Anda di halaman 1dari 4

Pengembangan Lembar Timbang Terima Dokter di Unit Gawat Darurat untuk Membangun

Komunikasi Efektif

Developing Physician Handover Form at Emergency Department to Support Effective


Communication

Nofita Dwi H1, Asih Tri R2, Satra Wiyanto3


1
Rumah Sakit Umum Mitra Delima Malang
2
Dinas Kesehatan Kota Malang
3
Rumah Sakit Islam Aisyah Malang

ABSTRAK
Komunikasi pada masa transisi pelayanan di rumah sakit merupakan titik kritis dalam manajemen keselamatan pasien.
Unit Gawat Darurat rumah sakit merupakan ujung tombak dan pintu masuk pelayanan dengan intensitas pelayanan yang
tinggi, sehingga mempunyai potensi insiden yang tinggi pula. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi proses
timbang terima untuk mengembangkan model form timbang terima sehingga meningkatkan kualitas komunikasi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara melakukan observasi, membagikan kuisioner, dan diskusi
dengan subjek penelitian. Observasi dilakukan pada tiga setting transisi pelayanan yaitu UGD, Kamar Bersalin dan Rawat
Inap. Wawancara dan diskusi dilakukan responden Dokter UGD. Hasil observasi menunjukkan proses timbang terima yang
belum baku terutama komponen informasi yang disampaikan sehingga mengakibatkan potensi insiden keselamatan
pasien. Hasil diskusi kelompok mengidentifikasi komponen atau aspek penting yang harus dikomunikasikan pada proses
timbang terima yang meliputi laporan kondisi dan perkembangan keseluruhan pasien, peralatan penunjang (inventaris
peralatan) termasuk stok obat, serta kondisi pada unit terkait yang juga merupakan bagian dari tanggung jawab Dokter
Jaga IGD. Format timbang terima yang dikembangkan merupakan timbang terima pada tingkat unit, sesuai dengan
tanggungjawab Dokter Jaga.
Kata Kunci: Keselamatan pasien, komunikasi, timbang terima

ABSTRACT
Communication on the transition services in hospital is a critical point in the patient safety management. Emergency Unit
of a hospital is the spearhead and the service entrance with high intensity of service, so that it has high potential incidents
as well. This study was conducted to explore the handover process to develop handover form models to improve the
communication quality. This study used a qualitative method by means of observation, questionnaires distribution, and
discussion with research subjects. Observations were conducted at three transitional care settings namely Emergency
Room, Delivery Room and Inpatient Unit. Interviews and discussions were conducted with emergency physician
respondents. Observation results indicate that the handover processes were not standard especially on the information
component conveyed thus resulting in potential patient safety incidents. The group discussion results identify components
or critical aspects that must be communicated to the handover process that includes the report on patient's overall
condition and development, supporting equipment (inventory) including drug stocks, as well as conditions related to the
units which are also part of IGD attending physician's responsibility. The developed handover format is a form at the unit
level, according to the physician's responsibility.
Keywords: Communication, handover, patient safety

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014: Nofita Dwi H. Rumah Sakit Umum Mitra Delima Malang, Jl. Raya Krebet
Blambangan, Bululawang, Malang 65171 Tel. (0341) 805183 Email: nofitayudha@gmail.com

103
Lembar Timbang Terima IGD 104

PENDAHULUAN timbang terima dilakukan dengan tujuan mengamati


proses timbang terima yang terjadi saat ini serta mencatat
Pelayanan rumah sakit harus mampu memberikan
pelayanan yang memuaskan pasien dan menjamin informasi yang disampaikan dan informasi yang sering
tidak disampaikan pada proses timbang terima yang
keselamatan pasien (1). Tercapainya keselamatan pasien
menjadi salah satu indikator tercapainya mutu pelayanan membuat terhambatnya kontinyuitas pelayanan pasien.
Observasi dilakukan pada setiap pergantian jam dinas
kesehatan dan persyaratan dalam akreditasi (2). Sampai
dokter di UGD RSIA Malang, yaitu pada pukul 07.00, 14.00,
saat ini pencapaian keselamatan pasien dirasakan masih
belum optimal. Hal tersebut tampak dari masih tingginya dan 21.00. Pengamatan dilakukan 1 jam sebelum waktu
timbang terima, pada saat timbang terima, dan 1 jam
angka kesalahan medis (medical errors) di berbagai
fasilitas kesehatan. Di RSUD Raden Mataher Jambi, setelah waktu timbang terima. Observasi dilakukan
sebanyak 9 kali, yaitu 3 kali pada timbang terima pukul
penerapan keselamatn pasien oleh perawat pelaksana
hanya mencapai angka 35,7% (3). Hampir 1,3 juta kasus 07.00, 3 kali pada timbang terima pukul 14.00, dan 3 kali
kesalahan medis terjadi setiap tahunnya, dengan 48.000 pada timbang terima pukul 21.00. Masing-masing
observasi dilakukan pada hari yang berbeda untuk
sampai 98.000 dari kasus tersebut mengakibatkan
kematian pasien (4).Banyak penelitian yang mencoba mendapatkan gambaran timbang terima dari 6 dokter full
time yang bertugas di UGD RSIA Malang.
mencari penyebab kegagalan penerapan budaya
keselamatan pasien ini. Berdasarkan hasil laporan JCI, Kuisioner disusun dengan menggunakan pertanyaan
komunikasi menjadi salah satu penyebab utama terbuka yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
terjadinya sentinel event yang terjadi di USA pada tahun dokter tentang timbang terima, terkait manfaat, cara
1992 sampai dengan 2006. Di Australia, sebanyak 25.000 melakukan timbang terima, dan dampak timbang terima
sampai dengan 30.000 kejadian sentinel event yang terhadap kontinuitas pelayanan pasien. Diskusi kelompok
seharusnya dapat dicegah, 11% diantaranya disebabkan dilakukan dengan tujuan mendapatkan kesepakatan
karena kegagalan komunikasi. Hanya 6% kejadian sentinel tentang informasi apa saja yang menurut dokter full time
event yang disebabkan karena keterampilan tenaga medis yang bertugas di UGD RSIA Malang penting untuk
(5). disampaikan pada proses timbang terima.
Komunikasi antar profesi di rumah sakit terjadi sepanjang
waktu perawatan pasien di rumah sakit. Komunikasi HASIL
bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses Gambaran Proses Timbang Terima
perawatan pada pasien. Salah satu komunikasi antar
profesi di rumah sakit terjadi pada saat timbang terima Timbang terima saat pergantian jam dinas dokter di UGD
pasien. Timbang terima pasien adalah bentuk transfer RSIA Malang berlangsung setiap pukul 07.00, 14.00, dan
tanggung jawab perawatan dan tanggung jawab medis 21.00. Komunikasi dalam proses timbang terima dilakukan
pasien dari satu tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan secara langsung dari dokter yang selesai dinas kepada
lainnya (5). Komunikasi selama proses timbang terima dokter yang akan dinas. Belum ada lembar timbang terima
pasien merupakan periode kritis terhadap kontinuitas dan yang khusus digunakan dalam proses tersebut, sehingga
keberhasilan perawatan pasien (6). terjadi ketidakseragaman informasi yang disampaikan
pada saat timbang terima.
Unit gawat darurat (UGD) merupakan unit pada rumah
sakit dengan intensitas yang tinggi dan memberikan Informasi yang selalu disampaikan pada timbang terima
pelayanan selama 24 jam dalam tiga periode (shift). Pada adalah keluhan utama pasien datang ke UGD RSIA Malang,
kondisi tersebut komunikasi pada proses timbang terima hasil pemeriksaan dan terapi yang sudah diberikan.
merupakan faktor penting untuk menjamin keberlanjutan Informasi yang seringkali tidak disampaikan pada saat
pelayanan dan keselamatan pasien. Keberhasilan timbang timbang terima pasien adalah: identitas pasien (nama
terima pasien saat pergantian jam dinas dokter di UGD pasien), rencana pelayanan selanjutnya dari pasien yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: komunikasi ada di UGD, rencana penerimaan rujukan dari luar, dan
antar dokter yang dapat dibentuk melalui pelatihan kondisi sarana dan prasarana di UGD. Informasi yang tidak
formal tentang komunikasi, dan adanya lembar timbang disampaikan saat timbang terima tersebut menyebabkan
terima yang berisi daftar informasi yang harus kebingungan bagi dokter yang bertugas selanjutnya. Tidak
disampaikan pada proses timbang terima (7). Lembar jarang dokter harus menghubungi kembali dokter yang
timbang terima berfungsi untuk pedoman sekaligus bukti lepas dinas untuk memperjelas pemeriksaan dan rencana
rekaman proses timbang terima yang dapat dijadikan tindakan terhadap pasien tersebut. Hal tersebut akan
sebagai sumber dokumen evaluasiBelum adanya lembar memperlama waktu penanganan pasien di UGD. Tidak ada
timbang terima yang digunakan saat pergantian jam dinas perbedaan proses timbang terima saat jam dinas pagi,
dokter di UGD RSIA Malang dapat menyebabkan sore, maupun malam.
terhambatnya kontinuitas perawatan pasien. Penelitian Pemahaman Dokter tentang Timbang Terima
ini dilakukan untuk mengeksplorasi proses timbang
terima sebagai dasar dalam mengembangkan lembar Hasil penelitian dari 6 kuisioner disimpulkan bahwa
timbang terima. sebagian besar dokter full time yang bertugas di UGD RSIA
Malang memahami bahwa timbang terima merupakan
proses transfer tanggungjawab perawatan pasien dari
METODE dokter yang lepas dinas ke dokter yang akan dinas.
Penelitian ini dilakukan dengan observasi proses timbang Meskipun demikiansemua dokter full time yang bertugas
terima, membagikan kuisioner kepada 6 dokter full time di UGD RSIA Malang belum mengerti bahwa salah syarat
yang bertugas di UGD RSIA Malang dan diskusi kelompok keberhasilan timbang terima adalah komunikasi antar
dengan dengan 6 dokter full time yang bertugas di UGD dokter. Dokter juga tidak memahami bahwa proses
RSIA Malang. Penelitian ini dilakukan mulai 8 Oktober komunikasi memerlukan ketrampilan tersendiri yang
2013 sampai dengan 20 November 2013. Proses observasi dapat dibentuk melalui pelatihan formal tentang

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Lembar Timbang Terima IGD 105

komunikasi. Pentingnya lembar timbang terima yang DISKUSI


berisi daftar informasi yang harus disampaikan pada Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan
proses timbang terima juga belum dipahami. Hasil juga yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi,
menunjukkan sebagian besar dokter full time yang keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang
bertugas di UGD RSIA Malang sudah mengerti manfaat yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang
timbang terima pasien yaitu tercapainya kontinuitas dilakukan dengan media-media tertentu. Komunikasi
pelayanan pasien, dankepuasan pasien. Bahaya yang meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang
kemungkinan muncul jika proses timbang terima tidak diajukan itu, yakni komunikator, pesan, media,
berjalan dengan baik diantaranya pengulangan komunikan, efek (8). Salah satu komunikasi yang terjadi di
pemeriksaan pasien, penundaan disposisi pasien, dan rumah sakit adalah komunikasi antar profesi kesehatan.
kesalahan terapi. Komunikasi antar profesi kesehatan di rumah sakit dapat
Informasi pada Proses Timbang Terima berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, baik antar
individu maupun antar departemen. Komunikasi
Hasil diskusi dengan kelompok dokter full time yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses perawatan
bertugas di UGD RSIA Malang menunjukkan bahwa harus pada pasien. Salah satu komunikasi antar profesi di rumah
ada keseragaman informasi yang disampaikan dalam sakit terjadi pada saat timbang terima pasien. Timbang
proses timbang terima saat pergantian jam dinas dokter di terima pasien didefinisikan sebagai bentuk transfer
UGD RSIA Malang, sehingga tercapai kontinuitas tanggung jawab perawatan dan tanggung jawab medis
perawatan pasien dan mempercepat waktu penanganan pasien dari satu tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan
pasien di UGD. Informasi yang harus disampaikan dalam lainnya (5). Tujuan dari timbang terima pasien adalah
proses timbang terima selanjutnya dituangkan dalam terjadikomunikasi yang akuratdan dapat diandalkan
bentuk lembar timbang terima. Terdapat 2 kelompok terkait informasi spesifik pasien, sehinggadapat
informasi yang harus tertulis dalam lembar timbang memastikan terbentuknyalingkungankerja yang amandan
terima yaitu informasi yang menggambarkan suasana efektif secara terus menerus demi tercapainya
internal UGD dan eksternal UGD. Informasi yang dapat kontinyuitas perawatan pasien (9). Timbang terima pasien
menggambarkan suasana internal UGD selama jam dinas dapat terjadi pada saat pergantian jam dinas dokter di
dokter yang akan lepas dinas yang perlu disampaikan UGD. Keberhasilan proses timbang terima pasien saat
dalam proses timbang terima adalah: jumlah pasien yang terjadi pergantian jam dinas dokter di UGD dipengaruhi
sudah keluar UGD maupun yang masih tersisa di UGD, oleh berbagai faktor, seperti: komunikasi antar dokter yang
kondisi sarana dan prasarana UGD, serta rencana kegiatan dapat dibentuk melalui pelatihan formal tentang
di UGD seperti rencana penerimaan rujukan dari luar RSIA komunikasi efektif, dan adanya struktur yang digunakan
Malang. Informasi yang dapat menggambarkan suasana dalam proses timbang terima pasien (7).
eksternal UGD yang berpengaruh terhadap pelayanan
pasien di UGD adalah jumlah tempat tidur kosong di ruang Jam dinas dokter di UGD RSIA Malang dibagi menjadi 3
rawat inap, informasi tentang laboratorium, radiologi, dan waktu dalam satu harinya, yaitu pagi (07.00-14.00), sore
penunjang lainnya, serta jadwal dokter spesialis yang (14.00-21.00), dan malam (21.00-07.00). Setiap
bertugas di ruang rawat inap pada hari itu (Gambar 1). pergantian jam dinas dokter akan terjadi proses timbang
terima. Dari hasil penelitian, tampak bahwa proses
timbang terima yang dilakukan oleh dokter di UGD RSIA
Malang masih belum efektif. Hal tersebut tampak dengan
masih seringnya dokter UGD yang dinas menelpon kembali
dokter UGD yang lepas dinas terkait rencana tindakan
terhadap pasien di UGD. Komunikasi yang buruk dapat
menjadi penyebab terjadinya permasalahan serius di
sebuah rumah sakit, seperti terjadinya insiden
keselamatan pasien dan kualitas layanan kesehatan yang
buruk (10). Komunikasi yang buruk dalam proses timbang
terima di UGD dapat membuat waktu tunggu penanganan
pasien di UGD menjadi lebih lama (7). Waktu tunggu yang
terlalu lama tersebut dapat menurunkan kepuasan pasien
di UGD RSIA Malang.
Salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan timbang
terima di UGD RSIA Malang adalah belum adanya lembar
timbang terima yang berisi informasi-informasi yang harus
disampaikan dalam proses timbang terima. Dari hasil
observasi timbang terima saat pergantian jam dinas dokter
di UGD RSIA Malang dan kuisioner yang disebarkan kepada
dokter full time yang bertugas di UGD RSIA Malang
ketidakseragaman informasi yang disampaikan saat
timbang terima dapat menyebabkan terhambatnya
kontinyuitas pelayanan pasien di UGD. Dari hasil diskusi
dengan kelompok dokter full time yang bertugas di UGD
RSIA Malang disepakati bahwa harus ada keseragaman
Gambar 1. Format lembar timbang terima informasi yang disampaikan dalam proses timbang terima
saat pergantian jam dinas dokter di UGD RSIA Malang,
sehingga tercapai kontinuitas pelayanan pasien dan

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Lembar Timbang Terima IGD 106

mempercepat waktu penanganan pasien di UGD. yang menggambarkan suasana internal UGD dan eksternal
Informasi tersebut dituangkan dalam lembar timbang UGD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
terima. Lembar timbang terima tersebut bukan hanya oleh Farhan yang menyususn ABC handover yang
berisi informasi tentang pasien yang sedang berada di menyebutkan bahwa hal-hal yang harus disampaikan pada
UGD, tetapi mencakup seluruh informasi yang saat timbang terima adalah sebagai berikut:kondisi
mendukung kontinyuitas perawatan pasien di UGD. internal UGD (jumlah pasien di UGD, jumlah tempat tidur
Terdapat 2 kelompok informasi yang dapat mendukung kosong di UGD, dan kondisi peralatan di UGD) dan kondisi
kontinyuitas perawatan pasien di UGD, yaitu informasi eksternal UGD (7).

DAFTAR PUSTAKA 21(11): 925-932.


1. Tjiptono F, Chandra G, dan Adriana D. Pemasaran 6. Manser T and Foster S. Effective Handover
Strategik. Edisi 2. Yogyakarta: Andi; 2008. Communication: An overview of Research and
Improvement Efforts. Best Practice & Research Clinical
2. Soepojo P, Koentjoro T, dan Utarini A. Benchmarking
Sistem Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dan Anaesthesiology. 2011; 25(2): 181-191.
Australia (Benchmarking of Hospital Accreditation 7. Farhan M, Brown R, Woloshynowych M, and Vincent
System in Indonesia and Australia). Jurnal C. The ABC of Handover: A Qualitative Study to
Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2002; 5. Develop a New Tool for Handover in the Emergency
3. Dewi M. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Department. Emergency Medicine Journal. 2012;
29(12):941-946.
terhadap Penerapan Keselamatan Pasien oleh
Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. 8. Lasswell HD. The Structure and Function of
Jurnal Health and Sport. 2012; 5(3): 646-655. Communication in Society. İletişim Kuram ve
4. Keller S. Effects of Extended Work Shifts and Shift Araştırma Dergisi.2007; 24: 215-228.
Work on Patient Safety, Productivity, and Employee 9. Ye K, McD Taylor D, Knott JC, Dent A, and MacBean CE.
Health. American Association of Occupational Health Handover in the Emergency Department: Deficiencies
Nursing Journal. 2009; 57(12): 497-502. and Adverse Effects. Emergency Medicine Australasia.
5. Payne CE, Stein JM, Leong T, and Dressler DD. 2007; 19(5):433-441.
Avoiding Handover Fumbles: A Controlled Trial of A 10. Bendaly L BN. Improving Healthcare Team
Structured Handover Tool versus Traditional Performance. Ontario: John Wiley & Sons Canada,Ltd;
Handover Methods. BMJ Quality & Safety. 2012; 2012.

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014

Anda mungkin juga menyukai