1 Lahir
KH. Moh. Djamaluddin bin Achmad bin Hasan Mustajab bin Hasan Musthofa
bin Hasan Mu’ali. Lahir pada tanggal 31 Desember 1943 di kampung
Kedungcangkring Desa Gondanglegi Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk.
Ayah beliau bernama Achmad bin Hasan Mustajab dan ibunya bernama Hj
Mahmudah / Djumini (nama sebelum haji) binti Abdurrahman bin Irsyad bin
Rifa’i. Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu:
1. Imam Ghozali yang meninggal pada umur 6 tahun,
2. Jawahir
3. Moh. Djamaluddin
4. Zainal Abidin.
1.3 Wafat
Beliau wafat, pada hari Kamis 24 Februari 2022.
Pada akhir tahun 1964 beliau mempunyai keinginan untuk pindah ke pondok
Lasem, namun masih belum tahu kepada kyai siapa, karena banyaknya kyai
disana. Kemudian beliau beristikhoroh, pada istikhoroh pertama beliau melihat
sebuah jeding dan musholla, lalu beliau mengambil air wudlu dan sholat dluha di
musholla tersebut. Sesampainya di Lasem ternyata beliau menemukan bahwa itu
adalah pondok Al- Wahdah yang diasuh oleh KH. Baidlowi bin Abdul Aziz,
seorang kyai yang ‘arif billah yang pada waktu itu menjadi Ro’is Thoriqoh se-
Indonesia.
Pada istikhoroh kedua, beliau merasa naik kendaraan yang berjalan begitu jauh
yang kemudian turun di pasar, lalu beliau berjalan kaki turun ke jurang terus
naik ke gunung, turun ke jurang lagi lalu naik ke gunung lagi, ternyata di atas
gunung itu ada sebuah Masjid, beliau masuk masjid itu terus langsung sampai ke
jerambahnya, waktu memandang ke timur tampak sebuah pondok yang banyak
kamarnya, begitu pula waktu memandang ke barat dan utara, dan ketika
memandang ke selatan tampak pemandangan yang bebas. Ternyata itu adalah
sebuah pondok yang diasuh oleh Kiai Asy’ari Poncol Salatiga, sifat-sifat pondok
itu persis seperti dalam mimpi. Pondok yang ditempati para santri berada di
timur, barat dan utara masjid, sedang di selatan masjid terdapat sebuah sawah
yang luas sekali sejauh mata memandang. Di pondok ini belajar mengaji setiap
bulan Jumadil akhir mulai dari tahun 1967, 1968 dan 1969. yang dikajikan
adalah kitab-kitab Bukhari Muslim dan Dala’ilul Khoirot disamping juga ijazah-
ijazah yang lain.
3 PENERUS BELIAU
4 ORGANISASI,DAN KARIER
Setelah satu tahun di Lasem, beliau dipercaya oleh santri-santri dari Madura dan
Jatim yang ada di pondok Al-Ikhlas (Syaikh Masduqi Lasem), Al-Hidayah
(Syaikh Ma’shum), serta pondok Al-Wahdah (KH. Baidlowi) untuk mendirikan
organisasi santri yang disebut PUTRA SUNAN AMPEL, yang kegiatannya
meliputi:
1. Bahtsul Masa’il
2. Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz
3. Jam’iyyah Dziba’iyyah
4. Olahraga yang berupa; Badminton, Volly Ball, Pencak Silat juga atraksi
kekebalan tubuh.