Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Shalahuddin Al-Ayyubi GDB-402 Agama

232019023

1. Contoh perilaku manusia menurut empat aliran tersebut (ilmu ketuhanan teologi
dalam Islam)
• Mu’tazilah
Perilaku orang dengan paham ini adalah dengan menganggap bahwa akal itu
adalah sumber hukum dari segala sesuatu. Mereka menempatkan akal diatas Al-
Quran dan Al-Hadits. Menetapkan bahwa kehendak Allah hanya seputar perkara
yang baik menurut akal manusia. Mereka meyakini bahwa Allah tidak boleh
menghendaki keburukan kepada makhluk-Nya karena hal tersebut bertentangan
dengan sifat Maha Penyayang dan Maha Pengasih yang dimiliki Allah.
• Qadariyah
Orang-orang dengan paham ini berperilaku seolah-olah Allah tidak memilki
kuasa atas apa yang dikerjakan manusia. Mereka menganggap tidak ada takdir
Qada dan Qadar. Mereka melakukan aktivitas dengan paham bahwa tidak ada
yang mengatur mereka dalam berkehendak.
• Jabariyah
Orang dengan pemahaman Jabariyah berperilaku seolah semua yang
dilakukannya adalah diatur atau digerakkan oleh Allah. Mereka meyakini bahwa
Allah memiliki kehendaknya sendiri dan tidak terikat dengan apapun. Contohnya
ketika seseorang dengan paham ini berbuat hal yang buruk, dia mengataka bahwa
dia melakukan hal buruk itu karena telah ditakdirkan seperti itu oleh Allah.
• Al-Asy'ari dan Al-Maturidi
Perilaku orang-orang dengan paham ini adalah dengan mengikuti ajaran Abu
Hasan Asy’ari dalam urusan akidah. Menurut Al Maturidi mengetahui Tuha dan
kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketaui melalui akal. Kemampuan akal
dalam mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al Qur'an yang
memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam memperoleh pengetahuan
dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang
mendalam tentang makhlik ciptaan-Nya.
2. Idenfikasi macam-macam Tauhid yang terdapat didalam Q.s. Al-Fatihah dan
tunjukan ayatnya
• Tauhid Rububiyah

َُ‫ب ْال ٰعلَ ّميْن‬ ُّٰ ّ ُ‫ا َ ْل َح ْمد‬


ُّ ‫لِل َر‬
Artinya,ُ“SegalaُpujiُbagiُAllahُRabbُseruُsekalianُalam”.ُDiُdalamnyaُterdapatُ
penegasan bahwa Allah adalah Rabb, yaitu penguasa dan pemelihara alam
semesta. Inilah yang disebut dengan tauhid rububiyah. Tauhid Rububiyah adalah
keyakinan bahwa Allah satu-satunya pencipta, penguasa, dan pengatur alam
semesta. Keyakinan ini merupakan salah satu perkara penting dalam iman
seorang muslim. Kita yakin, bahwa Allah semata yang menciptakan alam semesta
ini. Kita juga yakin, bahwa Allah semata yang mengatur dan menguasainya.
Inilah yang dikenal dalam istilah para ulama dengan nama tauhid rububiyah.

• Tauhid Asma’ wa Shifat


Tauhidُasma’ُwaُshifatُadalahُkeyakinanُtentangُkesempurnaanُnama-nama dan
sifat-sifat Allah. Kita mengimani bahwa Allah Maha Pengasih lagi Penyayang,
sebagaimana dalam surah Al-Fatihah ayat 3:

ُ‫الر ّحي ّْم‬


َّ ‫ن‬ُّ ٰ‫الرحْ م‬
َّ
Diantara sifat Allah yang disebutkan di dalam surat ini adalah Allah men-tarbiyah
seluruh alam. Allah memiliki sifat kasih sayang. Dan Allah memiliki kekuasaan.
Allah maha terpuji dengan segala nama dan sifat-sifat-Nya. Di dalamnya
terkandung sanjungan kepada Allah, dan salah satu sebabnya adalah karena
kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

• Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah adalah perbuatan hamba dalam bentuk
mengesakan Allah dalam beribadah. Artinya dia menyembah hanya kepada Allah
dan tidak kepada selain-Nya. Inilah intisari dan hakikat tauhid yang sebenarnya.
Tidaklah seorang dikatakan bertauhid apabila belum melaksanakan tauhid jenis
ini.

ُ‫َّاك نَ ْست َ ّعيْن‬


َُ ‫َّاك نَ ْعب ُد َواّي‬
َُ ‫اّي‬
Artinya,ُ “Hanyaُ kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami
memintaُpertolongan”.ُIniُpulaُyangُterkandungُdiُdalamُnamaُ“Allah”,ُkarenaُ
namaُiniُbermaknaُ“pemilikُsifatُketuhanan/uluhiyahُyangُwajibُdisembahُolehُ
seluruhُmakhluk”. Para ulama juga menjelaskan, bahwa dengan menghayati serta
mengamalkan kandungan “Iyyaakaُ na’budu” seorang hamba akan terlepas dari
penyakitُ riya’ُ yangُ ituُ merupakanُ salahُ satuُ bentukُ kesyirikan.ُ Karenaُ orangُ
yangُ riya’ُ tidakُ ikhlasُ dalamُ beribadah.ُ Denganُ “Iyyaakaُ na’budu”, maka dia
akan terus berusaha memurnikan amalannya untuk Allah.

Adapun dengan menghayati dan mengamalkan kandungan “Iyyaakaُ nasta’iin”


maka seorang hamba akan terlepas dari penyakit ujub yaitu merasa bangga dan
hebat dengan amalnya. Karena dia menyadari bahwa segala kebaikan di tangan
Allah, bukan di tangannya. Oleh sebab itu dia meyakini bahwa dengan
pertolongan Allah semata dia bisa melakukan kebaikan, bukan dengan kekuatan
dan kehebatan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai