Anda di halaman 1dari 1

KH.

Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 10 April 1875, di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa
Timur. Dan pada tanggal 25 Juli 1947 (72 tahun) beliau dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Beliau merupakan pendiri
Nahdhatul Ulama, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia serta putra dari Kyai Asy’ari. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31
Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama.
Beliau adalah ulama sekaligus pemimpin dari Pondok Pesantren Keras, berada di selatan Jombang. Sementara ibunda
beliau bernama Halimah, memiliki silsilah keturunan dari Raja Brawijaya VI, yang dikenal dengan Lembung Peteng, ayahanda
dari Jaka Tingkir (Raja Pajang). Sedangkan keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir adalah kakeknya, Kyai Ustman yang
memimpin Pondok Pesantren Gedang, dengan seluruh santri berasal dari Jawa pada akhir 19. Ayah dari kakek beliau yaitu Kyai
Sihah yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang. Di kalangan Nahdhiyin dan ulama
pesantren KH. Hasyim Asy’ari dijuluki Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.
KH. Hasyim merupakan putra ketiga dari sebelas bersaudara. Sejak beliau berumur 14 tahun telah banyak mendapat
wejangan serta pengajaran tentang ilmu agama langsung dari ayah dan kakek beliau. Berbagai motivasi besar yang beliau
dapatkan dari kalangan keluarga, serta minat besar dalam menuntut ilmu yang beliau miliki, membuat KH. Hasyim Asy’ari
muda tumbuh menjadi seorang yang pandai. Beliau juga pernah mendapat sebuah kesempatan yang diberikan sang ayah untuk
membantu mengajar di pesantrennya, karena kepandaian beliau.
Ketika usia menginjak 15 tahun, beliau berkelana (mondok) di pesantren lain. Hal ini karena beliau merasa belum cukup
menimba ilmu yang diterima sebelumnya. Tak hanya satu pondok pesantren saja beliau singgahi, tapi banyak pondok pesantren
yang disinggahinya, antara lain menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren
Trenggilis (Semarang), Pesantren Siwalan, Panji (Sidoarjo). Ketika beliau merantau di Ponpes Siwalan beliau belajar kepada
Kyai Jakub, dan akhirnya beliau dijadikan menantu Kyai Jakub.
Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah Haji, beliau di Mekkah sekaligus menimba ilmu kepada Syech
Ahmad Khatib dan Syech Mahfudh At-Tarmisi, merupakan guru di bidang Hadist. Ketika pulang, KH. Hasyim Asy’ari
menyempatkan diri untuk singgah ke Johor, Malaysia. Di sana beliau mengajar kepada para santri sampai tahun 1899.
Kyai Hasyim Asy’ari mendirikan ponpes di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di tanah Jawa
pada abad ke-20. Mulai tahun 1900, beliau memposisikan Pesantren Tebuireng menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam
Tradisional.

Anda mungkin juga menyukai