Anda di halaman 1dari 4

Bab II Akhlaq Terhadap ALLAH SWT

A. TAQWA

Definisi taqwa yang paling populer adalah "memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya." Atau lebih ringkas lagi "mengikuti segala pe- rintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (imtitsâlu awamirillah wajtinâbu nawâhih)".

B. CINTA DAN RIDHA

Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut
hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Kenapa dia
mencintai Allah lebih dari segala-galanya? Tidak lain karena dia menyadari bahwa Allah-lah yang
menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, serta Allah-lah yang mengelola dan memelihara
semuanya itu. Dengan Rahman-Nya Dia menyediakan semua yang diperlukan oleh umat manusia jauh
sebelum manusia itu sendiri diciptakan. Dan dengan Rahim-nya Dia menyediakan segala kenikmatan
bagi orang-orang yang beriman sampai Hari Akhir nanti. Allah-lah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.

C. IKHLAS

Secara etimologist Bahasa Arab) berakar dari kara asi dengan um bem, je, dak bercampur Misalny minga
ir bening ato path; tidak bercampur dengan kapi, te, signaaliny. Setelah dibentuk menjadi b. (mashdar
dari fi'il muta'addi khallasha) berarti membersihkan atau memurnikan. Secara terminologis yang
dimaksud dengan ikhlas adalah ber- amal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.

D. KHAUF DAN RAJA'

Khauf dan raja' atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang
oleh setiap Muslim. Bila salah satu dominan dari yang lainnya akan melahirkan pribadi yang tidak
seimbang. Dominasi khauf menyebabkan sikap pesimisme dan putus asa, sementara dominasi raja'
menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa aman dari azab Allah. Yang pertama adalah
sikap orang-kafir dan SWT berfirman: yang kedua sikap orang-orang yang merugi.Khauf adalah
kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan
hilangnya se- suatu yang disukainya (faza' al-qalb min makruh yanáluh au min mahbub yafutuh). Raja'
atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang (ta'liq al-
qalbi bi mahbub fi musta qbal). Raja' harus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Ha- rapan
tanpa usaha namanya angan-angan kosong (tamanni).

E. TAWAKAL
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan
keputusan segala sesuatunya kepada-Nya." Seorang Muslim hanya boleh bertawakal kepada Allah
semata-mata.

F. SYUKUR

Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang te lah dilakukannya. Syukurnya seorang
hamba berkisar atas tiga hal, yang apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan
bersyukur, yaitu: mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya
sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan.
Hati untuk ma'rifah dan mahabbah, lisan untuk memuja dan me nyebut nama Allah, dan anggota badan
untuk menggunakan nikmat yang diterima sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan
menahan diri dari maksiat kepada-Nya.

G. MURAQABAH

Muraqabah berakar dari kata raqaba (râqaba) yang berarti men- jaga, mengawal, menanti dan
mengamati." Semua pengertian kata raqaba tersebut bisa disimpulkan dalam satu kata yaitu
pengawasan, karena apabila seseorang mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menantikan, menjaga
dan mengawalnya. Dengan demikian muraqabah bisa kita artikan dengan pengawasan.Sedangkan yang
dimaksud dengan murâqabah dalam pembaha- san kita adalah kesadaran seorang Muslim bahwa dia
selalu berada dalam pengawasan Allah SWT. Kesadaran itu lahir dari keimanannya bahwa Allah SWT
dengan sifat ilmu, bashar dan sama' (mengetahui, melihat dan mendengar) Nya mengetahui apa saja
yang dia lakukan kapan dan di mana saja. Dia mengetahui apa yang dia pikirkan dan rasakan. Tidak ada
satupun yang luput dari pengawasan-Nya. Di- gambarkan oleh Allah SWT dalam surat Al-An'am ayat 59
bahwa sebutir bijipun dalam gelap gulita bumi yang berlapis-lapis tetap diketahui oleh Allah SWT. Pe

H. Taubat

Taubat berakar dari kata tába yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah
orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat- sifat
yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat,
kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari yang saling bertentangan
menuju yang saling menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan kembali taat
setelah menentang-Nya."Tidak Ada Istilah Terlambat untuk Bertaubat. Allah SWT Maha Penerima
taubat. Betapapun besarnya dosa seorang manusia, apabila dia bertaubat, Allah pasti mengampuninya
Tidak ada istilah terlambat untuk kembali kepada jalan kebenaran, kecuali kalau nyawa sudah berada di
tenggorokan atau matahari sudah terbit di barat, pintu taubat memang sudah tertutup.

Bab III Akhlaq Terhadap Rasulullah Saw

A. Mencintai dan memuliakan rasul


Sebagai seorang mukmin sudah seharusnya dan sepantasnya kita mencintai beliau melebihi cinta kita
kepada siapapun selain Allah SWT. Bila iman kita tulus, lahir dari lubuk hati yang paling dalam tentulah
kita akan mencintai beliau, karena cinta itulah yang mem buktikan kita betul-betul beriman atau tidak
kepada beliau.

B. Mengikuti dan menaati rasul

Mengikuti Rasulullah saw (ittiba' ar-Rasûl) adalah salah satu bukti kecintaan seorang hamba terhadap
Allah SWT.Ketaatan kepada Rasulullah saw bersifat mutlak, karena taat kepada beliau merupakan
bagian dari taat kepada Allah. Allah SWT menegaskan hal itu dalam firman-Nya:

C. Mengucapkan shalawat dan salam

Perintah untuk bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw dalam ayat di atas diawali oleh
Allah SWT dengan pernyataan bahwa Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada beliau. Hal itu di
samping menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan beliau di sisi Allah SWT, juga
menunjukkan betapa pentingnya pe rintah bershalawat dan salam itu kita lakukan. Bahkan untuk me
mastikan bahwa setiap orang yang beriman akan mengucapkannya, shalawat dan salam itu dijadikan
sebagai salah satu bacaan dalam shalat.

Bab IV Akhlaq Pribadi

A. SHIDIQ

Shidiq (ash sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong (al-kazib). Seorang Muslim
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin; Benar hati (shidq al-qalb), benar perkataan
(shidq al- hadits) dan benar perbuatan (shidq al-'amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak
boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan.

B. AMANAH

Amanah artinya dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat ama- nah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara ke- duanya
terdapat kaitan yang sangat erat sekali.

C. ISTIQAMAH

Secara etimologis, istiqamah berasal dari kata istagama yatagimu, yang berarti tegak lurus. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, isti gamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu
konsekuen.Dalam terminologi Akhlaq, istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

D. IFFAH
Secara etimologis, 'iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya'iffu ab yang berarti menjauhkan diri dari hal-
hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucian tubuh."Secara terminologis, iffah adalah memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.

E. MUJAHADAH

Istilah mujahadah berasal dari kata jáhada-yujahidu-mujahadah- jahid yang berarti mencurahkan segala
kemampuan (badzlu al-wus's), Dalam konteks akhlaq, mujahadah adalah mencurahkan segala
kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat diri terhadap Allah SWT, baik
hambatan yang bersifat internal maupun yang eksternal.

F. SYAJA'AH

Syaja'ah artinya berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja tanpa mempedulikan
apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani memperturutkan hawa nafsu.
Tapi berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan.

Anda mungkin juga menyukai