Anda di halaman 1dari 10

1

Pengertian Didikan Subuh


Didikan Subuh adalah Suatu konsepsi Pendidikan Islam yang fungsional dan
praktis di waktu subuh dengan pusat kegiatan di Masjid dan Mushalla.
Didikan Subuh disebut sebagai suatu kosepsi Pendikan Islam, maksudnya adalah
bahwa Didikan subuh itu adalah suatu pendapat, rancangan, konsep sebuah citacita tentang pembentukan kepribadian muslim , dalam sistem kependidikan yang
berdasarkan Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan .
Didikan Subuh bersifat fungsional dan praktis, maksudnya adalah materi pelajaran
Didikan Subuh itu merupakan ibadah dan muamalah yang dikerjakan dalam
kehidupan sehari-hari yang sederhana dan mudah dipahami.
Program Didikan Subuh di gelar setiap subuh hari Ahad. Namun ada juga
dilaksanakan pada subuh hari-hari yang lain bila liburan sekolah. Mengapa
dilaksanakan pada subuh hari? Karena Program Didikan Subuh itu dikembangkan
dari pengajaran subuh anak-anak yang ikut shalat berjamaah di Masjid atau
musholla yang materinya ayat, hadist, bernyanyi, dan bersajak. Pengajaran subuh
itu mendapat perhatian banyak orang kemudian dikembangkan pengajarannya
tidak hanya pada waktu subuh, namun demikian waktu subuh tetap menjadi ciri
khasnya karena waktu subuh dipandang urgen untuk ibadah, kesehatan,
pendidikan dan ekonomi.
Program khas Didikan Subuh biasanya di laksanakan selama 2 jam, dimulai
sebelum shalat Subuh sampai pukul 06.30 dengan rangkaian acara seperti shalat
subuh berjamaah, zikir, kultum, Pembacaan ayat suci Alqur'an, mars, janji
Didikan Subuh, azan, iqamah, pidato singkat, puisi, doa-doa, nasyid dan ditutup
dengan nasehat pembina dan mengumpulkan infaq. Program Didikan Subuh yang
lain adalah Rihlah (bertamasya), gerak amal seperti senam dan gotong royong,
membersihkan Masjid/Mushalla dan lingkungan sekitarnya, pekampungan
Didikan Subuh dengan serangkaian kegiatan musabaqah (lomba).
Kader Didikan Subuh adalah anak-anak dan remaja yang muqim disekitar masjid
dan mushalla tempat diadakan Didikan Subuh, biasanya mereka adalah muridmurid TPA/TPSA dan MDA yang disebut kader tingkat Ula (dasar), kader Wushta
(menengah) yaitu remaja setingkat SMP dan Ulya (mahir) adalah remaja
setingkat SMA.
Pembina Didikan Subuh adalah orang-orang yang peduli dengan pendidikan
agama yang muqim di sekitar masjid/mushalla tempat diadakan Didikan Subuh
biasanya mereka adalah guru TPA/TPSA dan MDA.

Metode belajar yang dipakai biasanya adalah metode demonstrasi, ceramah dan
presentasi.
Didikan Subuh diurus oleh Lembaga Didikan Subuh yang berjenjang dari level
Masjid/Mushalla, nagari, kecamatan, kabupaten sampai kepada pengurus pusat
yang baru berkedudukan di propinsi di Sumatera Barat.

Metode Didikan Subuh


Metode Didikan Subuh itu sebagaimana berikut:
1. Metode Pembelajaran Didikan Subuh
2. Metode Pendidikan Sosiodrama dan bermain peranan
3. Metode Pendidikan Pengajaran Karya Wisata
4. Metode Pendidikan Pengajaran Pemberian Tugas belajar-Resitasi
5. Metode Pendidikan Pengajaran Ceramah
6. Metode Pendidikan Pengajaran tanya jawab
7. Metode Pengajaran Diskusi

Tujuan Didikan Subuh


Tujuan Didikan Subuh bermacam-macam dan berubah-rubah, sesuai dengan
zaman, tempat, pribadi serta lembaga yang menyokongnya.
Tahun 1965 pada awal pencetusannya di Padang, dimana suasana politik dominan
dipengaruhi oleh PKI, DDS ditujukan untuk menanamkan nilai-nilai Islam sejak
dini kepada anak-anak mengantisipasi idiologi komunis.
Sedangkan pada masa Orde Baru dimana idiologi komunis sudah tumbang DDS
ditujukan untuk melengkapi pelajaran di TPA/TPSA bahkan hanya sekedar untuk
refresh berganti suasana belajar mengantisipasi kebiasaan tidur kesiangan di hari
Minggu. Dan ada juga TPA/TPSA/MDA yang hanya sekedar ikut-ikutan meniru
menggelar kegiatan DDS.
Sedangkan pada era Reformasi, dimana pengaruh politik tidak karuan. Adanya
KKN, penyakit masyarakat (judi, miras, togel) yang telah merusak mental dan
jiwa generasi muda. LDS (Lembaga Didikan Subuh) telah merumuskan tujuannya
yang tertuang dalam ADART yang telah disahkan dalam Musyawarah Istimewa
Lembaga Didikan Subuh pada tanggal 26-27 Muharram 1422/20-21 April 2001 di
Padang. Bahwa tujuan DDS adalah Membentuk pribadi muslim sejati. Yaitu

pribadi yang seluruh aspek kehidupannya berdasarkan kepada Al-Quran dan AsSunnah.

Sejarah Didikan Subuh


Pada tahun 1960-an suasana kehidupan politik di Indonesia mayoritas dikuasai
oleh golongan nasionalis dan komunis sedangkan golongan agama sangat
terpinggirkan. Kekuatan komunis yang semakin berpengaruh dalam pemerintahan
merupakan tantangan besar bagi umat Islam. Didikan Subuh merupakan salah satu
respon terhadap kondisi Pemerintahan Presiden Soekarno yang saat itu didominasi
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menerapkan/ membaurkan Nasionalisme,
Agama dan Komunisme yang disingkat) Nasakom. Masyarakat lebih banyak
direcoki dan dimobilisasi isu konprontasi dengan Malasyia dan anti Amerika. Di
mana-mana, di dinding toko, tembok-tembok pagar hingga ke sekolah-sekolah
dipenuhi corat coret tulisan Ganyang Malaysia dan Ganyang Armada Ke 7
Amerika. Menghadapi kemungkinan perang, rakyat diperintahkan membuat
lobang berbentuk leter L di depan, dibelakang atau di bawah rumah masingmasing sebagai tempat persembunyian. Di setiap sekolah juga dibuat lubang lebih
besar semuat seluruh murid sekolah. Selain menyiapkan rakyat terlatih yang
kemudian digabungkan ke dalam organisasi Pemuda Rakyat, lembaga pendidikan
hingga kegiatan pramuka pun dikerahkan belajar Nasakom dan bahkan belajar
huruf Cina. Padahal kemudian bertiup kabar bahwa bila PKI berhasil
mengambilalih kekuasan pemerintahan, maka seluruh umat Islam akan dibunuh.
Para ulama, tokoh masyarakat atau tokoh-tokoh yang anti PKI masuk dalam lest
hitam atau daftar orang-orang yang akan dibunuh. Lobang-lobang tadi akan
digunakan
sebagai
kuburan
massal.
Kekuatan PKI (Partai Komunis Indonesia) memang sudah kelihatan semenjak
Pemilu pertama pada tahun 1955, dimana mereka mendapat suara yang cukup
meyakinkan, yakni sebagai pemenang keempat setelah PNI, Masyumi dan NU.
Sikap mereka yang agresif itu semakin nampak setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno untuk pembubaran Konstituante
dan kembali ke UUD 45. Keputusan presiden itu didukung oleh segenap bangsa
Indonesia dimana semua orang saat itu diliputi perasaan gembira. Namun rupanya
PKI memiliki kepentingan politik yang besar dibalik pembubaran Badan
Konstituante
itu.
Pada tanggal 5 Maret 1960 Bung Karno secara terselubung dipaksa membubarkan
Parlemen (DPR) hasil Pemilu 1955 yang mayoritas kursi diduduki oleh golongan
Islam dari beberbagai partai seperti NU, Masyumi, PSI dan PERTI, dengan alasan
bahwa DPR tidak mendukung Demokrasi Terpimpin dan demokrasi terpimpin
tidak mengenal adanya oposisi, tetapi gotong royong. Menteri Keamanan
Nasional/KSAD Jenderal Nasution, tidak mendukung pembubaran itu.
Pada tanggal 27 Maret 1960 Bung Karno membentuk DPR-GR (Gotong Royong)
yang pada hakikatnya wakil rakyat ini hanyalah sebagai pembantu presiden.
Kemudian mengakhiri eksistensi partai-partai politik yang oposional seperti Partai
Katolik, IPKI, NU, PSII, Parkindo ,Masyumi dan PSI, serta mengikat semua

parpol dalam Front Nasional. Korban pertamanya adalah Partai-partai Islam. Pada
tanggal 17 Agustus 1960 dua partai Islam Masyumi dan PSI dibubarkan Soekarno.
Yang membuat semakin minornya posisi umat Islam dalam kebijakan politik.
Masyarakat Islam merasakan situasi yang semakin hari semakin mencekam,
namun tidak dapat berbuat apa-apa, barang siapa yang berbuat diluar kehendak
penguasa, dicap sebagai kontra revolusi dan dapat saja ditangkap walaupun tanpa
prosedur hukum. Keberadaan umat Islam amat terjepit, yang berakibat pada
lemahnya
pembinaan
umat.
Dalam situasi seperti itu pendidikan agama terpinggirkan. Pesantren dan kegiatan
di masjid dicurigai dan diawasi sehingga kegiatan mengaji ana-anak di surau dan
cermah-ceramah agama di masjid jadi sepi. Kalau pun ada yang berani
melaksanakan pendidikan agama di surau/mushalla dan masjid akan ditakutitakuti dan digangu oleh orang-orang tak dikenal yang waktu disebut orang hitam.
Untuk memperbaiki posisi umat Islam yang minor itu dari segi politik tidak
memungkinkan. Berbagai ikhtiar dilakukan umat Islam untuk pendidikan agama
anak-anak. Cara lain yang ditempuh adalah dengan jalan mendidik kaum mudanya
menanamkan nilai-nilai Islam kepada mereka sejak usia dini. Di Sumatera Barat,
kaum muda itu diperkuat supaya mengaji ke Masjid dan Surau. Salah satunya
adalah melaksanakan pendidikan di waktu subuh yang kemudian berubah istilah
jadi
Didikan
Subuh.
Pada tahun 1964 beberapa orang anak-anak yang ikut jamaah shalat subuh di
masjid Muhammadan pasar Batipuh Padang selatan, diajari ayat dan hadist,
bernyanyi dan juga bersajak. Walaupun di laksanakan sambilan saja tidak
terprogram, namun ternyata ide kebetulan ini menarik hati mereka karena masih
tergolong baru sehingga cukup mendapat perhatian pada masa itu. Berikutnya
mereka diajak bertamasya, jalan-jalan sambil menyanyikan tembang bernuangsa
Islam.
Kegiatan Didikan Subuh itu berjalan beberapa bulan saja dan tidak ada
perkembangan yang berarti disebabkan karena jamaah Masjid itu pada umumnya
adalah pedagang, serta tidak ada kader yang meneruskan. Namun di Masjid
Istiqamah Sawahan Padang timur kegiatan Didikan Subuh itu seperti mendapat
lahan subur serta menuju proses penyempurnaan yang dibina oleh Almunir
bersama M. Zen Arief guru SD Adabiah. Ternyata, berkat publikasi koran-kortan
anti PKI dan RRI, didikan subuh cepat diterima dan diikuti masyarakat dan
berkembang ke masjid-masjid lain di Kota Padang. Semangat itu digambarkan
dalam
sebuah
syair:
Di
Di
Ke
Nurul

Muhammadan
Istiqamah
Sibinuang
Falah

cita
tempat
dan

Jati
tujuan

dipadu
membina
Baru
kita

Didikan Subuh mulai tenar dan berkembang di kota Padang, hal demikian

membangkitkan semangat dan gairah baru. Kemudian terbentuklah Lembaga


Didikan Subuh. Jenjang kepengurusannya adalah tingkat Masjid/Mushalla,
nagari/kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan sampai kepada pengurus pusat yang
hanya baru berkedudukan di tingkat propinsi yang diresmikan di Balai Kota oleh
Wali Kota Padang Zainal Abidin St. Pangeran. Peresmian yang ditetapkan sebagai
hari jadi Didikan Subuh itu digelar pada peringatan Maulid Nabi tanggal 12
Rabiul
Awwal
1385
/
11
Juli
1965.
Melalui mahasiswa dan pedagang yang lalu-lalang singgah di kota Padang, DDS
(Didikan Subuh) berkembang ke seluruh daerah di Sumatera Barat dan menjadi
primadona pendidikan Surau pada masa itu. Tidak hanya disitu, DDS bahkan ada
pula di Riau, Jambi, Bengkulu dan bahkan mungkin juga di daerah lain yang
digerakkan oleh mahasiswa yang belajar di kota Padang dan perantau-perantau
Minang.
Pada awal tahun 1966 idiologi Komunis merasuk sampai kepada anak-anak.
Diceritakan di sebuah Sekolah Dasar di Kota Padang seorang guru menyuruh
muridnya meminta permen kepada Tuhan, kata gurunya Tuhan tidak memberi
apa-apa kepada kamu, itu buktinya bahwa Tuhan itu tidak ada. Keprihatinan itu
menumbuhkan DDS hingga bersemi dihati masyarakat sebagai benteng aqidah
dan
akhlak
anak-anak.
Sebagian besar penggerak Didikan Subuh adalah pelajar dan mahasiswa yang
tergabung dalam Pelajar Islam Indonesia (PII) atau Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). Saat itu kedua organisasi ini merupakan anggota inti Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI) motor penumbangan Orde Lama. Mereka punya pasukan khusus (pasus)
dengan jaket loreng kuning merah hitam dan mendapat latihan dasar kemiliteran.
Anak-anak
didikan
subuh
pun
dilatih
kesamaptaan.
Pada bulan Juni 1966 LDS (Lembaga Didikan Subuh) Sumatera Barat mendidik
pembina-pembina DDS se-Sumatera Barat di Masjid Taqwa Muhammadiyah
Padang dan ditambah dengan latihan baris berbaris dan gerak jalan yang dilatih
oleh HMI. Dilanjutkan dengan apel akbar pada tanggal 8 Agustus 1966
dilapangan Imam Bonjol Padang yang dihadiri oleh LDS (Lembaga Dididikan
Subuh) utusan dari berbagai kabupaten kota seluruh Sumatera Barat yang disulut
bunyi genderang. Pembina-pembina baru DDS itu kembali ke daerah dan
melakukan
pembinaan
pula
di
kabupaten/kota
masing-masing.
DDS tumbuh menjadi organisasi kader militan yang kontra komunis. Pada tahun
1966 itu juga di nagari Canduang Koto Laweh bila hari Jumat, kader-kader DDS
sepulang sekolah bergerombolan berjalan ke pelosok-pelosok kampung menyusuri
sawah-ladang menyerukan shalat Jumat kepada semua laki-laki yang mereka
temui. Sehingga keluar ucapan-ucapan yang menggambarkan militansi seperti
kalualah pak, pai sumbayang! Kalau indak kami ganyang (keluarlah pak, pergi
sembahyang! Kalau tidak kami ganyang). Kata-kata itu di serukan berkali-kali
sehingga orang-orang takut tidak ke Masjid bisa-bisa mereka dianggap pengikut
PKI dan bakal dipencilkan atau diusir dari kampung. Bahkan ada pula yang

bersembunyi dibalik pematang sawah dan didalam ladang bila kader-kader DDS
melewati
mereka.
Dalam perkembangannya, Alim- ulama, niniak-mamak, cadiak-pandai, aparat
pemerintah yang pro Islam banyak memberi dukungan, begitu pula dari pihak
militer yang juga menginginkan Komunis hengkang dari Indonesia ini.
Buya Prof. DR. Hamka yang kala itu jadi ketua/imam Masjid Al-azhar
Kemayoran Jakarta, juga mengembangkan didikan subuh dan kuliah subuh bagi
orang dewasa. Kuliah subuhnya diterbitkan Majalah Panji Masyarakat, majalah
Islam Pimpinan Buya Hamka. Belakangan kuliah subuh itu dibukukan.
Pada masa era 1960-an dan 1970-an DDS mencatat even-even historis yang
monumental, antara lain menerima Proklamator Bung Hatta dalam suatu apel di
gubernuran Padang. Kemudian ditempat yang sama menerima Presiden Soeharto
dalam kunjungan pertamanya ke Sumatera Barat dan Sambutan ketua MPRS, A.H
Nasution dalam Muswil I Lembaga Didikan Subuh Sumatera Barat.
Tahun 1970-an di era Orde Baru, kondisi politik, sosial pembangunan ekonomi
dan budaya sudah bergerak maju. DDS mulai mengalami pasang surut yang
kemudian benar-benar hening, hanya kegiatan muhadarah di satu-dua
Masjid/Mushalla saja yang kedengaran setiap Subuh hari Minggu. Demikian itu
karena kondisi yang melatarbelakangi berdirinya gerakan Didikan Subuh sudah
berubah.
Sejak ditetapkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP
No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi
sebagai daerah otonom, maka dengan semangat otonomi daerah itu Sumatera
Barat kembali mencanangkan gerakan DDS yang dipicu oleh lemahnya semangat
keislaman, hilangnya rasa malu, sopan- santun, masjid dan mushalla jauh dari
jamaah serta generasi muda kurang bergairah belajar agama.
Kabupaten Agam yang memiliki visi Agam mandiri, berprestasi yang madani,
melalui program babaliak banagari dan kembali kesurau, serta untuk mendukung
memasyarakatkan program DDS, pemerintah daerah sudah mengalokasikan dana
APBD tahun 2002 untuk pembinaan dan pengembangan DDS melalui proyek
peningkatan Bimbingan dan Kerukunan hidup beragama dengan kegiatan
pelatihan guru pembina DDS dan pengadaan buku pedoman DDS.
Pada tahun 2002 pemerintah kabupaten Tanah Datar juga menganggarkan
Pendapatan Belanja Daerahnya untuk penerbitan buku-buku panduan DDS,
melatih Pembina-pembina DDS, membiayai acara DDS Gabungan dan
Perkampungan DDS. Bahkan LDS (Lembaga Didikan Subuh) kabupaten Tanah
Datar memiliki konsep DDS sendiri yang terkenal dengan nama Didikan Subuh
Santri Mandiri yang dibiayai sendiri oleh pemerintahnya. Demikian juga dengan
kabupaten/kota
yang
lain.
Pada tahun 2003 pemerintah daerah propinsi Sumatera Barat menganggarkan dana

Pendapatan Belanja Daerah untuk mencetak buku-buku panduan serta mendidik


pembina
Didikan
Subuh
se
Sumatera
Barat.
Sebagai salah satu ikhtiar Walikota Padang Fauzi Bahar untuk memakmurkan
masjid sekaligus membentengi anak-anak dengan akidah, ibadah dan akhlak yang
baik, program DDS dijadikan bagian dari penentuan nilai rapor. Program ini wajib
diikuti oleh 40 ribu murid SD se-kota Padang. Siswa yang tidak mengikuti DDS
sebanyak dua kali akan kena her. ''Nilai ulangan akhir sekolah ditambah nilai
Didikan
Shubuh,
kemudian
dibagi
dua,
itulah
nilai
rapor,''
Pelaksanaan DDS itu didorong oleh keprihatinan Walikota Padang Fauzi Bahar
akan minimnya jumlah jam pendidikan agama yang diterima oleh para siswa.
Dalam setahun jumlah jam pelajaran agama tak lebih dari 30 jam. Namun jikalau
Pemda menyisipkan tambahan jam pelajaran agama tidak mungkin lagi. Sebab
semua jam pelajaran sudah terisi penuh. Langkah yang ditempuh adalah
mengoptimalkan DDS yang lamanya 20 minggu. Jikalau 20 di kali 2,5 jam, maka
jumlahnya mencapai 50 jam. Ini hampir dua kali lipat jumlah jam pelajaran agama
di sekolah. Hal itu juga di dorong oleh dampak positif yang dilihat oleh Walikota
Padang Fauzi Bahar terhadap siswa setelah mengikuti pesantren kilat selama 1
minggu di masjid-masjid di kota Padang pada bulan Ramadhan 2005, kemudian
menindak
lanjutinya
dengan
mengoptimalkan
program
DDS.
Di Kota Padang Panjang Program DDS merupakan kegiatan ekstra kurikuler yang
diprogramkan langsung oleh Pemerintah kota. Kepengurusan LDS mendapat surat
keputusan (SK) dari walikota, dan pembiayaannya masuk dalam anggaran
pemerintah kota. Ketua DPRD Kota Padang Panjang tahun 2005, Drs. H. Hamidi,
mendukung sepenuhnya kegiatan DDS, termasuk memasukkan biayanya kedalam
APBD.
Dukungan pemerintah daerah sangat besar terhadap pengembangan program DDS
sehingga dirasakan sebagai milik semua kalangan. Hal itu mengurangi beban
Lembaga Didikan Subuh yang dibarengi dengan semakin berkurangnya peran
lembaga secara kelembagaan. Terbukti tahun 2006 masa bakti kepengurusan
Lembaga Didikan Subuh pusat sudah berakhir namun kepengurusannya belum
juga diganti, walaupun ketuanya Dr. H. Syahrul Zainudin telah meninggal dunia
pada bulan Oktober 2008. LDS Kabupaten/Kota di Sumatera Barat masih sangat
aktif. Sedangkan yang lain Program DDS setiap hari Minggunya tetap berjalan
walaupun
tidak
ada
LDS
yang
mengurusi.
Dalam rangka memperingati Hari Amal Depag ke-64, HUT Kota Payakumbuh ke38 dan peringatan Tahun Baru Islam 1430 H, pada hari Ahad tanggal 28 Desember
2008 LDS Kota Payakumbuh yang diketuai Drs. Omay Mansur MAg menggelar
acara lomba Paket Didikan Subuh (PDS) tingkat Sumbar, yang bertempat di
halaman Gedung DPRD di Jalan Sukarno-Hatta Payakumbuah. Lebih-kurang
seratus TPA/TPSA se-Sumatera Barat hadir dalam lomba PDS yang baru pertama
kali diadakan itu. Lomba ini menyediakan hadiah berupa tropi dan sejumlah
Tabanas. Pengurus Pusat Lembaga Didikan Subuh yang berkedudukan di Padang
juga diundang yang diwakili oleh Yunizar Paraman. BA yang menjabat sebagai

sekretaris umum. Paket lomba yang digelar, meliputi MC, pembacaan wahyu
Illahi dan saritilawah, adzan subuh dan doanya, Janji Didikan Subuh, Mars
Didikan Subuh, penampilan, nyanyi duet guru dan murid, evaluasi dan tambahan
pelajaran dari guru serta Ikrar Didikan Subuh. Lomba ini berdurasi 30 menit
dengan
jumlah
20
personil
Pada hari Jum'at-Ahad, 10-12 Juli 2009 PKDS V (Perkampungan Didikan Subuh)
ke-5 Kabuaten Tanah Datar di gelar di Kecamatan Salimpaung. Tepatnya di nagari
Sumaniak. PKDS ini adalah kegiatan rutin yang telah di gelar sejak tahun 2005.
Biaya kegiatan diambil di APBD yang sudah dianggarkan oleh Bupati Tanah
Datar serta bantuan Camat dan KUA serta masyarakat Tanah Datar. Kafilah dari
masing-masing kecamatan diinapkan di rumah-rumah penduduk Sumanik. Pada
acara itu hadir Bupati Tanah Datar, Kakemenag Tanah Datar, ketua DPRD Tanah
Datar, Seluruh KUA Tanah Datar yang mendampingi 14 kafilah DDS yang jumlah
keseluruhannya 800 orang. Pada waktu itu, kecamatan Batipuh meraih juara
umum
Hari Sabtu, 19 Desember 2009 puluhan ribu anak-anak DDS padati Lapangan
Cindua Mato Batusangkar dalam acara Apel Besar Lembaga Didikan Subuh
mensyiarkan 1 Muharram 1431 H. Hadir pada acara tersebut Asisten I
Pemerintahan dan Kesra Drs. Hardiman, Staf Ahli Bupati bidang Kesra Irsal
Verry Idrus, SH, PLT Ka. Kakandepag serta Kepala Dinas dilingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. Yang bertindak sebagai Pembina apel
langsung Bupati Tanah Datar M.Shadiq Pasadigoe. Acara itu juga dalam rangka
mewujudkan salah satu visi kabupaten tanah datar yaitu Meningkatkan
pemahaman dan pengamalan agama, adat dan budaya dengan penguatan
kelembagaan sosial budaya sesuai dengan ABS-SBK di Tanah Datar Luhak Nan
Tuo. Apel besar ini juga diikuti oleh BKMT se Kabupaten Tanah Datar.
Pada kesempatan tersebut Bupati M.Shadiq Pasadigoe menghimbau kepada
seluruh peserta apel teruma anak-anak didik agar dapat mengambil hikmat dari
peringatan Hijrahnya Nabi Besar Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah
tersebut untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari dan bagi anak-anak didik
agar tetap mengikuti kegiatan didikan subuh dan meningkatkan kualitas
pelaksanaannya seperti hadir sebelum Shalat Subuh berjamaah di Masjid dan
bersungguh-sungguh dalam mengamalkan arahan-arahan yang diberikan guru,
jadikan Shalah Subuh Berjamaan sebagai kebiasaan. Kepada para guru/ustadz dan
Pembina didikan subuh agar tetap ikhlas dan bersemangat mendidik anak-anak
disamping itu juga tetap menambah ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga
kegiatan LDS ini semakin berkembang diminati oleh anak-anak mengaji.
Pemerintah akan tetap berusaha dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
para ustadz dan guru-guru sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Selain itu
Shadiq juga berjanji akan memberikan Sertifikasi kepada semua guru mengaji
sesuai dengan Perda Nomor 2 Tahun 2007 tentang Baca Tulis Al-Quran di
Kabupaten
Tanah
Datar.
Senin, 18 Januari 2010 Bupati Agam, Aristo Munandar, memberi penghargaan

kepada pengurus Masjid Istiqamah, di Jorong Guguak Randah, Nagari Guguak


Tabek Sarojo, Kecamatan IV Koto, atas keberhasilan meraih peringkat pertama
dalam lomba didikan subuh (DDS) tingkat Sumatera Barat. Penghargaan yang
diterima masjid tersebut, selain berupa piagam, juga sejumlah uang tunai sebesar
Rp15 juta dari kabupaten, ditambah dari pemerintah provinsi sebesar Rp25 juta.
Penghargaan diberikan secara langsung oleh Bupati Agam, Aristo Munandar
kepada Walinagari Guguak Tabek Sarojo, Asrul Dias, Msc, dan selanjutnya
diserahkan
kepada
pengurus
masjid
itu.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. 50 Kota Drs. Gusman Piliang membuka
acara Apel Didikan subuh TPQ/TPSQ se Kecamatan Harau Minggu (14/3/2010)
di Lapangan Bola Kaki Tanjung Pati. Dalam sambutan Kepala Kemenag pada
Kegiatan Apel didikan subuh yang diikuti sekitar 300 orang tersebut menekankan
kiranya para guru jangan hanya menargetkan anak didik sekedar bisa menerima
sertifikat khatam dan mampu membaca ayat-ayat pendek, tapi bagaimana
menanamkan nlai-nilai isi kandungan al-Qur`an tersebut sehingga diharapkan
akan lahir generasi muda yang Qur`ani dan berakhlakul karimah. Kita sangat
prihatin hari ini melihat fenomena generasi muda yang sudah kehilangan budi
pekerti dan etika, kalau kita hanya mengandalkan pendidikan agama yang ada di
sekolah formalyang jam pelajaran relatif singkat, maka akan dikhawatirkan
bangsa ini ke depan akan melahirkan yang punya itelengense Quistient (IQ) yang
tinggi tapi rendah Spritual Quistientnya (SQ). Untuk itu lanjut Gusman, kegiatan
ini tetap kita lanjutkan sebagai wadah pembinaan mental spritual generasi penerus
bangsa. Untuk para Ustad/Ustazah Gusman menghimbau jangan sampai berputus
asa membina anak didik TPQ/TPSQ walaupun hanya 100 Ribu/bulan insentif
yang diberikan Pemda, kita harus bersyukur daerah lain mungkin masih ada yang
belum menerima insentif seperti di daerah kita ini, mudah2an Allah akan lebih
memberikan imbalan di akhirat kelak.Aminnn Pada acara apel tersebut
ditampilkan antara lain ; janji dan ikrar santri didikan sumbuh, hafalan ayat
pendek dan doa-doa, Pildacil serta qasidah rebana. Di akhir kegiatan Kepala
Kemenag juga melantik Badan Kerjasama (BKS) TPQ/TPSQ Nagari se
Kecamatan Harau yang disaksikan juga oleh Camat, Kepala KUA, Muspika, Wali
Nagari,
serta
Tokoh-tokoh
Masyarakat
sekitarnya.
Rabu 4 Agustus 2010, dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1431 H, Kota
Serambi Mekah Padangpanjang dimeriahkan dengan berbagai kegiatan bernuansa
Islami. Di antaranya Didikan Subuh Terpadu yang dibuka oleh Walikota
Padangpanjang, dr. H. Suir Syam, M.Kes, MMR di Lapangan Brigjen Anas Karim
Kantin Padangpanjang. Walikota pada kesempatan tersebut, mengajak semua
pihak agar kegiatan ini jangan dijadikan sebagai kegiatan dan agenda Tahunan
saja.
Pada hari Kamis tanggal 30 Desember 2010 Gubernur Sumatera Barat Irwan
Prayitno memberikan hadiah lomba Didikan Subuh tergiat di Autitorium
Gubernuran Padang kepada Juara I Kabupaten Solok Selatan menerima satu piala
tetap dan dana sebesar Rp. 10 juta, Juara II Kabupaten Pasama menerima satu
piala tetap dan dana sebesar Rp. 6,5 Juta, Juara III Kabupaten Agam menerima
satu piala tetap dan dana sebesar Rp. 5 juta, harapan I Kota Padang Panjang dan

10

harapan II Kabupaten Tanah Datar menerima piala tetap dan dana masing-masing
sebesar Rp. 1 juta. Hadir dalam kesempatan tersebut Kabiro Bina Sosial Abdul
Gafar,SE,MM , Imam Masjid se Sumbar, pemenang LSD dan utusan pegurus
Masjid Kab Pessel. Gubernur menyampaikan bahwa kita juga sedang berusaha
mengalakan kegiatan didikan subuh disetiap kab/ ko se Sumbar, untuk adanya
motivasi dan dorongan yang kuat kita lakukan Lomba Didikan Subuh tergiat yang
dilakukan penilai Tim yang telah ditunjuk. Hasil yang ada saat ini merupakan
penilaian tanpa ada interpensi dari pemerintah, murni hasil tim sesuai kreteria
yang telah ditetapkan dengan kondisi yang terjadi dilapangan
Minggu 20 Februari 2011, ribuan murid MDA/TPA/TPQ dan sekolah dasar
sekecamatan Lubukbasung mengikuti Apel akbar didikan subuh pukul 05.30 Wib
di Gedung Olah Raga (Gelora) Sport Center Bukik Bunian Kecamatan
Lubukbasung. 72 TPA dan 14 SD ikut memeriahkan apel akbar itu. Bupati Agam
melalui Asisten I mengajak kepada seluruh pembina dan pengasuh tidak
menjadikan kegiatan didikan subuh sebagai kegiatan musiman saja, tapi
diprogram secara baik dan perlu dikembangkan lebih jauh. Acara itu disisi dengan
berbagai macam lomba. Para pemenang dan peserta mendapatkan hadiah dan juga
doorprize yang langsung diserahkan Asisten I Syahrul Syaher bersama Camat
Lubukbasung Bambang Warsito, Wali Nagari Lubuk Basung St. Mantari dan
Kementrian
Agama.
Seiring dengan perkembangan zaman dengan pasang-surut dan segala situasi yang
mempengaruhinya sampai sekarang DDS masih eksis.

Anda mungkin juga menyukai