Anda di halaman 1dari 15

A. Dapat Menjelaskan Makna Rukun Iman Dan Rukun Islam.

Dalam agama islam dikenal dua pilar penting yang menjadi pedoman hidup bagi
seorang muslim, yaitu Rukun Iman dan Rukun Islam. Iman. Menurut bahasa, artinya
membenarkan. Sedangkan, iman menurut istilah syariat, maksudnya mengakui dengan
lisan (perkataan), membenarkan (tashdiiq)
dengan hati dan mengamalkannnya dengan anggota tubuh.

Adapun Rukun iman itu sendiri terdiri atas 6 rukun antara lain:
1. Iman kepada Allah.
2. Iman kepada para malaikat.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada had akhir (kiamat).
6. Iman kepada Qodar Allah yang baik atau yang buruk.

Untuk memudahkan untuk memahami Makna masing-masing rukun kita hanya


berpedoman pada pengertian iman itu sendiri, yaitu:
 Mengakuinya dengan lisan
 Membenarkannya dengan hati dan kemudian
 Mengamalkannya dengan anggota tubuh

1. Makna Iman kepada Allah


Iman kepada Allah bermakna bahwa kita meyakini tentang penjelasan Allah dan
Rasulnya mengenai keberadaan Tuhan. Untuk lebih terperinci lagi, makna iman kepada
Allah dapat kita jabarkan dalam empat poin.

1. Meyakini bahwa penciptaan manusia adalah kehendak Allah dan tidak mahkluk
lain yang terdapat di semesta alam tanpa pengetahuan Allah swt,
2. Meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan bumi dan alam semesta dan Allah
pulalah yang memberikan reski kepada manusia dan mahkluk lainnya.
3. Meyakini bahwa Allahlah yang patut disembah dan hanya kepadaNyalah segala
ibadah ditujukan, misalnya berzikir, sujud, berdoa, dan meminta. Semuanya
hanya kepada Allah semata.
4. Meyakini sifat-sifat Allah yang tercantum dalam alquran (Asmaul Husna)

2. Makna Beriman kepada Malaikat Allah


Malaikat ialah mahkuluk gaib yang diciptakan Allah dari cahaya, dengan ketaatan
selalu menjalankan perintah Allah dan kesanggupannya untuk beribadah kepada Allah.
Malaikat diciptakan tidak memiliki sikap ketuhanan dan hanya Allahlah Tuhan semesta
alam. Jumlah malaikat sangat banyak dan semuanya tunduk dan menjalankan perintah
Alla swt. Makna beriman kepada malaikat dapat dijabarkan kedalam empat poin:
1. Pertama, mengimani wujud mereka.
2. Kedua, mengimani nama-nama malaikat yang telah kita ketahui namanya,
sedangkan yang kita tidak ketahui namanya kita mengimaninya secara Ijmal
(garis besar).
3. Ketiga, mengimani sifat malaikat yang terdapat dalam hadis, misalnya
Rasullullah saw, pernah bertemu langsung dengan malaikat jibril yang memiliki
600 sayap (Bukhari) di hadis lain dikatakan setiap sayap malaikat jibril menutupi
setiap ufuk (Ahmad).
4. Dan Keempat, yaitu mengimani tugas malaikat seperti yang telah diberitahukan
kepada kita. Malaikat senantiasa beribada kepada Allah; bertasbih siang dan
malam dan berthawaf di Baitul Ma'mur dan lain sebagainya.

3. Makna beriman kepada Kitab-kitab Allah


1. pertama, mengimani bahwa kitab itu datangnya dari Allah swt.
2. Kedua, mengimani kitab tersebut baik secara rinci (tafshil) maupun secara garis
besar (ijmal), tafshil artinya mengimani bahwa kitab yang diturunkan kepada Nabi
ini adalah kitab ini, sedangkan secara garis besar kita meyaini bahwa kitab
diturunkan kepada Nabi dan Rasul meskipun tidak diketahui namanya.
3. Ketiga, yaitu membenarkan perkataan yang tertulis dalam kitab-kitab tersebut
yang masih murni (Belum dirubah).
4. Keempat, mengamalkan hukum yang tertulis dalam kitab tersebut selama kitab
tersebut belum "dihapus", yang dimaksud dengan kata dihapus disini ialah, kita
hanya mengimani satu kitab saja yaitu Al quran, karena kehadiran Al quran
mengakibatkan kitab-kitab sebelumnya menjadi mansukh (dihapus). Al quran
ialah kitab yang mewakili setiap ummat sampai akhir masa.

4. Makna beriman kepada Nabi dan Rasul


Beriman kepada Nabi dan Rasul, bermakna bahwa kita meyakini Nabi dan Rasul
ialah manusia utusan Allah yang diutus di muka bumi untuk menyampaikan kabar
gembira dan ancaman. Meyakini bahwa Nabi dan Rasul adalah mahkluk yang diutus
Allah ke Bumi untuk memberi petunjuk ke umat manusia hingga kembali ke jalan lurus.
Beriman kepada Nabi dan Rasul artinya ialah memercayai segala ajarannya baik dari
lisan maupun sebagai sauri teladan. Dengan mengetahui maka beriman kepada Nabi
dan Rasul, Manusia sebagai hamba yang mulia sudah sepantasnya meyakininya dan
mengikuti jejak suri teladan Nabi dan Rasul

5. Makna beriman kepada hari akhir


Beriman kepada hari akhir artinya kita meyakini tanda-tanda akan datangnya hari
kiamat, seperti lahirnya dajjal turunnya Isa as. Datangnya Ya'juj dan Ma'juj, terbitnya
matahari dari barat. Kemudiaan diangkatnya ilmu dari muka bumi yang ditandai dengan
wafatnya para ulama, semakin banyak terjadi perzinaan, amanah tidak lagi dijalankan,
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlihnya, jumlah perempuan jauh melebihi
jumlah lak-laki dan terjadi kekacauan dan pembunuhan dimana-mana.

Selain itu Pula, makna beriman kepada hari akhir yaitu kita mengimani kejadian
gaib lainnya seperti dibangkitkannya manusia dari kubur, dikumpulkannya manusia di
padang mashar, adanya hari pembalasan, adanya siksa kubur dan nikmat kubur, dan
meyakini adanya surga dan neraka. Semua dilakukan semata-mata untuk mendekatkan
diri kepada Allah.

6. Makna beriman kepada qada dan qadar


Makna beriman kepada qada dan qadar artinya ialah kita mengimani bahwa
apapun yang terjadi di muka bumi bahkan kepada diri kita sendiri sebagai manusia baik
maupun buruk merupakan kehendak dari Allah swt.
Rukun Islam
Sejatinya manusia dilahirkan sebagai seorang muslim di dunia ini. Dalam ajaran
islam, bayi yang baru lahir telah di islamkan oleh Allah semenjak ia akan dilahirkan di
Dunia. Walaupun demikian, banyak agama yang punya ajaran tersendiri, begitu juga
dengan Islam.

Dalam agama islam, terdapat lima pilar yang mencirikhaskan seorang muslim.
Pilar ini disebut sebagai Rukun islam. Rukun Islam inilah yang menjadi pedoman umum
seroang muslim dalam beribadah kepada Allah.
Adapun Rukun Islam itu sendri, antara lain:

1. Syahadat (Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah, selain Allah
SWT)
2. Mendirikan Shalat.
3. Menunaikan Zakat.
4. Puasa Pada Bulan Ramadhan dan
5. Haji Ke Baitullah

Penjelasan Rukun Islam


1. Syahadat adalah agreement (perjanjian) antara seorang muslim dengan Allah
SWT [7.172]. Seseorang yang telah menyatakan Laa ilaaha ilallaah berarti telah
siap untuk fight (bertarung) melawan segala bentuk ilah di luar Allah di dalam
kehidupannya [29:2].
2. Shalat adalah training: sebagai latihan agar setiap muslim di dalam
kehidupannya adalah dalam rangka sujud (beribadah) kepada Allah [6:162]
3. Zakat adalah training, yaitu sebagai latihan agar menginfakkan hartanya, karena
setiap harta seorang muslim adalah milik Allah.[57:7, 59:7]. “Engkau ambil zakat
itu dari orang-orang kaya mereka dan engkau kembalikan kepada orang-orang
fakir mereka” (HR Mutafaqun „alahi).
4. Shaum adalah training, yaitu sebagai latihan pengendalian kebiasaan pada
jasmani, yaitu makan dan minum dan ruhani, yaitu hawa nafsu. [2:185]
5. Haji adalah training, yaitu sebagai latihan dalam pengorbanan jiwa dan harta di
jalan Allah, mengamalkan persatuan dan persamaan derajat dengan sesama
manusia. [22:27-28]

B. Mampu Menjelaskan makna Sholat berjamaah dan dapat mendirikan Sholat


sunah secara individu
1. Makna Sholat berjamaah dan dapat mendirikan sholat secara individu.
Shalat berjamaah artinya melaksanakan shalat secara bersama sama. Kata
berjamaah "Jamak" jika di artikan dalam bahasa indonesia artinya banyak dengan
indikator bahwa jumlah lebih dari dua, Sedangkan dalam bahasa Arab dikatakan jamak
jika sudah lebih dari satu.
Shalat jamaah bermakna untuk menyatukan dan mengkokohkan umat muslim
dalam beribadah kepada Allah swt. Suatu pekerjaan akan menyenangkan jika dilakukan
secara bersama-sama. Kedekatan seorang muslim, bukan hanya pada saat mereka
melakukan silaturahim antar sesamanya, tetapi juga dari rutinitas mereka melakukan
shalat berjamaah.
Shalat berjamaah pahalanya lebih besar 27 kali lipat dibandingkan dengan shalat
sendiri-sendiri. Dengan seringnya umat muslim melaksanakan shalat berjamaah maka
makin banyak pula pahala yang mereka dapatkan.

2. Pengertian Sholat Sunah


Sholat Sunah merupakan shalat yang boleh dikerjakan boleh juga tidak, tentu saja
apabila kita mengerjakannya maka kita akan mendapat pahala dan kebaikan,
namun tidak berdosa jika kita tidak mengerjakannya. Akan tetapi, ada banyak
sekali manfaat yang kita dapatkan jika mengerjakan sholat sunah tersebut.
3. 10 Macam Sholat Sunah dan tata caranya
1. Sholat Wudhu
2. Sholat Tahiyatul Masjid
3. Sholat Duha
4. Sholat Rawatib
5. Sholat Tahajud
6. Sholat Istikharag
7. Sholat Hajat
8. Sholat Taubat
9. Sholat Gerhana
10. Sholat Istikhara
11. Sholat Tasbih
1. Sholat Wudhu
Sholat Wudhu dikerjakan hanya dua raka‟at. Dengan tata cara sebagai berikut.
Niat Sholat Wudhu
Ushallo Sunnatal Wudluu‟i rak‟ataini lillahi ta‟aalaa. Allahu akbar.
Yang artinya : saya berniat sholat sunah wudhu dua raka‟at kerena Allah ta‟ala.
Allah Maha Besar.
Pada Raka‟at pertama setelah membaca surat Al-Fatihah, kemudian membaca

2. Sholat Tahiyatul Masjid


Sholat Tahiyatul Masjid merupakan sholat sunah yang dilakukan dengan tujuan
untuk memberikan penghormatan terhadap masjid sebagai rumah Allah SWT.
Sholat ini bisa dilakukan kapanpun oleh mereka yang berada di masjid. Sholat ini
baik untuk dikerjakan sebelum melaksanakan sholat berjamaah dimasjid.
Tata cara Sholat Sunah Tahiyatul Masjid
Dilakukan sebanyak dua raka‟at, pelaksanaannya sebagaimana sholat sunah
lainnya, hanya berbeda dalam lafaz niatnya saja, adapun lafaz niat sholat
Tahiyatul Masjid adalah;
Ushalli sunnata Tahiyatul masjidi rak‟ataini lillahi ta‟aala. Allaahu Akbar
Yang artinya : saya berniat sholat Tahiyyat Masjid dua Raka‟at karena Allah
Ta‟ala. Allahu Akbar.

Adapun bacaan surah dalam raka‟at pertama maupun kedua boleh apa saja

Doa sesudah Sholat Sunah Tahiyatul Masjid


Alahuma sholli wasallim‟alaa sayyidinaa muhammadin wa‟alaa aalihi wa shohbihi
ajma‟in. Allahumma rabbanaa aatina fiid dun-yaa‟ adzaaban naari.
Walhamdulillahi rabbil‟alamin.
Artinya : ya Allah limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kita nabi
muhammad teriring keluarga, sahabat beliau semuanya. Ya Allah, ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat nanti, serta
peliharalah kami dari azab neraka. Dan segala puji bagi Allah Tuhan sementara
Alam.

3. Sholat Dhuha
Merupakan sholat sunah yang dikerjakan pada sekitar jam 7 pagi, waktu dimana
matahari terbit atau naik sekitar 7 hasta sampai terasa panas menjelang Dzuhur.
Sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua hari atau sekitar pukul 9 pagi.
boleh dikerjakan sendiri maupun berjamaah.

Tata Cara Sholat Sunah Dhuha

Sholat Dhuha dilakukan dalam satuan dua kali raka‟at untuk satu kali salam.
Jumlah raka‟atnya ada delapan, namun adapula yang mengatakan boleh
dubelas raka‟at, atau tidak ada batasan.

1. Niat

“ushalli sunnatadh-dhuha rak‟ataini lillahi ta‟aalaa. Allahu akbar. Yang artinya;


saya niat sholat sunnat dhuha dua raka‟at karena allah ta‟allah maha besar.

1. Membaca doa iftitah

2. Membaca surat al-fatiha

3. Membaca surat dalam Al-Quran ( dianjurkan raka‟at pertama membaca


surat Asy-Syam, dan Raka‟at membaca surat Al-Lail )

4. Selanjutnya dilakukan dengan gerakan sholat seperti biasa

Doa Sesudah Sholat Dhuha


“Allahumma innaddhuhaa-a dhuhaa-uka wal bahaa-a bahaa-uka waljamaala
jamaaluka wal quwataa quwaatuka wal qudrata qudratuka wal‟ishmata ishmatuka.
Allahuma inkaana rizqii fisamaa-i faandzilhu wa inkaana fil ardhi faakrijhu wa inkaana
mu‟assaraanfayassirhu wa inkaana haraamawwaaquwwatika wakudratika aatini maa
aataita‟ ibaadakasshaalihiin.”
Artinya :
“Ya allah sesungguhnya dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah
keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatanmu adalah kekuatan-Mu,
penjagaan adalah Penjagaan-Mu, ya Allah, apbila rezekiku berada diatas Langit maka
turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila haram
sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaranmu Dhuha-Mu, kekuasaan-Mu
(Wahai Tuhanku). Datangkanlah padaku apa yang engkau datangkan kepada hamba-
hamba-Mu yang shaleh.”
4. Sholat Rawatib
Sholat Rawatib merupakan sunah yang biasa dikerjakan sebelum atau sesudah
sholat wajib. Seluruhnya berjumlah 22 Raka‟at, dengan rincian sebagai berikut.
 Sholat Subuh : 2 Raka‟at sebelum ( qabliyah ) dan tidak ada sholat
sesudanya ( ba‟diyah ).
 Sholat Dzuhur : 2 Raka‟at qabliyah, 2 atau 4 Raka‟at ba‟diyah.
 Sholat Ashar : 2 Raka‟at qabliyah, tidak ada ba‟diyah.
 Sholat Maghrib : tidak ada qabliyah, 2 raka‟at ba‟diyah.
 Sholat Isya : 2 Raka‟at qabliyah, 2 raka‟at ba‟diyah.

Tata Cara sholat Rawatib


Cara mengerjakan sholat rawatib sama saja dengan sholat biasanya, hanya saja
berbeda pada niatnya. Pelaksanaannya tidak bersamaan dengan Adzan maupun
Iqamah, dan dikerjakan sendiri.
 Niat sholat Rawatib 2 Raka‟at sebelum sholat Dzuhur;
“ushalli sunnatazh zhuhri rak‟ataini qabliyatan lillaahi ta‟aala.‟‟ Yang artinya
sebelum dzuhur 2 Raka‟at karena Allah Ta‟ala.
 Niat sholat Rawatib 2 Raka‟at sesudah sholat Dzuhur
“ushalli sunnatazh zhuhri rak‟ataini ba‟diyatan lillaahi ta‟aala.‟‟ Yanga artinya;
aku niat sholat sunnah sesudah dzuhur 2 raka‟at karena Allah Ta‟aala‟‟
 Niat sholat Rawatib 2 Raka‟at sebelum sholat Shubuh;
“ushalli sunnatazh shubhi rak‟ataini qabliyatan lillahi ta‟aala.‟‟ Yang artinya
aku niat sholat sunnat sebelum subuh 2 raka‟at karena Allah Ta‟ala.
 Niat sholat Rawatib 2 Raka‟at sebelum sholat Ashar;
Ushalli sunnatazh „ashri rak‟ataini qabliyatan lillahi ta‟aala. Yang artinya; aku
niat sholat sunnat sebelum ashar 2 raka‟at karena Allah Ta‟ala
 Niat Sholat Rawatib 2 raka‟at sesudah shollat maghrib
”ushalli sunnatazh maghribi rak‟ataini ba‟diyatan lillaahi ta‟aala.” Yang artinya
aku niat sholat sunnat sesudah maghrib 2 rak‟at karena Allah Ta‟ala”
 Niat sholat Rawatib 2 Raka‟at sebelum sholat Isya;
“ushalli sunnatazh isyaa-i rakataini qabliyatan lillaahi ta‟aala. Yang artinya;
aku niat sholat sunnat sebelum isya 2 raka‟at karena Allah Ta‟ala‟
 Niat sholat Rawatib 2 Raka‟at sesudah sholat Isya
“ushalli sunnatazh Isyaa-i rak‟ataini ba‟diyatan lillahi ta‟aala. Yang artinya”.
Aku niat Sholat Sunnat sesudah Isya 2 Raka‟at karena Allah Ta‟ala

5. Sholat Tahajud
Sholat Tahajud merupakan Sholat sunnat yang dikerjakan pada waktu sunat
yang dikerjakan pada waktu malam hari/ dikerjakan dalam satuan 2 Raka‟at
untuk satu kali salam. Dikerjakan apabila telah terbangun dari tidur dan sudah
mengerjakan sholat isya.

Dilaksanakan di Awal malam yakni antara waktu Isya sampai sekitar pukul 10
malam (sepertiga pertama maalam). Atau dikerjakan pada tengah malam, antara
pukul 10 sampai pukul 1 dini hari (sepertiga kedua malam). Dan paling utama
apabila dikerjakan pada hari sampai menjelang sholat subuh (sepertiga akhir
malam).

Tata Cara Sholat Tahajud


Dilakukan sama seperti kita mengerjakan sholat biasanya. Jumlah raka‟at
raka‟atnya minimal 2 raka‟at untuk 2 kali salam dan tidak ada maximal bilangan
raka‟at karena dilakukan sebanyak yang mampu kita bisa kerjakan.

 Niatnya
Ushhali sunnatat tahajjud rak‟ataini lilaahi ta‟aalaa‟. Artinya, “aku niat sholat
sunnat tahajud dua raka‟at, karena Allah Ta‟ala”.

 Membaca takbir ( Allahu Akbar ) saat takbiratul ihram


 Sunat membaca doa alfatiha
 Membaca surat Al-Fatiha, lalu dikuti oleh surah pendek boleh apa saja yang
telah di hafal.
 Kemudian lakukan gerakan sholat biasanya sampai salam
 Disunatkan membaca bacaan wirid, tasbih, tahmid, takbir, sholawat, istgfar
setelah salam.

Doa Sesudah Sholat Tahajjud


“Allahuma lakal hamdu anta qayyimus samaa waati wal ardhi wa man fiihinna.
Wa lakal hamdu anta malikus samaawaati wal ardhi wa man fiihinna. Wa lakal
hamdu anta nuurus sammaawaati wal ardhi wa man fiihinna. Wa lakal hamdu
antal haqqun, wa qauluka haqqun, wal jannatu haqqun, wannaaru haquun.
Wannabiyyuuna haqqun. Wa muhammadun shallallaahu alaihi wassallama
haqqun wassaa‟ atuh haqqun. Allahuma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa
alaika tawakkaltu, wa ilaika haakamtu, faghfirlii maa qaddamtu, wa maa akh-
khartu, wa maa asratu, wa maa akh-khartu, wa maa anta a‟lamu bihiminnii. Antal
muqaddumu, wa antal mu‟akhiru, laa ilaaha illa anta, wa laa haula wa laa
quwwata ilaa bilaah. “

Artinya :
“Wahai Allah, Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah penegak dan pengurus langit
dan bumi serta makhluk yang ada didalamnya. Milik-Mu lah segala puji.
Engkaulah penguasa (raja) langit dan bumi serta makhluk yang ada didalamnya.
Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah cahaya langit dan Bumi serta makhluk yang
ada didalamnya. Milik-Mu lah segala puji. Engkaulah yang Hak (benar), janji-Mu
lah yang benar, pertemuan dengan-Mu adalah benar, perkataan-Mu benar, surga
itu benar (ada), neraka itu benar (ada). Para nabi itu benar, nabi Muhammad
SAW itu benar, dan hari kiaamat itu benar (ada). Wahai Allah ! hanya kepada-Mu
lah aku berserah diri, hanya Kepada-Mu lah aku beriman. Hanya kepada-Mu lah
bertawakkal hanya kepada-Mu lah aku kembali, hanya dengan-Mu lah kuhadapi
musuhku, dan hanya Kepada-Mu lah aku berhukum, oleh karena itu ampinilah
aku segala dosaku, yang telah kulakukan dan yang mungkin akan kulakukan,
yang kurahasiakan dan yang kulakukan secara terang-terangan, dan dosa-dosa
lainnya yang engkau lebih mengetahuinya dari pada aku. Engkaulah yang maha
terdahulu dan engkaulah dan engkaulah yang maha terakhir. Tak ada tuhan
selain engkau, dan tak adanya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah.”

C. Mampu menjelaskan makna berpuasa serta macam-macam puasa


Puasa adalah karakteristik moral dan spiritual yang unik dalam Islam. Secara
harfiah Puasa dalam islam didefinisikan untuk menjauhkan diri "sepenuhnya" dari
makanan, minuman, hubungan intim dan merokok, mulai dari dari fajar sampai
matahari terbenam, selama seluruh bulan Ramadhan, bulan kesembilan dalam
tahun Islam.

Tetapi jika kita membatasi arti dari Puasa Islam ini pengertian literal, kita akan
sedikit keliru. Puasa tidak hanya mengenai lapar fisik dan haus yang merupakan
puasa Muslim, tetapi malam sebelum awal puasa memperoleh karakter yang jauh
lebih penting dan memainkan peran sentral dalam institusi puasa. Kaum Muslim
bangun berjam-jam sebelum fajar untuk berdoa dan mengingat Allah. Juga Al-
Quran dibacakan di setiap rumah Muslim lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.
Sebagian besar dari malam demikian dihabiskan dalam latihan spiritual yang
membentuk diri sehingga puasa jadi lebih bermakna.

Pada siang hari, selain menahan dari makanan dan air, semua umat Islam
terutama didesak dari bicara sia-sia, pertengkaran dan perkelahian, atau dari
pekerjaan seperti di bawah martabat seorang mukmin sejati. Tidak mengumbar
kesenangan duniawi diperbolehkan, bahkan suami dan istri di siang hari menjalani
kehidupan yang terpisah, kecuali untuk hubungan manusia formal yang umum
untuk semua orang.

Macam-macam puasa
Puasa dalam Islam bermacam-macam, dan perlu dikaji secara mendalam.
Ada dua jenis perintah berkaitan dengan puasa. Satu berkaitan dengan puasa wajib
dan yang lain puasa yang bersifat sunnah (pilihan).
1. Puasa wajib
Puasa Wajib yaitu buasa yang dilakukan pada bulan kesembilan dalam kalender
islam, yaitu bulan ramadhan, dilakukan selama satu bulan penuh dan diakhiri deangan
salat idul fitri.
2. Puasa sunnah
Ada kalanya dianjurkan untuk melakukan puasa sunah, sepeti Tradisi Nabi
Muhammad saw. Di antara waktu: Setiap hari Senin dan Kamis dari seminggu
Hari ke-13, 14, dan 15 setiap bulan lunar Enam hari di bulan Syawal (bulan setelah
Ramadhan) Hari Arafat (tanggal 9 Dzulhijjah di (Hijriah) Islam kalender) Hari Ashuraa
(10 Muharram dalam (Hijriah) Islam kalender), dengan satu hari lagi puasa sebelum
atau setelahnya.
3. Puasa kafarat
Yakni bayaran yang diberikan karena tidak mampu memberikan apa yang
seharusnya dari hukum yang dilanggar dikarenakan lalai menjalankan kewajiban.
Penyebab puasa ini berdasarkan antara lain:
a. Apabila seseorang tidak mampu memberi makan sepuluh fakir miskin
sebanyak atau membebaskan seorang budak, maka ia harus berpuasa
selama tiiga hari.
b. Jika seseorang membunuh seorang mukmin dan ia tidak mampu
membayar uang darah (tebusan) atau mungkin memerdekakan seorang
budak, maka ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

Ketika Islam diperkenalkan agama ini tak tertandingi, benih ditanam tercipta
sebuah pohon yang terus tumbuh dengan kebajikan tak terbatas dan produk yang tak
ternilai. Berikut adalah penjelasan tentang makna spiritual dari Puasa Islam:
1. Cinta yang tulus: karena ketika ia mengamati Puasa dia melakukannya karena kasih
yang mendalam bagi Allah. Dan orang yang mengasihi Allah benar-benar adalah orang
yang benar-benar tahu apa itu cinta.
2. Melengkapi manusia dengan rasa kreatif harapan dan pandangan optimis terhadap
kehidupan, karena ketika ia berpuasa ia berharap untuk menyenangkan Allah dan
mencari karunia-Nya.
3. Menumbuhkan dalam diri manusia kebajikan kebenaran akan devosi yang efektif,
dedikasi jujur dan kedekatan dengan Allah, karena ketika ia berpuasa ia melakukannya
untuk Tuhan dan demi-Nya sendiri.
4. Melatih Manusia dalam kesabaran dan tidak mementingkan diri sendiri, melalui
puasa, ia merasa sakit kekurangan tapi dia bertahan. Mereka sabar.
5. Puasa adalah resep Ilahi untuk diri-jaminan dan pengendalian diri.

D. Tahu Tata Cara Merawat atau mengurus Zenajah ( Tazhijul Jenazah )


Hal-hal Yang Wajib Bagi Mayit
Menurut Imam Nawawi dan Al-Rafi‟iy bahwa ada 4 hal yang menjadi tanggung jawab
ahli mayit. Di antaranya adalah memandikan, mengkafani, menyalati dan menguburkan.
Jmuhur ulama menyepakati hokum mengurus jenazah adalah fardlu kifayah, yakni
gugur kewajiban apabila satu orang atau sebagaian dari kaum tersebut melaksanakan
kewajiban tersebut.

1. Cara Memandikan
Ada beberapa tahap pelaksanaan memandikan jenazah.
a. Menyediakan peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk memandikan.
- Kapas.
- Dua buah sarung tangan atau dua helai sapu tangan dari kafan.
- Spon penggosok.
- Alat penggerus, dipakai untuk menghaluskan kafur barus.
- Shampoo.
- Daun bidara atau sabun mandi untuk menghilangkan bau jenazah.
- Masker (jika diperlukan).
- Air secukupnya.
- Minyak wangi atau pengusir bau busuk.
b. Menyediakan tempat khusus yang tertutup dari umum.
c. Menutup aurat jenazah, dengan menutupkan kain kebat di sekujur jenazah.
d. Melunakan persendian, memotong kuku yang panjang dan bulu ketiak
seperlunya. Dan tidak membuangnya, melainkan dimasukan ke dalam kafannya
jenazah.
e. Menghilangkan kotoran dari tubuh si mayit dan ditinggikan.
f. Mewudhukan si mayit. Seperti wudhu ketika akan shalat.
Bahkan kalau perlu sebelum wudhu, jenazah disiwak terlebih dahulu. Tidak
perlu dengan kayu „ud atau sikat gigi. Cukup menggunakan kain basah saja, lalu
digosok-gosokkan pada gigi jenazah secara pelan-pelan.
Demikianhalnya membersihkan setiap lubang yang terbuka secara hati-hati.
g. Membasuh tubuh jenazah.
Agar air tidak masuk ke dalam rongga jenazah, maka kalau perlu posisi
memandikannya dengan kemiringan sekitar 75 derajat, ditopang oleh lutut yang
memandikan jenazah yang lain. Tapi, jika masih bisa diatasi tidak perlu.
a. Ambillah perasan daun bidara atau air sabun agar mudah membasuh anggota
tubuh jenazah.
b. Mulai dari meremas-remas rambut jenazah pelan-pelan dengan jemari, karena
takut rontok. Biasanya dibantu dengan sisir berbuku lebar.
c. Membasuh bahu kanan, ketiak, lengan, lambung, paha kanan, betis dan telapak
kakinya.
d. Membalikan sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, lalu membasuh belahan
punggung yang sebelah kanan.
e. Selanjutnya dengan cara yang sama membasuh anggota tubuh sebelah kiri.
Afhaliyahnya membasuh sebanyak 3 kali. Meskipun sekali pun sudah cukup.
Pengulangan dilakukan seperlunya saja dengan hitungan ganjil, jika 2 kali jadi 3
kali dan seterusnya. Adapun air yang dipakai adalah air yang sejuk dan air
mutlak. Dihindarkan air yang terlalu dingin dan terlalu panas. Jika ada kotoran
yang sulit dihilangkan, tidak perlu dikerik atau digosok dengan keras, cukup
menggunakan air hangat dan sabun.
f. Pada akhir proses memandikan dianjurkan untuk menambahkan kafur barus
yang dihaluskan.
Proses tersebut di atas sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW,
‫اج َع ْلنَ ِفي اْالَ ِخ َر ِة َكافُ ْو ًرا‬ ً ‫اِ ْغ ِس ْلنَ َها ثَالَثًا ا َ ْو خ َْم‬
ْ ‫سا ا َ ْو ا َ ْكث َ َر ِم ْن َذا ِل َن ا ِْن َرا َ ْيت ُ َّن َذا ِل َن ِب َماءٍ َو ِسد ٍْر َو‬
ٍ َ‫ش ْع َرهَا ثَالَثَةَ اَثْال‬
‫ث لَ ْرنَ ْي َها‬ ُ ‫اضعِ اْ ُلو‬
َ َ‫ض ْو ِء ِم ْن َها ف‬
َ ‫ظفَّ ْرنَا‬ ِ َ‫ش ْيئًا ِم ْن َكافُ ْو ٍر َوا ْب َد ْءنَ بِ َمي‬
ِ ‫امنِ َها َو َم َو‬ َ ‫ا َ ْو‬
) ْ ‫َار‬ ِ ‫َاصيَتِ َها ( َر َوااُ اْلبُخ‬ ِ ‫َون‬
“Basuhlah ia tiga kali, atau lima kali atau lebih dari itu, jika kalian melihat hal yang
demikian (pergunakanlah) dengan air dan bidara pada permulaannya, dan gunakanlah
kafur atau campurkan sedikit kafur dalam basuhan terakhir. Mulailah dari bagian tubuh
sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu”. Lalu Ummu „Athiyyah berkata: “Lalu kami
menyela-nyela rambutnya tiga kali kali berulang tanduk dan ubun-ubunnya.” (HR. al-
Bukhariy).
g. Setelah selesai, kemudian jenazah dikeringkan dengan handuk kering.

2. Cara Mengkapani
A. Tentunya kaffan disediakan setelah selesai memandikan jenazah. Caranya :
a. Jenazah laki-laki
1. Hamparkan tikar.
2. Letakan lima utas tali pengikat di atas tikar.
3. Kain kaffan dipotong tiga. Ukurannya disesuaikan jenazah ditambah 60
cm.
4. Atau lapisan bisa ditumpuk tiga saja
5. Satu lembar kain kurung di atas kaffan 1,2 dan 3.
b. Jenazah perempuan
Seperti halnya persediaan kaffan jenazah laki-laki, hanya saja ditambah 2
lembar lagi yakni 1 lembar untuk sarung dan 1 lagi untuk celana dalam.
B. Lalu di atasnya, dihamparkan kapas gulung, taburan ramuan minyak-minyakan
seperti serbuk
kayu cendana, air mawar, kafur barus dan daun pandan.
C. Untuk jenazah perempuan, pakaikanlah celana dalamnya kain ke-5).
D. Balutkan sarungnya (kain ke-4).
E. Tutupkan kain kurungnya (kerudung) yang bagian depan (jenazah perempuan).
F. Bungkus jenazah dengan kain kaffan ke-3.
G. Bungkus kembali dengan kain kaffan ke-2.
H. Kain kaffan yang ke-1, dilibatkan (mennutupi) kain ke-2 dan ke-3).
I. Ikatlah jenazah dengan 5 (lima) ikat tali yang sudah disediakan.

3. Cara Menyalati
Menyalati jenazah, merupakan rangkain proses tajhizul janaiz (persiapan jenazah),
yang agak berbeda dengan shalat pada umumnya. Karena dalam shalat ini, jama‟ah
tidak ruku‟ dan sujud. Dengan kata lain, mereka cukup berdiri, sehingga niatnya pun
dikaitkan dengan 4 (empat) kali tabkir.

Imam Taqiyyudin dalam kitab kifayatul Akhyar bahwa rukun shalat jenazah ada 7, yakni
:
1. Niat.
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Membaca takbir 4 kali.
4. Membaca al-Fatihah pada takbir ke-1.
5. Membaca shalawat, wajib setelah takbie ke-2.
6. Membaca do‟a, mayit wajib setelah takbir ke-3.
7. Salam pertama, wajib setelah takbir ke-4.

Adapun sunnah-sunnahnya, di antaranya adalah :


1. Membaca ta‟awwudz sebelum membaca fatihah.
2. Membaca fatihah setelah takbir pertama.
3. Membaca do‟a
‫اللَّ ُه َّم الَ ت َ ْح ِر ْمنَا ا َ ْج َراُ ̸هَا َوالَ ت ُ ْف ِتنَّا َب ْع َداُ ̸ هَا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَهُ ̸ لَ َها‬
“Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dengan pahala kebaikannya, janganlah
Enkau tibakan fitnah keburukan sepeninggalnya, dan ampunilah dosa kami dan ia.

Setelah takbir ke-4 dan sebelum salam.


4. Megucapkan salam kedua.

Selengkapnya pelaksanaan shalat jenazah.

Pertama berniat dalam hati menyalati jenazah,


a. Jika jenazah laki-laki hadir dengan ucapan,
: ‫عالَى‬ ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَا َي ِة‬
َ َ ‫ّلِل ت‬ ِ ّ‫علَى َه َذااْل َم ِي‬
ٍ ‫ت ا َ ْر َب َع ت َ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّ ِيى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah ini 4 kali takbir fardlu karena Allah Ta‟ala:
….

Atau:
: ‫ض اْل ِكفَايَ ِة ِ َّّلِلِ تَعَالَى‬ ٍ ‫) ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬....(‫علَى فُالَ ِن‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّيِى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah Pulan …………….4 kali takbir fardlu
karena Allah Ta‟ala: ….
Atau:
ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة‬
: ‫ّلِل تَعَالَى‬ ٍ ‫ت ْال ُم ْس ِل ْميْنَ ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫علَى َم ْن َح‬
ِ ‫ض َر ِم ْن ا َ ْم َوا‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّيِى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah muslim yang hadir, 4 kali takbir fardlu
kifayat karena Allah Ta‟ala: ….

Atau:
: ‫عالَى‬
َ َ‫ت‬ ِ‫ض اْل ِكفَايَ ِة ِ َّّلِل‬ َ ‫صلَّى‬
ٍ ‫علَ ْي ِه اْ ِال َما ُم ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫علَى َم ْن‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّيِى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah yang dishalati imam, 4 kali takbir fardlu
karena Allah Ta‟ala: …

b. Jika jenazah perempuan hadir dengan ucapan,


: ‫عالَى‬ ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة‬
َ َ ‫ّلِل ت‬ ٍ ‫علَى َه َذ ِا اْل َم ِيّت َ ِة ا َ ْربَ َع ت َ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّ ِيى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah ini 4 kali takbir fardlu karena Allah Ta‟ala:
….

Atau:
: ‫عالَى‬ ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَا َي ِة‬
َ َ ‫ّلِل ت‬ ٍ ‫) ا َ ْر َب َع ت َ ْك ِبي َْرا‬....(‫علَى فُالَنَ ِة‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّ ِيى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah Pulan …………….4 kali takbir fardlu
karena Allah Ta‟ala: ….
Atau:
َ َ ‫ض اْل ِكفَا َي ِة ِ َّّلِلِ ت‬
: ‫عالَى‬ ٍ ‫ت ْال ُم ْس ِل ْميْنَ ا َ ْر َب َع ت َ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ ِ ‫ت ِم ْن ا َ ْم َوا‬ َ ‫علَى َم ْن َح‬
ْ ‫ض َر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّ ِيى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah muslim yang hadir, 4 kali takbir fardlu
kifayat karena Allah Ta‟ala: ….

Atau:
ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة‬
: ‫ّلِل تَعَالَى‬ َ ‫صلَّى‬
ٍ ‫علَ ْي َها اْ ِال َما ُم ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫علَى َم ْن‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّيِى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah yang dishalati imam, 4 kali takbir fardlu
karena Allah Ta‟ala: ….
c. Jika jenazah yang tidak hadir (ghaib) dengan ucapan,

ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة‬


: ‫ّلِل تَعَالَى‬ ٍ ‫) ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬....( ‫علَى فُالَ ِن‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّيِى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah Pulan …………….4 kali takbir fardlu
karena Allah Ta‟ala: ….

Atau:
: ‫عالَى‬ ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة‬
َ َ ‫ّلِل ت‬ ٍ ‫علَ ْي ِه ا َ ْربَ َع ت َ ْك ِبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ ‫صالَة‬ ِ َ ‫علَى َم ْن ت‬
َّ ‫ص ُّح ال‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّ ِيى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah yang shah shalat atasnya, 4 kali takbir
fardlu kifayat karena Allah Ta‟ala: ….

Atau:

ِ َّ ِ ‫ض اْل ِكفَايَ ِة‬


: ‫ّلِل تَعَالَى‬ َ ‫صلَّى‬
ٍ ‫علَ ْي َها اْ ِال َما ُم ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ‫علَى َم ْن‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِلّيِى‬
“Aku berniat mendirikan shalat atas jenazah yang dishalati imam, 4 kali takbir fardlu
karena Allah Ta‟ala: ….

Kedua, takbiratul ihram. Kemudian disunahkan membaca surat al-Fatihah.


Ketiga, takbir kedua. Kemudian membaca shalawat,
َ ‫علَى‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص ِّل‬
Atau yang panjang
‫علَى ا َ ِل‬َ ‫س ِيّ ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم َو‬َ ‫علَى‬ َ ‫ْت‬ َ ‫صلَّي‬ َ ‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫علَى ا َ ِل‬ َ ‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬َ ‫علَى‬ َ ‫ص ِّل‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
َ ‫علَى‬
‫س ِيّ ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم‬ َ ‫ت‬ َ ‫ار ْك‬ َ ‫علَى ا َ ِل‬
َ ‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َب‬ َ ‫علَى‬
َ ‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ار ْن‬ ِ ‫س ِيّ ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم َو َب‬
َ
‫ فِي اْلعَالَ ِميْنَ اِنَّ َن َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬. ‫سيِّ ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم‬ َ ‫علَى ا َ ِل‬ َ ‫َو‬
Keempat, takbir ketiga. Membaca do‟a bagi jenazah,
a. Jika jenazah dewasa,
‫ع ْن َها‬
َ ̸ ُ‫ع ْنه‬
َ ‫ْف‬ ْ ‫اللُّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ ̸ لَ َها َو‬
َ ‫ار َح ْمهُ ̸ هَا َو‬
ُ ‫عافِ ِه ̸ هَا َواع‬
Atau untuk jenazah dewasa laki-laki lebih lengkapnya,

‫ظلُ َم ِة‬
ُ ‫ع ْب َدي َْن خ ََر َج ِم ْن ُر ْوحِ ال ُّد ْن َيا َو ِس َعتِ َها َو َم ْحب ُْوبُهُ َوا َ ْح َبابُهُ فِ ْي َها اِلَى‬ َ ‫ع ْبد َُن َواب ُْن‬ َ ‫اللُّ ُه َّم َه َذا‬
‫ع ْبد َُن‬ َ ‫ت َو ْح َد َن الَ ش َِري َْن لَ َن َوا َ َّن‬
َ ‫س ِيّ َدنَا ُم َح َّم ٌد‬ َ ‫اْلمَب ِْر َو َما ُه َو الَ ِل ْي ِه َكانَ َي ْش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ ا َ ْن‬
‫ت‬‫ص َب َح فَ ِمي ًْرا اِلَى َر ْح َمتِ َن َوا َ ْن َ‬ ‫ت َخي ُْر َم ْن ُز ْو ٍل ِب ِه َوا َ ْ‬ ‫ت ا َ ْعلَ ُم ِب ِه اللَّ ُه َّم اِنَّهُ نَزَ َل َوا َ ْن َ‬‫س ْولُ َن َوا َ ْن َ‬‫َو َر ُ‬
‫سا ِن ِه َوا ِْن َكانَ‬ ‫شفَ َعا َء لَهُ ‪ .‬اللَّ ُه َّم ا ِْن َكانَ ُم ْح ِسنًا فَ ِز ْد ِف ْي ا ِْح َ‬ ‫ع َذا ِب ِه َولَ ْد ِجئْنَا َرا ِغ ِبيْنَ اِلَي َْن ُ‬ ‫ع ْن َ‬ ‫ي َ‬ ‫غ ِن ٌّ‬ ‫َ‬
‫اف‬‫س ْح لَهُ فِ ْي لَب ِْر ِا َو َج ِ‬ ‫ان َولِ ِه فِتْنَةَ اْلمَب ِْر َو َ‬
‫ع َذابَهُ َوا َ ْف َ‬ ‫ض َ‬ ‫ع ْنهُ َولَ ِمّ ِه بِ َر ْح َمتِ َن ِر َ‬ ‫ُم ِس ْيئًا فَ َجا ِو ْز َ‬
‫ع َذا ِب َن َحتَّى ت َ ْب َعثَهُ ا َ ِمنًا اِلَى َجنَّتِ َن ِب َر ْح َمتِ َن يَاا َ ْر َح َم‬ ‫ع ْن َج ْن ِب ِه َولَ ِمّ ِه ِب َر ْح َمتِ َن اْالَ ْمنَ ِم ْن َ‬ ‫ض َ‬ ‫اْالَ ْر َ‬
‫اح ِميْنَ‬
‫الر ِ‬ ‫َّ‬
‫‪Atau untuk jenazah dewasa perempuan lebih lengkapnya,‬‬
‫ظلُ َم ِة‬
‫ت ِم ْن ُر ْوحِ ال ُّد ْنيَا َو ِسعَتِ َها َو َم ْحب ُْوبُ َها َوا َ ْحبَابُ َها فِ ْي َها اِلَى ُ‬ ‫اللُّ ُه َّم َه ِذ ِا ا َ َّمت ُ َن َوبِ ْنتُ ا َ َّمت ُ َن خ ََر َج ْ‬
‫ع ْبد َُن‬ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّم ٌد َ‬‫ت َو ْح َد َن الَ ش َِري َْن لَ َن َوا َ َّن َ‬ ‫َت ت َ ْش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ ا َ ْن َ‬ ‫ي الَلِ ْي َها َكان ْ‬ ‫اْلمَب ِْر َو َما ِه َ‬
‫ت فَ ِمي َْرة ً اِلَى َر ْح َمتِ َن‬ ‫ت َخي ُْر َم ْن ُز ْو ٍل ِب َها َوا َ ْ‬
‫ص َب َح ْ‬ ‫ت َوا َ ْن َ‬‫ت ا َ ْعلَ ُم ِب َها اللَّ ُه َّم اِنَّ َها نَزَ لَ ْ‬
‫س ْولُ َن َوا َ ْن َ‬ ‫َو َر ُ‬
‫سا ِن َها‬ ‫َت ُم ْح ِسنَةً فَ ِز ْد ِف ْي ا ِْح َ‬ ‫شفَ َعا َء لَ َها ‪ .‬اللَّ ُه َّم ا ِْن َكان ْ‬
‫ع َذا ِب َها َولَ ْد ِجئْنَا َرا ِغ ِبيْنَ اِلَي َْن ُ‬ ‫ع ْن َ‬ ‫ي َ‬ ‫ت َ‬
‫غ ِن ٌّ‬ ‫َوا َ ْن َ‬
‫س ْح لَها َ فِ ْي‬ ‫ان َولِ َها فِتْنَةَ اْلمَب ِْر َو َ‬
‫ع َذابَ َها َوا َ ْف َ‬ ‫ض َ‬ ‫ع ْن َها َولَ ِمّها َ بِ َر ْح َمتِ َن ِر َ‬ ‫َت ُم ِس ْيئَةً فَ َجا ِو ْز َ‬ ‫َوا ِْن َكان ْ‬
‫ع َذا ِب َن َحتَّى ت َ ْب َعث َ َها ا َ ِمنَةً اِلَى َجنَّتِ َن‬ ‫ع ْن َج ْن ِب َها َولَ ِمّ َها ِب َر ْح َمتِ َن اْالَ ْمنَ ِم ْن َ‬ ‫ض َ‬ ‫اف اْالَ ْر َ‬ ‫لَب ِْرهَا َو َج ِ‬
‫اح ِميْنَ‬ ‫ِب َر ْح َم ِت َن َياا َ ْر َح َم َّ‬
‫الر ِ‬
‫‪Atau untuk jenazah dewasa perempuan lebih lengkapnya,‬‬
‫‪b.‬‬ ‫‪Jika jenazah laki-laki yang masih kecil,‬‬
‫ظةً َوا ْعتِبَ ً‬ ‫سلَفًا َوذُ ْخ ًرا َو ِع َ‬ ‫اجعَ ْلهُ فَ َر ً‬
‫اللُّ ُه َّم ْ‬
‫ش ِف ْيعًا َوث َ ِمّ ْل بِ ِه َم َو ِاز ْينَ ُه َم َاوا َ ْف ِرغِ‬
‫ارا َو َ‬ ‫طا ِالَبَ َو ْي ِه َو َ‬
‫علَى لُلُ ْوبِ ِه َما َوالَ ت َ ْفتِ ْن ُه َما بَ ْع َداُ َوالَ ت َ ْح ِر ْم ُه َما ا َ ْج َراُ‬‫صب َْر َ‬
‫ال َّ‬
‫‪Jika jenazah perempuan yang masih kecil,‬‬

‫ارا َو َ ً‬ ‫ظةً َوا ْعتِبَ ً‬ ‫سلَفًا َوذُ ْخ ًرا َو ِع َ‬ ‫اج َع ْل َها فَ َر ً‬


‫اللُّ ُه َّم ْ‬
‫ش ِف ْي َعة َوث َ ِمّ ْل ِب َها َم َو ِاز ْينَ ُه َم َاوا َ ْف ِرغِ‬ ‫طا ِالَبَ َو ْي َها َو َ‬
‫علَى لُلُ ْو ِب ِه َما َوالَ ت َ ْف ِت ْن ُه َما َب ْع َدهَا َوالَ ت َ ْح ِر ْم ُه َما ا َ ْج َرهَا‬‫صب َْر َ‬
‫ال َّ‬
‫‪Kelima, takbir keempat. Sunnah membaca do‟a,‬‬
‫اللَّ ُه َّم الَ ت َ ْح ِر ْمنَا ا َ ْج َراُ ̸هَا َوالَ ت ُ ْفتِنَّا بَ ْع َداُ ̸ هَا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَهُ ̸ لَ َها‬
‫‪“Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dengan pahala kebaikannya, janganlah‬‬
‫‪Enkau tibakan fitnah keburukan sepeninggalnya, dan ampunilah dosa kami dan ia.‬‬
‫‪Keenam, salam.‬‬

‫‪4. Cara Mengubur‬‬


‫‪Dalam hal ini, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yakni :‬‬
‫‪a) Ukuran tempat jenazah paling tidak bias menjaga mayit dari binatang buas dan‬‬
‫‪bau.‬‬
‫‪b) Maksimal berukuran 4 driro atau 2,5 meter.‬‬
‫‪c) Bila kondisi tanahnya kering, maka dianjurkan lahad berada di sebelah bawah‬‬
‫‪samping arah kiblat kanan kepala ke arah selatan. Jika basah, maka bagian‬‬
‫‪tengah digali sekiranya jenazah masuk.‬‬
‫‪d) Posisi keranda di sebelah kanan. Dianjurkan ketika menurunkan jenazah ke‬‬
‫‪dalam, mukanya ditutup kain dan perlahan-lahan dari anggota badan terlebih‬‬
‫‪dahulu.‬‬
‫‪e) Sambil memasukan jenazah, petugas membaca do‟a berikut, Untuk jenazah laki-‬‬
‫‪laki dibacakan,‬‬
‫س ْع لَهُ ِفي لَب ِْر ِا‬
‫اء ِل ُر ْو ِح ِه َوا َ ْك ِر ْم َم ْن ِزلَهُ َو َو ِ ّ‬
‫س َم ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم ا ْفت َ ْح اَب َْو َ‬
‫اب ال َّ‬
‫‪Untuk jenazah laki-laki dibacakan,‬‬
‫س ْع لَ َها فِي لَب ِْرهَا‬
‫اء ِل ُر ْو ِح َها َوا َ ْك ِر ْم َم ْن ِزلَ َها َو َو ِ ّ‬
‫س َم ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم ا ْفت َ ْح اَب َْو َ‬
‫اب ال َّ‬
‫‪Ketika akan dimasukan ke dalam lahad, petugas membaca,‬‬
‫َاص ِم ْن َوا ِل ِد ِا َوا َ ْه ِل ِه‬‫سلَّ َم اللَّ ُه َّم ا َ ْسلَ َمهُ اِلَي َْن اْالَ ْشخ َ‬ ‫صلَّى هللاُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫س ْو ِل هللاِ َ‬ ‫علَى ِملَّ ِة َر ُ‬ ‫بِس ِْم هللاِ َو َ‬
‫ظلُ َم ِة ْالمَب ِْر‬
‫س َع ِة ال ُّد ْن َيا َو ْال َح َياة َ اِلَى ُ‬
‫ارقَ َم ْن َكانَ ي ُِحبُّ لُ ْر َبهُ َوخ ََر َج ِم ْن َ‬ ‫َولَ َرا َبتِ ِه َوا ِْخ َوانِ ِه َوفَ َ‬
‫ت‬‫ت ا َ ْاُُ ْال َع ْف ِو ا َ ْن َ‬‫ع ْنهُ فَا َ ْن َ‬
‫ت َ‬‫عفَ ْو َ‬ ‫ب َوا ِْن َ‬ ‫عالَبتَهُ فَ ِب َذ ْن ٍ‬
‫ت َخي ُْر َم ْن ُز ْو ٍل ِب ِه ا ِْن َ‬
‫ض ْي ِم ِه َونَزَ َل ِب َن َوا َ ْن َ‬
‫َو َ‬
‫ب اْلمَب ِْر‬ َ ‫س ِيّئَتَهُ َوا َ ِع ْذاُ ِم ْن‬
ِ ‫ع َذا‬ َ ‫سنَتَهُ َوا ْغ ِف ْر‬ َ ‫ع َذا ِب ِه َو ُه َو فَ ِمي ٌْر اِلَى َر ْح َمتِ َن اللَّ ُه َّم ا ْش ُك ْر َح‬
َ ‫ي ِم ْن‬ َ
ٌّ ِ‫غن‬
ُ‫اج َع ْلهُ ِفي اْلفَا ِئ ِزيْنَ َواْرفَ ْعه‬
ْ ‫ع َذا ِب َن َوا ْك ِف ِه ُك َّل ه َْو ٍل د ُْونَ ْال َجنَّ ِة اللَّ ُه َّم‬
َ ‫اج َم ْع لَهُ ِب َر ْح َم ِت َن اْالَ ْمنَ ِم ْن‬ ْ ‫َو‬
َ‫اح ِميْن‬ َّ ‫ض ِل َر ْح َمتِ َن يا َ ا َ ْر َح َم‬
ِ ‫الر‬ ْ َ‫علَ ْي ِه بِف‬ َ ‫ع ْد‬ُ ‫فِي اْل ِع ِلّ ِيّيْنَ َو‬
f. Sebahagian ulama menegaskan akan sunnahnya memiringkan tubuh jenazah ke
arah kanan, namun wajib menghadapkan ke kiblat, karena hal ini menjadi syarat
syah mengkuburkan. Caranya yang paling mudah agar jenazah miring ke kanan
dan menghadap kiblat adalah dengan membungkukkan jenazah seperti posisi ruku‟
, lalu bagian punggungnya diganjal dengan bata merah atau beberapa kepalan
tanah atau tanah kering. Lalu mulai dari kepala tali pengikatnya dilepas, di simpan
di belakang jenazah. Jangan lupa pipi dan kedua kaki jenazah ditempelkan ke
tanah atau ke dinding kuburan.
Terkait dengan bata atau tanah kepalan yang dipergunakan untuk mengganjal
pungggung jenazah. Maka setiap kepalan atau bata tersebut sudah dibacakan
surat al-Qadr masing-masing 7 (tujuh) kali.
g. Setelah itu, beberapa potongan bamboo atau kayu dipergunakan untuk menutup
lahad agar tidak terkena tanah.
h. Saat itulah dianjurkan bagi mereka yang hadir masing-masing menggenggam
tanah dan melemparkan tanah tersebut dimulai dari kepala, sebanyak 3 (tiga) kali.
Sambil membaca do‟a:
1. Untuk lemparan pertama,
ُ‫ اللَّ ُه َّم لَ ِمّ ْنهُ ِع ْن َد ْال َمسْأَلَ ِة ُح َّجتَه‬, ‫ِم ْن َها َخلَ ْمنَا ُك ْم‬
2. Untuk lemparan kedua,
‫اء ِل ُر ْو ِح ِه‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم ا ْفت َ ْح اَب َْو‬,‫َوفِ ْي َها نُ ِع ْي ُد ُك ْم‬
َّ ‫اب ال‬
3. Untuk lemparan ketiga.
‫ع ْن َج ْنبَ ْي ِه‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ اللَّ ُه َّم َج‬, ‫ارة ً ا ُ ْخ َرى‬
َ ‫اف اْالَ ْر‬ َ َ ‫ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ت‬
i. Setelah kuburan ditimbun dengan padat, lalu tanahnya ditinggikan sekitar 1 jengkal.
Kemudian setelah menimbun dianjurkan berdo‟a,
‫اء‬ِ ‫س َم‬
َّ ‫اب ال‬ َ ‫ع ْن َج ْن َب ْي ِه َوا ْفت َ ْح اَب َْو‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ اللَّ ُه َّم َج‬,‫ض‬
َ ‫اف اْالَ ْر‬ َ ‫ف ِب ِه اْالَ ْر‬ ْ َ ‫ارأ‬
ْ َ‫ع ْبد َُن ُر َّد اِلَي َْن ف‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫سانِ ِه َوا ِْن َكانَ ُم ِس ْيئًا فَت َ َج َاو ْز‬ َ ‫ف فِ ْي ا ِْح‬ َ َ‫س ٍن اللَّ ُه َّم ا ِْن َكانَ ُم ْح ِسنًا ف‬
ْ ‫ضا ِع‬ َ ‫ِل ُر ْو ِح ِه َوتَمَب َّْل ِم ْنهُ بِمَب ُْو ٍل َح‬
ُ‫ع ْنه‬َ
j. Dianjurkan membaca talqin khususnya bagi mayit yang sudah tamyiz. Sebagai
ibarah juga „izhah bagi yang ditinggalkan, dan yang terpenting nasihat bagi si mayit.
Salah seorang ahli mayit, jongkok atau duduk disebelah kanan nisan si mayit,
menghadap timur dan membelakangi arah barat. Sedangkan yang hadir selain
yang membaca talqin tersebut dianjurkan berdiri.
Shigat talqin pada intinya sebagai berikut :
َ‫هللا َو ْح َداُ ال‬ َ َّ‫ش َها َدة ً ا َ ْن الَ اِلَهَ اِال‬ َ ‫علَ ْي ِه ِم ْن َد ِار ال ُّد ْنيَا‬
َ ‫ت‬ َ ‫ع ْب َد هللاِ اِبْنَ ا َ َّم ِة هللاِ ا ْذ ُك ْر َما خ ََر ْج‬ َ ‫يَا‬
ٌ‫عةَ اَتِ َية‬ َ ‫سا‬ َّ ‫ث َح ٌّك َوا َ َّن ال‬ َ ‫ار َح ٌّك َوا َ َّن اْل َب ْع‬َ َّ‫س ْو ُل هللاِ َوا َ َّن ْال َجنَّةَ َح ٌّك َو ا َ َّن الن‬ُ ‫ش َِري َْن لَهُ َوا َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
‫صلَّى‬ َ ‫ْت بِاهللِ َربًّا َوبِا ْ ِال ْسالَ ِم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ضي‬ ِ ‫ث َم ْن فِي اْلمُب ُْو ِر َواَنَّ َن َر‬ ُ َ‫ْب فِ ْي َها َوا َ َّن هللاَ يَ ْبع‬ َ ‫الَ َري‬
َ ‫سلَّ َم نَبِيًّا َوبِ ْالمُ ْرا َ ِن اِ َما ًما َوبِاْل َك ْعبَ ِة لِ ْبلَةً َوبِ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ ا ِْخ َوانًا َربِّ ْي هللاُ الَ اِلَهَ اِالَّ ُه َو‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫هللا‬
‫ت َ َو َّك ْلتُ َو ُه َو َربُّ اْل َع ْر ِ اْل َع ِظ ْي ُم‬

D. Dapat Membaca Doa Izab Qabul Zakat

Lafadz Ijab Qabul Dalam Zakat Fithri


Diantara yang banyak dilakukan panitia zakat fithri di negeri kita adalah mewajibkan
adanya lafadz ijab-qabul dalam zakat fithri. Lafadz ijab artinya lafadz yang diucapkan
pembayar zakat untuk menegaskan perbuatannya membayar zakat fithri, misalnya
berkata “saya serahkan beras ini sebagai zakat fithrah saya dan keluarga… dst”. Lafadz
qabul artinya lafadz yang diucapkan penerima zakat untuk menegaskan bahwa ia telah
menerima zakat tersebut, misalnya berkata “saya terima beras ini sebagai zakat dari
Bapak Fulan ….. dst”. Bahkan sebagian panitia ada yang berlebihan sehingga
menganggap tidak sah zakat fithri jika tanpa lafadz ijab-qabul. Simak pembahasan
berikut.
Zakat adalah sedekah
Perlu diketahui bahwa zakat adalah bentuk sedekah, yaitu sedekah yang wajib.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al Mausu‟ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah:
‫ وما كان‬، ‫ ما أعطيته من المال لاصدا به وجه هللا تعالى فيشمل ما كان واجبا وهو الزكاة‬: ‫ األول‬: ‫ تطلك بمعنيين‬: ‫الصدلة‬
‫ تطوعا‬.
‫ ” ليس فيما دون خمس ذود صدلة ” (أخرجه‬: ‫ ومنه الحديث‬، ‫ أ في الحك الواجب خاصة‬، ‫ أن تكون بمعنى الزكاة‬: ‫والثاني‬
‫البخار‬3 / 323
“Sedekah, dimutlakkan pada 2 makna: Pertama: harta yang diberikan kepada orang lain
dalam rangka mengharap wajah Allah Ta‟ala, mencakup yang wajib yaitu zakat, ataupun
yang sunnah.
Kedua: maknanya zakat, yaitu sedekah yang wajib secara khusus. Berdasarkan hadits:
„yang kurang dari lima dzaud tidak terkena sedekah (baca: zakat)„ (HR. Al Bukhari
3/323)”
Sedekah tidak diwajibkan lafadz ijab-qabul
Para ulama menjelaskan bahwa dalam transaksi atau muamalah sedekah, tidak
diwajibkan lafadz ijab-qabul. Cukup menyerahkan harta yang disedekahkan kepada
penerima sedekah, itu sudah sah. Dalilnya hadits berikut
‫ كخ كخ ارم بها أما علمت أنا ال نأكل الصدلة ؟‬:‫أخذ الحسن بن علي تمرة من تمر الصدلة فجعلها في فيه فمال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬
Al Hasan bin Ali mengambil sebuah kurma dari kurma sedekah, lalu meletakkannya di
mulutnya. Lalu Rasulullah shallallahu„alahi wa sallam berkata, “kuh.. kuh.. ayo
keluarkan! Tidakkah Engkau tahu bahwa sesungguhnya kita (keluarga Nabi) tidak
memakan harta sedekah?” (HR. Muslim).
Al Hafidz Al Iraqi, ulama besar madzhab Syafi‟i menjelaskan hadits ini:
‫فيه أنه ال يشترط في كل من الهدية والصدلة اإليجاب والمبول باللفظ بل يكفي المبض وتملن به فإن سلمان رضي هللا عنه‬
‫التصر على مجرد وضعه والنبي ملسو هيلع هللا ىلص إنما سأله ليتميز له الهدية المباحة عن الصدلة المحرمة عليه ولم يوجد من النبي صلى‬
‫ وهذا هو الصحيح الذ عليه لرار مذهب الشافعي ولطع به غير واحد من الشافعية‬، ‫هللا عليه وسلم لفظ في لبول الهدية‬
‫واحتجوا بهذا الحديث وغيرا من األحاديث التي فيها حمل الهدايا إلى رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فيمبلها وال لفظ هنان لالوا وعلى هذا جرى‬
‫الناس في األعصار ولذلن كانوا يبعثون بها على أيد الصبيان الذين ال عبارة لهم وفي المسألة وجه لبعض أصحابنا أنه‬
‫يشترط فيها اإليجاب والمبول كالبيع والهبة والوصية وهو ظاهر كالم الشيخ أبي حامد والمتلمين عنه‬
“dalam hadits ini ada faidah bahwa tidak disyaratkan lafadz ijab-qabul pada hadiah dan
sedekah. Bahkan cukup dengan menyerahkannya dan memindahkannya. Karena
Salman radhi‟allahu‟anhu hanya sekedar meletakkan (kurma tersebut). Dan Nabi
Shallallahu‟alaihi Wasallam bertanya kepada Salman dalam rangka membedakan
kurma tersebut hadiah yang mubah ataukah sedekah yang haram (bagi beliau). Tidak
ada lafadz qabul dari Nabi Shallallahu‟alaihi Wasallam ketika menerimanya. Inilah yang
shahih, yang dipegang oleh madzhab Asy Syafi‟i dan ditegaskan oleh lebih dari satu
ulama Syafi‟iyyah, dan mereka berdalil dengan hadits ini. Dan juga hadits-hadits lain
yang menceritakan tentang diberikannya hadiah kepada Rasulullah Shallallahu‟alaihi
Wasallam dan beliau menerimanya tanpa mengucapkan satu lafadz pun. Dan ini lah
yang terjadi di masa Nabi ketika itu. Oleh karena itu, mereka biasa memberikan sesuatu
kepada anak kecil yang (lafadz ijab-qabul) tidak ada maknanya bagi mereka. Dan
dalam masalah ini tidak benar sisi pandang sebagian ulama madzhab Syafi‟i yang
mensyaratkan lafadz ijab-qabul seperti dalam jual beli, hibah dan wasiat. Dan ini
merupakan pendapat Syaikh Abu Hamid Al Ghazali dan murid-murid beliau” (Tharhu At
Tatsrib fi Syarh At Taqrib, 4/40).
Juga dijelaskan oleh An Nawawi dalam Raudhatut Thalibin:
‫ وأما الهدية ففيها وجهان أحدهما يشترط فيها اإليجاب‬.‫أما الهبة فال بد فيها من اإليجاب والمبول باللفظ كالبيع وسائر التمليكات‬
‫والمبول كالبيع والوصية وهذا ظاهر كالم الشيخ أبي حامد والمتلمين عنه والثاني ال حاجة فيها إلى إيجاب ولبول باللفظ بل‬
‫يكفي المبض ويملن به وهذا هو الصحيح الذ عليه لرار المذهب ونمله اإلثبات من متأخر األصحاب وبه لطع المتولي‬
‫والبغو واعتمدا الروياني وغيرهم‬
“adapun hibah, maka wajib dengan lafadz ijab-qabul, seperti jual-beli dan transaksi
kepemilikan yang lain. Adapun hadiah, ada dua pendapat: Pertama, disyaratkan lafadz
ijab-qabul seperti jual-beli dan wasiat. Ini yang ditegaskan Asy Syaikh Abu Hamid dan
murid-murid beliau. Kedua, tidak perlu ada lafadz ijab-qabul, bahkan cukup dengan
penyerahan dan sudah terjadi perpindahan kepemilikan. Inilah yang shahih dan menjadi
pegangan madzhab Syafi‟i, dan dinukil dari para ulama besar Syafi‟iyyah muta‟akhirin,
dan inilah yang ditegaskan oleh Al Mutawalli, Al Baghawi, dan dipegang oleh Ar Ruyani
dan lainnya”.
Setelah itu beliau menyatakan:
‫الصدلة كالهدية بال فرق فيما ذكرناا‬
“sedekah sama hukumnya seperti hadiah, tidak ada perbedaan pada apa yang telah
kami jelaskan”.

Ijab-Qabul terkadang dengan ucapan terkadang dengan perbuatan


Andaikan mengikuti pendapat ulama yang mensyaratkan adanya ijab-qabul dalam
sedekah, maka ijab-qabul tidak mesti berupa ucapan. Namun bisa juga dengan isyarat,
atau dengan perbuatan yang menunjukkan ridha dari kedua pihak. An Nawawi dalam
Raudhatut Thalibin menyatakan:
‫ويمكن أن يحمل كالم من اعتبر اإليجاب والمبول على األمر المشعر بالرضى دون اللفظ ويمال األشعار بالرضى لد يكون‬
ً‫لفظا ً ولد يكون فعال‬
“pendapat yang mengatakan wajib ada ijab-qabul mungkin untuk kita bawa kepada
konsep bahwa ijab-qabul itu perkara yang dapat dirasakan dengan keridhaan walaupun
tidak ada lafadz yang diucapkan. Dan dikatakan bahwa perasaan ridha itu terkadang
bisa berupa perkataan, terkadang bisa berupa perbuatan”.
Kesimpulan
Membayar zakat fithri tidak diwajibkan adanya lafadz ijab-qabul, hukumnya sah walau
tanpa lafadz ijab-qabul. Apalagi dengan lafadz-lafadz yang ditetapkan sedemikian rupa
atau dengan tata-cara tertentu seperti bersalaman atau semisalnya, tidak ada tuntunan
demikian. Namun jika dilakukan dengan lafadz ijab-qabul, hukumnya boleh, karena
para ulama hanya menjelaskan bahwa itu tidak wajib. Dan lafadz-nya tidak ada
ketentuan, bahkan sangat fleksibel. Misalnya pembayar zakat mengatakan, “ini pak
zakat fithri dari saya“, lalu penerima zakat menjawab, “baik mas, terima kasih“. Ini
sudah merupakan lafadz ijab-qabul.
Atau pun jika hanya ada lafadz ijab saja dari pemberi zakat tanpa jawaban dari
penerimanya, atau lafadz qabul saja dari si penerima sedangkan yang memberi tidak
berkata apa-apa, ini juga sudah sah. Atau bahkan tanpa ada perkataan apa-apa, cukup
penyerahan harta yang dizakatkan, ini juga sah. Sebagaimana dijelaskan para ulama.
Wallahu a‟lam.

E. Dapat Menghafal Minimal sebuah hadist dan Menjelaskan Hadist Tersebut

Pengertian Hadist

Anda mungkin juga menyukai