1MA11
Universitas Gunadarma
Kampus D, Jl. Margonda Raya 100 – Depok
PENDAHULUAN
Dalam AI-Quran surat An-Nisa, Allah menjelaskan: Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
temansejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisa/4: 36). Ayat tersebut menjelaskan
tentang dua akhlak yang harus dimiliki manusia : Pertama, akhlak kepada Allah SWT yaitu untuk
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan
menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, serta memurnikan keimanan dengan tidak menyekutukan
Allah SWT dengan sesuatu apapun. Kedua, akhlak terhadap manusia, yaitu untuk selalu berbuat
baik (ihsan) tanpa memiliki batasan dan merupakan nilai yang universal terhadap manusia, agama
bahkan terhadap musuh sekalipun. Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan
wujud dari rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar.1
PEMBAHASAN
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau
peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya akan
tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (Q.S. Shad : 46) berikut ini.
2
ِصةِ ذ ْك َرى الدَّار ْ َإنَّا أ َ ْخل
َ صنَاهُ ِْم بخَال
1
Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. Diakses pada 16 April 2023, dari
https://www.kemhan.go.id/renhan/2014/02/21/membangun-pilar-akhlak-mulia.html
2
Q.S. Shad : 46
1
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak
yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (Q.S. Shad : 46).3
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam di dalam
jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa adanya
pertimbangan pemikiran lagi.
Akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam ajaran Islam, karena tujuan dari ajaran
Islam sendiri yaitu membentuk akhlak yang mulia untuk umatnya agar mencapai kehidupan yang
bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami karena bersumber pada ajaran
Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka,
sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak
ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar, akhlak erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta)
dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu
untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliqِ(AllahِTa’ala)ِdanِhubunganِbaikِ
antar makhlukNya.4
PEMBAGIAN AKHLAK
Dalam pembagiannya, akhlak dikategorikan menjadi dua macam yakni akhlak
berdasarkan sifat dan akhlak berdasarkan objek.
3
Diakses pada 16 April 2023, dari https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-manfaat-
serta-macam-macamnya.html
4
Diakses pada 16 April 2023, dari https://kumparan.com/mhanan014/akhlak-menurut-pandangan-islam-
1wZgqdSpzNM
2
c. Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
d. Menjaga lisan untuk selalu berkata yang baik.
e. Menjaga aib orang lain.
f. Memberikan nasihat yang baik pada orang lain.
Keutamaan memiliki sifat terpuji (akhlakul mahmudah) yaitu berat timbangan di hari kiamat.
Seorang muslim yang memiliki sifat terpuji (akhlakul mahmudah) akan diselamatkan oleh
Allah SWT di hari akhir.5
Tak hanya itu, seorang muslim yang memiliki akhlak terpuji juga dapat menggapai derajat seperti
orang yang berpuasa atau salat. Sebagaimana dalam hadist berikut ini, Rasulullah SAW bersabda.
"Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang
mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa
dan rajin shalat." (HR. Tirmidzi).
AkhlakِMazhmumahِ(akhlakِtercela)ِatauِAkhlakِSayyi’ahِ(akhlakِyangِjelek).
Menurut Imam al-Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat,
yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran
diri yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.
Contoh Akhlakul Mazmumah dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Bersikap takabur, kikir, sombong, dengki.
b. Mengingkari janji yang sudah dibuat.
c. Mencuri barang atau mengambil barang yang bukan haknya.
d. Berbicara kasar atau durhaka pada orang tua.
e. Berprasangka buruk pada orang lain (suudzon), dan lain sebagainya.
5
Diakses pada 16 April 2023, dari https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-manfaat-
serta-macam-macamnya.html
6
Diakses pada 16 April 2023, dari https://www.merdeka.com/trending/pengertian-akhlak-dalam-islam-manfaat-
serta-macam-macamnya.html
3
Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nyaِ baikِ secaraِ syar’iِ
maupun secara takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh. Jika Allah
menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia merasa ridha,
menerima, dan bersabar. Ia berkata dengan lisan dan hatinya: Aku ridha Allah sebagai Rabbku.
JikaِAllahِmenetapkanِhukumِsyar’i,ِiaِpunِridhaِdanِmenerima.ِIaِtundukِkepadaِsyariatِAllahِ
Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa yang tenang. Akhlak kepada Allah SWT dapat
diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,
kepada Allah sebagai khaliq.7
7
Diakses pada 18 April 2023, dari https://jambidaily.com/2020/06/10/akhlak-kepada-allah-swt-rasulullah-saw-
manusia-dan-lingkungan/
4
ketika ia dilahirkan baik dari keluarga yang berada maupun keluarga yang kurang
mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena
pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin terhadap apaun yang Allah
SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan.
Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena
segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan,
ia bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.
Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut
merupakan hal terbaikِ bagiِ dirinya.” (HR. Bukhari). Apalagi terkadang sebagai
seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas.
Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik, justruburuk, sementara sesuatu yang
dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.8
Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi
danِRasulِ(HR.ِBukhari,ِMuslim,ِAbuِDaud,ِTirmidzi,ِNasa’IِdanِIbnuِMajah).
8
Diakses pada 18 April 2023, dari https://jambidaily.com/2020/06/10/akhlak-kepada-allah-swt-rasulullah-saw-
manusia-dan-lingkungan/
5
kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah
yang artinya:
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang
lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai
orang yang beriman, beliau bersabda: Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku
lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR.
Bukhari,ِMuslimِdanِNasa’i).9
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan
mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakalaِkitaِmelakukanِkesalahan,ِAllahِberfirmanِyangِartinya:ِKatakanlah:ِ“jikaِkamuِ
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan
mengampuni dosa-dosamu”.ِ Allahِ Mahaِ Pengampunِ lagiِ Mahaِ Penyayangِ (QSِ 3:31)ِ
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah
Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk
ditaati dengan izin Allah (QS 4:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt.
Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang
yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah berfirman yang artinya:
Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
9
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-h-ahmad-yani-
ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul/
6
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka (QS 4:80).
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan
bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:
Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad).10
Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang
kikir atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:
Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak
mengucapkan shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau
wariskan adalah Al-Qur’anِdanِsunnah,ِkarenaِituِkaumِmusliminِyangِberakhlakِbaikِ
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’anِdanِsunnahِ(hadits)ِagarِtidakِ
sesat, beliau bersabda: Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR.
Hakim).ِSelainِitu,ِRasulِSawِjugaِmengingatkanِumatnyaِagarِwaspadaِterhadapِbid’ahِ
dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
10
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-h-ahmad-yani-
ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul/
7
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh
karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para
penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah
kamu kepada sesuatuِyangِbaru,ِkarenaِsetiapِyangِbaruِituِbid’ahِdanِsetiapِbid’ahِituِ
sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim,
Baihaki dan Tirmidzi). Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu
yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni
para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang
takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya. Sesungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada
mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian
yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).11 Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka
orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama
Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama
karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia
ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan
kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari
Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada
larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
11
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-h-ahmad-yani-
ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul/
8
mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu
Umar).12
1) Menuntut Ilmu
12
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.eramuslim.com/peradaban/pemikiran-islam/drs-h-ahmad-yani-
ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul/
13
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.tujuwan.com/2018/12/akhlak-terhadap-diri-sendiri-dan-akhlak-
terhadap-keluarga.html
14
Syarifah Habibah, Jurnal Pesona Dasar : Akhlak dan Etika dalam Islam, Tersedia di
https://jurnal.usk.ac.id/PEAR/article/download/7527/6195
9
Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan pada
Rasulullah adalah perintah membaca, sebagai salah satu cara untuk memperoleh ilmu. Seseorang
yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh berarti ia sudah berakhlak mulia pada dirinya
sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Barang siapa menempuh satu jalan [cara]
untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga," (H.R.
Muslim). Ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim adalah ilmu agama, minimal paham dasar-
dasar ajaran Islam. Selanjutnya, ia juga dituntut untuk menimba ilmu duniawi sesuai dengan
bidang yang ia geluti sehari-harinya.
2) Bekerja Keras
Islam sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak menjadi pemalas. Jika seseorang memiliki suatu
keinginan, ia diimbau untuk bekerja keras merealisasikan keinginannya tersebut. Dalam Islam,
bekerja keras istilahnya adalah berikhtiar sesuai kemampuan masing-masing. Bekerja keras dan
tidak berpangku tangan pada orang lain adalah teladan dari Rasulullah SAW, sebagaimana sabda
beliau: "Barangsiapa yang pada waktu sore merasa lelah karena pekerjaan kedua tangannya
[bekerjaِkeras]ِmakaِpadaِsaatِituِdosanyaِdiampuni,”ِ(H.R.ِThabrani).ِ
3) Bekerja Cerdas: Produktif, Kreatif, dan Inovatif.
Selain bekerja keras, Islam juga mengajarkan umatnya untuk bekerja cerdas dengan kinerja yang
produktif, kreatif, dan inovatif. Orang yang bekerja cerdas akan mencari cara agar kinerjanya
efisien dan tidak membuang-buang waktu. Dalil untuk bekerja cerdas ini tertuang dalam Al-Quran
surah Ar-Ra'du ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia," (QS. Ar-Ra’duِ[13]:ِ11).
Perintah untuk inovatif dan kreatif ini bertujuan agar umat Islam selalu melek perkembangan
zaman, serta tidak tertinggal dengan umat-umat lainnya. Sebagai misal, di tengah perkembangan
teknologi yang pesat, seorang muslim dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungannya,
mengembangkan diri, serta menyesuaikan dengan kondisi era sekarang.15
Metode dakwah juga harus adaptif, seperti memanfaatkan media sosial, surat kabar, saluran
televisi, hingga kanal YouTube agar menjangkau audiens yang lebih luas. Kendati ada perintah
untuk kreatif dan inovatif, namun hal ini hanya berlaku untuk perkara dunia, bukan dalam perkara
ibadah. Mengada-ada hal baru dalam perkara ibadah tergolong bidah yang dilarang Islam.
4) Bertawakal pada Allah.
Seorang muslim tidak hanya menyandarkan usahanya atas kemampuannya sendiri, melainkan juga
memasrahkan hasil usahanya kepada Allah SWT. Berserah diri pada Allah SWT atas usahanya itu
15
Diakses pada 18 April 2023, dari https://tirto.id/akhlak-terpuji-kepada-diri-sendiri-dalam-islam-apa-saja-ggdr
10
dikenal dengan sebutan tawakal, yaitu mewakilkan dirinya kepada Allah. Apabila seorang muslim
bertawakal pada Allah, maka ia tidak akan kecewa atau berputus asa atas hasil apa pun yang ia
peroleh nantinya. Muh. Muinudinillah Basri dalam buku Indahnya Tawakal (2008) menjelaskan
bahwa tawakal mencakup permohonan total kepada Allah SWT agar memberikan pertolongan dan
rida atas tekad yang sudah ditetapkannya. Tawakal dapat dimulai ketika seorang muslim sudah
menetapkan tekad ingin melakukan suatu hal, tidak harus menunggu hingga ia berikhtiar terlebih
dahulu,ِ sebagaimanaِ firmanِ Allahِ SWTِdalamِ surahِ Aliِ Imranِayatِ 159:ِ “Kemudian,ِ apabilaِ
kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal pada-Nya," (Ali Imran [3]: 159).16
2) Berkata benar
Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat masukan /
opini yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang ternyata tidak benar
kenyataan (hoax).
16
Diakses pada 18 April 2023, dari https://tirto.id/akhlak-terpuji-kepada-diri-sendiri-dalam-islam-apa-saja-ggdr
17
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/
11
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebahagian
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di
antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah
kepada` Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.” QS. Al-Hujurat :
ayat 12.
5) Kasih sayang
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan
tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara
dan dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative
lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya
yang mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir
sikap :
› Sopan santun
› Rasa tolong menolong
› Pemurah
› Pemaaf
› Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
› Menepati janji.18
18
Diakses pada 18 April 2023, dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/
19
Imtihanatul Ma’isyatuts Tsalitsah, Jurnal Studi Agama-Agama : Akhlaq Dalam Perspektif Islam, Tersedia di
https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/6464/pdf
12
1. Ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat.
2. Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
3. Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah.
Karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah berfirman yang artinya: "Dan jika kamu
berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan
Rasul". (An-Nisa:59).
4. Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat denganmu dan tidak menuduh buruk
niatnya, mencela dan menganggapnya cacat.
5. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu dengan cara
menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan
tafsiran yang baik.
5. Bersikap tawadhu'lah kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabbur dan
bersikap angkuh terhadap mereka.
6. Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka
sesuai dengan kemampuan akal mereka.
7. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
8. Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahan-kesalahannya, dan
tahanlah rasa benci terhadap mereka.20
20
Imtihanatul Ma’isyatuts Tsalitsah, Jurnal Studi Agama-Agama : Akhlaq Dalam Perspektif Islam, Tersedia di
https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/6464/pdf
13
Kedudukan Akhlak dalam Islam
1. Tujuan Utama Diutusnya Nabi Muhammad SAW
Allah SWT memberi anugerah kepada orang beriman dengan mengutus Rasulullah SAW
untuk mengajarkan Al-Quran dan menyucikan manusia. Yang dimaksud menyucikan adalah
membersihkan hati mereka dari syirik serta akhlak tercela seperti dendam, iri hati, perkataan
dan perbuatan kebiasaan buruk.
Kesimpulannya, salah satu sebab diutusnya Muhammad sebagai nabi adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia. Allah berfirman:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata”. (QS. Al-Jumuah: 2).
Ketika Rasulullah ditanya, "Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?" Beliau
menjawab, "Yang paling baik akhlaknya." (HR. At-Tirmidzi, no. 1162 dan Abu Dawud, no.
4682)
Contoh lain adalah perintah menjalankan puasa agar menjadi orang yang bertakwa, seperti
dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 183. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa."21
21
Diakses pada 2 Mei 2023, dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/akhlak-dalam-islam-dan-kedudukannya-
yang-perlu-dipahami-umat-islam-1zbqueauHW8/full
14
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ketahui dari jurnal ini adalah bahwa akhlak adalah hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku,
tabi’at, perangai, karaktermanusia yang baikmaupun yang buruk dalam hubungannya dengan
Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W.
Dapat disimpulkan juga bahwa akhlak dikategorikan menjadi dua macam, yakni akhlak
berdasarkan sifat yang contohnya adalah Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) dan Akhlak Karimah,
adapun akhlak berdasarkan objek yang contohnya adalah Akhlak kepada Khalik (Tuhan), dan
Akhlak kepada Makhluk yang terbagi menjadi lima yaitu akhlak terhadap Rasulullah S.A.W,
akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap
alam lingkungan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16