Dapat saling menghormati dan toleransi dalam bhakti antar umat beragama
Agama adalah elemen fundamental hidup dan kehidupan manusia, oleh
sebab itu, kebebasan untuk beragama (dan tidak beragama, serta berpindah agama) harus dihargai dan dijamin. Ungkapan kebebaan beragama memberikan arti luas yang meliputi membangun rumah ibadah dan berkumpul, menyembah; membentuk institusi sosial; publikasi; dan kontak individu dan institusi dalam masalah agama pada tingkat nasional atau internasional. Kebebasan beragama, menjadikan seseorang mampu meniadakan diskriminasi berdasarkan agama; pelanggaran terhadap hak untuk beragama; paksaan yang akan mengganggu kebebasan seseorang untuk mempunya agama atau kepercayaan. Termasuk dalam pergaulan sosial setiap hari, yang menunjukan saling pengertian, toleransi, persahabatan dengan semua orang, perdamaian dan persaudaraan universal, menghargai kebebasan, kepercayaan dan kepercayaan dari yang lain dan kesadaran penuh bahwa agama diberikan untuk melayani para pengikut-pengikutnya. Jadi, toleransi (tasamu) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Contoh lain tetang perlakuan islam terhadap non islam adalah kemurahan hati yang diperlihatkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1188 M saat dia berhasil merebut kembali yerusalem dari tentara salib. Ketika Salahuddin tiba ia menyaksikan pasukan salib sedang mengotori mesjid dengan menyimpan babi di dalamnya bahkan para ahli sejarah Eropa pun mengakui bahwa Salahuddin tidak membalas dendam, melainkan memberikan maaf kepada pasukan salib dengan pengecualian segelintir individu yang memang berperilaku sadis dan kejam.
Pentingnya kerukunan antar umat beragama
Menurut Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri ( Rektor UI Jakarta ), modus hubungan antar manusia dibumi ini hanya ada dua: konflik dan harmoni. Konflik dimotori oleh egoisme baik individu maupun kelompok yang berujung pada keengganan untuk berdialog dengan karakteristiknya yang egoisme maka perilaku ini akan mengerdilkan kemanusiaan sekaligus membuat kebudayaan menjadi statis. Individu atau kelompok menjadi eksklusif satu sama lain sehingga tidak dapat melihat sisi manusiawi individu atau kelompok lain. Dengan begitu perdamaian hanya akan terjadi jika segala jenis konflik baik ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya ( IPOLEKSOSBUD ) yang mengarah pada disentegrasi kerukunan antar umat beragama diminimalisir sedini mungkin untuk kemudian di tiadakan. Dengan begitu diharapkan terciptanyan kerukunan umat. Pada akhirnya dengan kerukunan tersebut akan melahirkan harmonisasi yang penuh toleransi dan perdamaian dapat terwujud. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Kerukunan berdampak pada toleransi atau sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan keduanya menyangkut hubungan antar sesama manusia. Jika tri kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah terbangun serta diaplikasikan pada hidup dan kehidupan sehari-hari, maka akan
Materi Syarat Kecakapan Umum Golongan Penegak Bantara
muncul toleransi antar umat beragama, atau, jika toleransi antar umat beragama dapat terjalin dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan masyarakat yang rukun satu sama lain. Toleransi antar beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau perbuatan yang menunjukanumat saling menghargai, menghormati, menolong, mengasihi, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain; menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain; tidak merusak tempat ibadah; tidak mengina ajaran agama orang lain; serta memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Disamping itu, maka agama- agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi keagamaan dengan baik sehingga terciptanya suasana rukun dalam hidup dan kehidupan masyarakat serta bangsa. Jika semua orang mejalankan agamannya masing-masing dengan sebenar- benarnya, maka sudah pasti akan melahirkan kedamaian, ketentraman hidup dan kerjasama sosial yang sehat. Toleransi dan pluralisme tidak perlu disikapi sebagai ancaman akidah, karena setiap orang memiliki preferensinya sendiri-sendiri. Sebagaimana baju yang saya pakai, belum tentu nyaman dipakai oleh orang lain. Berdakwah kepada non muslim dalam rumusan ini, tidak lagi identik dengan mengkonversi iman mereka, tapi cukup mengajak mereka melakukan kerjasama sosial yang sehat. Inilah toleransi yang benar dan sehat, yang semestinya dijadikan rujukan dakwah oleh para da’i dan ulama-ulama di nusantara. Diatas segala perbedaan yang ada, dengan semangat toleransi kita akan mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dan kemampuan meningkatkan nilai diri kita sebagai manusia yang berakal dan berhati nurani.
Materi Syarat Kecakapan Umum Golongan Penegak Bantara