Anda di halaman 1dari 7

Tokoh Pendidikan Perguruan Mathla’ul Anwar Baros di Kampung Baros Desa Kaduagung Barat

Kecamatan Cibadak Kab. Lebak.

Sekilas Sejarah Perguruan MA Baros

Kampung Baros Desa Kaduagung Barat Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak secara geografis, berada
di wilayah sebelah Barat dari arah Rangkasbitung-Pandeglang, kira-kira 7 km dari pusat Kota Lebak.
Masyarakatnya sangat agamis dan sangat kental dengan nuansa pedesaan. Sebagaimana umumnya
dengan karakteristik masyarakat pedesaan lainnya di Indonesia. Karena termasuk salah satu wilayah
pertanian, maka hampir sebagian besar masyarakatnya terdiri dari petani, buruh tani, dan pedagang.
Hanya sebagian kecil saja yang berprofesi sebagai PNS dan guru. Mengingat kondisi tersebut
yangrelativ masih tradisional, kurang mendapatkan sentuhan perubahan zaman dan pembangunan.

Sistem pendidikan yang ada di Perguruan Mathla’ul Anwar Baros ditegakkan dengan dua sisi utama
dimensi keseimbangan yaitu jasmani dan rohani (pendidikan karakter intelektual yang religius). Maka
dengan dua dimensi yang dibangun ini diharapkan menjadi sebuah solusi dan pilihan dari keberhasilan
pendidikan yang berkarakter.

Jenjang Pendidikan di Perguruan Mathla’ul Anwar Baros diselenggarakan pada beberapa level
tingkatan yaitu ; Raudhatul Athfal, Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah serta
Pondok Pesantren Salafiyah, dengan memadukan kurikulum kementrian agama, pondok pesantren
modern dan salafy.

Perguruan Mathla’ul Anwar Baros sebagai salahsatu Sarana strategis pembangunan peradaban
bangsa dan Negara. sejak berdirinya tahun 1993, Perguruan Mathla’ul Anwar Baros berkomitmen
untuk melahirkan kader-kader penguat dan penegak nilai-nilai keislaman serta pilar persatuan
kebangsaan.
Sistem pendidikan yang ada di Perguruan Mathla’ul Anwar Baros ditegakkan dengan dua sisi utama
dimensi keseimbangan yaitu jasmani dan rohani (pendidikan karakter intelektual yang religius). Maka
dengan dua dimensi yang dibangun ini diharapkan menjadi sebuah solusi dan pilihan dari keberhasilan
pendidikan yang berkarakter.

Sebagai lembaga pendidikan Perguruan Mathla’ul Anwar Baros telah banyaj meluluskan alumni dari
tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dengan nilai baik dan memuaskan. Cita-cita besar
kami, mencetak Generasi Bangsa yang berakhlak mulia, berakal cerdas dan berkarakter kuat, harapan
masa depan Indonesia dan dunia Islam. Amiin

1. Tokoh perintis dan penggerak cikal bakal berdirinya Perguruan Mathla’ul Anwar Baros

Adapun tokoh pendiri perguruan Mathla’ul Anwar Baros sekaligus perintis Generasi Pertama ialah alm.
Kyai Sapri. Beliau sebagai sesepuh sekaligus tokoh masyarakat Kp. Baros. Berawal dari keinginan dan
semangat untuk memberdayakan potensi masyarakat lokal khususnya dibidang Pendidikan sosial dan
keagamaan, maka dengan dukungan seluruh elemen masyarakat, terutama oleh para tokoh dan warga
lainnya, seperti bapak mandor, ki salam, dan H. Sukanta yang semuanya adalah sesepuh warga
kampung baros, maka didirikanlah sekolah agama dengan corak pendidikan berbasis komunal dengan
pola pengajaran klasikal. Berbekal semangat dan pengabdian untuk dakwah dan syiar islam,
didirikanlah sebuah bangunan sederhana untuk menampung anak-anak usia dini dan remaja, untuk
dibina dan diajari tentang ilmu-ilmu agama langsung oleh Kyai sapri.

sekitar tahun 1950-an didirikanlah lembaga pendidikan keagamaan informal dan nonformal yaitu
madrasah diniyah dengan pola belajar klasikal dengan menggunakan sarana yang masih sederhana.
Lambat laun suasananya semakin ramai, dari hari ke hari semakin bertambah murid, oleh karenanya
masyarakat baros mendukung dan berinisiatif bergotong royong membuat sebuah bangunan
sederhana untuk menampung murid-murid yang semakin banyak. Gedung tersebut menjadi cikal bakal
sekolah lanjutan tingkat pertama yaitu Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar. Adapun lembaga yang
menaunginya adalah Organisasi Kemasyarakatan Mathla’ul Anwar yang dibentuk pada tanggal 10
Syawal 1916 berdasarkan akta Notaris Anis Husin Abdat.SH yang berkedudukan di Lebak.

Kyai syafriudin merupakan sosok yang sederhana dan bersahaja, selama hayat dikandung badan tidak
lepas Lelah untuk selalu terdepan membersamai dan melayani masyarakatnya yang membutuhkan.
Segala daya upaya tenaga fikiran bahkan harta dan jiwanya siap dicurahkan dan dikorbankan demi
kepentingan umat.

Kyai sapri Berasal dari keluarga sederhana, ayahnya Bernama Jasura bin Jasuta, merupakan keturunan
dari wilayah Turus, warunggunung. semasa kecilnya beliau lebih banyak dididik langsung oleh ayahnya
baik ilmu agama maupun ilmu kemasyarakatan lainnya. perjalanan hidupnya membentuknya menjadi
pribadi yang mandiri dan sederhana itu, tempaan Pengalaman hidup semasa kecil hingga dewasa yang
menempanya menjadi pribadi Tangguh dan semangat dalam membina dan mendidik masyarakat yang
berpikiran maju dan religius.

Hidup dalam kondisi pergerakan kemerdekaan sekitar tahun 1910, beliau dilahirkan. Saat itu Indonesia
dan banten khususnya masih dalam cengkeraman kolonialisme belanda. Hal inipun menjadi satu kisah
tersendiri dimana sikap keras dan penentangan beliau yang begitu gigih dan semangat dalam melawan
penjajahan Belanda. Terbukti, beliau adalah mantan Veteran laskar pejuang perintis kemerdekaan yang
saat itu diberikan penghargaan oleh negara berupa gaji atau insentif.

Ditempa dalam suasana hidup yang sangat keras dan terbatas, membentuk watak dan karakter kyai
sapri sangat konsisten dan mandiri, serta tegas dalam mempertahankan pendapat dan gagasannya.
Dan tidak segan-segan menolak apa yang menurutnya tidak pantas dan tidak layak menurut hukum
agama dan negara. Kemandirian hidupnya telah mengajarkan secara langsung berbagai keterampilan
hidup yang dikuasainya untuk bekal dimasa depan Ketika ummat membutuhkannya. Kemampuannya
dalam penguasaan ilmu agama, pertanian, bangunan, seni dan sosial kemasyarakatan tersebut mampu
membawa Namanya dikenal di masyarakat sebagai tokoh panutan yang selalu dinanti arahan dan
wejangannya.
Selanjutnya madrasah ini semakin berkembang dan ramai, banyak anak-anak dari kampung yang lain
datang ke baros untuk menimba ilmu agama. Karena suasana dan kondisi belajar semakin ramai, maka
diputuskan untuk membuat bangunan semi permanen yang berasal dari swadaya masyarakat baros
dan sekitarnya untuk dibangunkan sebuah madrasah berbentuk semi modern berlokasi di pinggir jalan
raya Pandeglang.

Namun karena keterbatasan dan kurangnya pengalaman mengajar yang semakin modern, Kyai sapri
memutuskan untuk mengantarkan anak-anaknya mondok ke Menes, yang saat itu menjadi pusat
pendidikan keagamaan yang paling populer. Pada saat itu, menes menjadi pusat keramaian karena
jalur transportasi bisa dijangkau dengan kendaraan kereta api. Sehingga banyak anak-anak dari sekitar
rangkasbitung, warunggunung dan sekitarnya banyak yang sekolah dan mondok disekitar menes,
pandeglang. Akhirnya, Dengan dibantu oleh anak-anaknya yang berasal dari alumni pondok pesantren
sekaligus sekolah di Mathla’ul Anwar Menes pandeglang, madrasah MA Baros semakin maju dan
berkembang pesat. Mereka pulang dengan berbekal ilmu dan pengalaman yang dimiliki semasa di
pondok pesantren dan tentunya dengan iringan restu dari para guru dan kyai disana untuk
menyebarkan ilmu dan berdakwah menyebarkan ilmu agama islam dan keummatan.

2. Generasi pembangun dan pencetus model Pendidikan Perguruan Mathla’ul Anwar Baros

Perjuangan selanjutnya, Generasi kedua ini diisi oleh Para tokoh muda yang berpengalaman dan
kompeten dalam penguasaan ilmu agama dan sosial kemasyarakatan yang berpengaruh dan
berkontribusi besar dalam keberlanjutan dan kemajuan Mathla’ul Anwar Baros. Mereka adalah anak-
anak Kyai Sapri dibantu para kerabat keluarga besar. Anak-anak Kyai Sapri yaitu Moh Husni alumni
pondok pesantren Bojongmenteng, Petir. KH Moh. Husen dan KH Imam Bakri Kusay keduanya Alumni
Pondok pesantren kananga, menes. Begitupun ketiga saudaranya yaitu Kures safrudin, Kutub dan kujoy
adalah alumni Mathla’ul Anwar. Namun dalam perjalanannya selanjutnya, Madrasah Mathla’ul Anwar
Baros lebih banyak diserahkan pengelolaannya kepada KH Imam Bakri Kusay yang ditunjuk sebagai
kepala madarasah sekaligus pengelola pondok pesantren dan Majelis Talim Raudhatul Ulum, hingga
beliau wafatnya pada tahun 2014.

Nama-nama tokoh Masyarakat lain yang ikut berkiprah dan mendukung keberlanjutan perguruan
Mathla’ul Anwar Baros ini diantaranya H. Pei rafei (alm), H. Usman sumantri (alm), H. Siddik M Nur
(Alm), H. Jalis (Alm), H. Maman Sukirman (Alm), H. Hamim (Alm), H Suharja (Alm), F. Sarnaya, Saja,
Sutarman, H Unang Gunawan, dan nama-nama lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Selanjutnya, kepala madrasah diserahkan kepada menantunya yaitu Haerudin (Alm). Namun setahun
kemudian,beliaupun menyusul para sesepuh yang lain, menghadap ke haribaan Allah SWT.

keberhasilan generasi kedua ini dikarenakan faktor kepemimpinan yang tangguh dalam mengelola
perguruan MA Baros sekaligus didukung dan disokong oleh generasi muda yang memiliki bakat dan
potensi serta semangat dan solidaritas tinggi untuk terus membawa Mathla’ul Anwar Baros semakin
Maju terutama dari kalangan anak-anak dan cucu dari Kyai Sapri.

Pola pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh KH Imam Bakri Kusay adalah dengan sistem
klasikal berupa sitem pondok dan madrasah dengan fokus pembelajaran kitab-kitab salafi dan ilmu
kemasyarakatan lainnya yang pernah dipelajari semasa pesantren di Menes. Salahsatunya adalah
kajian kitab salafi mulai dari ilmu fiqh, tafsir, hadits, siroh dan tawhid seperti fathulqorib, safinatunnaja,
tanqih qaul, nurulyaqin, nahwu shrof dan tafsir jalalin serta kitab lainnya. Para santri menimba ilmu
agama di malam hari dilanjutkan dengan sekolah siang di madrasah.

Pada saat awal pendirian sekolah formal tingkat MTS tahun ajaran 1993/1994 kegiatan belajar
mengajar untuk sementara waktu menumpang di gedung Madrasah Ibtidaiyah dengan siswa sebanyak
65 orang. Alhamdulillah ternyata antusiasme masyarakat kampung Baros sangat tinggi. Hal ini terbukti
dengan banyaknya anak-anak mereka yang melanjutkan sekolahnya ke madrasah tersebut, sehingga
secara kuantitas mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Mereka ternyata mulai menyadari
betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka. Kehadiran madrasah ini sangat
membantu masyarakat setempat, karena sebelumnya mereka harus mengeluarkan biaya ekstra jika
anak-anaknya ingin melanjutkan sekolah keluar, seperti ke Rangkasbitung dan sekitarnya. Kendala
umumnya yang mereka hadapi adalah biaya transportasi, karena jarak lokasi sekolah dari tempat
mereka tinggal relatif cukup jauh sekitar 10-15 Km. Kalaupun ada yang melanjutkan sekolah setelah
lulus dari pendidikan dasar (SD) jumlahnya sangat kecil, bahkan tidak sedikit yang putus di tengah jalan
(berhenti bersekolah). Malah sebagian besar justru tidak dapat melajutkan sekolah.

Mengingat antusiasme dan animo masyarakat dalam bidang pendidikan keagamaan semakin tinggi,
sedangkan jumlah sekolah keagamaan yang murah dan terjangkau sangat terbatas, sehingga
perguruan Mathla’ul Anwar Baros terpanggil untuk membangun dan mendirikan sarana pendidikan,
keagamaan serta sarana pondok yang lebih representativ, Strategis serta terjangkau untuk
menampung para siswa-siswi terutama yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
karena keterbatasan biaya pendidikan, karena sebagian besar masyarakat sekitar masih tergolong pada
warga yang kemampuan ekonominya serba kekurangan dan minim.

3. Generasi Ketiga, Pelanjut dan Pembangun konsep perubahan

pada tahun 2013, dibuatlah struktur organisasi Perguruan Mathla’ul Anwar Baros yang disahkan oleh
pengurus wilayah Mathla’ul Anwar Banten. Pada era generasi Ketiga ini, telah berhasil
mempertahanakan dan mengembangkan lembaga pendidikan formal dan informal mulai dari Pondok
pesantren, Majelis Talim, RA, SDIT/MI, MTs/SMP, SLTA/MA sebagai bukti konkret estafeta dan
semangat untuk terus berjuang dalam mengembangkan syiar islam dan pendidikan Islam di Kampung
Baros khususnya. Semakin banyak alumni yang telah diluluskan dari perguruan MA Baros ini dan
berkiprah di masyarakat di berbagai bidang.

Anda mungkin juga menyukai