Anda di halaman 1dari 11

AKHLAK KEPADA

ALLH SWT
Nama : Ahmad Reza Al Fakarani
NIM : 2200016132
Akhlak Kepada ALLAH
SWT
Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan
siapapun juga dengan mempergunakanfirman-Nya
sebagai pedoman hidup dan kehidupan.
Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Mengharapkan dan berusaha
memperoleh keridhoan Allah.
01 Takwa
Takwa pada dasarnya merujuk pada sebuah sikap yang terdiri dari cinta dan takut, yang lebih jelas
lagi adalah adanya kesadaran terhadap segala sesuatu atas dirinya dan bahkan merasa hatinya yang
paling dalam senantiasa diketahui oleh Allah swt. Sehingga ia senantiasa menjalankan  perintah
Allah dan menjauhi segala larangannya. takwa adalah sikap mental yang positif terhadapnya berupa
waspada dan mawas diri sedemikian rupa sehingga dapat melaksanakan segenap perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 21:
ۡ ُ‫ٰۤياَيُّهَا النَّاس‬
ۡ‫ َخلَقَ ُكمۡ َوالَّ ِذ ۡينَ ِم ۡن قَ ۡبلِ ُكم‬F‫اعبُ ُد ۡوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ ۡى‬
‫ۙ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُ ۡو َن‬
Artinya:
Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum
kamu, agar kamu bertakwa.

Abdul Halim Kuning abdhalimkuning@gmail.com Institut Agama Islam Negeri Parapare


02 Cinta dan Ridho
Cinta memiliki banyak arti namun yang akan aku angkat saat ini adalah cinta kepada Allah SWT. Yang
dimana cinta ini semata mata hanya mengharapkan ridho-Nya. Bagaimana kita merealisasikannya? Ya tentu
saja dengan mengikuti segala perintah dan menajuhi larangan-Nya.
Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa
merasa kecewa ataupun tertekan. Agama Islam sudah dinilai sempurna oleh Allah. Sehingga tidak perlu
ditambah-tambah. Penafsiran para ulama mufassir tentang konsep ridhâ Allah yang terdapat dalam ayat itu
lebih menekankan pada sikap ridha, ikhlas, dan semata-mata hanya karena Allah, baik dalam melaksanakan
al-amr bi al-ma’rûf dan al-nahy ‘an al-munkar maupun dalam berjihad di jalan Allah. Pelajaran pertama
yang dapat diambil dari pandangan mufassir tentang konsep ridhâ Allah adalah pentingnya sikap ikhlas
dalam melaksanakan al-amr bi alma’rûf dan al-nahy ‘an al-munkar, jihad di jalan Allah, serta segala sikap,
perilaku, dan tindakan kita sehari-hari.

Al-Suyûthi, Abdu al-Rahmân ibn Abi Bakr Jalâl al-Dîn. Al-Durr al-Mantsûr fî Ta’wîli bi al-Ma’tsûr. Beirut: Dâr al-Kutub al-Mu’assasah, 2017.
03 Ikhlas
Kata Ikhlas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai:hati
yangbersih(kejujuran);tulushati(ketulusanhati)dankerelaan1.Sedangkandalamtanqiyah asy-
syai wa tahdzibuhu (mengosongkan sesuatu dan membersihkannya).Ikhlas merupakan
bentuk masdar dari kata‫خانصايخهصأخهص‬F‫ا‬yang secara bahasa berarti yang tulus, yang jujur,
yang murni, yang bersih, dan yang jernih (shafa)naja wa salima (selamat), washala (sampai),
dan i‟tazala (memisahkan diri), atau berarti perbaikan dan pembersihansesuatu.Secara
etimologi, kata ikhlasdapat berarti membersihkan (bersih, jernih, suci dari campuran dan
pencemaran, baik berupa materi ataupun immateri). Sedangkan secara terminologi, ikhlas
mempunyai pengertian kejujuran hamba dalam keyakinan atau akidah dan perbuatan yang
hanya ditujukan kepada Allah. Kata ikhlas dalam Kamus Istilah Agama diartikan dengan
melakukan sesuatu pekerjaan semata-mata karena Allah, bukan kerena ingin memperoleh
keuntungan diri (lahiriah atau batiniah)

W. Robins, & Lawrence A. Pervin). New York: The GuilfordPress, 2008.


04 Khauf dan Raja'
Khauf secara bahasa adalah rasa takut, takut kepada Allah.Menurut Ibn Qayyim, khauf adalah perasaan
bersalah dalam setiap tarikan nafas. Perasaan bersalah dan adanya ketakutan dalam hati inilah yang
menyebabkan orang lari menuju Allah.
khauf terbaagi dalam tigaa tingkatan. Pertama, takutnya orang awam. Mereka takut kepada Allah semata
karena mrka dan siksa-Nya. Kondisi mereka sesuai dengan firman Allah, Mereka takut kepada suatu hari
yang (di hari it) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An-Nur: 37). Kedua, takutnya orang-orang
pertengahan (awasith). Mereka takut diputuskan dari beningnya ma’rifat kepada Allah. Ketiga, kaum
khusus yang rasa takut mereka bisa juga disebut dengan rasa takut pada hal yang masih jauh terjadi
(khauf al-ajilah).
Raja’ secara bahasa berarti berharap atau harapan. Raja’ juga berarti sikap optimis dalam memperoleh
karunia dan nikmat Allah SWT yang disediakan bagi hambaNya yang shaleh dan dalam dirinya timbul
rasa optimis yang besar untuk melakukan berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk dan
keji.Secara garis besar, raja’ berarti suatu sikap mental optimisme dalam memperoleh karunia dan nikmat
Ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang shaleh.

Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2 Juli-Desember 2014


05 Tawakkal
Secara literal tawakkul (tawakkal) berarti memasrahkan,menyerahkan kepada-Nya dan
mencukupkan diri denganNya. Dalam perspektif tasawuf, tawakkul berarti mempercayakan
atau menyerahkan segenap masalah kepada Allah sepenuhnya dan menyandarkan kepadaNya
penanganan berbagai masalah yang dihadapi. Tawakkul merupakan refleksi dari tauhid yang
murni, sebab jika masih ada ketakutan atau ketergantungan pada sesuatu makhluk berarti ia
masuk ke dalam syirik khafi (mempersekutukan Allah secara tersembunyi).
Tawakkul merupakan salah satu kebenaran yang pokok dalam psikologi sufi. Tawakkul akan
menghasilkan ketentraman batin yang sempurna. Tawakkul yang benar adalah merupakan suatu
sikap rohaniah daripada suatu perilaku lahiriah.

Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2 Juli-Desember 2014


06 Syukur
Kata Syukur dalam ensklopedi Islam yaitu asy-syukr yang artinya ucapan, perbuatan, dan sikap
terima kasih atau al-hamdu yang berarti pujian. Sedangkan menurut istilah syara’ syukur adalah
pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan ketundukan
kepadanya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah (Muhammad
Syafi’I, 2009). Syukur dalam ilmu tasawuf berarti ucapan, sikap, dan perbuatan terima kasih
kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikanNya.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (kenikmatan).”
Ibrahim ayat 7
Syukur merupakan hal wajib yang harus dilakukan manusia, karena syukur merupakan
perintah Allah yang tersirat dalam surat Al-Baqarah ayat 152, “Bersyukurlah kepada-Ku dan
janganlah kamu mengingkari nikmat- Ku.” Ayat ini menunjukkan bahwa syukur sebagai wujud
perintah kepada manusia untuk selalu mengingat Allah tanpa melupakan dan patuh kepadaNya
tanpa menodai dengan kedurhakaan.

Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 7, Nomor 2, Desember 2018


07 Muraqobah
Secara etimologi muraqabah berarti menjaga atau mengamati tujuan. Adapun secara
terminologi muraqabah adalah salah satu sikap mental yang mengandung pengertian adanya
kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dan merasa diri diawasi oleh
penciptanya.Menurut al-Qusyairi, muraqabah adalah keadaan mawas diri kepada Allah dan
mawas diri juga berarti adanya kesadaran sang hamba bahwa Allah senantiasa melihat dirinya.
Sang hamba, lanjut al-Qusyairi, hanya akan sampai pada muraqabah ini setelah sepenuhnya
melakukan perhitungan dengan dirinya sendiri mengenai apa yang telah terjadi di masa
lampau, memperbaiki keadaannya di masa kini, tetap teguh di jalan yang benar, memperbaiki
hubungannya dengan Allah sepenuh hati, menjaga diri agar setiap saat senantias ingat kepada
Allah, taat kepadaNya dalam segala kondisi. Baru setelah ini semua dilakukan, Allah melihat
perbuatannya dan mendengar perkataannya

Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2 Juli-Desember 2014


08 Taubat
Secara literal, taubat berarti “kembali”. Dalam perspektif tasawuf, taubat berarti kembali dari
perbuatan-perbuatan yang menyimpang, berjanji untuk tidak mengulanginya kembali,
kemudian kembali kepada Allah. Kembali kepada Allah bermakna mengerjakan segala yang
disukai-Nya.8 Taubat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena selama ia belum
mampu melaksanakan ibadah kepada Allah secara sempurna, maka itu berarti ia tidak kebal
dari godaan-godaan setan yang senantiasa mengajak jiwa rendahnya kepada perbuatan-
perbuatan yang menyimpang dan terlarang.

Al-Junaid berpandangan bahwa taubat memiliki tiga makna: pertama, menyesali kesalahan,
kedua, ketetapan hati untuk tidak kembali pada apa yang telah dilarang Allah, dan ketiga,
adalah menyelesaikan atau membela orang yang teraniaya.

Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 2 Juli-Desember 2014


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai