Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEAS’ADIYAHAN

METODE DAKWAH
AG.H.MUHAMMAD AS’AD
D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 6:
PUTRI JUMRIYANA SUARDI
NUR ASIA BUHARI
NURFADILLAH SURYA

MADRASAH ALIYAH AS’ADIYAH PUTRI


SENGKANG
METODE DAKWAH AG.H.MUHAMMAD AS’AD

1. Membentuk koordinator muballigh


Sebagai langkah awal dari usaha beliau adalah membentuk
perkumpulan tabligh yang beranggotakan dari murid-muridnya sendiri.
Beliau sendiri sebagai ketuanya dan langsung memimpin jalannya
perkumpulan tabligh tersebut dan mengkoordinir pengiriman mubaligh-
mubaligh ke desa-desa. Tidak cukup dua tahun dari usaha tersebut maka
terhapuslah syirik, khufarat, dan kemungkaran yang pernah tampak
secara demonstratif seperti penyerahan berhala, pemberian sesajen
kepada benda-benda yang dikeramatkan dan sebagainya.

2. Tadris dan Taklim


Sebenarnya sejak AG.H.Muh. As’ad datang dari mekkah setibanya
di kota sengkang (1347H/1928M) beliau telah aktif mengajar, hanya saja
pada mulanya aktifitas pendidikan dilakukan dengan sistem pengajian
khalaqi (mengaji tudang) di rumah/mesjid. Setelah beliau melihat
banyak yang ingin menuntut ilmu pengetahuan agama yang ditandai
dengan berdatangnya calon-calon santri dari daerah lain, dari hari ke
hari semakin bertambah.

Satu tahun kemudian, pengajian pondok tersebut mendapat


perhatian dan sambutan yang semakin besar dari masyarakat, sehingga
santri-santrinya makin hari makin bertambah banyak. Selain daripada
itu, pemerinah setempat juga memberi perhatian kapada pengajian
pondok ini, sehinnga arung matoa wajo memberikan pula bantuannya,
baik bantuan moril maupun materil. Dengan kekayaan yang demikian itu
maka pengajian yang tadinya dilaksanakan oleh AG. H. MUH. AS’AD
dirumahnya dengan bentuk atau metode halaqi sudah tidak layak lagi,
akhirnya sejak mei 1350 h/ 1930 m terbentuklah pendidikan formal
dalam bentuk madrasah atau sekolah bertempat di samping mesjid jami
sengkang.

Dengan semakin meningkatnya perhatian masyarakat dan


bantuan pemerintah setempat, maka pengajian pondk tersebut
diperluas, yaitu dengan sistem pengajaran klasikal. Kegitan pengajaran
dengan sistem ini dipusatkan diserambi mesjid jami sengkang dengan
perlengkapan-perlengkapan secukupnya. Pada bulan Mei 1930, secara
resmi sekolah ini diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI).
Dengan demikian terbukalah dua macam sistem pendidikan yang
berjalan seiring, yaitu pengajian pondok dan Madrasah, dan kegiaan-
kegiatan keduanya dipusatkan di Mesjid Jami sengkang.

Setelah berjalan lebih kurang dua tahun lamanya maka terlihat


serana fisik dan perlengkapan-perlengkapan edukasi lainnya kurang
memadai makan anatara pemerintah dan tokoh agama serta pemuka-
pemuka masyarakat bersepakat membangun sekolah didepan dan
disamping kiri kanan Masjid Jami Sengkang. Sementara AG.H.MUH
AS’AD tetap mendiami rumah tersebut lebih kurang tujuh tahun
lamanya kemudian pindah kesebelah barat Masjid Jami Sengkang
dengan kondisi tempat tinggal yang layak dan relatif lebih baik dari
rumah terdahulu. Sebab baik rumah terdahulu maupun yang ditempati
kemudian keduanya dijadikan tempat mengembang misi pendidikan dan
dakwah.

3. Tahfidzul Qur’an
Disamping menyelenggrakan pendidikan formal di Madrasah,
pengejian khalaqi sebagai pendidikan no formal dan informal oleh guru
besar kita K.H.M AS’AD juga memimpin hafalan qur’an di selasela
kesibukannya dan di waktu senggangnya. Penghafal quran berjumlah
puluhan siswa dan hal ini berlangsung sampai beliau wafat. Dalam
kegiatan ini AG.H.M. AS’AD didampingi dan dibantu 3 orang tokoh yaitu
H.ambo Emme membantu di pengajian di pondok pesantren, Syekh
Sulaiman membantu di madrasah dan Syekh Ahmad Afifi membantu
dalam pembinaan tahfiz qur’an .

Bahwa sebagaimana beliau belajar siang dan malam maka beliau


pun mengajar siang dan malam pula di tanah air ini demi pengabdian
pada agama islam dan kaum muslimin.
Setelah AG.H.M.AS’AD meninggal pada hari senin 12 Rabiul Akhir
1372 H bertepatan dengan 29 Desember 1952 M, segera di adakan
musyawarah yang disepakati oleh beberapa alumni MAI untuk
memikirkan tentang kelanjutan hidup lembanga pendidikan ini .
Musyawarah tersebut sepakat mencalonkan 2 orang murid
AG.H.M.AS’AD untuk menggantikan kedudukan beliau memimpin
lembaga pendidikan. Kedua murid beliau adalah AG.H Daud Ismail dari
soppeng dan AG.H.M Yunus Martan dari belawa Wajo.

Pada priode lain AG.H.Muh. AS’AD menempuh jalur metode


beberapa cara yakni: pertama metode suri tauladan, kedua metode
ceramah, ketiga metode tanya jawab, dan keempat metode resitasi.

Anda mungkin juga menyukai