Anda di halaman 1dari 12

INTEGRASI IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

(ANALISIS INTEGRASI IMAN, ISLAM, DAN IHSAN)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Agama I

Dosen Pengampu:
Salma Jufri, M.Pd

Oleh:
Kelompok 2
Denti Destripa NIM. C1B023040
Raisyahma Welania NIM. C1B023093
Siti Pertiwi NIM. C1B023111
Dwi Maharani Nopianti NIM. C1B023124
KELAS R-004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak SALMAN Jufri, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Agama I yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, 1 September 2023

Kelompok 2

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Iman, islam, ihsan merupakan tripologi agama islam dimana sesuai dengan hadits
nabi. Iman, islam, dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut islam sebagai agama belumlah cukp tanpa dibarengi dengan iman.
Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan islam.
Selanjutnya kebermaknaan islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika
dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih
dalam ibadah iman lebih menekankan pada segi keyakinan didalam hati, islam adalah
sikap aktif untuk berbuat atau beramal, ihsan merupakan perwujudan dari iman dan
islam, yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengapa umat Islam harus mempercayai rukun iman?
b. Bagaimana kedudukan rukun islam didalam islam?
c. Apakah iman bisa rusak? Dan apa penyebab kerusakan iman?

3
BAB II
PEMBAHASAN

Muhyidin Ibn Araby (abad ke-13 M) adalah orang pertama yang


mengemukakan istilah insan kamil. Kemudian Syekh Fadhlullah menyebut insan
kamil sebagai proses tanazzul (turun) terakhir Tuhan. Maksudnya, sebagaimana
pandangan Ibn Araby, untuk dapat kembali kepada Tuhan, maka seseorang haruslah
mencapai martabat insan kamil.
Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan manusia dalam mengimani Tuhan.
Pertama tingkat ihsan kamil, mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian.
Kedua, manusia beragama pada umumnya mereka mengimani Tuhan dengan cara
mendefinisikan. Artinya mereka tidak menyaksikan Tuhan, tetapi mereka
mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat-sifat dan
nama-nama Tuhan (Asma’ul Husna).
Ihsan dan insan kamil mungkin merupakan dua istilah yang asing (kurang
diketahui) oleh kebanyakan kaum muslimin. Ketika ditanyakan kepada mahasiswa
apa itu ihsan, mereka memberikan jawaban bahwa ihsan adalah menjalankan ibadah
seolah-olah orang yang menjalankan ibadah itu melihat Allah SWT, kalaupun ia tidak
dapat melihat Allah maka Allah pasti melihatnya.

2.1 Rukun Iman


Setiap Muslim perlu mengenal rukun iman. Rukun iman merupakan pedoman dalam
menjalankan ibadah, dengan mengamalkan Rukun Islam Dan Rukun Iman, muslim
dapat memahami lebih dalam arti keberadaan dirinya di dunia dan akhirat.
No Rukun Iman Keimanan yang mencapai tingkat yakin
1 Iman kepada Allah Ma’rifatun wa tashdiqun. Ma’rifat maksudnya
SWT mengenal Allah secara yakin (ma’rifat billah);

4
sedangkan tashdiq maksudnya membenarkan bahwa
orang yang mengenalkan Tuhan secara benar adalah
Rasulullah. Oleh karena itu, penjelasan tentang Tuhan
harus bersumber dari penjelasan Rasulullah.
2 Iman kepada malaikat- Meneladani para malaikat yang atas perintah Allah rela
malaikatNya sujud kepada wakilnya Tuhan di bumi, dalam arti
“selalu” taat kepada Rasulullah (taat kepada rasul
berarti taat kepada Allah). Jangan sampai seperti iblis
yang membangkang perintah Allah untuk sujud kepada
wakilnya Tuhan dibumi.
3 Iman kepada kitab- Menjadikan Alqur’an sebagai pedoman hidup untuk
kitabNya menjalani kehidupan sebagaimana kehidupan yang
dijalankan oleh orang-orang yang telah diberi nikmat
oleh Allah (memilih jalan Shirathal mustaqim;menjadi
kan Alqur’an sebagai pedoman mati, agar dapat mati
hanya sekali) dengan mati yang selamat (husnul
khatimah).
4 Iman kepada kitab- Menjadikan rasul sebagai ahli zikir (ahli mengingat
kitabnya tuhan karena telah mengenali tuhan,telah ma rifat
billah ),sebagai guru dan teladan dalam menjalani
shirathal mustaqim.
5 Iman kepada hari Meyakini hari akhir,bahwa dirinya akan memasuki hari
akhir akhir,yang pintu masuknya dengan kematian yang
husnul khatimah.hari akhir dapat diyakini jika dirinya
telah mempersiapkan kehidupan akhir sejak sekarang.
6 Iman kepada qadha Suka dengan takdir tuhan.dibuat hidupnya serba
dan qadar mudah (dikayakan,dipintarkan,dihebatkan,dan lain-
lain) bersyukur karena dapat bertambahnya ibadah dan

5
amal social. Namun,sekaligus takut jika dirinya malah
menyalah gunakan kemudahan hidupnya untuk
mengumbar nafsu dan syahwat. Dibuat hidupnya serba
susah (dimiskinkan,disakitkan, dan segala derita
lainnya). disyukuri juga,karena jika dijalani dengan
sabar akan mendatangkan berbagai kebaikan dari
allah,sekaligus berikhtiar dan berdoa untuk
melepaskan kesulitan.

2.2 Rukun islam


Rukun islam adalah lima hal dasar yang diajarkan dalam agama islam. Lima hal
tersebut antara lain mwngucapkan dua kalimat syahadat,melaksanakan
sholat,melaksanakan puasa,membayar zakat, dan pergi haji.
No Rukun Islam Makna Rukun Islam
1 Mengucapkan dua Menyaksikan Tuhan yang Bernama Allah, yakni
kalimat syahadat keimanan kepada Allah sehingga mencapai ma’rifat
billah. Kemudian mennyaksikan nabi SAW. Sebagai
Rasulullah, dengan jalan berguru kepadanya dan
meneladaninya.
2 Mendirikan salat Mendirikan salat dengan khusyu’, mengingat ingat
Allah, menjaga kondisi salat walau diluar salat dengan
selalu mengingat Allah sehingga salatnya mempunyai
dampak yaitu dapat mencegah perbuatan keji dan
munkar.
3 Puasa Puasa yang dapat meningkatkan ketaqwaan. Ciri orang
yang bertaqwa adalah mengimani zat Tuhan yang al-
ghaib, mendirikan salat, meng-infaq an harta yang

6
Allah anugerahkan kepada dirinya sehingga meyakini
hari akhir. Jangan sampai puasanya hanya sekedar
menahan lapar dan haus, sebagaimana yang diingatkan
oleh Rasulullah.
4 Membayar zakat Menyadari bahwa rezeki yang Allah anugerahkan
kepada kita adalah harta milik Allah. Oleh karena itu,
zakat dan segala ibadah harta lainnya (sedekah, infaq,
dll) dibayarkan dengan mudah dan mempunyai
kepedulian social yang tinggi.
5 Haji bagi yang mampu Haji yang mencapai ma’rifat billah, sebagaimana sabda
nabi, al-hajju arrafatun. Praktiknya harus wukuf di
Padang Arafah. Makna wukuf adalah berhenti, yang
harus dihentikan adalah semua hal yang menjadikan
terhijabnya mata hati sehingga tidak akan dapat
menyaksikan zat yang al-ghaib.

2.1 Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil


Selama ini, kata Imam Ghazali, “saya selalu menyembah Tuhan. Akan tetapi,
saya tidak pernah mengenali Zat Tuhan; saya tidak pernah menyaksikan Tuhan.
Selama ini saya hanya menyembah Tuhan yang saya persepsikan” Atau, “Saya hanya
menyembah Tuhan yang saya definisikan, tidak menyembah Tuhan yang saya
saksikan” Masalah penyaksian Tuhan ini berkaitan dengan rukun Islam pertama,
yakni mengucapkan dua kalimah syahadat: Asyhadu an lā ilāha illā Allāh. Artinya,
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali (Tuhan yang nama-Nya) Allah‘; wa
asyhadu anna Muhammadan Rasulūllūh. Artinya, dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad itu Rasulullah (utusan Allah)‘ Teks dua kalimah syahadat ini sudah baku,
tidak bisa dan tidak boleh diubah-ubah.

7
Abdulkarim Al-Jillī membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
a) Tingkat permulaan (al-bidāyah). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat-sifat Ilahi pada dirinya.
b) Tingkat menengah (at-tawasuth). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan (al-haqāiq
ar-raḫmāniyyah). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini
telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal-hal yang gaib
telah dibukakan Tuhan kepadanya.
c) Tingkat terakhir (al-khitām) ). Pada tingkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Ia pun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir.
Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin)
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan
keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan
anggota badannya. Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong
mukmin dengan iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang
yang telah beriman secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan
melaksanakan amal-amal Islam secara benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah
berfirman dalam QS Al-Hujuraat/49:14 sebagai berikut :

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke
dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan

8
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”.
Kaum muslimin Indonesia lebih familier dengan istilah akidah, syariat, dan
akhlak sebagai tiga unsur atau komponen pokok ajaran Islam. Akidah merupakan
cabang ilmu agama untuk memahami pilar iman; syariat merupakan cabang ilmu
agama untuk memahami pilar Islam; dan akhlak merupakan cabang ilmu agama
untuk memahami pilar ihsan. Jika digambarkan hubungan antara iman-Islam-ihsan
dan akidah-syariat-akhlak, maka bisa dilihat pada tabel hubungan Islam, Iman dan
Ihsan dengan Ilmu-ilmu Islam berikut:
No Unsur Ilmu Objek Kajian
1 Islam Syariat 5 Rukun Islam
2 Iman Akidah 6 Rukun Iman
3 Ihsan Akhlak Bagusnya akhlak sebagai buah dari
keimanan dan keislaman

Empat unsur manusia dapat diuraikan sebagai berikut.


a. Pertama, jasad. Keberadaannya di dunia dibatasi dengan umur. Wujud nafsu manusia
tidak lain adalah wujud jasad ini yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk diuji. Karena
wujud jasad ini sebagai ujian, maka oleh Allah jasad diberi hati (yakni hati sanubari) yang
watak jasadnya persis seperti iblis, yakni abā wastakbara (takabur) dan anā khairun minhu
(ujub, merasa lebih baik, bahkan dibandingkan dengan khalifah Allah sekalipun). Kewajiban
jasad adalah menjalankan syariat, yakni 80 menjalankan ibadah badan dan ibadah harta
(seperti salat wajib, puasa Ramadan, membayar zakat, menunaikan ibadah haji ke Baitullah
bagi yang mampu, dan peduli memajukan lingkungan).
b. Kedua, hati nurani. Letaknya tepat di tengah-tengah dada. Tandanya ‖deg-deg‖. Disebut
juga dengan hati jantung. Hati nurani dijadikan Allah dari cahaya, wataknya seperti para
malaikat-Nya yang rela sujud (patuh dan tunduk) kepada wakil-Nya Tuhan di bumi (QS Al-
Baqarah/2: 30-34). Jadi, hati nurani itu selalu tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya,
seperti para malaikat yang telah dimampukan Tuhan untuk menundukkan nafsu dan
9
syahwatnya. Bukti adanya hati dalam diri manusia adalah adanya cinta dan benci. Kewajiban
hati adalah menjalankan tarekat, yakni mencintai Allah dengan jalan mengingat-ingat-Nya
(berzikir) dan menaati rasulNya. Dalam QS Ali Imran/3: 31 Allah berfirman yang artinya,
―Katakanlah (hai rasul), "Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah (taatilah) aku
(aku=rasul), niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. Kemudian dalam QS Ar-Ra`d/13: 28 dijelaskan bahwa
hati menjadi tenteram karena mengingat Allah, yang artinya, “Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah, hati menjadi tentram”.
c. Ketiga roh, letaknya di dalam hati nurani. Roh adalah daya dan kekuatan Tuhan yang
dimasukkan ke dalam jasad manusia, lalu menandai dengan keluar-masuknya nafas, menjadi
hidup seperti kita di dunia sekarang ini. Ciri adanya roh adalah kita dihidupkan di dunia ini.
Kewajiban roh adalah menjalankan hakikat, yakni merasarasakan daya-kuat-Nya Tuhan.
Maksudnya, bahwa yang mempunyai daya (potensi) adalah Tuhan; yang mempunyai
kekuatan adalah Tuhan; yang bisa bergerak adalah Tuhan; yang bisa berbuat adalah Tuhan.
Adapun kita dipinjami, Lā ḫaula wa lā quwwata illā billāh, artinya, Tidak ada daya dan
kekuatan kecuali (daya dan kekuatan) Allah. Oleh karena itu, Tuhan sangat murka kepada
orang-orang sombong, yakni manusia-manusia yang merasa mempunyai kelebihan (merasa
pintar, merasa kaya, merasa hebat, dan lain-lain) padahal yang sebenarnya mereka dibuat
pintar oleh Tuhan, dibuat kaya oleh Tuhan, dibuat hebat oleh Tuhan, dan lainlain.
Maksudnya, untuk diuji (Apakah merasakan daya-kuat-Nya Tuhan atau diakui sebagai daya
dan kekuatan sendiri?).
d. Keempat, sirr (rasa). Letaknya di tengah-tengah roh yang paling halus (paling dalam). Rasa
inilah yang kembali ke akhirat. Rasa adalah jati diri manusia. Bukti adanya rasa adalah kita
dapat merasakan berbagai hal dan segala macam (asin, pahit, getir, enak dan tidak enak,
sakit dan sehat, senang dan susah, sakit hati, frustrasi, dan lain-lain). Kewajiban sirr (rasa)
adalah mencapai ma‟rifat billāh, yakni merasa-rasakan kehadiran Tuhan; bahwa ternyata
Tuhan itu dekat sekali dengan kita; bahkan lebih dekat dibanding urat nadi di leher, atau
lebih dekat dibandingkan dengan jarak antara hitam dan putihnya mata kita (tentu bagi
orang yang sudah mencapai ma‟rifat billāh)

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman artinya percaya. Oleh sebab itu, setiap ajaran Islam yang berhubungan
dengan kepercayaan disebut dengan iman. Dengan demikian, iman mengambil pusat
kesadarannya di dalam hati manusia. Keimanan itu diawali dari pengikraran
seseorang terhadap asas keimanan tersebut dengan lisan (lidah), membenarkan
dengan sepenuh hati tanpa keraguan, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan
itu dengan anggota tubuh..

Islam sendiri berarti patuh, penyerahan, dan pengabdian. Rasullullah


shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan bahwa Islam adalah menyembah Allah dan
tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi ke Bitullah. Sedangkan pengertian
Ihsan berarti berbuat atau melakukan kebaikan. Dengan kata lain ihsan adalah suatu
sikap dan tingkah laku yang baik menurut syariat. Jadi, setiap pemeluk agama islam
mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak absah tanpa Iman, dan Iman tidak
sempurna tanpa Ihsan. Sebaliknya, ihsan mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak
mungkin tanpa adanya islam. Sebagai seseorang yang terlahir dan menganut agama
Islam, hal ini adalah hal yang patut kita syukuri.

Iman, islam dan ihsan adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainnya.iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah.keyakinan
tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan rukun islam. Sedangkan rukun islam
dilakukan dengan cara ihsan,sebagai upaya pendekatan kepada allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku MENJADI MUSLIM MODERAT BUKU DARAS, UNTUK MAHASISWA MUSLIM DI PTU
karya Dr. Supian, S.Ag., M.Ag. dkk

12

Anda mungkin juga menyukai