Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TENTANG AL MARHUM AL MAGFURLAH

K.H, MAMA SHOBROWI

Disusun oleh :

Muhammad Paoji

Tingkat / Semeter 1

Dosen Pengampu :

Agung Drajat Sucipto, M.Sos


Kata Pengantar

Dalam perjalanan ilmu pengetahuan dan kehidupan beragama, pemahaman terhadap


ajaran-ajaran Islam menjadi landasan utama dalam membentuk karakter dan
kepribadian umat. Salah satu tokoh yang memegang peran penting dalam penyebaran
dan pengamalan ajaran Islam, khususnya dalam konteks Aswaja (Ahlus Sunnah Wal
Jamaah), adalah Mama Shobrowi. Dalam mata kuliah ini, kami berusaha untuk
menyelami lebih dalam pemahaman terhadap ajaran Islam dari perspektif Mama
Shobrowi, seorang tokoh yang menjalani kehidupannya dengan penuh kesetiaan dan
dedikasi terhadap nilai-nilai Islam.

Mama Shobrowi bukan hanya tokoh yang memiliki pengetahuan agama yang
mendalam, tetapi juga figur yang menginspirasi melalui keteladanan dan pengamalan
nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan gambaran holistik mengenai kehidupan Mama Shobrowi, pengaruhnya
dalam penyebaran ajaran Islam, serta kontribusinya terhadap kehidupan umat.

Dengan menggali informasi dari berbagai sumber, kami berupaya memberikan


pemahaman yang mendalam tentang bagaimana Mama Shobrowi mampu
mengaplikasikan ajaran-ajaran Aswaja dalam kehidupan sehari-hari. Semoga makalah
ini tidak hanya menjadi sebuah kumpulan informasi, tetapi juga menjadi sumber
inspirasi bagi pembaca untuk lebih mendalami dan mengamalkan ajaran Islam dalam
bingkai Aswaja, sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Mama Shobrowi.

Harapannya, makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan


pemahaman kita terhadap Aswaja dan mendorong semangat untuk mengamalkan
ajaran Islam secara menyeluruh. Kami berterima kasih atas kesempatan yang
diberikan untuk menyelidiki dan menggali makna kehidupan seorang tokoh agung
seperti Mama Shobrowi dalam konteks mata kuliah ini.
Terima kasih atas perhatian dan semangat belajar yang diaplikasikan dalam
menelusuri perjalanan spiritual dan pemikiran Mama Shobrowi melalui mata kuliah
Aswaja. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang berharga dan
mendalam bagi setiap pembaca.

Pendahuluan

Ajaran dan nilai-nilai keislaman memiliki peran sentral dalam membentuk kehidupan
umat muslim, dan dalam konteks mata kuliah Aswaja, Ahlus Sunnah Wal Jamaah,
menjadi pokok ajaran yang mendalam dan kaya. Sebagai upaya untuk menggali lebih
dalam pemahaman terhadap ajaran ini, penelusuran akan dilakukan terhadap
perjalanan hidup dan kontribusi seorang tokoh luar biasa asal Banjar, Jawa Barat,
yang dikenal dengan penuh hormat sebagai Mama Shobrowi.

Banjar, Jawa Barat, bukan hanya menjadi tempat lahirnya Mama Shobrowi,
melainkan juga merupakan tempat di mana jejak-jejak keilmuannya dan keteladannya
mengukir sejarah yang tak terlupakan. Sebagai seorang tokoh yang hidup pada
zamannya dengan keutamaan keislaman, Mama Shobrowi mampu menyampaikan
ajaran-ajaran Aswaja dengan cara yang membumi dan relevan dalam kehidupan
sehari-hari.

Makalah ini akan mencoba menguraikan lebih lanjut mengenai kehidupan Mama
Shobrowi, seorang tokoh yang diakui dan dihormati bukan hanya dalam lingkup
masyarakat Banjar, tetapi juga di seluruh pelosok negeri. Kami akan mengulas latar
belakang, perjalanan spiritual, dan kontribusi Mama Shobrowi terhadap
pengembangan ajaran Aswaja di tanah air.

Dengan mendalami kehidupan dan pemikiran Mama Shobrowi, diharapkan makalah


ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkaya pemahaman mahasiswa
mengenai ajaran Aswaja dan memberikan inspirasi untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Mari kita sambut dan resapi warisan keilmuan dan spiritualitas
Mama Shobrowi, yang telah mewarnai perjalanan kehidupan beragama di Indonesia,
khususnya di daerah Banjar, Jawa Barat.
A. SEJARAH MAMA SOBROWI

Syekh Sobrowi atau menurut orang Sunda akrab disebut Mama Sobrowi, diketahui berasal
dari Bulus Pesantren, Kebumen, Jawa Tengah yang lahir di tahun 1917 dari pasangan Kyai
Mohammad Dzurriyat dan Nyai Saikem.

Syekh Sobrowi yang memiliki nama kecil Sanusi ini, merupakan anak ke 4 dari enam
bersaudara. Tinggal di wilayah Desa Sukajadi, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis,
Sobrowi dengan istri pertamanya, Khomsiyah, dikaruniai 7 orang anak. Namun, di
pernikahannya yang kedua dengan Nurdiyah tidak dikaruniai anak.

Diambil dari berbagai sumber, Syekh Sobrowi dikenal sebagai murid yang rajin dan tekun
dalam belajar, hal ini dibuktikan setelah ia berhasil menamatkan Sekolah Rakyat (SR) di
Cilacap, Jawa Tengah. Pasca tamat sekolah, ia melanjutkan pendidikannya di Pondok
Pesantren selama 14 tahun.

Pada tahun 1950, sepulang dari pesantren, ia mendirikan pondok pesantren yang mana
santrinya banyak berasal dari Jawa Tengah. Namun, sayangnya pesantren yang didirikannya
harus terhenti karena gangguan keamanan pada waktu itu.

Sebagaimana ilmu yang didalaminya selama di pesantren, yakni ilmu tasawuf, Syekh
Sobrowi sekitar tahun 1967 mulai menekuni Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah dari
Syekh Sanusi Langensari, Banjar. Bahkan, ia juga dikenal dengan murid yang taat kepada
Syekh Sanusi Langensari.

Diding Supriyadi, anak angkat Syekh Sobrowi, menuturkan, selain menjadi murid dari Syekh
Sanusi, Syekh Sobrowi juga saat itu datang ke wilayah Banjar yang terletak di Randegan,
Desa Raharja, Kecamatan Purwaharja karena adanya pembangunan masjid di sana. Seperti
kebiasaannya, setiap membangun masjid, Syekh Sobrowi selalu bermukim di mana masjid itu
dibangun hingga selesai.

Diding atau akrab dipanggil Oding, menceritakan, pada dini hari sekitar pukul 24.00 WIB,
Syekh Sobrowi berbincang-berbincang dengan Ajengan Solihin di teras masjid. Sekira
perbincangan selesai, mereka berdua kembali ke masing-masing tempat istirahatnya.

Namun, saat Ajengan Solihin usai melaksanakan sholat subuh, ia melihat paving blok di
depan masjid tampak sudah dibetulkan oleh Syekh Sobrowi dan dilihatnya Syekh Sobrowi
akan mengambil air wudlu. Setelah selesai, Syekh Sobrowi justru terkulai lemas setibanya di
pondokan.

“Nah tepat pukul 06.15 WIB pada hari Selasa Pahing atau tepatnya 14 Dzulhijjah 1418 H
yang bertepatan dengan 22 April 1997, Syekh Sobrowi tutup usia di halaman Masjid
Randegan yang juga dibangunnya. Sebagaimana amanatnya, beliau dimakamkan di sekitar
masjid,” terangnya.

Terkait sosok Syekh Sobrowi, Oding menjelaskan bahwa dia merupakan orang yang jarang
berbicara dengan orang lain, terkecuali hal-hal yang penting saja. Bahkan, ketika ia duduk
bersama orang yang tengah membicarakan orang lain (ghibah), tanpa basa-basi ia langsung
pergi begitu saja. “Beliau sangat sederhana orangnya, dan juga sangat santun kepada orang
lain,” imbuhnya.

Setelah berguru kepada Syekh Sanusi, terang Oding, Syekh Sobrowi sering melakukan suluk
safar atau dzikir dengan bepergian. Selama perjalanan suluknya, dzikirnya itu tak pernah
putus, seperti yang dinasihatkan Sobrowi kepada Oding selaku putra angkatnya.

Dalam kurun waktu 11 tahun, lanjut Oding, Syekh Sobrowi diketahui sering mengalami hal-
hal yang di luar kebiasaan, atau dalam bahasa pesantrennya khowariqul ‘adat. Bahkan,
sepeninggal Syekh Sanusi sekitar tahun 1982, Syekh Sobrowi kembali lagi ke rumahnya di
Pamarican, dan pada waktu itu banyak sekali tamu yang menemuinya.

B. BIOGRAFI SYEKH AHMAD SOBROWI BIN AHMAD DZURIAT

1) MASA KECIL
KH. Ahmad Sobrowi lahir di Bulus Pesantren Kebumen Tahun 1917 M dari
Pasangan Ky Ahmad Dzuriat dan Nyai Saikem, nama Kecilnya Yaitu : Samsi. Samsi
merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara yaitu :
1. Abu Dzarin
Nama kecilnya Dasuki (alm) berada di Karangpaningal Purwadai Lakbok Ciamis
Jawa Barat
2. Siti Aminah Sidarja Cilacap Jawa Tengah
3. Siti Rohmah di Karangpaningal Lakbok Ciamis
4. Samsi/SOBROWI di Pasirmalang Sukajadi Pamarican Ciamis
5. Ahmad Dirja di Bulus Pesantren Kebumen
6. Hasan Basri di Karangpaningal lakbok Ciamis
2) HIJRAH YANG PERTAMA
Sepeninggal istrinya Ky Ahmad Dzuriat hijrah ke Cilacap dan membawa 6 putra
putrinya. Di Cilacap menikah lagi dengan Ny Rinem yang merupkan gadis asal
Manganti Lakbok Ciamis. Dan perkawinananya di karunia 2 orang putra yaitu :
1. Muslimah di Pasirmalang Desa Sukajadi Pamarican Ciamis
2. Mutmainah di Karangpaningal Purwadadi Lakbok Ciamis
3) HIJRAH YANG KE DUA
Pada tahun 1935 Ky Ahmad Dzuriat membawa putra putrinya hijrah yang ke dua
kalinya ke Lampengkondang Desa Karangnpaningal Purwadadi Lakbok dengan
alasan paktor keamanan dan ekonomi. Sejak itulah Ky Ahmad Dzuriat menetap di
Lampeng Kondang Karangpaningal sampai akhir wafatnya.
KH Akhmad Sobrowi menikah tahun 1947 dengan gadis belia bernama Homsiah Biti
H.Ali karena usia Homsiah masih berumur 12 tahun maka ia kembali ke pesantren da
setelahhh tiga tahun lamanya ia baru menjalani layaknya berrumah tangga dan di
karunia 7 putra yaitu :
1. Umi Habsoh Di Pasirlingga Desa Cikaso Kec.Banjarsari Ciamis Jawa Barat
2. Badiah Di Sukajadi Desa Sukajadi Kec.Pamarican Ciamis Jawa Barat
3. Hudroh (Alm) Di Pasirmalang Desa Sukajadi Kec Pamarican Ciamis jawa
Barat
4. Rosihon Di Pasirmalang Desa Sukajadi Kec.Pamarican Ciamis Jawa Barat
5. Drs Tefur Menetap Di Lampung Propinsi Bandar Lampung
6. Furroh Di Pasirmalang Desa Sukajadi Kec.Pamarican Ciamis Jawa Barat
7. Sun Haji, S.Ag Di Pasirmalang Desaa Sukajadi Pamarican Caimis Jawa Barat
Pada thun 1994 KH Ahmad Sobrowi menikah lagi dengan seoarang janda dari
Pamarican dan tidak di karuniai putra, istri mudanya bernama Ny Nur, dia
mendampingi KH Ahmad Sobrowi hingga wafat. Pada tanggal 22 April 1997.

Kejadian Aneh (karomah) dari Mama Sobrowi

Asep Saepudin, Pimpinan Ponpes Amanatul Huda, menceritakan bahwa dirinya pernah
melihat keanehan dari sosok Syekh Sobrowi. Ketika dirinya tidur sekitar pukul 24.00 WIB,
Asep mendengar suara Sobrowi tengah berdzikir. Sontak saja ia langsung bangun untuk
melihatnya. Namun, saat membuka pintu kamarnya, ia pun tidak melihat sosok Syekh
Sobrowi sebagaimana pendengarannya.

“Saya langsung tidur lagi saat itu, dan anehnya kejadian itu berulangkali. Sampai ketiga
kalinya, ternyata benar Syekh Sobrowi terlihat sedang berdizikir. Lalu, beliau minta izin
untuk tidur bersama saya dan tentu saya izinkan. Setelah 15 menit kemudian, saat saya akan
benar-benar tidur, beliau malah pergi lagi. Bagi saya ini cukup aneh,” ungkapnya.

Tak hanya itu, kata Asep, dirinya juga sempat mendengar cerita bahwa Syekh Sobrowi
menyalakan lampu patromak di siang bolong. Menurut penilaiannya, tanda-tanda tersebut
sebagai simbol pada waktu itu banyaknya kedzoliman.

“Adapun hal-hal aneh itu tidak bisa menjadi tuntunan, tetapi hanya sebatas tafakkur. Sebab,
ini ranah iman tingkat tinggi,” tandasnya.

Ia menambahkan, cerita keanehan lainnya dari Syekh Sobrowi, yakni suatu saat masyarakat di
Desa Sukamaju sedang menebang pohon kelapa di malam hari. Saat pohonnya hampir putus,
justru pohon tersebut tidak kunjung tumbang. Kemudian warga melaporkan kejadian ini ke
Syekh Sobrowi yang saat itu tengah berada di Cikaso.

Dengan singkat, Syekh Sobrowi hanya mengucapkan “Ini disuruh Mama Sobrowi,” tegasnya.
Tidak lama kemudian, kata-kata itu juga diucapkan di dekat pohon dan tumbanglah pohon itu
berkat izin Alloh.

“Nah saat pohon sudah tumbang, keluarlah ular. Karena kaget dan takut, warga sempat akan
membunuhnya, namun itu dilarang Syekh Sobrowi. Keesokan harinya, ular tersebut sudah ada
di sebuah pohon sawo di depan rumah Syekh Sobrowi, dan pohonnya sampai sekarang masih
ada,” terangnya.

Dari informasi yang dihimpun Koran HR, semasa hidupnya, Syekh Sobrowi telah
menyelesaikan pembangunan masjid sebanyak 39 masjid yang tersebar di wilayah Jawa
Barat. Tak hanya itu, fasilitas umum seperti halnya pembangunan jembatan yang
menghubungkan Desa Sukajadi juga tidak luput dari kerja keras Syekh Sobrowi. Sementara
itu, sebagai wujud penghargaan dari Pemerintah Kota Banjar, Syekh Sobrowi mendapat gelar
Al Banjary yang mana merupakan tokoh ulama di Banjar. Sehingga, nama tersebut menjadi
Syekh Sobrowi Al Banjary. (Muhafid/Koran HR)

Kesimpulan

Dari penyelidikan mendalam terhadap kehidupan Mama Shobrowi, tokoh wali kekasih
Allah yang berasal dari Banjar, Jawa Barat, dapat kita simpulkan bahwa beliau adalah
sosok yang luar biasa dalam mengembangkan dan mengamalkan ajaran Aswaja. Mama
Shobrowi tidak hanya menjadi pelindung ajaran Islam, tetapi juga penyebar dan pelaku
yang setia terhadap nilai-nilai keagamaan yang luhur.
Dalam perjalanan hidupnya, Mama Shobrowi mampu memadukan keilmuan agama
dengan keteladanan dan kepedulian terhadap sesama. Kontribusinya terhadap
masyarakat, khususnya di daerah asalnya, Banjar, Jawa Barat, mencerminkan bukan
hanya pemahaman mendalam terhadap ajaran Aswaja, tetapi juga sikap kebersamaan
dan perhatian terhadap kebutuhan sesama.

Kesetiaan Mama Shobrowi terhadap ajaran keislaman, terutama Aswaja, tercermin


dalam cara beliau menyampaikan dan mengajarkan nilai-nilai agama dengan penuh
kasih sayang. Dengan demikian, beliau menjadi teladan bagi banyak orang dalam
menjalani kehidupan beragama secara menyeluruh.

Melalui makalah ini, diharapkan pemahaman terhadap Mama Shobrowi sebagai tokoh
wali kekasih Allah dapat membuka wawasan mahasiswa terhadap keberagaman ajaran
Islam. Selain itu, konsep kebersamaan, keteladanan, dan pelayanan masyarakat yang
diperlihatkan oleh Mama Shobrowi dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam
mengaplikasikan ajaran Aswaja dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, kita patut bersyukur atas warisan keilmuan dan spiritualitas Mama
Shobrowi yang menjadi pewaris budaya spiritual di Banjar, Jawa Barat. Semoga
makalah ini dapat menjadi pijakan untuk terus mendalami ajaran Aswaja, menjalani
kehidupan beragama dengan kesungguhan, serta meresapi kebijaksanaan dan
kecintaan kepada Allah sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Mama Shobrowi.
Terima kasih atas perhatian dan semangat belajar yang telah ditunjukkan selama
penelusuran perjalanan hidup Mama Shobrowi melalui mata kuliah Aswaja ini.

Anda mungkin juga menyukai