingan anak didik
4. Hendaknya kewibawaan digunakan dalam suasana pergaulan antara
pendidik dan anak didik, karena dengan pergaulan maka proses
pendidikan bisa berjalan lancar.
6
5.2. Fungsi Kewibawaan Dalam Pendidikan
Berbicara tentang fungsi-fungsi kewibawaan dalam pendidikan
berarti kita akan berbicara tentang perbawa pendidikan. Selain
perbawa pendidikan, ada lagi macam perbawa yang lain seperti
perbawa seorang saudara yang lebih tua, atau perbawa perkumpulan
anak-anak muda diluar kehidupan lingkungan keluarga.
Pergaulan antara anak-anak dan anak-anak biarpun sering seorang
anak menguasai dan dituruti oleh anak lainnya, tetapi kekuasaan atau
Gezag yang terdapat pada anak itu tidak bersifat gezag pendidikan
karena kekuasaan itu tidak tertuju pada tujuan pendidikan. Jadi, jika
seorang pendidik dapat menguasiai atau memiliki pengaruh terhadap
peserta didiknya itu untuk tujuan pendidikan berarti disebut Gezag
pendidikan. Tetapi, tidak semua pergaulan antara orang dewasa dan
anak-anak merupakan pendidikan, ada juga pergaulan tersebut
berpengaruh negatif atau pergaulan yang netral saja.
Satu-satunya pengaruh yang dinamakan pendidikan adalah pengaruh
yang menuju kedewasaan si anak untuk mendorong si anak menjadi
orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya
dengan berdiri sendiri.
Tidak setiap macam tnduk atau menurut terhadap orang lain dapat
dikatakan “tunduk terhadap wibawa pendidikan”. Langeveld
menyatakan bahwa pendidikan yang sungguh-sungguh baru dapat
diberikan setelah anak itu mengenal akan kewibawaan, kira-kira anak
berumur tiga tahun. Langeveld menjelaskan, sikap anak terhadap
kewibawaan pendidik sebagai berikut:
1. Sikap menurut atau mengikut (volgen)
2. Sikap tunduk atau patuh (gehoorzamen)
6
Dari penjelasan diatas, bahwa fungsi kewibawaan pendidikan adalah
membawa si anak kearah pertumbuhannya yang kemudian dengan
sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau mengerjakannya juga.
Berikut ini beberapa fungsi-fungsi kewibawaan dalam pendidikan
adalah sebagai berikut:
1. Mempengaruhi anak untuk menuju kekedewasaan
2. Membantu anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup
memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri
3. Membawa anak kearah pertumbuhan yang kemudian dengan
sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga
4. Anak akan mengerti bahasa untuk menerima petunjuk-petunjuk
tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh
pendidik
5. Membuat sianak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.
6. Pendidik dapat menjalankan kewajibannya atas dasar cinta.
7. Perputaran masyarakat menjadi baik
8. Anak-anak akan berkembang jasmani dan rohaninya.
9. Keluarga dapat terpelihara dan selamat
Selain mengetahui fungsi-fungsi dari kewibawaan dalam pendidikan
kita sebagai pendidik harus menjaga kewibawaan tersebut agar tidak
goyah atau tidak lemah.
6
Tuhan Yang Maha Esa untuk mendidik anak-anaknya. Oleh krena itu,
mereka seharusnya mempunyai kewibawaan terhadap anak-anaknya.
Adapun kewibawaan yang dimiliki orang tua ada dua sifat, yakni
sebagai berikut:
a. Kewibawaan pendidikan
Ini berarti bahwa dengan kewibawaan itu orang tua bertujuan
memelihara kesalamatan anak-anaknya agar mereka dapat hidup dan
selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya menjadi manusia
dewasa.
b. Kewibawaan Keluarga
Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga, tiap-tiap
keluarga merupakan masyarakat kecil yang sudah tentu dalam
masyarakat itu harus ada peraturan yang ahrus dipatuhi dan dijalankan.
Tiap-tiap anggota keluarga harus patuh kepada peraturan-peraturan
yang berlaku dalam keluarga itu. Dengan demikian, orang tua sebagai
kepala keluarga dan dalam kekeluargaannya mempunyai kewajiban
terhadap anggota keluarganya. Kewibawaan orang tua itu bertujuan
untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga itu.
2. Kewibawaan Guru atau Pendidik Lainnya
Guru atau pendidik lainnya menerima jabatannya sebagai
pendidik bukan dari Tuhan melainkan menerima dari pemerintah. Ia
ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh
negara atau masyarakat. Adapun kewibawaan yang dimiliki guru dan
pendidik lainnya ada dua sifat, yakni sebagai berikut:
a. Kewibawaan Pendidikan
Guru atau pendidik lainnya telah diserahi sebagian dari tugas
orang tua untuk mendidik anak-anak, selain itu, guru atau pendidik
juga menerima sebagian tugas dari pemerintah yang mengangkat
7
mereka. Kewibawaan yang ada pada guru ini terbatas oleh banyaknya
anak-anak yang diserahkan dan setiap tahun berganti murid.
b. Kewibawaan Memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru atau pendidik juga
mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah diberi kekuasaan
oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan
tersebut meliputi pimpinan kelas, disanalah anak-anak telah diserahkan
kepadanya.
7
6. PENDIDIKAN
6.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN MENURUT PARA
AHLI
A. Menurut Langeveld Pendidikan ialah “Suatu bimbingan yang diberikan
oleh Orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
tujuan,yaitu kedewasaan”.
7
bahwa kata Rabbani itu pecahan dari kata tarbiyah yang artinya adalah
mendidik manusia dengan ilmu sebagaimana seorang Bapak mendidik
anaknya.
anaknya.
7
dalam alinea di tersebut adalah nilai-nilai kemanusiaan yang berupa
pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal yang berharga
bagi hidup manusia. Nilai tersebut akan membentuk sikap dan kepribadian
peserta didik pada hidup yang baik.
Bentuk-bentuk Pendidikan:
7
6.4. ALAT-ALAT PENDIDIKAN
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses Pendidikan. Alat pendidikan adalah alat, metode, dan
teknik yang digunakan dalam meningkatkan efektifitas dan komunikasi dan
interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Roestiyah NK,, dkk,, “ media pendidikan adalah,
metode dan alat yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas
komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran disekolah
- Alat Pendidikan Represif yaitu bertujuan Anak untuk kembali pada hal-hal
yang benar yang baik dan tertib.
7
anak harus dilatih dengan kebiasaan kebiasaan dan perbuatan perbuatan
yang baik, seperti diberi makan dengan teratur, dimandikan dan yang
lainnya. Pembiasaan yang baik penting bagi pembentukan watak anakanak,
yang akan terus berpengaruh kepada anak itu pada hari tua. Menanamkan
kebiasaan kepada anak-anak adalah sukar dan memakan waktu yang lama.
Akan tetapi, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan akan sukar pula
kita ubah. Maka dari itu, lebih baik kita menjaga anak-anak kita supaya
mempunyai kebiasaan kebiasaan yang baik.
6.4.1.2.PENGAWASAN
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Aturan-aturan
dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai
dengan pengawasan yang terus menerus. Terus menerus di sini
dimaksudkan adalah pendidik hendaknya konsekuen, apa yang telah
dilarang hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar dan apa yang
telah diperintahkan jangan sampai diingkari. Pengawasan itu penting sekali
7
dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak
berbuat sekehendaknya. Anak tidak dapat membedakan yang baik dan
yang buruk, mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak
senonoh, dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang
membahayakan dan mana yang tidak. Jadi dalam hal ini harus ada
perbandingan antara pengawasan dan kebebasan.
6.4.1.3.PERINTAH
Dalam islam perintah disebut juga dengan amar ma’ruf. Perintah
bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang dan yang harus
dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini termasuk pula
peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap
perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah
perbuatan susila. Perintah dalam pendidikan islam bersifat memberi arah
atau mengandung tujuan kearah perbuatan yang mulia.
7
- Kadang-kadang kita perlu mengubah perintah menjadi permintaan
sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.
6.4.1.4.LARANGAN
Larangan biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang
tidak baik, yang merugikan atau yang membahayakan dirinya. Seorang ibu
atau ayah yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan
bermacam-macam sikap atau sifat yang kurang baik pada anak itu, seperti:
7
6.4.1.5. GANJARAN
Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat
merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat
penghargaan. Umumnya,anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatan
yang Menyebabkan mendapat ganjaran itu baik. Pendidik bermaksud juga
supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk
memperbaiki dan mempertinggi prestasi yang telah dicapainya.
6.4.1.6. HUKUMAN
Dalam islam hukuman disebut juga dengan ‘iqab. Abdurrahman an-Nahlawi
menyebutkan dengan tarhid yang berarti ancaman atau intimidasi melalui
hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang. Menurut Amir Daien
Indra Kusuma menyebutkan hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita
secara sadar, dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang
baik dari segi kejasmanian maupun kerohanian orang itu mempunyai
kelemahan dibandingkan diri kita, dan oleh karena itu kita mempunyai
tanggung jawab untuk membimbingnya dan melindunginya.
7
Tujuan memberi hukuman kepada anak didik adalah sebagai berikut: