Anda di halaman 1dari 27

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

PROFIL
PONDOK PESANTREN NURUL FALAH AS SALAFY
KECAMATAN MALANGBONG KABUPATEN GARUT

Penulis: Aas Ahmad Hulasoh


NO JUDUL HAL.
1. Letak Geografis 2
2. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Falah 4
Struktur Organisasi dan sarana dan Prasarana Pondok
3. 14
Pesantren Nurul Falah
Keadaan Santri dan Aktivitasnya di pesantren Nurul
4. 17
Falah
5. Visi, Misi, Tujuan Pesantren Nurul Falah 21
6. Lambang Pesantren 24

PONDOK PESANTREN NURUL FALAH AS SALAFY


MALANGBONG

GARUT
2016

1
PROFIL PONDOK PESANTREN NURUL FALAH AS SALAFY
KECAMATAN MALANGBONG KABUPATEN GARUT
(GAMBARAN UMUM)
Oleh: Aas Ahmad Hulasoh, S.Pd.I.
1. Letak Geografis
Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Falah
Malangbong Garut merupakan salah satu dari sekian banyak
pondok pesantren yang tersebar di segenap penjuru nusantara
khususnya pulau jawa. Sebagai lembaga pendidikan Islam, maka
tentunya pondok pesantren ini memiliki suatu orientasi untuk
membentuk kader-kader muslim yang berkompeten dalam bidang
keagamaan, sehingga nantinya diharapkan akan memberikan warna
yang positif sekaligus motivator, penggerak
(mobilisator/dinamisator), dan penentu dalam realitas sosial yang
didasarkan atas nilai-nilai Islam.

Berdasarkan letak geografis, Pondok Pesantren Nurul Falah


terletak di Kampung Cirangkong RT.03 RW 04 Desa Bunisari
Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut. Pondok Pesantren ini
terletak kurang lebih 3 km dari pusat Kecamatan Malangbong yang
merupakan batas Kabupaten Garut sebelah timur yang berbatasan
dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang.
Pondok Pesantren Nurul Falah memiliki posisi yang strategis
karena mudah dijangkau oleh masyarakat luar, letaknya tidak jauh
dari jalan provinsi yang menghubungkan antara Bandung,
Tasikmalaya, dan Sumedang (melalui jalur Wado), bagi mereka
yang hendak berkunjung tinggal turun di Kp. Saar (kurang lebih
2 km sebelum pusat kecamatan Malangbong dari arah Bandung) di
Jalan Stasiun Bumiwaluya Malangbong, lalu bisa berjalan kaki

2
atau naik ojeg, bahkan bisa menggunakan kendaraan pribadi baik
roda dua maupun roda empat menuju lokasi pesantren yang
berjarak kurang lebih 500 m dari jalan raya. Dengan demikian
lokasinya memudahkan bagi para pendatang yang hendak
berkunjung dan bershilaturahmi. Berada di daerah yang cukup
kondusif untuk dilakukannya Proses Pendidikan Pesantren dan
sangat cocok untuk Proses Belajar dan Mengajar (PBM) dengan
lingkungan yang cukup sejuk dan tenang.
Komplek Pondok Pesantren Nurul Falah berdiri di atas tanah
yang keseluruhannya merupakan tanah milik sesepuh dan pimpinan
umum pondok pesantren. Di atas tanah inilah berdiri bangunan
yang merupakan komponen dari sebuah pondok pesantren, yaitu
diantaranya: rumah sesepuh dan pimpinan umum pondok
pesantren, Bapak KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I., asrama santri
(kobong putra dan putri), Mesjid Nurul Falah sebagai tempat
ibadah dan aktivitas santri, ruang belajar santri, serta bangunan
MTs. Ma’arif II Malangbong yang di hak guna-pakaikan oleh
sesepuh untuk kegiatan pendidikan. Keseluruhannya berdiri di atas
tanah kurang lebih 220 tumbak (sama dengan 3080 m2) yang
digunakan untuk rumah sesepuh, dewan mu’allimiin, asrama santri
putra dan putri, termasuk tanah yang dihak-gunapakaikan untuk
MTs. Ma’arif II Malangbong dan MA Ma’arif II Malangbong
sekitar 714 m2.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berdiri ditengah-
tengah kehidupan masyarakat luas maka tentunya apabila
dipandang secara geografis berbatasan dengan lingkungan yang
ada di sekitarnya, yaitu:
a. Sebelah barat : berbatasan dengan tanah Bapak Jaka dan
Bapak Otoh Suhara.

3
b. Sebelah timur berbatasan dengan tanah Bapak H. Rd. Saepul
Hayat.
c. Sebelah utara berbatasan dengan tanah Bapak Haji Syukur
dan Ustadz Aceng Dahlan.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah Bapak Mar’an
Dan terdapat juga tanah-tanah (lahan-lahan) yang
diperuntukkan bagi kemajuan pondok pesantren dan madrasah,
akan tetapi tidak menyatu dengan komplek Pondok Pesantren
Nurul Falah.
2. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Falah
Latar belakang pendirian dan perkembangan Pondok
Pesantren Nurul Falah melalui proses sejarah yang tidak sebentar,
akan tetapi merupakan proses sejarah yang cukup panjang sesuai
sejarah di negeri kita tercinta, Indonesia.
Yang menjadi pelopor dan perintis berdirinya pesantren ini
adalah seorang ‘Ulama yang sangat ‘aliim dan seorang pejuang
yang sangat representatif dalam keilmuannya, yaitu Mama Sepuh,
Syaikhuna KH. Rd. Moch. Ruba’i bin KH. Rd. Moch. Syafi’i, yang
lebih dikenal sebutannya dengan “Mama Ciangsana”, yang
merupakan kakek tercinta dari KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I.
sesepuh dan Pimpinan Umum Pondok Pesantren Nurul Falah saat
ini.
Beliau lahir sekitar tahun 1884 M di Kp. Ciangsana Ds.
Kutanagara Kec. Malangbong Garut dari orang tua beliau, ayahnya
bernama KH. Rd. Moch Syafi’i bin KH. Rd. Moch. Syarif dan
Ibunya bernama Rd. Siti Muqoronah cucu Rd. Surayuda wadana
Malangbong Kabupaten Sumedang sebelum disatukan ke
Kabupaten Garut pada masa kemerdekaan. Beliau memperistri dua
perempuan, yang pertama Hj. Rd. Siti Khodijah binti KH. Rd.

4
Abdul Hamid, dan Hj. Rd. Siti Halimah. Dari istri pertama
dikaruniai empat orang anak laki-laki, dua orang meninggal waktu
masih kecil, dan dua orang lagi bernama KH. Rd. Moch. Syuja’i
dan K. Rd. Moch. Fadlol. Sedangkan dari istri ke dua dikaruniai
satu orang anak laki-laki, yang bernama H. Rd. Saepul Hayat.
Mama Sepuh wafat pada Rabu Malam tahun 1970, bertepatan
dengan tanggal 3 Jumadil Akhir 1391 H.
Pada mulanya beliau berdakwah dan berjuang di kampung
halamannya, sekitar tahun 1952 situasi politik di Indonesia,
khususnya di Malangbong memanas dan mengharuskan evakuasi
(ngungsi) dan beliau pun mengikuti evakuasi. Pada tahun tersebut
beliau tinggal di Kp. Ciloa Malangbong, kemudian pada tahun
1953 beliau pindah ke Kp. Bojong Ds. Citeras Malangbong,
kemudian pada tahun 1963 beliau pindah ke Kp. Cirangkong yang
merupakan tempat dirintisnya pondok pesantren, lalu beliau
melakukan dakwah serta mengkaderisasi beberapa muridnya
termasuk sesepuh pondok pesantren saat ini, maka dibangunlah
Mesjid Nurul Falah yang sekaligus tempat pengajian masyarakat.
Adapun di Kp. Ciangsana Ds. Kutanagara Kec. Malangbong
kepemimpinan keagamaan diserahkan kepada putra sulungnya KH.
Rd. Moch. Syuja’i yang merupakan ayahanda dari KH. Rd. Moch.
Muchlas, S.Pd.I. Di dalam hidupnya Mama Ciangsana adalah
pendakwah dan pejuang, dan sempat menjadi komandan batalion
hizbulloh dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dan berjihad
melawan kafir pada peristiwa “Banjaran” dan “Bandung Lautan
Api” bersama para tokoh lainnya, seperti almarhum KH. Mushtofa
Kamil, Mama Cantayan Sukabumi, dan Mama KH. Yusuf Tojiri.
Setelah beliau wafat, kepemimpinan beliau dilanjutkan oleh
salah seorang putra beliau, K. Rd. Moch. Fadlol yang dikenal

5
dengan sebutan “Ajengan Afadl”. Kepemimpinan beliau berjalan
sampai tahun 1974 dikarenakan wafat pada tanggal 3 Rabi’ul akhir
1395 H, beliau pun termasuk seorang ‘ulama yang ulet dalam
berdakwah meskipun begitu banyak rintangan dan hambatan sesuai
dengan situasi politik yang instabilitas, keadaan ekonomi yang
lemah, dan keadaan sebagian besar masyarakat yang taraf
pendidikan dan pemikirannya yang masih terbelakang.
Barulah setelah beliau wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh
KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. yang atas permintaan masyarakat
untuk melanjutkan kepemimpinan keagamaan khususnya di Desa
Citeras. Padahal pada saat itu beliau sedang begitu aktif membina
keagamaan di Ds. Kutanagara Kec. Malangbong. Akan tetapi,
dengan semangat dakwah yang tinggi akhirnya beliau
menyanggupi permohonan masyarakat Ds. Citeras untuk
melanjutkan kepemimpinan yang telah dirintis oleh al-marhum
kakeknya, dengan demikian sejak tahun 1974 sampai dengan
sekarang beliau menjadi sesepuh di lingkungan tersebut dalam
wilayah Pondok Pesantren Nurul Falah.
Adapun biografi KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. yang
dikenal oleh sebagian masyarakat dengan sebutan “Mama
Cirangkong atau Mama Atat” secara garis besar adalah sebagai
berikut:
 KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. lahir pada tanggal 4 Januari
1947 bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1356 H, dari seorang
ayah yang sangat dicintainya yaitu KH. Rd. Moch. Syuja’i bin
KH. Rd. Moch. Ruba’i dan dari seorang ibu yang masih ada
hubungan nasab kefamilian yang bernama Hj. Rd. Dewi Sarah
binti H. Rd. Syuhrowardi. Ayah beliau, KH. Rd. Moch. Syuja’i
selain sebagai guru pengajian di Kp. Ciangsana dan sekitarnya,

6
juga mengemban tugas PNS sebagai guru agama di Sekolah
Rakyat Negeri (SRN) di Lewo yaitu pada masa evakuasi sekitar
tahun 1953 sampai dengan tahun 1963, dan selanjutnya sebagai
Kepala MI. Tjimuntjang Ds. Kutanagara Kec. Malangbong Kab.
Garut hingga masa pensiunnya. Setelah pensiun dengan usianya
yang sudah tua dan kondisi kesehatan yang tidak
memungkinkan untuk melakukan tugas-tugas kemasyarakatan
serta mengurus diri sendiri beliau dan keluarga, akhirnya beliau
diundang ke Pondok Pesantren Nurul Falah oleh putranya, dan
kemudian wafat pada tahun 1995. Selain KH. Rd. Moch.
Muchlas, S.Pd.I., putra beliau yang masih ada adalah H. Rd.
Yuyub Hasan Basari sebagai Penulis penelitian ini.
 KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I., pada masa kecilnya belajar
agama dari ayahandanya sendiri KH. Rd. Moch. Syuja’i
Ciangsana dan K. Rd. Moch. Abdul Mu’thi Buniasih
Cimuncang, yakni paman sepupu ayahnya yang juga rekan
kerja ayahnya dalam mengemban tugas PNS sebagai guru
agama. Dan juga beliau belajar dan mengaji dari kakek tercinta
sekaligus gurunya, Mama Sepuh KH. Rd. Moch. Ruba’i. Selain
belajar agama, KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I., dalam
perjalanan hidupnya didampingi dengan pendidikan formal
sebagai usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) beliau dengan uraian riwayat pendidikan sebagai
berikut: (1) SRN 6 Tahun Lewo 2 lulusan tahun 1960, (2)
SMPN I Garut lulusan 1963, (3) SMAN I Garut lulusan tahun
1966, (4) Ekstraney PGA 4 Tahun Cililin lulusan tahun 1967,
(5) KLP (Kursus Latihan Persamaan) PGAN 6 Tahun Garut
lulusan tahun 1974, dan (6) STAI Siliwangi Leles Garut
Program S1 Jurusan PAI lulusan tahun 2002.

7
 Pada saat beliau melakukan pendidikan di SMAN I Garut, di
sela-sela kegiatan belajarnya, beliau melanjutkan belajar agama
di Kyai Khudzri, adik sepupu ayahnya, yang merupakan alumni
Pesantren Keresek Cibatu Kabupaten Garut di Jalan Guntur Kp.
Sindangheula Kab. Garut. Beliau juga aktif pada organisasi-
organisasi pelajar, seperti PII, dengan wawasan untuk bisa
memiliki kecakapan atau skill berorganisasi dan bermasyarakat,
dan pada tahun 1966 beliau termasuk aktivis ’66 yang ikut andil
dalam peralihan dari orde lama ke orde baru, dan ikut andil
dalam menumpas G 30 S/PKI 1965. Dan dengan situasi politik
dalam negeri saat itu, terjadi perpanjangan tahun pelajaran, yang
akhirnya kelulusan di SMAN I Garut menjadi Bulan Desember
1966.
 Setelah lulus SMA, KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I.
melanjutkan belajar di Pondok Pesantren Riyadlul
Muta’allimiin asuhan KH. Rd. Ahmad Syatibi bin KH. Moch.
Khudlori Cibuyut di Lewo yang masih merupakan kakek beliau
dalam hubungan nasab kekerabatan dan merupakan salah satu
alumni terbaik dari Pesantren Keresek Cibatu Garut.
 Pada tahun 1967 beliau menikah dengan Hj. Rd. Enih Siti
Majidah, putri dari KH. Rd. Abdul Muththolib bin KH. Rd.
Abdul Hamid dan Hj. Rd. Lesmanah bin KH. Rd. Sobandi
(Mama Babakan Cimuncang Kutanagara), adik sepupu
sekaligus adik ipar dari “Mama Sepuh Ciangsana” dari hasil
pernikahan ini dikaruniai 8 anak, 5 laki-laki dan 3 perempuan.
 Dan pada tahun 1967 juga, setelah beliau mengikuti
ekstraney PGA 4 Tahun Cililin ada pendaftaran calon PNS. Dan
setelah mengikuti proses pendaftaran beliau diangkat PNS di
Departemen Agama dengan SK tertanggal 12 Desember 1967.

8
 Dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1974 bertugas sebagai
guru di MI. Cimuncang Ds. Kutanagara kec. Malangbong Kab.
Garut.
 Pada tahun 1974, sebagaimana telah dikemukakan di atas
beliau menjadi sesepuh di Nurul Falah. Selain itu, dari tahun
1974 sampai dengan tahun 1975 beliau bertugas di SDN Citeras
I sebagai guru agama.
 Dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1977, beliau mengajar
di SDN Center I Malangbong.
 Dari tahun 1977 sampai dengan tahun 1984, beliau mengajar
di PGA Ma’arif Malangbong dan merangkap sebagai
bendaharawan di kantor Pendais Depag Kec. Malangbong.
 Pada tahun 1984 yang bertepatan dengan tanggal 8 Syawwal
1404 H secara resmi berdiri Pondok Pesantren Nurul Falah
dengan asrama santri yang masih sederhana dan masih
bangunan tidak permanen. Selain itu dari tahun 1984 sampai
dengan tahun 1988 menjadi penilik pendidikan agama di Kec.
Malangbong.
 Dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 menjadi penilik
pendais di Kec. Cibatu Kab. Garut.
 Dari tahun 1992 sampai dengan 1993 membuat Yayasan
Pendidikan Islam Nurul Falah. Beliau semakin memantapkan
eksistensi dan strategi Pondok Pesantren Nurul Falah sebagai
lembaga pendidikan bagi santri, umat, dan masyarakat, dengan
upaya membuat lembaga pendidikan formal setingkat
Tsanawiyah (SMP). Dan untuk pendidikan formal, yayasan ini
bergabung dengan LP. Ma’arif Nahdhatul Ulama dengan alasan
lembaga ini bertaraf nasional dan memiliki strategi yang luas
dan kuat yang akhirnya berdasarkan SK dari negara, beliau

9
diangkat menjadi kepala madrasah atas penunjukkan pihak
yayasan. Kehendak beliau didasarkan pada kenyataan perlunya
mendirikan lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah untuk
memberikan sumbangsih kepada masyarakat di dalam
pencapaian taraf pendidikan yang memadai guna terciptanya
sumber daya manusia dan masyarakat yang berkualitas, baik
dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) dan dari
segi keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ). Disisi lain didasarkan
pada perlunya untuk mendukung program pemerintah di dalam
menggalakan wajib belajar sembilan tahun. Didasarkan pada
kehendak ini, maka tanpa ragu-ragu beliau membentuk yayasan
dan bersama pengurus yayasan memusyawarahkan teknis
pendirian. Dan akhirnya disepakati untuk didirikannya suatu
Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah yang bernaung dan
berafiliasi dengan LP. Ma’arif NU. Maka pada tahun 1993
berdirilah suatu sekolah yang kini kita kenal dengan nama MTs.
Ma’arif II Malangbong. MTs. ini adalah Lembaga Pendidikan
setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang berciri khas
ajaran Islam dan berhaluan faham Aqidah Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
 Dan sejak tahun 1993 hingga tahun 2015, KH. Rd. Moch.
Muchlas, S.Pd.I. menjabat sebagai Kepala MTs. Ma’arif II
Malangbong Garut dengan tidak mengabaikan tugas beliau
sebagai sesepuh dan pimpinan umum pondok pesantren dalam
mengayomi keluarga, santri, umat, dan masyarakat. Tetapi dari
sekitar tahun 2016 berdasarkan usia yang sudah memasuki masa
pensiun maka Jabatan Kepala MTs. Ma’arif II Malangbong
dijabat oleh salah satu menantunya, yaitu Bapak Drs. Engkus
Kusnadi.

10
 Pada tahun 2011, KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I menjadi
pelopor pula dalam pendirian Madrasah Aliyah Ma’arif 2
Malangbong untuk menyikapi tuntutan zaman dan tuntutan
masyarakat. Dan berdasarkan keputusan para pendiri yang
menjadi kepala madrasahnya adalah Bapak Rd. H. Yuyub
Hasan Basari, S.Pd.I. yang juga merupakan adik kandung beliau

 Di tengah-tengah kesibukannya sebagai Kepala Madrasah,


KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I ditunjuk pula sebagai Ketua
Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Malangbong hingga saat
ini, dan untuk lebih mengikuti perjalanan zaman yang semakin
pesat dalam menjelang era globalisasi saat itu dan untuk
mengikuti tuntutan dinas, sekitar tahun 1997 beliau mengikuti
pendidikan di STAI Siliwangi Leles Garut Program S1 Jurusan
PAI lulusan tahun 2002. Sedemikian semangatnya dalam
memfungsikan keulamaannya, peran beliau di MUI Kab. Garut
pun sangat besar, pada kepengurusan MUI Masa Khidmah
2002-2004 beliau termasuk sebagai anggota komisi fatwa MUI
Kabupaten Garut, dan pada Masa Khidmah 2004-2009 beliau
terpilih menjadi Ketua MUI Kabupaten Garut Bidang Dakwah.
Dan hingga sekarang masih termasuk jajaran pengurus MUI
Kab. Garut menjadi Dewan Pertimbangan di MUI Kab. Garut.
Peran beliau dalam ormas pun tidak kalah pentingnya, saat ini
beliau adalah Rois Syuriyah Nahdlatul ‘Ulama MWC
Malangbong, dan a’wan syuriyah PCNU Garut.

Dari biografi sesepuh, bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa


berdirinya Pondok Pesantren Nurul Falah telah dirintis oleh Mama
Ciangsana dan Ajengan Afadl hanya saat itu belum terdapat santri
yang menetap atau muqim tapi masih kategori “santri kalong” dan

11
masih berupa pengajian masyarakat walaupun jama’ahnya cukup
lumayan, dari luar Ds. Citeras pun banyak yang mendatangi,
terutama bagi mereka yang hendak berobat, karena Mama
Ciangsana memiliki kemampuan ilmu pengobatan dan hikmah
yang selanjutnya diwariskan kepada KH. Rd. Moch. Muchlas,
S.Pd.I.

Dan sejak dipimpin KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. pada


tahun 1974 para santri dan jumlah masyarakat yang berdatangan
untuk berkunjung, bershilaturrahmi, atau konsultasi dan
pengobatan semakin bertambah, akan tetapi infrastruktur dan
suprastruktur masih belum memungkinkan untuk dibangun asrama
santri, hanya “santri kalong” yang ikut menginap di Mesjid Nurul
Falah dan di rumah beliau agak ramai juga sampai kurang lebih 50
orang, meskipun saat itu rumah masih sempit. Baru pada tahun
1984 yang bertepatan dengan tanggal 8 Syawwal 1404 H secara
resmi berdiri Pondok Pesantren Nurul Falah dengan asrama santri
yang masih sederhana dan masih bangunan tidak permanen.
Seiring perjalanan waktu dan atas karunia Allah SWT, keadaan
pesantren semakin memadai sehingga memiliki asrama dan ruang
belajar yang gambarannya telah penulis uraikan di atas. Dan pada
saat ini, ada lebih dari 80 orang santri yang muqim di pesantren,
ditambah santri kalong yang semakin berminat untuk mengkaji
ajaran Islam.

Didirikannya pesantren sebagai wadah lembaga pendidikan


dan lembaga dakwah, tiada lain merupakan suatu momentum
dalam menyampaikan amar ma’ruf dan nahyi munkar kepada
keluarga, santri, umat, dan masyarakat, khususnya yang berada
dalam lingkungan wilayah Pondok Pesantren Nurul Falah

12
umumnya segenap umat Islam dan masyarakat luas. Selain itu,
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan efektifitas kegiatan
dakwah Islam seiring dengan perkembangan zaman. Dan sebagai
motor penggerak pesantren sampai detik hari ini adalah KH. Rd.
Moch. Muchlas, S.Pd.I.

Selain latar belakang sejarah di atas, berdirinya pondok


pesantren tersebut memiliki latar belakang yang lainnya.
Diantaranya sebagai berikut:

 Daerah pesantren cukup layak dan aman untuk didirikan


pesantren berdasar letak geografis, air yang subur dari
berbagai mata air yang ada di sekitar lokasi.

 Lokasinya cukup subur, meskipun posisi tanah bertangga-


tangga karena letaknya di perbukitan, dan masyarakat masih
belum mampu memanfaatkan potensi sumber daya alamnya.

 Pemahaman terhadap ajaran keagamaan masih lemah karena


pemikiran masyarakat pedesaan yang masih sederhana dan
alami, serta pada saat itu masih banyak yang percaya kepada
kemampuan dukun serta kepercayaan yang tidak selaras
dengan ajaran Islam.

Adapun materi yang diajarkan kepada para santri berupa


kitab-kitab kuning dalam berbagai cabang ilmu, khususnya Tauhid,
Fiqih, dan Akhlak, serta Ilmu Gramatika Bahasa Arab (Alat).
Selain mengaji dengan metode salafiyyah, juga dikembangkan
kemampuan bermasyarakat, kemampuan kepemimpinan, dan
keorganisasian. Dan pengajaran kepada masyarakat dilakukan
dengan pengajian rutin setiap Hari Senin sore untuk ibu-ibu,
pengajian rutin Rabu Malam untuk para pemuda dan masyarakat

13
umum, pengajian menjelang sholat Jum’at untuk ahli jum’ah, serta
memberi waktu kepada masyarakat untuk bertanya atau
berkonsultasi.

3. Struktur Organisasi dan sarana dan Prasarana Pondok


Pesantren Nurul Falah
a. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Nurul Falah
Sebagai upaya merealisasikan berbagai program yang ada
serta lebih mengembangkan kinerja pondok pesantren, maka
tentunya perlu dibentuk sebuah kepengurusan yang
menggambarkan suatu hierarkis kepemimpinan. Dengan adanya
kepengurusan ini, maka intruksi, koordinasi, dan konsolidasi pada
setiap komponen kepengurusan dapat terjalin dengan baik.
Meskipun tidak melalui jalur formal, jalinan komunikasi antar
komunitas yang ada di dalamnya sudah terjalin dengan baik
yang didasarkan atas ukhuwah dan kekeluargaan. Tetapi tentunya
dengan terbentuk sebuah kepengurusan secara formal,
maka akan menumbuhkan beberapa hal yang positif bagi
keberadaan pondok pesantren, termasuk santri sebagai peserta
didik yang ada di dalamnya.
Adapun hal - hal positif yang dapat tumbuh itu diantaranya sebagai
berikut:
a. Lebih menciptakan pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam yang terorganisir.
b. Lebih menekankan sikap kedisiplinan terhadap segenap
santri, terutama bagi orang - orang yang terlibat dalam struktur
kepengurusan
c. Lebih memudahkan dalam pembagian kerja

14
d. Akan melatih para santri untuk mengenal sebuah
organisasi, yang pasti ditemukan ketika sudah terjun
bermasyarakat.
Susunan kepengurusan di pondok Pesantren Nurul Falah
merupakan gabungan dari sesepuh sebagai pimpinan umum
sekaligus pengasuh, Dewan Mu’allimin serta beberapa santri yang
dianggap berkompeten dalam hal ini. Adapun susunan
kepengurusan di Pondok Pesantren Nurul Falah adalah sebagai
berikut:
a. Sesepuh dan Pimpinan Umum Pondok Pesantren Nurul Falah
b. Dewan Pimpinan
c. Dewan Mu’allimin
d. Dewan Alumni
e. Rois ‘aam (Lurah Santri Keseluruhan). Staff Rois ‘Aam:
1. Wakil Rois ‘Aam
2. Sekretaris dan Wakil
3. Bendahara dan Wakil
f. Rois Khos (Lurah Santri Putra). Staf Rois Khos :
1. Wakil
2. Sekertaris
3. Bendahara
4. Seksi Kebersihan
5. Seksi Keamanan
6. Seksi Humas
g. Roisah Khoshshoh (Lurah Santri Wanita). Staf Roisah Khossoh :
1.Wakil
2. Sekertaris
3. Bendahara
4. Seksi Kebersihan

15
5. Seksi Keamanan
6. Seksi Humas
b. Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Nurul Falah
Sejak tahun 1984 sampai sekarang ini telah mengalami
banyak kemajuan. Ketika pertama kali berdiri, sarana yang ada di
pondok pesantren sangat terbatas. Mulai dari bangunan asrama
santri maupun peralatan penunjang lainnya. Tetapi tentunya
sekalipun kondisi pada saat itu masih sangat sederhana dengan
sarana dan prasarana yang terbatas, bukanlah suatu hambatan untuk
bergerak maju dalam mendidik dan membina para santri yang
datang dari berbagai daerah sekitarnya, juga dari luar kota.
Sehingga nuansa kehidupan sebuah pondok pesantren sudah dapat
terwujud dengan baik, termasuk jalinan komunikasi antara pondok
pesantren yang baru didirikan itu dengan lembaga pendidikan atau
pondok pesantren lainya. Pada bagian terdahulu Penulis telah
menyebutkan bahwa pada tahun 1984 ini asrama santri masih
sederhana dan masih bangunan tidak permanen. Seiring perjalanan
waktu dan atas karunia Allah SWT, keadaan pesantren semakin
memadai sehingga memiliki asrama dan ruang belajar.
Dengan berbekal keyakinan bahwa niat baik untuk
menegakkan syi’ar Islam pasti mendapatkan pertolongan dari Allah
SWT. baik secara langsung maupun melalui tangan-tangan hamba-
Nya yang lain KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. sebagai sesepuh
pondok Pesantren Nurul Falah terus berjuang untuk
mempertahankan dan mengembangkan pondok pesantren, baik dari
segi fisik maupun kapasitas pendidikan yang diberikan. Hal ini
terbukti dengan makin bertambahnya sarana atau bangunan yang
ada di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Falah. Adapun
mengenai berbagai sarana di pondok pesantren saat ini adalah

16
asrama santri (kobong putra dan putri), Mesjid Nurul Falah sebagai
tempat ibadah dan aktivitas santri, ruang belajar santri, serta
bangunan MTs. Ma’arif II Malangbong yang di hak guna-pakaikan
oleh sesepuh untuk kegiatan pendidikan. Keseluruhannya berdiri di
atas tanah kurang lebih 220 tumbak (sama dengan 3080 m 2) yang
digunakan untuk rumah sesepuh, dewan mu’allimiin, asrama santri
putra dan putri, termasuk tanah yang dihak-gunapakaikan untuk
MTs. Ma’arif II Malangbong sekitar 714 m2.
4. Keadaan Santri dan Aktivitasnya di pesantren Nurul falah
Jumlah santri yang ada di Pesantren Nurul Falah pada saat
ini 150 orang yang terdiri dari 100 orang santri putra dan 50 orang
santri putri. Mereka merupakan para pendatang dari berbagai
daerah yang bermaksud menetap atau mondok di pesantren
termasuk yang berasal dari sekitar wilayah pesantren sendiri yang
berstatus sebagai santri kalong.
Untuk mengajar keseluruhan santri yang ada, maka yang
bertindak sebagai pengajar dan pendidik selain sesepuh pondok
pesantren, juga melibatkan Dewan Mu’allimin. Adapun para
pengajar dan pendidik (Dewan Mu’allimin) yang dimaksud yaitu:

a. KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. (Sesepuh)

b. KH. Rd. Asep Jamaludin, S.Pd., M.M.Pd.

c. K. R. Aas Ahmad Hulasoh, S.Pd.I.

d. K. R. Drs. Engkus Kusnadi

e. K. Aceng Dahlan, S.Pd.I.

f. K. Musta’in Zachruddin, M.Pd.I.

Mereka semua tersebut latar belakang pendidikannya


semuanya dari pondok pesantren. Sehingga sedikit banyaknya

17
tergambar bahwa materi dari pengetahuan yang diberikan pada
santri tentunya terspesifikasi pada hal-hal yang terdapat pada dunia
pesantren.
Adapun pembahasan tentang aktivitas santri di Pesantren
Nurul Falah merupakan gambaran secara kumulatif dari berbagai
kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh segenap santri yang ada
disana, baik yang mengarah pada upaya terwujudnya kebutuhan
rohani ataupun kebutuhan jasmani.
Sebagai yang sering dijumpai di berbagai lembaga
pendidikan pondok pesantren, maka efisiensi waktu dalam berbagai
aktivitas senantiasa diperhatikan. Begitupun halnya dalam
pengaluran waktu untuk segenap kegiatan yang ada di lingkungan
pondok Pesantren Nurul Falah senantiasa berupaya untuk
memanfaatkan waktu seoptimal mungkin.

Aktivitas santri diatur dengan tata tertib pesantren, yang


susunannya adalah sebagai berikut:

TATA TERTIB UMUM SANTRI:

1. Selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan


kepada Allah SWT
2. Akan lebih mengutamakan keilmuan, keteladanan, sikap dan
tutur kata yang berakhlak baik
3. Mengadakan hubungan dengan kalangan internal santri dan
eksternal
4. Akan mematuhi seluruh peraturan dan tata tertib yang
tercantum maupun yang tidak tercantum
TATA TERTIB KHUSUS SANTRI:
1. Ta'at, hormat, sopan dan menghargai pimpinan pondok
pesantren dan dewan mu'allimin ( guru )

18
2. Menjaga nama baik pimpinan pondok pesantren, dewan
mu'allimin ( guru ), pesantren dan diri sendiri
3. Menghargai dan menyayangi sesama santri
4. Mengikuti setiap kegiatan kepesantrenan dengan sungguh -
sungguh dan disiplin
5. Mengikuti kegiatan dan program kepengurusan santri
6. Sadar dan bertanggung jawab terhadap kegiatan dan terhadap
lingkungan tanpa sikap saling menuduh
7. Selalu berusaha meningkatkan keilmuan baik secara pribadi
maupun kelompok
8. Menepati waktu dalam setiap kegiatan pesantren maupun
kegiatan keagamaan pada umumnya
9. Wajib mengikuti shalat Jum'at di Mesjid Nurul Falah
10.Berusaha untuk melakukan sholat berjama'ah di mesjid dalam
setiap sholat, khususnya shalat maghrib dan memperbanyak
dzikrulloh serta tilawah Al-Qur'an
11.Melaksanakan ketertiban, kebersihan, keindahan dan keamanan
di lingkungan pondok pesantren
12.Meminta izin pimpinan pondok pesantren apabila akan keluar
dari lingkungan pondok pesantren selain kegiatan rutin atau
wajib atau ketika akan pulang kampung
13.Menghadap pimpinan pondok pesantren atau keluarga
pimpinan jika sudah datang dari rumah
14.Melakukan hubungan baik dengan aparat pemerintahan, tokoh
masyarakat, pemuda dan masyarakat secara keseluruhan
15.Menghormati tamu yang datang dan memperingatkannya jika
melanggar tata tertib pesantren

19
16.Mengikuti tata tertib yang tidak tercantum berupa adat yang
berlaku di kalangan santri dan masyarakat kampung
Cirangkong pada khususnya
17.Bagi yang melanggar tata tertib di atas akan dikenakan sangsi
sesuai pelanggarannya secara bertahap dari peringatan,
pemanggilan orang tua sampai dikeluarkan dengan hormat atau
tidak terhormat
18.Tata tertib ini berlaku selama menjadi santri pondok pesantren
Nurul Falah
Dalam segala bentuk aktivitasnya para santri wajib
mengikuti tata tertib di atas. Aktivitas santri dimulai sejak pukul
04.00 subuh sampai dengan pukul 21.30 WIB.
Kegiatan dibagi menjadi dua kelompok santri, yang pertama
kelompok santri yang muqim dan tidak mengikuti pendidikan
formal, dan kelompok santri muqim yang mengikuti pendidikan
formal. Proporsi yang diberikan pada kegiatan sore hari dan malam
hari disesuaikan dengan kelompok usia dan kompetensi santri, baik
dalam materi maupun aktifitas. Akan tetapi, pada waktu shubuh
dilaksanakan secara bersama dipimpin langsung oleh Sesepuh,
dengan metoda salaf yang khas ala kepesantrenan, dengan tidak
melupakan berjama’ah dan dzikir berjama’ah.
Dalam rangka menuntut ilmu di Pondok Pesantren, menurut
KH. Rd. Moch. Muchlas, S.Pd.I. nilai-nilai tertentu yang harus
dipegang teguh para santri santri diantaranya sebagai berikut:
a. Menghormati Guru
Menghormati guru termasuk dalam kategori menghormati
dan mengangungkan ilmu.Sikap seperti ini merupakan suatu hal
yang senantiasa dikembangkan di Pondok Pesantren Nurul Falah.
Harus sudah tertanam dalam keyakinan setiap santri, bahwa ketika

20
sikap hormat kepada guru sudah tiada, maka tidak akan mendapat
berkah dari ilmu yang didapatkannya.
b. Menghormati Ilmu
Ilmu adalah sesuatu yang paling tinggi derajatnya, sehingga
ilmu bagi para santri di atas segala-galanya. Para santri
senantiasa diperingatkan untuk menghormati ilmu, karena
dengan hal itu mereka akan termotivasi untuk dapat
memanfaatkan ilmu tersebut bagi dirinya sendiri maupun bagi
kepentingan umum.
c. Tabah, Sabar dan Disiplin dalam Belajar
Tabah, sabar dan disiplin dalam menekuni ilmu merupakan
pangkal keutamaan dan keberhasilan dalam upaya mewujudkan
kader -kader muslim yang betul - betul mampu meraih sebuah cita-
cita ideal, dan menjadi penerus bagi para pendahulunya. Karena
tanpa adanya sifat kesabaran dan ketabahan, serta disiplin yang
baik, hanya akan menimbulkan suatu hal yang sia-sia belaka.

5. Visi, Misi, Tujuan Pesantren Nurul Falah


VISI PESANTREN
Visi Pesantren Nurul Falah adalah: “Terwujudnya lembaga
pesantren yang menghasilkan kader-kader dan generasi muslim
rahmatan lil ‘aalamiin yang “S E M P U R N A”
Uraian kata “SEMPURNA”
 Senantiasa beriman dan bertaqwa berdasarkan ilmu ‘amaliyah
dan ‘amaliyah ilmiyah
 Empati terhadap sesama muslim, sesama warga negara, dan
sesama manusia atas dasar ukhuwah
 Ma’rifat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah
Muhammad shallalloohu ‘alaihi wa sallam
21
 Pandai dalam hukum Islam klasik dan kontemporer
 Unggul dalam beramal shalih dengan berakhlaq kariimah
 Rajin dan terampil dalam mengikuti perkembangan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi
 Nampak ketaatan kepada guru dan para ulama dalam
keseharian secara istiqamah
 Ahlussunnah wal jama’ah dan bermadzhab kepada madzhab
yang mu’tabar sebagai prinsif dalam beragama
MISI PESANTREN
Sedangkan misi yang diharapkan adalah:
a. Membentuk santri dan masyarakat agar teguh dalam
dienul Islaam dengan menaati dan patuh kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah Muhammad shallallah
‘alaihi wa sallam berdasarkan al-Qur’an, al-Hadits (Sunnah
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam), al-Ijma’ dan al-Qiyas.
b. Menanamkan nilai-nilai Tauhid, Fiqih, dan al-
Akhlaq al-Kariimah kepada santri dan masyarakat dalam
pengamalan dengan sebaik-baiknya berdasarkan aqidah
ahlussunnah wal jama’ah dan memegang teguh keharusan
bermadzhab dalam manhaj dan amal dalam aqidah, syari’ah,
dan akhlak termasuk dalam menyelenggarakan kegiatan
ritual keagamaan yang sehari-hari atau dalam kegiatan hari
besar keagamaan
c. Mempraktekkan keseimbangan dalam
hablumminalooh dan hablumminannaas, atau secara vertikal
dan horizontal dalam kehidupan santri dan masyarakat,
dengan senantiasa bekerjasama dengan jaringan ulama dan
pesantren yang lain, dengan para umaro’, para cerdik

22
cendikia, para aghniya’ dan relasi-relasi keumatan lainnya di
segala bidang kehidupan termasuk dalam peningkatan
infrastruktur dan suprastruktur pesantren dan lingkungan
masyarakatnya
d. Membantu dan mengarahkan santri dan masyarakat
untuk memiliki kecerdasan dalam bidang ilmu pengetahuan,
menguasai teknologi, mengikuti perkembangan zaman
melalui pendidikan formal dan atau pendidikan lainnya
seperti berbagai pendidikan dan pelatihan, serta menghargai
nilai-nilai peradaban dalam seni dan budaya.
TUJUAN PESANTREN
Tujuan umum:
“ Mewujudkan visi dan misi pesantren dengan senantiasa
membina santri dan masyarakat sebagai umat Islam dan sebagai
warga negara Republik Indonesia supaya berkepribadian muslim
sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam berhaluan faham
Ahlussunnah wal jama’ah dan menanamkan rasa keagamaan
tersebut pada semua segi kehidupan serta menjadikannya sebagai
orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara.”
Tujuan Khusus:
Adapun tujuan khusus pesantren dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Mendidik santri dan anggota masyarakat untuk menjadi seorang
muslim yang bertakwa kepadaAllah SWT, berakhlak mulia,
memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir batin sebagai
umat Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin.
b. Mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama. Sebagai
pengawal umat yang memberikan peringatan dan pendidikan

23
kepada umatnya untuk bersikap, berpikir, dan berperilaku, serta
berkarya sesuai dengan ajaran agama.
c. Mendidik santri dan anggota masyarakat sebagai muslim sejati
dan sebagai kader-kader ulama dan mubaligh yang produktif,
berjiwa ikhlas, rela berjuang fii sabiilillaah, senantiasa
berda’wah atas dasar amar ma’ruf dan nahyi mungkar, dan selalu
beramal shalih .
d. Mendidik santri dan anggota masyarakat untuk menjadi bagian
yang penting sebagai warga negara dalam memajukan
pembangunan fisik material dan mental spiritual seraya dipenuhi
dengan etos kerja yang tinggi dan kejujuran.
e. Mencetak pendakwah-pendakwah yang berkualitas dalam
pembangunan mikro (keluarga) dan regional (masyarakat
lingkungannya).
f. Mendidik santri dan anggota masyarakat yang menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman dengan meningkatkan kemampuan
dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban lainnya
termasuk dalam seni dan budaya serta mempertahankan tradisi-
tradisi yang baik yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam
g. Mendidik santri dan masyarakat agar memiliki ketrampilan dasar
yang relevan dengan terbentuknya masyarakat beragama
6. Lambang Pesantren
Berdasarkan Ketetapan Sesepuh Pondok Pesantren Nurul Falah As
Salafy Malangbong tanggal 08 Syawwal 1405 H, lambang Pondok
Pesantren Nurul Falah as Salafy adalah sebagai berikut:

24
PENGERTIAN LAMBANG:
Secara umum lambang Pondok Pesantren Nurul Falah As Salafy
Malangbong berbentuk segitiga, dengan warna dasar hijau dan
bingkai berwarna hitam. Di dalam segitiga terdapat lingkaran yang
menyatu dengan sisi – sisi segitiga dengan warna dasar kuning. Di
dalam lingkaran bagian atas terdapat sebuah bintang dengan diapit
dua garis lurus, bagian bawah terdapat delapan buah bintang dan
bagian tengah bertuliskan :

‫معهد اإلسالم نور الفالح السلفي‬


Semua yang terdapat dalam lingkaran berwarna hitam ( sembilan
bintang, dua garis lurus dan tulisan nama pesantren ) termasuk sisi
lingkaran.
Dari kenyataan tersebut, maka makna lambang adalah :
A. Arti gambar sebagai berikut :
1. Bentuk segitiga, bermakna :
 Iman, Islam dan Ihsan, yang digambarkan dengan tiga titik
sudut
 Orientasi, Fungsi, dan kaderisasi, sebagai realisasi
korelasional tiga rukun agama yang dihubungkan dengan
tiga garis sama sisi.
2. Bentuk Lingkaran, bermakna :
Jama’ah (Persatuan dan Kesatuan) yang dijalin dengan
ukhuwah (persaudaraan) Islaamiyyah, wathaniyah, dan
basyariyah.
3. Bentuk lingkaran yang menyatu/bersinggungan dengan sisi-sisi
segitiga, bermakna:

25
Untuk mewujudkan orientasi, fungsi, dan kaderisasi diperlukan
Jama’ah dan ukhuwah Islaamiyyah, wathaniyah, dan
basyariyah yang universal.
4. Bentuk Bintang :
 Satu Bintang di bagian atas lingkaran melambangkan
Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Empat bintang di bagian kanan lingkaran melambangkan
ajaran jama’ah sahabat yang berlandaskan ajaran al-
Khulafaaur Rosyidin, rodliyalloohu ‘anhum.
 Empat bintang di bagian kiri lingkaran melambangkan
Madzhab yang empat (Madzhab Mu’tabar dalam Fiqih).
 Sembilan bintang di dalam lingkaran melambangkan
ajaran Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.
5. Bentuk dua buah Garis Lurus yang terdapat di kiri dan di kanan
lingkaran, bermakna:
Keseimbangan antara duniawi dan ukhrowi, keseimbangan
antara hablum minallooh dan hablum minannaas atau mahdhoh
dan ghoir mahdhoh.
B. Arti warna adalah sebagai berikut :
1. Warna hijau melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan
lahir batin untuk seluruh keluarga besar pondok pesantren
Nurul Falah as Salafy Malangbong yang dihiasi dengan
keindahan Akhlak Karimah sebagai salah satu tujuan pondok
pesantren.
2. Warna kuning melambangkan semangat perjuangan untuk
berilmu dan beramal sebagai garis perjuangan pondok
pesantren.

26
3. Warna hitam melambangkan nilai batin berupa keikhlasan,
kejujuran dan kekuatan Iman yang menjadi landasan/ etos
pondok pesantren.

‫حممد وعلى آله وصحبه وسلّم‬


ّ ‫وصلّى اهلل على سيّدنا‬
‫رب العامل ـ ــني‬
ّ ‫واحلمد هلل‬

27

Anda mungkin juga menyukai