Anda di halaman 1dari 17

_PRESENTASI_

BERDIRINYA BERDIRINYA PESANTREN


ZAINUL HASAN GENGGONG
DOSEN PENGAMPU :
HERAWATI, M.Pd.I

OLEH KELOMPOK LIMA :


• ROFIATUL ISLAMIYAH
• SAYFI HIDAYANTI
Latar belakang beridirinya pesantren Zainul
Hasan Genggong

Motif yang melatar belakangi berdirinya pesantren Zainul


Hasan bermula dari rasa tanggung jawab pribadi, setelah
melihat masyarakat sekitarnya yang sedang dilanda kehausan
pendidikan terutama pendidikan agama yang pada waktu itu
perhatiaan masyarakat terhadap ajaran agama belum
tertanam, sehingga masyarakat sekitarnya terkenal dengan
seribu macam corak ragamnya, antara lain: Perzinahan,
pencurian, penganiayaan dan perjudian.
Bertolak dari kenyataan di atas, maka salah seorang tokoh
masyarakat Almarhum KH. Zainul Abidin keturunan Maghrabi
(Maroko) dari Alumnus Pesantren Daresmo Surabaya merasa
prihatin karena dirinya merasa di buntuti oleh masyarakat
sekitarnya untuk segera menangani problema di atas dengan
mendirikan lembaga pendidikan pondok.
Pada waktu itu partisipasi dan perhatian masyarakat sekitar belum
nampak, tetapi lama-kelamaan para santri makin bertambah dari
tahun-ketahun dalam keadaan darurat lembaga pengajian
dilaksanakan dalam sebuah surau atau pondok yang terdiri dari
beberapa kamar/jerambah/serambi tengah di rumah beliau.
Berkat ketekunan dan kesabaran
dalam melayani para santrinya
untuk menguji dengan memakai
sistem weton dan sorogan makin
 
hari banyak santri yang datang
untuk menuntut ilmu,
dikarenakan masyarakat setelah
melihat dan mendengar amaliah
Almarhum KH. Zainal Abidin
sesuai dengan ilmu dan
keahliannya, maka mulai
berdatanga orang tua santri untuk
menitipkan putranya pada Kiai
dan mulai saat itulah pesantren
Zainul Hasan berdiri.
 
Nama Pesantren Zainul Hasan

Sejak masa pertumbuhannya serta perkembangannya Pesantren


Zainul Hasan lebih dikenal dengan sebutan Pondok Genggong,
nama Genggong ini sebenarnya khusus untuk menyebutkan nama
komplek pondok itu saja, yang luasnya dibatasi oleh pagar keliling
dimana Almarhum KH. Zainal Abidin bermukim. Kata Genggong
sendiri berasal dari nama sekuntum bunga yang banyak tumbuh
dalam pekarangan tersebut, menurut legenda bunga itu
dipergunakan oleh banyak orang sekitarnya untuk merias
penganten, khitan (sunatan) dan keperluan penganten lainnya.
Kemudian mengingat besar arti dan fungsi bunga itu bagi
masyarakat sekitar, maka diabadikannya nama bunga itu
menjadi nama pondok tersebut, yaitu Pondok Genggong.
Pesantren Zainul Hasan, sejak pertumbuhannya telah
mengalami tiga kali pergantian nama. Perubahan nama ini
terjadi pada periode kepemimpinan KH. Hasan
Saifouridzall dengan ketetapan sebagai berikut :
1. Nama pondok Genggong diabadikan sejak
kepemimpinan KH. Zainal Abidin sampai
kepemimpinan KH. Moh. Hasan dari tahun 1839 M
sampai tahun 1952
2. Pada tahun 1952 pada masa kepemimpinan KH.
Hasan Saifouridzall diganti dengan nama Asrama
Pelajar Islam Genggong (APIG). Nama ini dipakai
dari tahun 1952 Masehi – 1959 Masehi.
3. Pada tahun 1959 timbul gagasan untuk merubah nama

pondok dengan motif timbulnya dorongan rasa ingin


menjadi kepada kedua tokoh sebelumnya yang telah berhasil
menorbitkan nama Pondok Genggong di kalangan
masyarakat luas. Maka sejak tanggal 1 Muharrom 1379
H/19 Juli 1959 M dalam pertemuan dewan pengurus,
Almukarrom KH. Hasan Saifouridzall telah menetapkan
perubahan nama Asrama Pelajar Islam Genggong (APIG)
menjadi Pesantren Zainul Hasan tersebut, adalah hasil
perpaduan nama dari tokoh sebelumnya dimana kata
“ZAINUL“ diambil dari nama almarhum KH. Zainul Abidin
sebagai Pembina pertama dan kata “HASAN” diambil dari
nama Almarhum KH. Moh. Hasan, sebagai pembina kedua.
Keadaan Umum Pesantren Zainul Hasan Genggong

Pesantren asal katanya adalah santri yang berarti “seorang yang


belajar agama Islam” sehingga pesantren adalah tempat orang
berkumpul untuk belajar Agama Islam. Jadi pesantren merupakan
lembaga pendidikan dan pengajaran Agama Islam. Secara
definisi pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam,
dimana antara guru dan murid atau kiai dan santrinya berada
dalam satu asrama atau pondok. Selain itu dilengkapi dengan
Masjid sebagai tempat ibadah, sehingga pondok pesantren ialah
merupakan lembaga pendidikan Islam dengan pola Kiai, santri
dan asrama dilengkapi dengan masjid di tengah-tengah pesantren
tersebut.
Keadaan pesantren Zainul Hasan pada saat banyak orang
membicarakan soal pendidikan dengan maksud memberitahukan
relevansinya, efektifitasnya, fungsi dan mutunya, maka pesantren
Zainul Hasan tidak ketinggalan mengikuti pembaharuan dalam
bidang pendidikan setelah banyak mengkaji dan berhubungan
dengan dunia luar. Sebab dari mereka itu tahu bahwa peranan
pondok pesantren sangatlah besar dalam membangun masyarakat,
sehingga para ahli tiada putus-putusnya membicarakan lembaga
pendidikan pondok pesantren ini.
Kontribusi Pesantren Zainul Hasan
Genggong pada era Kemerdekaan

a. Masa Penjajahan Belanda


Pada zaman penjajahan Belanda, Almarhum KH. Moh. Hasan
selamanya bersikap non cooperation (uzlah) dengan pihak
pemerintah India-Belanda. Oleh karenanya, segala unsur yang
berbau penjajah ditolak dan dilarang oleh Almarhum KH. Moh.
Hasan. Betapapun kondisi fisik Almarhum KH. Moh. Hasan
pada saat-saat memuncaknya angkara penjajah, nampak lemah
karena usia, namun Almarhum KH. Moh. Hasan masih juga
sempat menghadiri rapat-rapat akbar di pelosok-pelosok tanpa
mengenal payah. Almarhum KH. Moh. Hasan sebagai rakyat
dari bangsa suatu Negara, tidak pernah absen dalam perjuangan
mengusir penjajah dari bumi tercinta.  
Didalam Tabligh-tabligh atau pidato-pidatonya menanamkan
rasa kebangsaan yang kuat serta menanamkan keyakinan Iman
Islam dan Ikhsan dengan suara melalui Ayat Al-Qur’an Hadits
Nabi Muhammad SAW.
b. Masa Jepang
Pada saat musim paceklik tengah melanda masyarakat, khususnya di
daerah sekitar pondok Genggong ditambah lagi keganasan serdadu Jepang
mengumbar nafsu merampasi kekayaan yang ada pada masyarakat.
Peristiwa yang cukup rumit ini, menyebabkan penderitaan kekurangan
pangan terhadap penduduk di sekitar Genggong.
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan kasih sayang Tuhan
yang disalurkannya lewat Almarhum KH. Moh. Hasan. Sebab tidak jauh
dari kediaman Almarhum KH. Moh. Hasan telah ditemukannya sejenis
tumbuhan yang berbentuk bulat-bulat di sawah yang dinamakan ANGGUR
BUMI. Buah anggur bumi inilah yang akhirnya menjadi pelepas haus serta
makanan masyarakat. Anehnya walaupun anggur itu, berulang kali diambil
malah bertambah banyak. Karena masyarakat benar-benar merasakan
manfaatnya, maka merekapun bersyukur dan berterima kasih kepada
Almarhum KH. Moh. Hasan.
 
c. Masa Perang Kemerdekaan
Detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia, jauh sebelumnya telah dirasakan
oleh Almarhum KH. Moh. Hasan. Namun Almarhum KH. Moh. Hasan
memerintahkan kepada putranya yang bernama K. Nasnawi (wafat), untuk
membentuk barisan pejuang dengan nama “ANSHODINILLAH”, sebagai
barisan untuk mempertahankan Negara Agama. Dan ini benar, sebab tidak
lama kemudian pemberontakan di Surabaya meletus. Kemudian timbul
inisiatif dari komandan Polisi Kraksaan (Bapak Abd. Karim), untuk
menjadikan barisan tersebut sebagai pasukan inti digaris depan. Kemudian,
berdasarkan hasil musyawarah, nama ANSHODINILLAH itu dirubah
menjadi “BARISAN SABILILLAH”. Pondok Genggong ini juga dijadikan
sebagai kubu pertahanan gerilyawan-gerilyawan. Disini Almarhum KH.
Moh. Hasan memberikan gemblengan kepada santri-santrinya memberikan
santapan bathin serta mendo’akan bagi gerilyawan-gerilyawan demi
keselamatan mereka.

Anda mungkin juga menyukai