Anda di halaman 1dari 5

1.

1  Lahir
 KH. Moh. Djamaluddin bin Achmad bin Hasan Mustajab bin Hasan Musthofa
bin Hasan Mu’ali. Lahir pada tanggal 31 Desember 1943 di kampung
Kedungcangkring Desa Gondanglegi Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk.
Ayah beliau bernama Achmad bin Hasan Mustajab dan ibunya bernama Hj
Mahmudah / Djumini (nama sebelum haji) binti Abdurrahman bin Irsyad bin
Rifa’i. Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu:
1.      Imam Ghozali yang meninggal pada umur 6 tahun,
2.      Jawahir
3.      Moh. Djamaluddin
4.      Zainal Abidin.

1.2  Riwayat Keluarga


Begitu tamat dari Mu’allimin, beliau diambil menantu oleh KH. Abdul Fattah
mendapatkan putrinya yang bernama Churriyyah yang masih kelas I Mu’allimat.

1.3  Wafat
Beliau wafat, pada hari Kamis 24 Februari 2022.

2  SANAD ILMU DAN PENDIDIKAN BELIAU

2.1  Mengembara Menuntut Ilmu


Sekitar tahun 1952, KH. Moch Djamaluddin Ahmad kalau malam hari mengaji
di pondok Selorejo Peduluhan Combre Desa Gondang legi, yang diasuh oleh K.
Abu Amar. Dan suatu saat selama berbulan-bulan mengaji di tempat KH. Abdul
Djalil gondang legi, suatu saat lagi selama berbulan-bulan mengaji di KH. Abdul
Ghofur yakni adik dari neneknya sendiri. Semenjak dari usia itu diluar kegiatan
belajar, di sore hari suka memancing dan kalo malam hari sehabis mengaji sering
diajak teman-temannya yang sudah dewasa melihat wayang kulit, sehingga dari
itu beliau punya hasrat untuk belajar di pesantren karena diilhami dari nonton
wayang kulit yang kebetulan lakonnya adalah Raden Abimanyu yang berguru
pada eyangnya  Begawan Abiyoso, karena dirasa Raden abimanyu seperti santri
dan Begawan Abiyoso seperti kyai yang memakai serban yang selalu membawa
tongkat dan selalu diikuti oleh seorang cantrik.

Setelah tamat SR, beliau ingin belajar di pondok


pesantren Tambakberas Jombang atas saran pamannya yang bernama Suhat,
karena pamannya ini belajar di sana dan  khidmah di rumah  KH. Abdul Fattah.
Diwaktu akan berangkat ke pondok, beliau berpamitan kepada K. Abu Amar.

Beliau berangkat ke pondok pesantren Tambakberas Jombang pada pertengahan


1956, masuk MI di kelas II dan dipertengahan tahun langsung masuk kelas III.
Karena pondok mulai membangun Madrasah Mu’allimin, maka murid kelas I
Mu’allimin diambil dari murid kelas VI MI, otomatis kelas V menjadi kelas VI,
kelas IV menjadi kelas V dan kelas II menjadi kelas III.

Pada akhir tahun 1964 beliau mempunyai  keinginan untuk pindah ke pondok
Lasem, namun masih belum tahu kepada kyai siapa, karena banyaknya kyai
disana. Kemudian beliau beristikhoroh, pada istikhoroh pertama beliau melihat
sebuah jeding dan musholla, lalu beliau mengambil air wudlu dan sholat dluha di
musholla tersebut. Sesampainya di Lasem ternyata beliau menemukan bahwa itu
adalah pondok Al- Wahdah yang diasuh oleh KH. Baidlowi bin Abdul Aziz,
seorang kyai yang ‘arif billah yang pada waktu itu menjadi Ro’is Thoriqoh se-
Indonesia.

Pada istikhoroh kedua, beliau merasa naik kendaraan yang berjalan begitu jauh
yang kemudian turun di pasar, lalu beliau berjalan kaki turun ke jurang terus
naik ke gunung, turun ke jurang lagi lalu naik ke gunung lagi, ternyata di atas
gunung itu ada sebuah Masjid, beliau masuk masjid itu terus langsung sampai ke
jerambahnya, waktu memandang ke timur tampak sebuah pondok yang banyak
kamarnya, begitu pula waktu memandang ke barat dan utara, dan ketika
memandang ke selatan tampak pemandangan yang bebas. Ternyata itu adalah
sebuah pondok yang diasuh oleh Kiai Asy’ari Poncol Salatiga, sifat-sifat pondok
itu persis seperti dalam mimpi. Pondok yang ditempati para santri berada di
timur, barat dan utara masjid, sedang di selatan masjid terdapat sebuah sawah
yang luas sekali sejauh mata memandang. Di pondok ini belajar mengaji setiap
bulan Jumadil akhir mulai dari tahun 1967, 1968 dan 1969. yang dikajikan
adalah kitab-kitab Bukhari Muslim dan Dala’ilul Khoirot disamping juga ijazah-
ijazah yang lain.

2.2  Guru-guru Beliau


Guru-guru Beliau saat mengembara menuntut ilmu adalah:
1. KH. Abdul Fattah
2. KH. Baidlowi bin Abdul Aziz
3. KH. Asy’ari Poncol Salatiga
4. KH.  Shodiq  Genuk  Watu
5. KH. Abdul Jalil Mustaqim
6. KH. Abdul Djalil
7. K. Abu Amar
8. KH. Abdul Ghofur

2.3  Mengasuh Pesantren


KH. Moh. Djamaluddin bin Achmad mengasuh pesantren Bumi Daami Al-
Muhibbin Bahrul Ulum Jombang sejak 1973

3  PENERUS BELIAU

3.1  Murid-murid Beliau


Murid-murid Beliau adalah para santri di pesantren Bumi Daami Al-
Muhibbin Bahrul Ulum Jombang

4  ORGANISASI,DAN KARIER

4.1  Riwayat Organisasi

Setelah satu tahun di Lasem, beliau dipercaya oleh santri-santri dari Madura dan
Jatim yang ada di pondok Al-Ikhlas (Syaikh Masduqi Lasem), Al-Hidayah
(Syaikh Ma’shum), serta pondok Al-Wahdah (KH. Baidlowi) untuk mendirikan
organisasi santri yang disebut PUTRA SUNAN AMPEL, yang kegiatannya
meliputi:
       1. Bahtsul Masa’il
       2. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz
       3. Jam’iyyah Dziba’iyyah
       4. Olahraga yang berupa; Badminton, Volly Ball, Pencak Silat juga atraksi
kekebalan tubuh.

4.2  Karier Beliau


1. Pengasuh pesantren Bumi Daami Al-Muhibbin Bahrul Ulum Jombang
2. Pemimpin Tarekat Shadiliyah

Anda mungkin juga menyukai